• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 932010005 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 932010005 Full text"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

1

PILIHAN INDIKATOR KINERJA KUNCI

ARMADA TOWN SQUARE MAGELANG

DALAM PERSPEKTIF

BALANCE SCORECARD

1. PENDAHULUAN

Pengukuran kinerja diperlukan perusahaan untuk memastikan keberhasilan strategi manajemen yang tepat dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan yang dijalankan perusahaan. Pengukuran kinerja yang ada harus mampu mengukur kinerja perusahaan dari segala aspek sehingga dapat diketahui keadaan keseluruhan dari perusahaan.

Penilaian sebuah keberhasilan kinerja ditentukan bagaimana mengukurnya, dan pengukuran sangat

bergantung pada indikator kinerjanya. Untuk

mendapatkan indikator kinerja yang komprehensif,

dapat menggunakan pendekatan balance scorecard

(BSC) yang terdiri dari empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan

indikator kinerja kunci pada Armada Town Square

(Mal Artos) dengan menggunakan perspektif balance

scorecard. Armada Town Square (Mal Artos)

merupakan mal pertama di Magelang. Armada Town

(2)

2

7 Oktober 2011. Perusahaan ini didirikan oleh David Herman Jaya dan merupakan salah satu unit usaha baru dari New Armada Group. New Armada Group merupakan perusahaan keluarga yang kental dengan

sistem “Chinese operation way” yang mana pemilik

sekaligus menjadi direksi, dan terlibat dalam

operasional dan dalam penilaian kinerja lebih

menitikberatkan kepada kinerja finansial karena pengukuran kinerja tersebut lebih diukur melalui data historis keuangan.

Balance Scorecard merupakan sistem manajemen yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kinerja, memantau perkembangan kinerja tersebut, serta menjalin strategi (Kaplan et. al., 2010). Sebagai

contoh, untuk mengatur kinerja perusahaan

manufaktur (Fernandes et.al., 2006), untuk

mengevaluasi kinerja perusahaan industri hotel (Philips, Louvieris, 2005), atau untuk memiliki rencana strategis dalam perusahaan keluarga (Craig, Moores, 2005).

Menurut Roseman dan Wise dalam Gunawan (2009) dan Kotane dan Kuzmina (2011), dalam banyak kasus, suatu analisa yang hanya memusatkan pada

perspektif keuangan tidak akan cukup untuk

menganalisis perkembangan suatu perusahaan.

Indikator yang tidak jelas akan mengakibatkan pengukuran menjadi tidak jelas. Indikator seperti kualitas kepuasan, jumlah klien, inovasi, pangsa pasar

cukup sering mengungkapkan posisi ekonomi

(3)

3

yang lebih baik daripada indikator keuangan kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan. Perpaduan antara kedua aspek tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai

penentuan indikator kinerja dengan pendekatan

balance scorecard telah dilakukan, antara lain: Bauer

(2004) merumuskan indikator kinerja kunci yang efektif memerlukan komitmen yang luas dalam waktu dan sumber daya dan upaya tersebut dapat lebih efisien dengan memasukkan multi dimensi. Dimensi tersebut akan dipakai dalam penelitian sekarang. Lai (2007) menemukan bahwa sebelum memutuskan indikator kinerja kunci disamping perlu diketahui strategi organisasi yang ditelaah berdasar evaluasi internal, visi organisasi, dan variasi lingkungan atau eksternal, perlu ditambahkan langkah identifikasi input dan output pengetahuan prosedur (knowledge procedure). Input pada langkah ini adalah memahami

knowledge bottleneck yaitu faktor keberhasilan kritikal

yang membutuhkan sumber daya atau waktu, dan

knowledge flow atau pengetahuan alur kerja yang

dapat dilihat dari transaksi. Output pada tahap ini adalah pengetahuan prosedur dan lead/lag indicators. Melihat penelitian-penelitian sebelumnya, proses

interaksi empat dimensi ukuran kinerja balance

scorecard pada perusahaan yang relatif baru dan merupakan perusahaan keluarga masih belum banyak diungkap. Oleh karena itu penelitian ini berusaha

(4)

4

perspektif balance scorecard di Armada Town Square

(Mal Artos).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,

pertanyaan dalam penelitian ini adalah : “Apa saja

indikator kinerja kunci yang bisa digunakan bagi peningkatan kinerja Armada Town Square Magelang berdasarkan empat perspektif balance scorecard (pada perspektif finansial, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)?

Penelitian ini mencoba untuk memberikan

kontribusi pada pengetahuan di bidang sistem pengukuran kinerja dan bagi kalangan praktis memberikan gambaran yang lebih konkret, khususnya Armada Town Square sehingga dapat mengidentifikasi indikator kinerja kunci yang sesuai bagi upaya peningkatan kinerja organisasi.

2. TELAAH PUSTAKA

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor

penting dalam perusahaan atau organisasi.

Pendekatan teorities balance scorecard digunakan

sebagai kerangka teori karena sudah banyak

diterapkan dan teruji dalam pengukuran kinerja perusahaan.

(5)

5

2.1 Indikator kinerja kunci

Indikator kinerja kunci merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan (Moeheriono, 2012:1). Bisa juga dikatakan indikator kinerja kunci merupakan tolok ukur strategis dalam penilaian kinerja. Mulyadi (2009:227) menyatakan ukuran atau indikator yang efektif adalah indikator yang mampu menjelaskan strategi perusahaan secara memadai, terdiri dari:

indikator hasil (Outcame measures atau Lag Indicator),

yaitu indikator yang menunjukkan keberhasilan pencapaian strategik; dan indikator pemacu kinerja

(performance driver measure atau lead indicator), yaitu

indikator yang menunjukkan penyebab atau pemacu ketercapaian indikator hasil. Minonne dan Turner (2009) menekankan manajemen harus fokus pada

pengukuran hasil. Banyaknya alat ukur yang

dikembangkan oleh perusahaan tidak menjadi

masalah.

Menurut Kaplan dan Norton (2008), ada empat aspek tolok ukur kinerja sebuah unit kerja dengan balance scorecard, antara lain; aspek keuangan (financial), kepuasan pelanggan (customer satisfaction),

proses bisnis (business process), dan pembelajaran

dan pertumbuhan (learning outcomes).

Dalam perspektif keuangan mengukur dampak

ekonomi dari tindakan pada pertumbuhan,

(6)

6

kas. Dalam perspektif nonkeuangan memikirkan bagaimana menjaga dan memperkuat posisi mereka di pasar dan pada saat yang sama mempertahankan efisiensi (Bauer, 2004). Semua pengukuran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan harus dikaitan dengan tujuan keuangan sebagai tujuan akhir (Sinha, 2006).

Penelitian ini sendiri mengacu penelitian Bauer (2004), dimana dalam menentukan indikator kinerja

kunci (key performance indicator/KPI) dibuat

pengelompokan dimensi KPI berdasar perspektifnya, kategori dan fokusnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1, namun tidak tertutup kemungkinan industri yang berbeda akan memakai driver yang spesifik dan ukuran lain yang berhubungan.

Tabel 2.1 Skema Dimensi KPI

Kategori KPI

• Langsung

Keuangan Pelanggan • Persen

• Profitabilitas • Kualitas Produk • Rasio Sederhana • Penghematan Biaya • Inovasi Produk • Indeks

• Pemanfaatan Sumberdaya • Ketepatan waktu • Rata-rata Komposit • Produktivitas Staf • Kualitas Layanan • StatistikFokus KPI

Proses Bisnis Pembelajaran Pertumbuhan Fokus KPI

• Kualitas Proses • Inovasi • Waktu Horizon • Produktivitas • Teknologi • Indikator • Waktu Siklus • Pertumbuhan • Tipe • Efisiensi Proses • Berbagi Pengetahuan • View

• Tingkat

Sumbe r: Baue r (2004:62) • Tujuan

Pengelompokan KPI Perspektif

Perspektif Keuangan:

(7)

7

Profitabilitas:

Mengukur efektivitas keseluruhan atas organisasi manajemen dalam menghasilkan laba (kontribusi laba per segmen / pelanggan, margins spreads).

