• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS TENDENSI KONSUMEN SULAWESI TENGAH TRIWULAN II-2014"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 48/08/72 Th. XVII. 05 Agustus 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN SULAWESI TENGAH

TRIWULAN II-2014

A. Penjelasan Umum

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.

Sampel STK di Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2014, berjumlah 160 rumahtangga. Rumah tangga terpilih merupakan sub-sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.

B. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan II-2014

 ITK Sulawesi Tengah pada triwulan II-2014 tercatat 110,04 artinya bahwa masyarakat menilai kinerja

ekonomi triwulan II-2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2014 yang mencatat nilai indeks sebesar 106,29. Optimisme ini didorong oleh tingginya pendapatan rumah tangga dengan indeks triwulan II-2014 yang sebesar 114,41; dibandingkan indeks triwulan sebelumnya yang sebesar 104,24.

 Selain variabel tingginya tingkat pendapatan rumahtangga, dua variabel pembentuk ITK lainnya justru

menunjukkan penurunan. Variabel kaitan pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan pada triwulan II-2014 mencatat indeks sebesar 106,39, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 106,67.

 Demikian pula variabel tingkat konsumsi rumah tangga terhadap beberapa komoditi makanan dan

bukan makanan mencatat indeks sebesar 104,06 pada triwulan II-2014, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 dengan indeks sebesar 110,79.

C. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III -2014

 Perkiraan ITK Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014 sebesar 115,14, artinya kondisi ekonomi

konsumen diperkirakan meningkat dengan tingkat optimisme lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2014 yang memiliki indeks sebesar 110,04.

 Dari sepuluh provinsi di kawasan Sulampua, perkiraan nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat

dan Sulawesi Tenggara dengan indeks masing-masing 116,82 dan 116,45. Sedangkan ITK terendah diperkirakan dialami oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan indeks sebesar 109,85.

(2)

1.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2014

ITK Sulawesi Tengah pada triwulan 2014 sebesar 110,04 artinya bahwa kinerja ekonomi pada triwulan II-2014 mengalami kenaikan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat indeks sebesar 106,29, yang mencerminkan tingkat optimisme konsumen pada triwulan II-2014 sedikit lebih tinggi . Kondisi ini dipicu oleh ekonomi di Sulawesi Tengah yang dinamis dimana terdapat momen pesta demokrasi berupa pemilu legislatif pada bulan April serta menyambut bulan Ramadhan pada bulan Juli 2014.

Faktor yang berpengaruh mendorong meningkatnya ITK pada triwulan II-2014 adalah meningkatnya optimisme konsumen terhadap tingkat pendapatan rumah tangga dengan indeks sebesar 114,41 pada triwulan II-2014, lebih tinggi dibanding indeks triwulan sebelumnya yang sebesar 104,24. Tingginya kebutuhan masyarakat berupa persiapan biaya pendidikan dan kebutuhan untuk liburan sekolah pada Juni-Juli 2014 mendorong optimisme masyarakat untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Sementara itu, variabel pembentuk ITK lainnya justru menunjukkan penurunan. Variabel kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari triwulan II-2014 mencatat nilai indeks 106,39, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang memiliki nilai indeks 106,67. Demikian pula, tingkat konsumsi konsumen terhadap konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan menurun dari 110,79,06 pada triwulan I-2014 menjadi 104,06 pada triwulan II-2014.

Tabel 1.

Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen triwulan I-2013 S/D triwulan II-2014 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2013 2014

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Trw-I Trw-II

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pendapatan rumah tangga 106,25 109,26 110,84 110,50 104,24 114,41

Kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari 98,14 106,68 108,23 109,75 106,67 106,39

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan

bukan makanan 99,08 104,41 109,79 108,74 110,79 104,06 Indeks Tendensi Konsumen 102,51 107,50 109,89 109,75 106,29 110,04

Jika dicermati lebih jauh, penurunan indeks tingkat konsumsi konsumen pada triwulan II-2014 disebabkan oleh menurunnya indeks konsumsi pada semua kelompok pengeluaran kecuali untuk kelompok pengeluaran pendidikan dan rekreasi yang justru menunjukkan peningkatan indeks. Indeks konsumsi pendidikan meningkat dari 109,49 menjadi 112,37 dan indeks konsumsi rekreasi naik dari 103,68 menjadi 105,26 (Tabel 2). Kondisi ini menunjukkan kedua faktor tersebut yang berperan dalam peningkatan optimisme masyarakat dalam menyikapi kondisi

(3)

Tabel 2.