Penghematan biaya:

Mengukur bagaimana organisasi manajemen mencapai skala ekonomi dan ruang lingkup kerja dengan

orang, staf dan praktek untuk mengontrol

operasional dan biaya overhead (biaya per

unit, perputaran persediaan, harga pokok barang).

Pemanfaatan sumber daya:

Mengukur seberapa efektif organisasi manajemen

memanfaatkan sumber daya bisnis yang ada

seperti asset, investasi (Sales per total aset, penjualan per channel, win rate).

Produktivitas:

Mengukur output tenaga kerja (unit atau jumlah transaksi atau nilai rupiah), bagaimana karyawan

menggunakan waktu mereka (rasio penjualan

terhadap aset, nilai penjualan dari pelanggan baru).

Perspektif Pelanggan:

(8)

8

ditawarkan oleh mal, memperkuat penelitian

sebelumnya bahwa mal sebagai bagian dari kegiatan rekreasi konsumen (Jackson, 1991), dan yang berhubungan dengan hiburan (Wakefield dan Baker,

1998). Suasana, desain dan tata letak mal

membangkitkan berbagai tingkat reaksi emosional dari pelanggan (Baker et all,1992, Bitner, 1992; Babin dan Attaway, 2000), dan memotivasi mereka untuk menghabiskan waktu di mal lokal. Klien yang puas akan membeli lebih sering dan dalam jumlah yang lebih besar serta membeli barang-barang lain dan menggunakan layanan lain yang ditawarkan oleh

perusahaan. Semakin banyak klien mendapat

pelayanan tepat waktu, semakin tinggi keuntungan perusahaan. Reputasi yang baik juga dapat membantu dalam memperkenalkan barang dan mengurangi risiko komplain pelanggan. Reputasi juga memberikan

keuntungan dengan membina dan memelihara

hubungan dengan pemasok utama, distributor dan mitra potensial (Prieto, Revila, 2006; Abdel-Maksoud et.al., 2005).

Kualitas:

Mengukur kemampuan untuk memenuhi dan atau melebihi persyaratan dan harapan pelanggan (keluhan

pelanggan, persentase jumlah kembali, Deffect Per

(9)

9

Inovasi:

Mengukur kapabilitas organisasi untuk

mengembangkan produk baru, proses dan layanan untuk menembus pasar dan segmen baru.

Ketepatan waktu:

Mengukur titik waktu (hari atau minggu atau bulan) pada saat tugas manajemen dan karyawan selesai

(pengiriman tepat waktu, persentase pesanan

terlambat).

Perspektif Proses Bisnis:

Pada perspektif ini mengukur proses bisnis internal

yang menghasilkan kepuasan pelanggan dan

pemegang saham (Bauer, 2004). Manajemen

mengidentifikasi proses bisnis secara kritis yang harus

diunggulkan perusahaan. Peranannya untuk

memudahkan manajer mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan misi perusahaan.

Proses Efisiensi:

Mengukur seberapa efektif organisasi manajemen

menggabungkan quality control, dan praktik terbaik

untuk merampingkan proses operasional (yield

(10)

10

Waktu Siklus:

Mengukur durasi waktu (jam atau hari atau bulan) yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan tugas (waktu proses, waktu untuk layanan pelanggan).

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh dengan tujuan menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian ketiga perspektif lainnya.

Pertumbuhan:

Mengukur kemampuan manajemen organisasi untuk mempertahankan posisi ekonomi yang kompetitif di tingkat pertumbuhan ekonomi dan industri (pangsa

pasar, akuisisi pelanggan atau retensi, account

penetration).

Teknologi:

Mengukur seberapa efektif organisasi IT (Informasi dan

Teknologi) dikembangkan, menerapkan dan

memelihara infrastruktur manajemen informasi dan

aplikasi (biaya IT, implementasi teknologi Corporate

Relation Management, Akses Web)

Kategori KPI

Yaitu penentukan kategori dimensi pengukurannya,

(11)

11

variasi seperti langsung, persentase, rasio,

indeks, komposit dan statistik.

Langsung:

Pengukuran nilai data mentah aktual (misalnya, tingkat penjualan).

Persentase:

Perbandingan perubahan kinerja satu nilai relatif dengan nilai yang sama pada waktu yang berbeda, geografi, dll (misalnya, persentase perubahan di penjualan vs tahun lalu).

Simple Ratio:

Perbandingan satu nilai relatif terhadap yang lain untuk memberikan patokan untuk perbandingan kinerja (Misalnya, rata-rata penjualan per hari).

Indeks:

Sebuah kombinasi dari beberapa ukuran terpisah yang

ditambahkan bersama-sama menghasilkan pada

indikator atau penampilan secara keseluruhan

(misalnya, pertumbuhan penjualan perusahaan dibagi pertumbuhan penjualan industri untuk geografi tertentu).

Rata-rata komposit:

Tambahan rata-rata tertimbang pada beberapa ukuran

yang mendekati yang menghasilkan indikator

(12)

12

kepuasan pelanggan merupakan campuran komposit hasil dari survei, group fokus dan pengembalian produk).

Statistik:

Ukuran multiple seperti rata-rata, varian, standar

deviasi dan standar varian yang menangkap

penyebaran dan distribusi dari ukuran performance (misalnya, distribusi penjualan oleh demografi, channel geografi).

Fokus KPI

Setelah menggabungkan perspektif, kelompok dan dimensi, berikutnya adalah mempertimbangkan fokus KPI:

Waktu Horizon - jangka pendek vs jangka panjang,

Rencana - strategis vs taktis, lndikator - lead vs

lag indicator, Tipe - kualitatif vs kuantitatif. View-

internal vs external, Tingkat - proses vs

hasil. Tujuan - perencanaan vs kontrol.

Hal ini penting untuk menyaring KPI akhir untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya condong mengarah hanya ke arah jangka pendek,

kuantitatif, tangible dan lag indicator, yang termudah

(13)

13

Dari pengkategorian dimensi KPI yang telah dilakukan selanjutnya disusun menjadi Profil KPI sebagaimana ditunjukkan contoh dalam tabel 2.2. Tabel ini membantu manajemen dan karyawan menemukan ringkasan cepat KPI yang spesifik.

Tabel 2.2 Profil KPI

Measure Name : Customer Cross-Sell Index Perspective : Customer Measure Number : 001 Strategy : Revenue Growth Measure Owner : Kevin Atkins Objective : Increase Customer Cross-Sel

oFinancial oCost Savings oProfitability oDirect Customer Cross-Sell Index:

Customer oCycle Time oQuality oPercent Divide number ot

oInternal Process Growth oResource Utilization oRatio products sold by the

oLearning & Growth oInnovation oTechnology Index number of customers

oProcess Efficiency oTimeliness oComposite purchasing product in

oProductivity oOther oStatistical the last two years

Time HorizonLong Term Indicator Lead View Internal Purpose  Planning

oShort Term oLag oExternal o Control Planning Strategic Type oQualitative Level oProcess o Trending

oTactical Quantitative Outcome o Diagnostic

oOperational o Baseline Kotane dan Kuzmina (2011) menemukan indikator-indikator non keuangan yang kebanyakan dipakai

khususnya untuk perusahaan keluarga. Pada

perspektif pelanggan menekankan pada

keberhasilan jalannya operasional, mempunyai

hubungan dekat dengan pelanggan, memiliki

keunggulan produk sehingga mampu menjaga

kesetiaan pelanggan. Pada perspektif proses bisnis internal menekankan pada memacu inovasi terus

menerus, meningkatkan “customer value” untuk

menjaga hubungan kerjasama, membangun

(14)

14

mempromosikan corporate citizenship, yaitu tanggung

jawab perusahaan secara umum untuk memberikan

pertumbuhan dan nilai jangka panjang bagi

masyarakat bisnis. Pada perspektif pertumbuhan menekankan kepada pengembangan kemampuan dan keterampilan karyawan, pengembangan teknologi, dan

pembangunan iklim atau budaya perusahaan.

Ringkasan indikator tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Indikator Kinerja Non Keuangan Perusahaan Keluarga

Perspektif Perusahaan Keluarga

(Craig, Moores, 2005)

Pelanggan Keunggulan operasional

Keakraban dengan customer Keunggulan produk

Bisnis Internal Memacu Inovasi

Peningkatan nilai customer Mencapai keunggulan operasional Promosi corporatecitizenship perusahaan

Pertumbuhan Kemampuan dan keterampilan karyawan dan pembelajaran Teknologi

Iklim perusahaan

Sumber:

Inta Kotane, Irina Kuzmina-Merlino (2011) European Integration Studies. 2011. No. 5

2.2 Peningkatan Kinerja

(15)

15

2009). Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi

dan misi organisasi yang dituangkan melalui

perencanaan strategis suatu organisasi. Untuk

menggambarkan kondisi masa depan yang

dikehendaki dalam perencanaan strategis diperlukan tiga tahap, yaitu:

(1)Perumusan visi

(2)Penjabaran visi ke dalam tujuan

(3)Penerjemahan tujuan ke dalam sasaran

strategik. Kejelasan kondisi masa depan yang dilukiskan dalam sasaran strategik ini akan menyebabkan ketepatan pemilihan ukuran yang

digunakan untuk mengukur ketercapaian

sasaran strategik.

Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut:

KONDISI MASA DEPAN YANG KEGIATAN YANG AKAN HENDAK DIWUJUDKAN DILAKSANAKAN UNTUK MEWUJDKAN

KONDISI MASA DEPAN

Visi

(1) Dijabarkan

Tujuan (Goal) Strategi

(2) Diterjemahkan (3) Diterjemahkan

Sasaran Strategik Inisiatif Strategik

Dipilih inisiatif

strategik untuk (4) Dijabarkan mewujudkan

sasaran strategik Program

(3)

(5) Dijabarkan

Anggaran

Gambar 2.1 Tahap-tahap Penjabaran Visi

(16)

16

Dalam mengidentifikasi indikator kinerja kunci, Pangarkar dan Kirkwood (2007) menyampaikan yang utama adalah memahami dengan jelas strategi perusahaan. Menurut Gasperz (2006), strategi adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik referensi ke titik referensi yang lain. Atau dengan kata

lain, strategi merupakan sekumpulan tindakan

terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil berkelanjutan.

Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan indikator kinerja kunci pada gambar 2.2.

Visi, misi, tujuan

Hasil Trendwatching

Analisa SWOT Strategi Sasaran Strategi

Kinerja Indikator Kinerja Kunci Faktor Keberhasilan

Kritikal (Lag indicator / Lead indicator)

Gambar 2.2 Langkah-langkah Penentuan Indikator Kinerja Kunci Sumber : Mulyadi (2009)

Mulyadi (2009:107-108) menyampaikan strategi diawali dari hasil pengamatan tren perubahan

lingkungan makro, lingkungan industri, dan

lingkungan persaingan yang kemudian diterjemahkan

dalam SWOT analysis, yaitu suatu identifikasi faktor

(17)

17

strategi. Analisis SWOT bisa dilakukan dengan melakukan Analisis Faktor-faktor Strategis Internal

dan Eksternal (IFAS – EFAS). Analisis faktor strategi

internal dan eksternal adalah pengolahan faktor-faktor strategis pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis.

Faktor strategis adalah faktor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan keuntungan bila dilakukan tindakan positif. Analisis lingkungan internal (IFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan, dan analisis lingkungan eksternal (EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal, yang berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Menurut Rangkuti (2002), dalam analisa SWOT dilakukan

identifikasi variabel-variabel yang merupakan

kekuatan dan peluang yang kemudian digunakan skala likert mulai dari 4 (terbaik) sampai dengan 1 (terburuk), berupa Skala Likert Keunggulan dan Peluang. Semakin penting faktor tersebut, maka

semakin tinggi bobot yang harus diberikan.

(18)

18

dari luar yang kemudian digunakan skala likert mulai dari 4 (terbaik) sampai dengan 1 (terburuk), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman. Semakin penting faktor tersebut, maka semakin tinggi bobot yang harus diberikan. Maksimum total bobot adalah 1 (satu).

Nilai rata-rata masing-masing faktor positif

selanjutnya dibandingkan dengan faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.

Matrik Grand Strategy diperoleh dari total skor dari

matrik IFAS dan EFAS yang bertujuan melihat posisi usaha dari empat kelompok strategi. Hasil dari perhitungan tersebut dituangkan dalam diagram pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT

Kelemahan Internal

Sumber : Rangkuti (2002)

Kuadran 1 Merupakan situasi yang sangat

menguntungkan organisasi tersebut

(19)

19

dapat memanfaatkan peluang dan

kekuatan yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif (Growth oriented)

Kuadran 2 Meskipun menghadapi berbagai

ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

Kuadran 3 Organisasi menghadapi peluang pasar

yang sangat besar, namun di lain pihak

menghadapi beberapa kendala atau

kelemahan internal. Di sini, fokus

strategi adalah meminimalkan kelemahan internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik (turn around strategy).

Kuadran 4 Merupakan situasi yang sangat tidak

menguntungkan, organisasi menghadapi

berbagai ancaman dan kelemahan

internal. Strategi bagaimana

menekan/mengeliminir ancaman dan

(20)

20

Penetapan strategi harus diterjemahkan ke dalam tujuan yang terukur (Hustic, 2012). Perencanaan strategik menghasilkan fokus kinerja personel (misi dan strategi), arah kinerja ke depan (visi), pemacu semangat untuk menghasilkan kinerja (keyakinan dasar), dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam menghasilkan kinerja (nilai dasar). Hubungan sebab akibat yang didiskusikan menimbulkan komitmen tim terhadap misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi pilihan. Strategi pilihan kemudian diturunkan dalam empat perspektif BSC. Hubungan kausal antar empat perspektif akan membentuk peta strategi yang terdiri dari faktor-faktor keberhasilan

kritikal (Critical Success Factor). CSF merupakan

faktor – faktor yang mempengaruhi kesuksesan suatu

perusahaan dengan mengidentifikasi elemen - elemen penting dari suksesnya sebuah perusahaan. Dari elemen yang ada kemudian diturunkan menjadi indikator atau tolok ukur yang memberikan informasi kepada kita sejauh mana kita berhasil mencapai sasaran kinerja yang ingin kita capai.

Faktor keberhasilan kritikal ditentukan dengan melakukan interview terhadap karyawan kunci, obeservasi terhadap obyek sehingga didapatkan pemahaman terhadap prosedur (knowledge bottleneck) perusahaan dan alur kerjanya sebagai pertimbangan

untuk menetapkan lead/lag indicators (Lai, 2007).

(21)

21

3. METODE PENELITIAN

Strategi penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu tentang

pengukuran kinerja dengan unit analisisnya

organisasi, yaitu Armada Town Square Magelang. Menurut Rahardjo dan Gudnanto (2011:250), studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu

yang dilakukan secara integrative dan komprehensif

agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan

memperoleh perkembangan diri yang baik. Integrative

maksudnya menggunakan berbagai teknik

pendekatan, dan komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu secara lengkap.

(22)

22

standard operational procedure, laporan keuangan, data karyawan, dan statistik jumlah pengunjung. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data adalah pemilik maupun manajemen inti perusahaan. Pendekatan yang digunakan melalui data persepsi atas visi, misi dan strategi perusahaan karena penulis tidak mendapati dokumen tertulis di perusahaan, hanya pernyataan visi dan misi perusahaan yang selalu diungkapkan pemilik kepada karyawan dan pihak eksternal secara konsisten, dan data yang digunakan adalah hasil interview kepada pemilik dan manajemen. Metode pengumpulan datanya melalui interview, observasi pada obyek penelitian, dan studi dokumen. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, yaitu pada bulan Januari-Maret 2013.

Adapun langkah-langkah penelitian yang

digunakan untuk memberi jawab atas permasalahan penelitian adalah:

1) Mencari data visi, misi, tujuan perusahaan dari

hasil interview ke pemilik dan manajemen.

2) Melakukan trend watching dan analisis SWOT.

3) Menentukan strategi berdasar analisis SWOT.

4) Menerjemahan visi, misi, dan strategi ke dalam

sasaran strategi berdasar empat perspektif balance

scorecard.