Indeks Konsumsi Menurut Kelompok Pengeluaran triwulan I dan II-2014

Kelompok Pengeluaran Triwulan I Triwulan II

(1) (2) (3) Bahan Makanan 111,26 103,03 Makanan Jadi 108,24 103,84 Perumahan 114,44 105,94 Sandang 110,40 103,25 Kesehatan 110,35 99,37 Pendidikan 109,49 112,37 Rekreasi 103,68 105,26 Transportasi 111,53 106,98 Komunikasi 113,76 109,76 Umum 110,79 104,06 Makanan 110,63 103,20 Bukan Makanan 111,42 106,55

Perkembangan indeks makanan dan bukan makanan di Sulawesi Tengah sejak triwulan I-2013 sampai dengan triwulan II-2014 mengalami fluktuasi (Gambar 1). Pada kelompok makanan nilai indeks tertinggi terjadi pada triwulan I-2014 dengan nilai indeks sebesar 110,63 dan terendah pada triwulan I-2013 dengan nilai indeks 98,77. Adapun kelompok bukan makanan nilai indeks tertinggi juga terjadi pada triwulan I-2014 (nilai indeks 111,42) dan terendah pada triwulan I-2013 (nilai indeks 99,34).

Gambar 1.

Perkembangan Indeks Konsumsi Komoditi Makanan dan Bukan Makanan triwulan I-2013 S/D triwulan II-2014

98,77 104,28 109,36 108,93 110,63 103,20 99,34 104,89 110,71 108,67 111,42 106,55 85 89 93 97 101 105 109 113

Triw. I-2013 Triw.II-2013 Triw.III-2013 Triw.IV-2013 Triw. I-2014 Triw.II-2014 Makanan

(4)

2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan III -2014

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014 sebesar 115,14 meningkat dibanding triwulan II-2014 yang sebesar 110,04 (Tabel 3). Artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan meningkat dengan tingkat optimisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2014. Peningkatan ITK ini terutama dipicu oleh perkiraan meningkatnya pendapatan rumah tangga dengan indeks sebesar 122,45 dan juga didorong oleh indeks rencana pembelian barang tahan lama juga mengalami peningkatan nilai indeks sebesar 102,07. Secara eksplisit optimisme ini didorong oleh dinamika perekonomian pada triwulan III yang bersamaan dengan momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H.

Tabel 3.

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen triwulan III -2014 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk ITK

(1) (2)

Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 122,45

Rencana pembelian barang-barang tahan 102,07

Indeks Tendensi Konsumen 115,14

3. Perbandingan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan II-2014 dan Perkiraan triwulan III-2014 Kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)

Secara umum ITK pada triwulan II-2014 dari sepuluh provinsi di kawasan Sulampua mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercermin dari nilai indeks yang bernilai lebih besar dari 100, dimana Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat 6. ITK tertinggi diraih oleh Provinsi Maluku yang mencapai 115,66, diikuti Sulawesi Tenggara sebesar 110,85 dan Papua Barat sebesar 110,49. Sedangkan ITK terendah tercatat di Provinsi Sulawesi Barat dengan indeks sebesar 100,84.

Perkiraan ITK triwulan III-2014 dari sepuluh provinsi di kawasan Sulampua semuanya mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat dan Sulawesi Tenggara dengan indeks masing-masing 116,82 dan 116,45. Sedangkan ITK terendah diperkirakan dialami oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan indeks sebesar 109,85 (Tabel 4).

(5)

Tabel 4.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK)1)triwulan II-2014 dan

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen triwulan III-2014 Tingkat Nasional dan Provinsi di Kawasan Sulawesi. Maluku dan Papua (Sulampua)

No. Provinsi ITK triwulan II-2014 Perkiraan ITK triwulan III -2014

Nilai ITK Rangking Nilai ITK Rangking

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Sulawesi Utara 105,65 9 113,01 7 2. Sulawesi Tengah 110,04 6 115,14 4 3. Sulawesi Selatan 110,09 5 110,47 9 4. Sulawesi Tenggara 110,85 2 116,45 2 5. Gorontalo 108,70 7 113,38 6 6. Sulawesi Barat 100,84 10 109,85 10 7. Maluku 115,66 1 116,21 3 8. Maluku Utara 110,14 4 110,68 8 9. Papua Barat 110,49 3 116,82 1 10. Papua 105,65 8 113,80 5 Indonesia 110,76 113,13 Keterangan: 1)

ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200. dengan indikasi sebagai berikut:

a. Nilai ITK < 100. menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya.

b. Nilai ITK = 100. menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya.

c. Nilai ITK > 100. menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, perlu adanya kajian khusus mengenai Perencanaan Alternatif Analisis Sambungan Balok-Kolom Dengan Sistem Pracetak Pada Gedung Kuliah Fakultas Teknik

Dongkelsari Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten bupaten Sleman Provinsi DIY adalah stres sedang yaitu 30 responden (69,8 %) dan kejadian. hipertensi 20 responden

Pada tahap analisis dan perancangan, kamus data dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara analsisis sistem dengan pemakai sistem tentang data yang mengalir di sistem,

Ini berarti variabel Current Ratio (X1) memberikan pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan yang termasuk dalam Jakarta

Pada tabel 4.5 dari keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel yang signifikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ang katan

Sebenarnya perbedaan penyebutan ini tidak menjadi masalah yang berarti, karena hal ini adalah perbedaan kebiasaan para ulama dan tidak mendatangkan perbedaan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah hasil belajar peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran inquiry berada pada kategori rendah dengan nilai rata- rata yaitu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xu (2010) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam proses belajar akan dapat mendukung self regulated learning