5) Melakukan interview dengan karyawan kunci

mengenai faktor–faktor yang mendukung dalam

keberhasilan bisnis mal dan melihat data-data

pendukung dan kemudian merumuskan Critical

(23)

23

yang berisi daftar tolok ukur strategik untuk diseleksi manajemen inti dan membuang daftar indikator yang tereliminasi.

6) Merumuskan tolok ukur strategik yang telah

disetujui manajemen ini dalam dua indikator

kinerja kunci (lag indicator dan lead indicator)

dalam empat perspektif balanced scorecard, apakah mencakup dimensi strategi dan mencocokkan ulang kaitan antar indikator, adakah korelasi antara strategi dengan rumusan indikator (cause effect relationship).

7) Menyebarkan kuesioner untuk mengetahui bobot

indikator kinerja berdasar pendapat para karyawan

kunci dan mengolahnya dengan metode Analytic

Hierarchy Process (AHP).

8) Menyusun dan menjelaskan tabel indikator kinerja

kunci yang terpilih beserta bobot indikator kinerja.

(24)

24

Wawancara Visi, Misi, dan Tujuan

pendahuluan Armada Town Square

Trend watching dan analisis SWOT

Menentukan strategi

Penerjemahan Visi, Misi dan Strategi ke Dalam 4 (empat) sasaran strategik Perspektif BSC:

1. Perspektif Finansial 2. Perspektif Pelanggan

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Penentuan Critical Success Factor

Penyebaran Penentuan tolok ukur strategis kuisioner (lag indicator – lead indicator)

Pengolahan Kuesioner dengan metode AHP

Analisis terhadap KPI

Gambar 3.1 Proses Penelitian Lapangan

Dalam melakukan analisis SWOT, dilakukan dengan mengumpulkan ide atas faktor-faktor yang menjadi kelemahan, kekuatan Mal Artos dari penulis bersama team Sales Marketing yang terdiri dari empat

orang yaitu Staf Promosi, Tenant Leasing, Tenant

Relation, dan Customer Service. Penentuan bobot dan

rating merupakan hasil konsensus bersama.

Kuesioner dipakai untuk mengukur ekspresi pendapat dari karyawan terutama dalam penentuan indikator kinerja kunci dan diolah menggunakan

(25)

25

Saaty (1993) dalam Listyani (2006)

mendefinisikan Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy Process atau AHP) sebagai suatu proses

untuk mengorganisasikan informasi dan judgement

dalam memilih alternatif yang paling disukai. Penulis menggunakan metode AHP dibandingkan dengan metode lainnya karena AHP aplikasinya mudah dan memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan

proses pengambilan keputusan, karena dapat

digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat

diuraikan menjadi keputusan – keputusan lebih kecil

yang dapat ditangani dengan mudah. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai adalah AHP digunakan dalam menentukan bobot faktor keberhasilan kritikal (CSF) dan bobot indikator kinerja kunci dan mengurutkan prioritas dari beberapa indikator kinerja kunci.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993) dalam Listyani (2006), untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai

dan definisi pendapat kualitatif dari skala

(26)

26

Tabel 3.1. Nilai Skala Banding Berpasangan

Nilai Definisi Penjelasan

Skala

1 Kedua elemen sama Dua elemen mempengaruhi pentingnya. sama kuat pada sifat itu. 3 Elemen yang satu sedikit Pengalaman atau

lebih penting dari lainnya. pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya.

5 Elemen yang satu jelas lebih Pengalaman atau

penting dibandingkan pertimbangan dengan kuat elemen lainnya. disokong dan dominasinya

terlihat dalam praktek. 7 Satu elemen sangat jelas Satu elemen dengan kuat

lebih penting dibandingkan disokong dan dominasinya elemen lainnya. terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih Sokongan elemen yang satu

penting dibanding elemen atas yang lainnya terbukti

lainnya. memiliki tingkat penegasan

tertinggi.

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua Kompromi diperlukan pertimbangan di atas. diantara dua pertimbangan. Kebalikan Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara nilai-nilai elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, ¼, ..., di atas 1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B

terhadap A. Sumber : Listyani (2006)

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu

dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise

comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

(27)

27

4. ANALISIS

4.1 Gambaran umum obyek penelitian

New Armada Group, perusahaan karoseri

kendaraan di Indonesia mulai mengembangkan sayap

bisnisnya ke bidang property dengan membangun

Armada Town Square (Artos) berlantai tiga di pusat kota tidar, Magelang. Armada Town Square dibangun di atas lahan 3,2 hektare hadir di Magelang sebagai bentuk sumbangsih ke masyarakat Magelang yang dirasa belum memiliki kebanggaan ikon daerah. Lokasi yang strategis berada di persimpangan antara jalur

Semarang-Magelang-Yogyakarta-Purworejo, tepatnya

di Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.1 Magelang, ke

depan ditargetkan akan menjadi pusat lifestyle bagi

masyarakat setempat.

Dengan mengusung tagline mall for Family

Shopping, Recreation and Cullinary”, Mal Artos siap

memenuhi kebutuhan masyarakat Magelang dan sekitarnya dan juga menjadi ikon baru kota, antara lain di Lower Ground dengan luas 19.229 meter persegi, terdapat puluhan tenant seperti Tong Tji, Carrefour, Pojok Busana, Ice Cream Campina, Rumahku Café, Win Sportwear, Lola-Loli, Modern Furniture, Lamara Fashion, House of Shasmira, Zoya, Sakura Accessoris, Bigben Watch, Ultra Camera,

Istana Mie, Roxy Fashion, Vann Outlet, dan

Playstation. Kemudian di Ground Floor, dengan luas

16.976 meter persegi, antara lain Matahari

Department Store, Little Think, Hammer, Extreme

(28)

28

Accessories, CFR, Sport Station, Excelso, Breadtalk, J Co, KFC, dan Mustika Jewellery. Dan di Upper Ground, dengan luas 10.452 meter persegi, antara lain Sepatu Chiara, Batik Keris, Optik Gaya, Nori Jewelery, Miu Shop, Oke Shop, Inul Vista, Refleksi Passion, Pondok Pujian, Chatelain, Kharisma, Payless, Kid Station dan sedikitnya ada dua puluh sembilan tenant foodcourt pilihan dan beragam island.

Armada Town Square bukan hanya subyek belanja, melainkan lebih dari itu masyarakat terutama pengusaha lokal bisa turut aktif sebagai pelaku bisnis dan memanfaatkan Artos. Manajemen berharap pemberdayaan produk lokal bisa menjadi bagian terintegrasi dengan mal ini. Target customer yaitu para tenant dan juga pengunjung bukan hanya masyarakat Kota maupun Kabupaten Magelang semata, namun juga masyarakat luas di wilayah Kedu, Purworejo, Kebumen, Semarang, Yogyakarta, dan Solo, dan juga para wisatawan yang berkunjung ke Borobudur. Harapannya agar wisatawan bisa lebih lama tinggal di Magelang. Sementara dari segi produknya, Armada Town Square menyewakan space yang tersedia kepada tenant dalam kurun waktu tertentu, dan pada beberapa tenant atau pihak ketiga memberlakukan

sistem bagi hasil. Untuk pengelolaan parkir,

manajemen menunjuk Secure Parking Indonesia sebagai pengelola.

(29)

29

 K1 – Konsumen

Kepuasan konsumen adalah komitmen kami

 K2 – Karakter

Proaktif, peduli dan komunikasi yang baik adalah kebiasaan kami

 K3 – Kerja Tim

Kerja tim adalah kekuatan kami

 K4 – Kemitraan

Pemasok, distributor, dan karyawan adalah mitra kami

 K5 – Kembangkan Diri

Terus mengembangkan diri adalah kunci sukses kami

Meskipun tidak ada dokumen tertulis mengenai visi dan misi perusahaan, pada berbagai kesempatan owner selalu mengungkapkan hal yang sama yaitu visi yang ingin dicapai perusahaan adalah menjadikan Armada Town Square Magelang menjadi mal berkelas nasional. Diminati dan nyaman untuk tamu, tenant dan karyawan. Misi perusahaan adalah menyediakan jasa layanan mal berkualitas dan menciptakan loyalitas pengunjung, tenant, dan karyawan.

Pertumbuhan tingkat hunian sejak Oktober 2011 hingga sekarang telah mencapai berkisar tujuh puluh persen. Sumber daya manusia yang dimiliki Armada Town Square terdiri dari enam puluh enam staf dan seratus sembilan belas tenaga harian yang diatur

(30)

30

(31)

31

4.2 Analisis Indikator kinerja kunci Armada Town Square Magelang

Indikator kinerja kunci merupakan suatu

indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan perusahaan:

Visi : menjadikan Armada Town Square Magelang menjadi mal berkelas nasional. Diminati dan nyaman untuk tamu, tenant dan karyawan. Misi : menyediakan jasa layanan mal berkualitas dan

menciptakan loyalitas pengunjung, tenant, dan karyawan.

Tujuan:

 Meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun

 Meningkatkan nilai Return of Investment (ROI)

 Menciptakan loyalitas pengunjung dan tenant

 Meningkatkan kompetensi karyawan

 Meningkatkan kualitas pelayanan

(32)

32

Tabel 4.1 Faktor – faktor Strategis Internal (IFAS)

No. Kekuatan Bobot Rating Skor

1 Berlokasi strategis di persimpangan jalan Semarang-Magelang-Jogya-Salatiga

0,2 4 0,80

2 Mempunyai atrium terbesar di kota Magelang 0,1 2 0,20

3 Memiliki lahan parkir terbesar dan terluas di Magelang 0,1 3 0,30 4 Memiliki dua puluh sembilan (28) counter food dengan

spesialis menu masakan China, Asian, Tradisional, dan Western dan tiga belas (13) counter aneka snack corner. Hal tersebut menambah khasanah obyek wisata kuliner.

0,05 2 0,10

5 Memiliki keragaman kategori produk yang dipasarkan. 0,05 1 0,05

6 Banyak pilihan toko dengan "brand" ternama 0,1 2 0,20

7 Dengan kontribusi utama pendapatan dari penyewaan ruang mal, arus kas relatif stabil, didukung oleh kontrak jangka panjang dan tenant berkualitas

0,1 4 0,40

8 Adanya fleksibilitas penyesuaian service charge setiap tahun yang melindungi terhadap kenaikan biaya operasi

0,2 4 0,80

9 Pencitraan yang baik sebagai pemilik (PT. Mekar Armada jaya) sebagai putra daerah yang ikut membangun kota Magelang

0,1 3 0,30

10 Memiliki nama dagang yang banyak dikenal (Armada) dan memiliki banyak jaringan bisnis yang luas di Indonesia

0,2 2 0,40

TOTAL 1 3,15

No. Kelemahan Bobot Rating Skor

1 Merupakan mal baru, banyak calon tenant masih

pesimistis atas proyek mal tersebut mengingat Magelang merupakan second city, bukan kota tujuan utama

0,2 -2 -0,40

2 Mal Artos menetapkan harga jual yang relatif kurang kompetitif. Hal ini dapat diindikasikan melalui adanya perbedaan harga yang cukup besar antara harga sewa permeter persegi antara mal di Jogja dan Magelang, sementara dari biaya operasional sama

0,2 -4 -0,80

3 Akses parkir hotel dan mal tidak dapat dipisahkan 0,1 -3 -0,30

4 Tarif parkir rendah untuk menghindari parkir liar dan masalah dengan warga

0,05 -1 -0,05

5 Tingkat pengalaman karyawan pada bidang mal kurang 0,25 -2 -0,50

6 Marget segmentasi yang dibidik adalah kalangan menengah ke atas, ada pasar terutama kalangan menengah ke bawah yang kurang optimal.

0,2 -2 -0,40

TOTAL 1 -2,45

(33)

33

Keterangan:

Penentuan bobot dan rating merupakan hasil konsensus bersama team Sales dan Marketing. Rating (skala prioritas) diberikan nilai 1,2,3,4, apabila faktor

tersebut memiliki tingkat kekuatan (strength) dan

kelemahan (weakness) terkuat, diberikan rating ke 4

dan bila tingkat kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) terlemah, diberikan rating ke-1.

Skor faktor diperoleh dari hasil perkalian bobot dengan rating (skala prioritas) dengan hasil total skor faktor kekuatan adalah sebesar 3,15; dan total skor faktor kelemahan sebesar -2,45. Berdasarkan hasil perhitungan skor faktor tersebut, diperoleh posisi organisasi sebesar 0.70. Artinya bahwa untuk memberi pelayanan yang baik, maka dilakukan perbaikan di faktor kekuatan maupun kelemahan. Demikian pula dilakukan analisa untuk faktor-faktor yang termasuk dalam kondisi eksternal dimana R=Rating (skala prioritas) diberikan nilai 1,2,3,4 dari hasil interview, apabila faktor tersebut memiliki

tingkat peluang (opportunity) terkuat maka diberikan

(34)

34

Tabel 4.2 Faktor – faktor Strategis Eksternal (EFAS)

No. Peluang Bobot Rating Skor

1 Memberikan layanan dan fasilitas yang lebih lengkap dari competitor, contohbox charger handphone, ruang klinik, mobil ambulan

0,1 2 0,2

2 Bekerjasama dengan Event Organizer (EO) yang telah memiliki jaringan bisnis yang luas.

0,4 4 1,6

3 Besarnya minat warga Magelang dan sekitarnya untuk mengisi island karena tidak membutuhkan modal besar

0,2 3 0,6

4 Kebiasaan masyarakat Magelang untuk mengadakan makan di luar rumah, bersama keluarga di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu

0,3 2 0,6

TOTAL 1 3,0

No. Ancaman Bobot Rating Skor

1 Kompetisi Mal akan menjadi lebih ketat dengan

munculnya mal, supermarket, atau lokasi pameran di Magelang yang baru. Contoh: Giant Pakelan, Super Indo.

0,3 -2 -0,6

2 Regulasi pemerintah mengenai Tarif Dasar Listrik (TDL) yang mengalami kenaikan sampai tiga tahap sangat menyulitkan dan memperbesar biaya. Komponen biaya terbesar mal adalah konsumsi listrik

0,7 -3 -2,1

TOTAL 1 -2,7

GRAND TOTAL 0,3

Adapun hasil perhitungan total skor faktor peluang adalah sebesar 3,00; dan total skor faktor

ancaman sebesar -2,70. Berdasarkan hasil

perhitungan skor faktor tersebut, diperoleh posisi organisasi sebesar 0.30. Artinya bahwa untuk memberi pelayanan yang baik, maka dilakukan perbaikan di semua faktor, faktor peluang perlu dimanfaatkan secara optimal maupun faktor ancaman perlu untuk diminimalisasi.

(35)

35

Gambar 4.2. Diagram Cartecius

Didasarkan gambar di atas, titik koordinat strategi utama berada di kuadran I (3,15-3,0), ini artinya Mal Artos sebaiknya memberikan dukungan terhadap strategi agresif di mana strategi yang menguntungkan bagi organisasi dalam memanfaatkan peluang yang ada, serta memaksimalkan kekuatan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis.

Dari hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada Mal Artos diketahui bahwa

kondisi internal berada dalam keadaan kuat

sedangkan kondisi eksternal berada dalam keadaan berpeluang (titik koordinat 0,70; 0,30), kondisi ini dapat menjadi dasar untuk menentukan strategi

Strength Opportunities (agresif) yang dapat jelaskan

(36)

36

Tabel 4.3 Strategi Strength Opportunities (SO)

Kekuatan

Memiliki lahan parkir terbesar dan terluas di Magelang (28) counter food. Hal tersebut menambah khasanah obyek ruang mal, arus kas relatif stabil, didukung oleh kontrak bisnis yang luas di Indonesia

(37)

37

Keselarasan antara strategi Strength Opportunities (SO) di atas dengan tujuan perusahaan, dijelaskan sebagai berikut:

1. Dengan kekuatan lokasi strategis di persimpangan

jalan Semarang-Magelang-Jogya-Salatiga dan

peluang besarnya minat warga Magelang untuk

mengisi island karena tidak membutuhkan modal

besar, strategi yang dipilih yaitu dengan

meningkatkan penjualan ruang kosong terutama

untuk pemberdayaan produk lokal yang

berkualitas. Strategi ini selaras dengan tujuan perusahaan di mana penjualan ruang untuk meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.

2. Adanya kekuatan pada lokasi yang strategis di

persimpangan jalan

Semarang-Magelang-Jogya-Salatiga dan adanya peluang kebiasaan masyarakat Magelang untuk mengadakan makan di luar rumah bersama keluarga pada hari Jumat, Sabtu dan

Minggu, strategi yang dipilih yaitu dengan

menambah jumlah tenant berkualitas khususnya penyedia makanan dan minuman. Strategi ini

selaras dengan tujuan perusahaan yaitu

menciptakan loyalitas pengunjung dan juga untuk meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.

3. Dengan kekuatan mempunyai atrium terbesar di

kota Magelang dan peluang bekerjasama dengan

Event Organizer atau tenant berkelas nasional,

strategi yang dipilih yaitu memperbanyak kegiatan mal atau bekerjasama dengan para EO untuk

(38)

38

memanfaatkan atrium. Strategi ini selaras dengan tujuan perusahaan yaitu menciptakan loyalitas

pengunjung dan juga untuk meningkatkan

pendapatan dari tahun ke tahun.

4. Dengan kekuatan memiliki lahan pakir terbesar

dan terluas di banding mal pesaing dan peluang memberikan layanan dan fasilitas yang lebih

lengkap dari competitor, strategi yang dipilih yaitu

meningkatkan kenyamanan fasilitas ruang publik. Tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kualitas pelayanan dan menciptakan loyalitas pengunjung dan tenant.

5. Dengan kekuatan memiliki dua puluh sembilan (28)

counter di Food Court dan peluang kebiasaan

masyarakat Magelang untuk mengadakan makan di luar rumah, bersama keluarga di hari Jumat, Sabtu dan Minggu, strategi yang dipilih mengadakan acara atau pertunjukkan hiburan pada masa weekend dengan tujuan meciptakan loyalitas pengunjung dan meningkatkan kualitas pelayanan.

6. Dengan kekuatan memiliki keragaman kategori

produk yang dipasarkan dan peluang menjalin kerjasama dengan Event Organizer (EO) atau tenant berkelas nasional, strategi yang dipilih adalah meningkatkan hubungan dengan klien potensial dengan tujuan meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.

7. Dengan kekuatan banyak pilihan toko dengan

brand” ternama dan peluang menjalin kerjasama

(39)

39

nasional, strategi yang dipilih yaitu menjaga hubungan baik dengan tenant yang sudah ada. Hal ini selaras dengan tujuan menciptakan loyalitas tenant.

8. Dengan kekuatan arus kas relatif stabil, didukung

oleh kontrak jangka panjang dan peluang

memberikan layanan baru dan fasilitas yang lebih

lengkap dari competitor, strategi yang dipilih yaitu

meningkatkan jasa baru dan upaya pemenuhan kebutuhan pelanggan. Hal ini selaras dengan tujan perusahaan meningkatkan kualitas pelayanan.

9. Adanya kekuatan pada fleksibilitas penyesuaian

service charge yang melindungi terhadap kenaikan biaya operasi dan peluang memberikan layanan baru dan fasilitas yang lebih lengkap dari competitor, strategi yang dipilih yaitu memberikan pelayanan terbaik sehingga operasional tenant lancar. Hal ini selaras dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan dan menciptakan loyalitas tenant.

10. Adanya kekuatan pencitraan yang baik sebagai

(40)

40

11. Adanya kekuatan memiliki nama dagang yang

banyak dikenal (Armada) dan memiliki jaringan bisnis yang luas dan adanya peluang adanya kerjasama dengan Event Organizer (EO) atau tenant berkelas nasional, strategi yang dipilih yaitu yaitu menjalin kerjasama bisnis untuk mewujudkan visi sebagai mal berkelas nasional. Hal ini selaras dengan tujuan meningkatkan pendapatan dari tahun ke tahun.

Berdasar visi, misi, tujuan dan strategi di atas kemudian dijabarkan dalam sasaran-sasaran strategis yang saling berhubungan yaitu:

Pada perspektif keuangan, sasaran strategi akhir yang

ingin dituju adalah shareholder value - nilai

perusahaan menurut persepsi pemegang saham. Dalam hal ini yang dimaksud yaitu pengembalian

modal yang diperoleh melalui pertumbuhan

pendapatan dengan meningkatkan penjualan ruang

kosong untuk atrium dan island terutama

pemberdayaan produk lokal, dan menambah jumlah tenant berkualitas khususnya penyedia makanan dan minuman serta meningkatkan efisiensi biaya.

Pada perspektif customer, untuk mewujudkan

sasaran strategik akhir tersebut, perusahaan perlu

membangun customer capital-yang terdiri dari tiga

komponen (atribut produk yang ditawarkan kepada

customer, kualitas hubungan dengan customer, dan

citra perusahaan) yang secara bersama-sama

(41)

41

produk/jasa yang diperoleh dari perusahaan. Sasaran strategi dengan memperbanyak kegiatan mal dan dan

atau bekerjasama dengan Event Organizer untuk

menjaring pengunjung masuk dengan memanfaatkan atrium, mengadakan acara atau pertunjukkan hiburan

pada masa weekend, meningkatkan kualitas

hubungan dengan klien potensial dengan tenant yang sudah ada, dan membuat kegiatan yang meningkatkan citra publik dan meningkatkan hubungan baik dengan

media. Melalui jasa menyewakan ruang yang

menghasilkan nilai bagi customer, perusahaan mampu mendatangkan arus masuk pendapatan yang menjadi komponen penting dalam menciptakan kekayaaan untuk membangun shareholder value.

Pada perspektif proses, untuk membangun

customer capital, Mal Artos perlu membangun proses

yang produktif dan cost yang efektif sehingga secara

tidak langsung kemampuan ini menjadi komponen

penting dalam penciptaan kekayaan untuk

membangun shareholder value. Sasaran strategis yang dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik sehingga operasional tenant lancar, menambah jasa baru dan mempercepat inovasinya, meningkatkan

upaya pemenuhan kebutuhan customer antara lain

dengan meningkatkan kenyamanan fasilitas ruang

publik, dan ketersediaan customer database yang

andal, akurat, dan tepat waktu. Operasional yang lancar dapat meminimalkan pengeluaran non rutin sehingga pada jangka panjang dapat dilihat efisiensi

(42)

42

luar jam buka tutup mal. Apabila ada sinergi antara pemilik gedung dengan para tenant dalam hal jam operasional, biaya konsumsi listrik dapat lebih dikendalikan. Di samping itu juga perlu dilakukan

upaya meningkatkan customer awareness, dalam hal

ini yang dimaksud adalah meningkatkan tanggung jawab kepedulian terhadap masyarakat sekitar.

Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,

proses yang produktif dan cost yang efektif dihasilkan

oleh sumber daya manusia yang efektif, memiliki

kapabilitas, serta organisasi perusahaan yang

memampukan personel bekerja secara sinergistik dan hal itu tidak lepas dari kepuasan karyawan terhadap perusahaan.

Berdasar sasaran-sasaran strategik di atas dapat disusun menjadi sebuah peta strategi sebagai berikut:

Mengambalikan

(43)

43

Melalui interview dengan manajemen inti yang terdiri dari General Manager, Human Resources dan General Affair Manager, Finance dan Accounting Manager, Building dan Maintenance Manager dan observasi, untuk menjadi mal yang diminati dan nyaman untuk tamu, tenant dan karyawan, dari sasaran strategis dapat ditentukan faktor keberhasilan

kritikal (critical success factor) pada masing-masing

perspektif balance scorecard yang bisa jadi pilihan

yang bisa digunakan Mal Artos yang ditampilkan pada tabel 4.4.

Faktor keberhasilan kritikal digunakan penulis untuk merumuskan profil indikator kinerja kunci (KPI), kemudian penulis membagikan daftar kuesioner ke manajemen inti yang berisi daftar KPI yang terdiri dari dua puluh dua indikator yang telah dilengkapi profil KPI (lampiran dua). Berdasar pengamatan pada operasional dan hasil-hasil penelitian sebelumnya,

penulis merumuskan usulan indikator-indikator

kinerja kunci sebagai berikut:

 Perspektif Keuangan

1. Return on investment

2. Tingkat pertumbuhan pendapatan

3. Penurunan biaya

 Perspektif Pelanggan

1. Jumlah customer baru

2. Tingkat profitabilitas pelanggan

3. Tingkat kepuasan pelanggan

4. Tingkat kualitas produk dan jasa

(44)

44

6. Frekuensi peliputan bagus oleh media

7. Tingkat reputasi organisasi

 Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Jumlah keikutsertaan dalam kegiatan

masyarakat

2. Waktu dan kualitas respon atas permintaan

customer

3. Jumlah komplain pengunjung/tenant

4. Pelayanan tepat waktu

5. Jumlah jasa baru

 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

1. Gaji, reward yang memadai

2. Tingkat pendidikan dan pengalaman

3. Turn over ratio karyawan

4. Moral karyawan (tingkat kehadiran, jumlah

terlambat)

5. Tingkat kepuasan karyawan

6. Keterampilan teknologi

7. Pelaksanaan training atau pelatihan

Dari empat responden atas kuesioner diperoleh hasil lima belas indikator yang terpilih. Untuk indikator yang memiliki jumlah di bawah dua responden diabaikan. Penulis membuang daftar indikator yang tereliminasi. Dari tolok ukur strategis yang disetujui menghasilkan indikator kinerja kunci yang terdiri dari ukuran hasil (lag indicator) dan selanjutnya dilakukan

perumusan ukuran pemacu (lead indicator). Untuk

(45)

45

kinerja kunci. Berikut hasil kuesioner seleksi tolok ukur strategis pada tabel 4.4, sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Seleksi Tolok Ukur Strategis Faktor Keberhasilan Kritikal Tolok Ukur Strategik

CSF Lag Indikator 1 2 3 4

Pengembalian modal ROI V V V V 4

Pertumbuhan pendapatan Tingkat pertumbuhan pendapatan

V V V V 4

Berkurangnya biaya Penurunan biaya V V V V 4

Jumlah customer baru V V V V 4

Pelayanan Tepat waktu V 1

Peningkatan kecepatan proses inovasi jasa

Peningkatan image mall

kepada public

SDM yang efektif dan efisien

Peningkatan “Customer

awareness”

(46)

46

Untuk mengetahui pembobotan indikator kinerja kunci, dibuat struktur hirarki yang terdiri dari empat level. Level satu adalah tujuan yang ingin dicapai,

yaitu kesuksesan kinerja Mal Artos. Level dua dari

struktur hirarki merupakan kriteria untuk mencapai

tujuan yang ada. Dalam hal ini, kriterianya

merupakan empat perspektif dalam BSC, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan. Level tiga dari struktur hirarki

merupakan sub kriteria, yang merupakan CSF dari masing-masing perspektif. Level empat dari struktur hirarki merupakan alternatif, yang merupakan tolok ukur strategik dari masing-masing CSF. Struktur hirarki dapat dilihat pada gambar 4.4

Fokus

Krite ria Masalah

Sub Krite ria Masalah P B3

Perspektif

Gambar 4.4 Struktur Hirarki

Keterangan:

ROI = Return On Investment

PPB = Tingkat Pertumbuhan Pendapatan PBY = Penurunan Biaya

(47)

47

JCB = Jumlah Customer Baru

CSR = Jumlah Keikutsertaan Dalam Kegiatan

Masyarakat Lingkungan

RPC = Waktu, Kualitas Respon atas Permintaan Customer

JKP = Jumlah Komplain Pengunjung/Tenant JJB = Jumlah Jasa Baru

GRW = Gaji dan Reward yang Memadai TPP = Tingkat Pendidikan dan Pengalaman TOR = Turn Over Ratio Karyawan

TKK = Tingkat Kepuasan Karyawan

PTP = Pelaksanaan Training atau Pelatihan

Data untuk melakukan pembobotan atas tolok ukur strategik diperoleh dari kuesioner (lampiran tiga) yang disebarkan kepada empat orang inti yaitu HRGA Manager, Finance dan Accounting Manager, Building dan Maintenance Manager, dan General Manager. Metode yang digunakan dalam proses pembobotan ini

adalah metode AHP. Pengolahan dengan AHP

dilakukan secara manual, dan proses

penghitungannya dibantu dengan software Microsoft®

Excel 2010. Dari hasil penghitungan, telah diperoleh

Rasio Konsistensi (CR) ≤ 10%, baik untuk masing -masing perspektif BSC maupun per indikatornya.

Konsep dasar dari AHP adalah penggunaan pairwise

comparison matrix (matriks perbandingan

(48)

48

seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Perhitungan pembobotan masing-masing perspektif dapat dilihat pada lampiran empat. Ringkasan bobot indikator kinerja kunci disajikan

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Bobot Indikator Kinerja Kunci Armada Town Square

CSF Bobot Indikator Bobot Pengembalian modal 22.9% ROI 22.9% Pertumbuhan

Berkurangnya biaya 34.6% Penurunan biaya 34.6%

Peningkatan kualitas jasa

38.4% Jumlah customer

baru mall kepada public

35.0% Frekuensi

22.3% Jumlah jasa baru 22.3%

SDM yang efektif 21.8% 43.2% Tingkat

pendidikan dan pengalaman

56.8%

28.6% Turn over ratio

(49)

49

Kriteria yang dipakai dalam menentukan bobot yaitu: a. Tingkat kesulitan untuk mencapai target indikator

kinerja kunci setiap sasaran makin sulit, bobot kian tinggi.

b. Derajat kepentingan sasaran strategik dan indikator kinerja kunci terhadap masa depan organisasi atau unit kerja kian penting dan strategik, bobot makin tinggi.

Bobot terbesar pada perspektif customer sebesar

49,2%. Prioritas utama dari hasil penelitian yaitu

dengan menekankan pada perpektif pelanggan

terutama peningkatan jumlah pelanggan baru.

Semakin tinggi jumlah pelanggan baru akan

meningkatkan okupansi, dan mendorong tercapainya sasaran strategik perspektif lainnya. Urutan ke dua yaitu perspektif keuangan sebesar 25,2%, urutan ke tiga sebesar 15,1% yaitu perspektif proses bisnis, dan urutan ke empat yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran sebesar 10,5%.

4.3 Pembahasan analisis indikator kinerja kunci Armada Town Square Magelang

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 berikut penjelasan atas indikator kinerja kunci pada empat perspektif (keuangan, pelanggan, proses bisnis, dan pertumbuhan dan pembelajaran) yang diuraikan sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan ini menekankan pada

(50)

50

island (counter tidak permanen) sehingga terjadi

pertumbuhan pendapatan dan biaya operasional

yang semakin efisien sehingga mendorong

pengembalian modal yang semakin cepat.

Berdasarkan hal tersebut, maka faktor

keberhasilan kritikal (CSF) dari perspektif

keuangan, yaitu :

 Pengembalian modal

 Pertumbuhan pendapatan

 Peningkatkan efisiensi biaya

Pada semua bidang bisnis, pengembalian modal merupakan tujan akhir. Sebagai mal baru, atas

investasi yang dilakukan, harapan atas

pengembalian modal merupakan orientasi jangka panjang. Berikut penjelasan yang disampaikan oleh Finance dan Accounting Manager:

Jika melihat dari sisi keuangan, untuk lima

tahun pertama bisnis ini belum menghasilkan

karena harga sewa berkisar mulai dari

Rp 100.000,00 sampai Rp 175.000,00 /m2/bulan

bergantung letak serta metode pembayarannya. Sementara mal di Jogja bisa jual dengan harga berkisar dari terendah Rp. 150.000,00 sampai

kurang lebih Rp 500.000,00/m2/bulan. Tarif

service charge relatif lebih rendah berkisar Rp

40.000/m2/bulan sementara kota lain seperti

Jogjakarta di atas Rp 50.000/m2/bulan. Pada

tahap awal berdiri, memang butuh waktu untuk

membawa pengunjung datang dan

(51)

51

masyarakat lokal datang dan sekaligus

berbelanja di mal, sehingga mal ramai dan tenant tertarik untuk memperpanjang sewa selanjutnya dan kita memiliki posisi tawar yang lebih baik.”

Return On Investment menjadi lag indicator pada

CSF pengembalian modal karena dengan total investasi aset sementara berkisar seratus empat

puluh milyar, menjadi ekspektasi owner dan

tuntutan bagi manajemen untuk mempercepat payback period. Untuk mendorong hal itu, tingkat

persentase laba menjadi lead indicator karena

semakin tinggi laba diperoleh, semakin cepat modal kembali.

Tingkat pertumbuhan pendapatan menjadi lead

indicator pada CSF bertumbuhnya pendapatan karena sumber utama pendapatan pada bisnis ini

adalah pendapatan sewa yang mana bisa

diproyeksikan karena relatif sama pada kurun waktu sewa tiga sampai lima tahun. Pangsa pasar

menjadi lag indicator karena dengan semakin

besarnya pangsa pasar yang bisa diraih akan

mendorong meningkatnya pendapatan.

Berkurangnya biaya menjadi lead indicator pada

CSF peningkatan efisiensi biaya dan cost

effectiveness process menjadi lag indicator.

Harga sewa relatif fleksibel. Untuk tenant yang melakukan transaksi sebelum preopening sebagian besar mendapat harga sewa per meter persegi

(52)

52

harga juga bisa terjadi karena perbedaan sistem pembayaran atau lama sewa, tergantung hasil negosiasi pada saat perjanjian sewa dilakukan. Sebagai gambaran, dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Data Kontrak Sewa Ruang Mal Artos

No BLOK LUAS/

M2 UNIT JENIS USAHA HARGA/M

2 7 LG-R4-6 96 3 PT. BILLIECHICK

INDONESIA 14 GF-9-11 100 3 PT. BILLIECHICK

(53)

53

Pada diskusi yang dilakukan terutama dengan

Finance dan Accounting Manager, walaupun

indikator ini belum tersusun secara jelas, dalam praktiknya fokus keuangan terutama mengejar arus

kas pendapatan yang optimal, terutama ke anchor

tenant seperti Carrefour dan Matahari Department Store, KFC, Bread Talk dan J-Co, karena upaya menekan biaya operasional sangat susah dilakukan, apalagi biaya terbesar yaitu listrik yang mengalami kenaikan sampai tiga kali pada tahun yang sama dirasa sangat memberatkan baik pengelola gedung maupun tenant. Sedang untuk pengembalian modal merupakan tujuan jangka panjang, sehingga lebih

fokus ke pertumbuhan pendapatan yang optimal.

Berdasar hasil perhitungan AHP, bobot

perspektif keuangan pada posisi kedua setelah

perspektif pelanggan yaitu sebesar 25,2%.

Berdasarkan hasil pengolahan per indikator pada perspektif keuangan, Armada Town Square lebih mengutamakan tingkat pertumbuhan pendapatan 42,5% apabila dibandingkan dengan penurunan biaya 34,6% dan pengembalian modal 22,9%.

2. Perspektif Pelanggan

(54)

54

(tiga puluh) tenant island. CSF dari perspektif

pelanggan adalah:

 Peningkatan image mal pada public

 Peningkatan kualitas hubungan dengan

customer

 Peningkatan kualitas jasa

Dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan, General Manager memberikan pendapat bahwa

diperlukan upaya-upaya kreatif seperti

penyelenggaraan dog show, pertunjukan artis,

program undian berhadiah dan lainnya sehingga tamu puas dan mal yang terus berinovasi akan menarik pelanggan datang dan meningkatkan image positif:

Mendapatkan tenant jauh lebih mudah daripada

mempertahankannya apalagi mempunyai posisi tawar yang tinggi. Produk yang ditawarkan ke pengunjung mal harus sesuai dengan segmen pasar yang dibidik. Anchor tenant seperti Carrefour, Matahari, Bread Talk, J-Co, KFC, Inulvista sudah mempunyai brand yang ternama dan mereka menambah kekuatan mal ini dan itu bagus untuk meningkatkan image publik, namun mereka tetap perlu dipelihara. Kita perlu berinovasi terus dalam mengembangan mal menjadi tempat rekreasi dan meningkatkan kepuasan tamu maupun tenant lainnya mutlak untuk didapatkan supaya okupansi maksimal

dan modal bisa kembali.”

Kesetiaan pelanggan menjadi lag indicator

untuk CSF peningkatan kualitas hubungan dengan

(55)

55

noncustomer sebagai lead indicator. Semakin kecil

persentase pelanggan yang jadi nonpelanggan maka semakin baik kinerja. Untuk CSF peningkatan

kualitas jasa, jumlah customer baru menjadi lag

indicator. Semakin tinggi jumlah pelanggan maka semakin baik kinerja. Persentase occupancy sebagai indikator pendorong. Untuk meningkatkan citra mal kepada publik, semakin tinggi frekuensi peliputan bagus kepada media semakin baik kinerja. Sebagai indikator pendorong adalah jumlah komunikasi massa yang diciptakan melalui radio

atau press release yang dimuat di surat kabar.

Sebagai contoh, manajemen bekerja sama melalui

dengan Magelang Express sehingga masyarakat

dapat mendapatkan infomasi terkini seputar mal. Bila dibandingkan dengan tiga perspektif lainnya, bobot terbesar pada perspektif pelanggan sebesar 49,2%, terutama jumlah pelanggan baru karena semakin tinggi jumlah pelanggan baru akan meningkatkan okupansi, dan dengan sendirinya akan mendorong pertumbuhan pendapatan dan pengembalian modal dan meningkatkan kepuasan karyawan dan memicu karyawan bekerja lebih optimal dan membuat inovasi kreatif lainnya.

(56)

56

tamu dan meningkatkan penjualan, apalagi pada saat libur atau akhir minggu. Hal ini dapat dilihat dari tren masyarakat datang ke mal yaitu pada weekend atau hari libur. Dari data statistik jumlah pengunjung yang dimiliki oleh Departemen Sales dan Marketing periode Oktober 2011-Desember

2013, pada saat weekdays, jumlah pengunjung

antara 900 (sembilan ratus) sampai 1.100 (seribu seratus) orang, weekend rata-rata 3.000 (tiga ribu) orang, pada saat liburan 4.000 (empat ribu) orang, peak season seperti lebaran bahkan mencapai 52.000 (lima puluh dua ribu) orang perhari.

Pada CSF perspektif pelanggan, Armada Town Square lebih menekankan pada peningkatan

jumlah customer baru 38,4% diantara kedua tolok

ukur strategis lainnya. Karena mal masih baru, promosi melalui media diperlukan untuk menarik orang datang, dan untuk indikator frekuensi peliputan bagus oleh media ini diperoleh bobot

35,0%, dan untuk indikator kesetiaan customer

26,6%.

Berdasar diskusi yang dilakukan bersama dengan General Manager, disadari bahwa kunci utama keberhasilan mal adalah memaksimalkan tingkat hunian atau okupansi, namun upaya ini tidak lepas dari kegiatan promosi yang dilakukan untuk mengenalkan produk ke masyarakat. Sedang

untuk menjaga kesetiaan pelanggan dan

Gambar

Tabel 2.1 Skema Dimensi KPI
Tabel ini membantu manajemen
Tabel 2.3 Indikator Kinerja Non Keuangan Perusahaan Keluarga
Gambar 2.1 Tahap-tahap Penjabaran Visi  Sumber : Mulyadi (2009:206)
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Aristanti, Hukum Pajak dan Perpajakan Dengan Pendekatan Mind Map, Alfa Beta, Bandung 2011 14 Mengidentifikasi dan mengkaji : Hapusnya Utang Pajak Hapusnya Utang Pajak

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

16 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga, Departemen Pendidikan Nasional, (Balai Pustaka, 2002), hal.. dan strategi, metode, peran yang dilakukan oleh ketua IPNU-IPPNU

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam