• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIPIKAL PESAN DAKWAH DALAM FILM RELIGI BESTSELLER INDONESIA PERIODE 2015 : ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TIPIKAL PESAN DAKWAH DALAM FILM RELIGI BESTSELLER INDONESIA PERIODE 2015 : ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Moch. Faris Azmi NIM. B01212018

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

viii ABSTRAK

Moch. Faris Azmi, NIM. B01212018, Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi

Bestseller Indonesia Periode 2015 (Analisis Simiotika Roland Barthes). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Pesan Dakwah dan Film Religi

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : Bagaimana Tipikal Pesan

Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015? bertujuan untuk

mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia

Periode 2015.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis semiotika yang mengacu pada teori Roland Barthes dengan menggunakan teknik konotasi dan denotasi dalam mengungkapkan sebuah

makna dari Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia

Periode 2015. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah dialog yang

dilakukan, pemeranan, serta ilustrasi musik dalam Film Religi Bestseller

Indonesia Periode 2015.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tipikal pesan dakwah dalam film religi bestseller Indonesia priode 2015 meliputi: masalah Syariah dan masalah Akhlak. Masalah syariah meliputi film Mencari Hilal, Ayat-ayat Adinda dan film Surga yang Tak di Rindukan dan masalah akhlak meliputi film Harim di Tanah Haram dan film Air Mata Surga. Dalam konteks ini tipikal pesan dakwah yang lebih menonjol pada periode 2015 adalah ke pesan Syariah.

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam selalu mengharuskan pemeluknya untuk terus menerus

menyebarkan kepada umat manusia, bukan dengan paksaan atau kekerasan.

Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting untuk mengajak dan

menggerakkan masyarakat atau individu untuk melakukan amar ma’ruf nahi

mungkar.1 Sehingga kita tidak melanggar norma yang sesuai dengan alquran dan

hadis.

Islam sendiri adalah agama yang menyerukan untuk aktif melakukan

kegiatan dakwah, dengan perkembangan yang cukup pesat, di sana pula

dibutuhkan kecepatan teknologi dan informasi yang sangat penting diera

globalisasi. Sebagai seorang muslim kita harus bisa memanfaatkan dengan baik

bagaimana menyebarkan dakwah yang benar dan baik. Sesuai firman Allah

Quran surat Al Maidah ayat 67:





























































































1
(8)

Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir.2

Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Untuk mencapai

dakwah yang efektif maka diperlukan media. Di zaman yang serba modern ini

banyak sekali bermunculan media yang bersaing untuk semakin canggih. Maka

disinilah peran para da’i untuk memilih dan memanfaakan media secara optimal.

Salah satu media yang mempunyai peluang besar adalah film karena

hampir semua orang dari semua usia menyukai film. Selain memiliki fungsi

entertainmen, film juga berfungsi sebagaimana media yang lain yakni edukatif,

informatif dan control sosial.3

Pada buku Ilmu Dakwah karangan Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag

mengatakan bahwa, pengertian dakwah adalah aktifitas penyampaian ajaran

Islam kepada orang lain dengan cara yang bijaksana untuk terciptanya individu

dan masyarakat yang bisa menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari. Usaha dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun

tulisan yakni yang bersifat mengajak, menyeru agar mentaati Allah dan menjauhi

larangan-Nya.4

Pesan-pesan dakwah harus mampu berlomba dengan rangsangan yang

berseliweran disekitar kehidupan manusia. Dakwah harus mampu menciptakan

2

Departemen agama RI, AL-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: mujamma’,1990), hal 172

3

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, (Jakarta: Harakah, 2002), h.64

4

(9)

suatu rangsangan yang dominan terhadap komunikannya (penerima pesan)

sehingga mampu memalingkan komunikannya tersebut dari

rangsangan-rangsangan lain yang bertentangan dengan harapan dakwah. Dalam dakwah

sendiri sangat luas bagaimana cara penyampai pesan dakwah kepada para

komunikan (mad’u) salah satunya melalui media sebagai cara kita menyebarkan

ajaran agama islam.

Media elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sebagai alat

penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang besar

dan luas ini menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan manusia

dalam kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di indonesia, media

elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah

menjadi kebutuhan primer. Internet, TV, Radio hampir tersebar merata keseluruh

nusantara.

Begitupun dalam dunia perfilman, film merupakan media yang komplit

percampuran antara seni dan teknologi (audio visual). Hal ini yang menjadi

peluang bagi para pendakwah untuk berdakwah melalui film, meski pada faktanya

mereka harus berhadapan dengan industri perfilman kapitalis. Selain mudah

dipahami dalam menyampaikan pesan, film juga dapat dijadikan hiburan bagi

masyarakat untuk melepas kepenatan setelah beraktifitas.

Pesan dakwah bisa disampaikan melalui media audio visual yang dikemas

dalam film, tergantung bagaimana cendekiawan muslim bisa ikut mengisi dunia

(10)

sangat sedikit di indonesia kebanyakan film masih berkutat dalam nuansa horor,

romansa cinta dan bahkan tak jarang film barat mengisi perfilman di indonesia.

Pesan dalam sebuah film terkadang bergantung pada masing-masing personal

dalam memaknai dan menafsirkan isi dari film itu sendiri.5dalam hal ini sangat

memungkinkan nilai-nilai dakwah muda kita cari dalam suatu perfilman.

Film merupakan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur

kesenian. Yaitu cangko kan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman

suara. Kemampuan bertumbuh film sangatlah bergantung pada tradisi bagaimana

unsur -unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dari film-yang dalam

masyarakat masing-masing berkembang pesat–dicangkok dandihimpun. Dengan

demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan teknologi media dan seni

lainnya.

Pada dunia perfilman Indonesia mempunyai karakteristik/genre

bermacam-macam antara lain aksi, keluarga, romantika dan religi. Disitu lah para aktor

dakwah mempunyai peluang untuk menyampaikan suatu yang lebih baik. Salah

satunya yang diambil para pendakwah adalah perfilman yang bergenre religi.

Film- film religi sangat jarang ditemui pada film Indonesia pada saat ini.

Selain hanya ditonton oleh orang-orang tertentu, daya tarik dalam film religi

kurang menarik. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak pelajaran yang

dapat diambil setelah menonton film tersebut. Film religi mulai berproduksi

seiring dengan banyaknya film Indonesia yang sudah bermunculan.

5

(11)

Religi tidak hanya menyuguhkan tontonan yang bersifat menghibur saja.

Tetapi film religi juga menyuguhkan tontonan yang dapat memberikan manfaat

bagi para penontonnya. Tayangan film religi baik cerita dialog serta acting yang

diperankan aktris dan aktornya dapat dijadikan contoh yang baik karena film

religi tersebut mengandung pesan dakwah. Pada periode tahun 2015 sangatlah

banyak para produser atau direktur perusahaan perfilman indonesia memproduksi

film bernuansa religi sehingga membuat para penikmat film atau menonton film

yang sudah disuguhkan.

Sebut saja film religi dengan judul surga yang dirindukan yang terbilang

fenomenal. Dari awal tahun 2015 hingga senin (19/1/2015) film ini menarik

hingga 538.606 juta penonton.6 tentu jumlah ini akan terus bertambah minat untuk

menonton film ini. Kesuksesan surga yang tak dirindukan membuka jalan bagi

film religi lain untuk dapat tayang dengan harapan kesuksesan yang sama dengan

film sebelumya. Mencari Hilal, Surga yang Tak di Rindukan, Harim di Tanah

Haram dan Hijab adalah judul-judul film religi di Indonesia produksi tahun 2015.

Pada kesempatan kali ini peneliti meneliti pesan dakwah yang ada pada film

religi dengan menganalisis beberapa judul film religi dengan tema berbeda yang

mewakili dari film-film religi produksi tahun 2015 kemudian membandingkannya

untuk diamati masing-masing pesan dakwahnya. Peneliti akan mengupas satu

persatu film tersebut pastilah berbeda dalam menyuguhkan tontonan yang dapat

memberikan manfaat bagi para penontonnya. Berpijak dari latar belakang ini,

6

(12)

maka timbulah ide untuk mengadakan penelitian dengan judul “Tipikal Pesan

Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia Tahun Periode 2015”

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar tidak terjadi kerancuan,

penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat

dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi best

seller Indonesia periode 2015?

2. Bagaimana makna konotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi

best seller Indonesia periode 2015?

3. Bagaimana tipikal pesan dakwah dalam film religi best seller

Indonesia periode 2015?

C. Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best

Seller Indonesia Periode 2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai

(13)

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat wawasan baru terhadap

pengembangan Ilmu di bidang Dakwah pada Komunikasi Penyiaran Islam.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti

Dengan penilitian ini, sangat besar harapan dapat mengetahui dan

memahami Kategorisasi Tipikal Pesan Dakwah pada Film Religi Bestseller

Indonesia Periode 2015. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi

bahan acuan pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkannya. Serta

dalam rangka memenuhi kredit semester guna mengahiri masa perkuliahan.

b. Bagi Masyarakat Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penyampaian

dakwah dengan menggunakan media cetak pada Film.

c. Secara Akademis

Dari hasil penelitian ini pula, harapan besar bagi peniliti bisa

menjadikan tema ini sebagai bahan atau kajian bagi penelitian-penelitian

berikutnya. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu

(14)

E. Konseptualisai

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang

menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu gejala atau menyatakan suatu

ide (gagasan).7 Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka

penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan

sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang

tindihan makna dalam masalah penelitian ini. Peneliti uraikan sebagai berikut :

1. Pesan Dakwah

Pesan (message) adalah ide-ide atau gagasan atau buah pikiran yang

disampaikan oleh sumber kepada orang lain denagn tujuan (destination) agar

orang lain bertindak sama sesuai dengan harapan yang dituangkan dalam

pesan tersebut.8

Dakwah sendiri mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan

baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan

secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik

secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya

suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap

ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa

adanya unsur-unsur paksaan.9

7

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.

8

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 2

9

(15)

Jadi yang dimaksud dengan pesan dakwah adalah suatu yang

disampaikan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang

dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya suatu paksaan yang

bersumberkan pada Al-Qur’an dan Sunnah

2. Film Religi

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan, dan

atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan

ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan

atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau di tayangkan dengan

sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.10

Religi adalah “agama” dan bersal dari bahasa latin religio dan berakar

pada kata kerja re-ligari yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya

dengan berreligi seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.11 Jadi yang

dimaksud dengan film religi adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan media komunikasi massa pandang-dengar bercirikan tentang

keagamaan dan dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada

pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan

teknologi lainnya, denagn atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan

atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronok.

10

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=18417&cl=Berita, diakses 25 April 2009

11

(16)

3. Analisis Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari

jalan didunia ini, di tenga-tenga manusia dan bersama manusia. Simiotika,

atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to

sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan

mengkomunikasikan (tocommunicate).12

Semiotika sebagai suatu pembelajaran dari ilmu pengetahuan sosial

yang memiliki unit dasar yang disebut tanda. Tanda itu bisa dipersepsikan

seperti contoh ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, baju yang kita

pakai, makan dan minuman yang sedang dimakan, dan itu dapat ditemukan

dimana-mana. Tanda itu juga dapat didefinisikan sebagai yang mewakili

sesuatu lain. Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis

semiotik. Rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan sistem

penandaan. Karena itu bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama

indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda –

tanda yang menggambarkan sesuatu. Penelitian terhadap bentuk yang bersifat

audio visual ini dapat dilakukan dengan memilih satu model analisis tertentu,

seperti Rolland Barthes.13

12

Alex Sobur. Simiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Hal, 15.

13

(17)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Rolland Barthes.

Rolland Barthes ini adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memikirkan

teori Semiotika ini. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu

denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda

dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi adalah

aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai

kebudayaan dan ideologi.

F. Sistematika Pembahasan

Pada kesempatan ini peneliti membuat sistematika pembahasan

agar penelitian yang dilakukan dapat terarah dan menjadi suatu pemikiran

yang terpadu sehingga mempermudah dalam memahami isi penulisan, baik

penulis maupun pembaca.

BAB I, dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, rumusan

maslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, konseptualisasi, metode

penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II, dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang film,

sejarah perkembangan film, film sebagai media dakwah, kemudian terdapat

pula tinjauan umum tentang semiotik, konsep semiotika Roland Barthes.

BAB III, pada bab ini berisikan Pendekatan dan Jenis Penelitian

metode penelitian, yang mencangkup; objek dan subjek penelitian, jenis dan

sumber data, tahap-tahap penelitian.

BAB IV, pada bab ini membahas penyajian analisa data, yang

(18)

“religi bestseller Indonesia periode 2015”, sinopsis film “religi bestseller

Indonesia periode 2015”, penyajian data, analisis data.

BAB V, pada bab ini penulis mengakhiri skripsi ini dengan

memberikan kesimpulan yang berfungsi menjadi jawaban umum yang

(19)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKAAN

A. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada

penerima. Dan pesan disini merupakan seperangkat simbol verbal atau non

verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber tadi. Pesan

itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan

menyampaikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan.1

Allah SWT berfirman, dalam surat al-Anbiya’ ayat 7:





























































Artinya:“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu

(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu

kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang

berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)2

Nabi Muhammad SAW bersabda:

ريغيلف ا ًرك م مك م ىأر م

كل و بلقبف عطتسي مل إف اسلبف عطتسي مل إف يب

ا يءاافعضأ

1

Ibid. hal. 97

2

(20)

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”(HR. Muslim).3

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu

simbol-simbol. Dalam literatur berbahsa Arab, pesan dakwah disebut

maudlu‟ al-da‟wah.4 Dengan demikian yang dimaksudkan atas

pesan-pesan dakwah itu ialah semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an

dan Sunnah, baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah)

tersebut.5

2. Sumber Pesan Dakwah

Pesan dakwah merupakan materi yang disampaikan seorang da’i

kepada mad’u. Seorang da’i melakukan proses yang logis untuk

menetapkan materi dakwah yang akan dipergunakan, dengan jalan

memilih dan memilah materi dakwah yang relevan untuk disampaikan

Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan

dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu

Al-Qur’an dan Hadis. dengan demikian semua pesan yang bertentangan

terhadap isi Al-Qur’an dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan

dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan

3

Imam Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As Sunnah, 2001), h.610

4

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 318

5

(21)

mengutip ayat Al-Quran sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksudkan

untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya semata, maka

demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan dakwah pada garis

besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (Al-Qur;an dan Hadis)

dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al-Qur’an dan Hadis).6

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt (kalammullah) yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat

Jibril dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur’an

merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam mengarungi

kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan

mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. sepanjang masa.7

b. Hadits

Hadits adalah sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Ia

terdiri atas ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi.

Makna hadits dalam islam merupakan istilah yang dinisbahkan pada

riwayat spesifik mengenai ucapan dan perbuatan Nabi. Pada masa

Nabi, narasi hadits berbentuk informal, di mana orang-orang di

sekitarnya membicarakan apa yang dikatakan atau dilakukan Nabi

persis seperti mereka membicarakan tentang perbuatan mereka

sehari-hari.8

6

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 319

7

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 22

8

(22)

c. Rakyu Ulama (Opini Ulama)

Islam merupakan umatnya untuk berpikir-pikir, berjihad

menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran

dan akwil Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maka dari hasil pemikiran dan

penelitian para ulama ini dapat pula dijadikan sumber kedua setelah

Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan kata lain penemuan baru yang tidak

bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan

sebagai sumber materi dakwah.9

3. Macam-macam Pesan Dakwah

a. Masalah Akidah

Aqidah dalam Islam adalah sifat i‟tiqad bathiniyah yang

mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun

iman. Dibidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju

masalah-masalah yang wajib di-imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga

masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik

(menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan

sebagainya.

Pengertian akidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara

yang wajib benarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan

yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan

kebimbangan. Menurut Hasan al-Banna akidah adalah beberapa

9

(23)

perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, yang tidak

tercampur sedikitpun dengan keraguan.10

b. Masalah Syariah

Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka menataati semua peraturan atau hukum Allah

guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan

mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah

bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah

sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah

tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal saleh

lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina,

mencuri dan sebagainya termasuk pula masalah-masalah yang

menjadi dakwah Islam (nahi anil munkar).11

c. Masalah Akhlak

Ditinjau dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab

akhlaq yang merupakan betuk jamak dari khuluq, khuluq, yang berarti

budi pekerti, perangai, tingkah laku.

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi

dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi

keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi

sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting

10

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 58

11

(24)

dibanding dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi

akhlak adalah penyempurna keimanan dan keislaman.12

B. Katagori Film

1. Pengertian Film

Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang

dijadikan satu untuk disajikan ke penonton (publik). Film mempunyai

kelebihan bermain pada sisi emisional dan mempunyai pengaruh yang

lebih tajam untuk memainkan emosi penonton, film hadir dalam bentuk

penglihatan dan pendengaran, dengan penglihatan dan pendengaran

inilah penonton dapat melihat langsung nilai-nilai yang terkandung

dalam film.13

Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh

lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas

bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan

filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.14

Film menunjukan kita pada jejak-jejak yang ditinggalkan pada

masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia untuk

masa yang akan datang, sehingga dengan perkembangannya film bukan

lagi sekedar menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga

12

Ibid. hal. 62-63

13

Syukriyadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93

14

(25)

diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik,

kapitalisme, dan hak-hak asasi manusia.15

Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang

bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah

gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur

pemberi hidup kepada suatu gambar yang betapapun sempurnanya

teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup

sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan

dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa

dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya

dipergunakan apabila film tidak, atau kurang mampu memberi kesan

yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog

maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi.

Di samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai

“kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan

“sedang dialami oleh khalayak” pada saat film diputar, makin

terpenuhi. Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi

yang mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu

oleh khalayak, seakan-akan sedang mengalami apa yang dibawakan

oleh film secara nyata. Oleh karena itu film mampu mengatasi masalah

hambatan waktu seakan-akan “menarik suatu kejadian dari masa

15

(26)

lampau ke masa kini”, dan ini dapat disaksikan dan dialami oleh

khalayak film.

Ciri khas film adalah sebagai mana telah dikatakan tadi -

gerakan. Gerakan ini dapat dilakukan oleh pelaku film atau oleh kamera

yang digerakkan. Gerakan ini meningkatkan “perasaan mengalami

kenyataan” pada pihak khalayak.16

2. Sejarah Film dan Perkembangannya

Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat

dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh

percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli

berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih

mudah diproduksi dan enak ditonton. Film adalah serangkaian gambar

diam yang bila ditampilkan pada layar,17 menciptakan ilusi gambar

karena bergerak . Berlaku sebaliknya Film telah menjadi media

komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat

dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan

kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas

membuat para ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk

mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak pada setiap

penontonnya,Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau

sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan

pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat

16

Walter Hagemann. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg

(Bandung: Angkasa Ofset, 1952), hal. 13-22.

17

(27)

mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang

bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya.

Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang

membantumengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan

sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan

dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang

dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat

potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan

dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar

hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang

merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti

dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai

komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari

sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk

mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).18

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan mayarakat

memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey

Hong Lee Misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi

massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pada akhir abad

ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi

perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari

18

(28)

permulaan sejarahnya film dapat lebih mudah menjadi alat komunikasi

yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur tehnik, politik,

ekonomi,sosial dan demografi yang merintangi surat kabar pada massa

pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaan abad ke 19” film,

kata Oey Hong Lee, mencapai puncaknya diantara perang dunia I dan

perang dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945,

seiring dengan munculnya media televisi.

Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul

film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang

kemudian melahirkan berbagai studi komunkasi massa. Sayangnya,

perkembangan studi komunikasi kerap berkutat sekitar kajian mengenai

dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi

penelitian komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi

mekanistik”, yang pertama kali diintroduksir oleh Shannon dan

Weaver. Komunikasi selalu diasumsikan oleh paradikma ini sebagai

etintas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen

sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk

mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebahlah berbagai

penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap mayarakat. Ini,

(29)

berbagai topik seperti: pengaruh film terhadap[ perkembangan anak,

film terhadap agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.19

Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan,

terutama teknik-teknik penyuntingan untuk menciptakan adeganadegan

yang menegangkan. Penekanan juga diberikan lewat berbagai gerak

kamera serta tarian para pendekar yang sungguh-sungguh bisa bersilat.

Juga menambahkan trik penggunaan tali temali, yang tak tertangkap

oleh kamera, yang memungkinkan para pendekar itu terbang atau

melenting-lenting dengan nyaman dari satu tempat ke tempat lain.

Akhirnya, teknik-teknik mutakhir dilakukan dengan memanfaatkan

sinar laser, seni memamerkan kembang api dan berbagai peralatan

canggih yang lain.

Jika diingat, setiap pembuat film hidup dalam masyarakat atau

dalam lingkungan budaya tertentu, proses kreatif yang terjadi

merupakan pergulatan antara dorongan subyektif dan nilai-nilai yang

mengendap dalam diri.20

3. Jenis Film

Seiring perkembangan zaman, film pun semakin berkembang,

tak menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi

para aktor dan aktris, dan segi pembuatan film semakin berkembang.

Dengan berkembangnya produksi perfilman, produksi film pun menjadi

lebih mudah, film-film pun akhirnya dibedakan dalam berbagai macam

19

Alex Sobur. Semiotika Komunikasi(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 127.

20

(30)

menurut cara pembuatan, alur cerita dan aksi para tokohnya. Adapun

jenis-jenis film yaitu:

a. Film Dokumenter

Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika

rata-rata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi,

dimana film ini menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat

untuk berbagai macam tujuan.21

b. Film Laga (Action Movies)

Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar-kejaran

mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya

melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah

bahasan yang umum di film jenis ini. Film Action biasanya perlu sedikit

usaha untuk meyimak, karena plotnya biasanya sederhana.

c. Petualangan (Adventure)

Film ini biasanya menyangkut serorang pahlawan yang

menetapkan pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang

yang dicintai.

d. Animasi (Animated)

Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara

untuk menceritakan sebuah berita. Film ini menggunakan gambaran

tangan suatu frame pada suatu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan

komputer.

21

(31)

e. Komedi (Comedies)

Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan

hal-hal yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.

f. Horor

Menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik,

pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di tempat

film ini dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan

takut para penonton.

g. Romantis

Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta

yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini.

Kadang-kadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti

keuangan, penyakit fisik, berbagai bentuk deskriminasi, hambatan

psikologis atau keluarga yang mengancam untuk memutuskan

hubungan cinta mereka

h. Drama

Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang

jatuh cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka.

Mereka bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka

biasanya mengikuti plot dasar di mana satu atau dua karakter utama

(32)

4. Pengaruh Film

Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam

satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa

sosial sebagai identifikasi psikologi. Ketika proses decording terjadi, para

penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran

film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang

dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah

mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film tidak hanya

sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas

dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter

penonton.22

Pengaruh film terhadap jiwa manusia disebabkan karena, pertama

disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop dan kedua dikarenakan

sifat dari media itu sendiri, pada saat film akan dimulai, lampu-lampu

dimatikan, pintu-pintu ditutup, sehingga dalam ruangan itu gelap sekali.

Tiba-tiba tampak pada layar besar yang dihadapannya tampak

gambar-gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama.

Seluruh mata tertuju pada layar, segenap perhatian dan seluruh perasaan

tercurah pada film.23

22

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam (bandung: benang merah press, 2004), hal: 93-94.

23

[image:32.595.147.514.308.552.2]
(33)

Dalam film, orang-orang pandai menimbulkan emosi penonton,

teknik film baik pengaturannya maupun peralatannya telah berhasil

menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan.

Menikmati cerita dalam film berlain dengan buku. Cerita dari buku

disajikan dengan perantara huruf yang berderet secara mati,

huruf-huruf itu mempunyai tanda, tanda-tanda itu mempunyai arti hanya dialam

sadar, sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi

pelaku dalam cerita yang dipertunjukan itu dengan jelas tingkah lakunya

dan dapat mendengarkan suara pada pelaku yang serta pada suara-suara

lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang

dilihatnya pada layar bioskop seolah-olah kejadiannya nyata yang terjadi

dihadapan matanya.

Ada beberapa efek atau pengaruh film terhadap penonton,

diantaranya :

a. Kapasitas didalam memberi kritik dan reaksi tinggi

b. Keinginan individu-individu sendiri untuk melibatkan dirinya dalm

situasi yang sedang dihadapi.

c. Tingkat kesadaran individu bahwa dia berada di dunia yang nyata

diantara lingkungan orang-orang banyak.24

Kekurangan film sebagai media dakwah, pakar komunikasi Rogers

dan Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang

24

(34)

disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar

melalui media massa akan memilik dampak vertikal (mengalami taraf

internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut

serta menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lainnya, lazarfueld

menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan

mempengaruhi masyarakat penerimanya.25

Perlu disadari bahwa film indonesia semakin hari semakin heboh.

Banyak produksi-produksi film yang sekarang tidak sesuai dengan

norma-norma dan malah menimbulkan efek-efek negatif pada lingkungan

masyarakat. Bisa dilihat bahwa sering kali telinga kita mendengar kata-kata

jorok yang sering tanpa sadar ditiru oleh para pendengar seperti kata

“jancok, anjing, bangsat, dan masih banyak lagi yang lain”. Dan juga

sering kali mata kita melihat hal-hal yang tidak senonoh atau adegan-adegan

porno seperti halnya adegan mesra-mesraan, menampar, berantem, dan

lain-lain yang tanpa sadar malah menjadi doktrin bagi para konsumennya.

Sengaja maupun tidak sengaja kita dihadapkan dengan hal tersebut.

Kebanyakan film yang marak sekarang hanya mementingkan bisnis semata

bukan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.

5. Film Sebagai Media Dakwah

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pegirim kepada komunikan,

pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang

25

(35)

untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan

atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak

diajak berkomunikasi.26

Dakwah secara istilah ialah mendorong (memotivasi) umat manusia

agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah

berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar supaya mereka

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.27 Dan masih banyak Ulama’

yang berpendapat tentang pengertian dakwah tersebut, diantaranya:

a. H. Endang S. Anshari, Dakwah berarti menyampaikan (Tabligh) Islam

kepada Manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara

lukisan.

b. Ahamd Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa dakwah adalah

aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan

pada tingkah laku pelaku pembahrunya. Oleh karena itu, yang menjadi

inti dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seorang dan

masyarakat secara kultural.28

c. Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-da‟wat al-islamiyyat

mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan

segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu kepada upaya

1

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 23.

27

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 9.

28

(36)

penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup

aqidah, syariat, dan akhlak.29

d. Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul mursyidin, mengatakan

dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan

mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan

mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.

e. Shekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya Dakwah ila

al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi manusia

agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar

ma‟ruf Nahi Munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.30

6. Film Sebagai Kajian Semiotika

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis

struktur atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest, film

dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai

sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang

diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film

menciptakan imaji dan sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda

ikonis, yaitu tanda-tanda yang menggambarkan susuatu. Ciri

gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya.

29

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm. 6.

30

[image:36.595.125.513.227.540.2]
(37)

Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang

dinotasikannya.31

Semiotik sebagai suatu cara untuk mengkaji tentang film. Semiotika

beroprasi dalam wilayah tanda. Film dikaji melalui sistem tanda, yang

terdiri dari lambang baik verbal maupun yang berupa ikon atau gambar.

Film menentukan ceritanya dengan cara khususnya sendiri.

Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera

dan pertunjukkanya dengan proyektor dan layar. Begitulah, sebuah film

pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik

untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.32

film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata

bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang

akrab,seperti pemotongan, pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan

dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar

(zoom in), pengecilan gambar (zoom out), memudar (fade), pelaturan

(dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat, efek

khusus (spesial effect). 33

31

Alex Sobur, Komunikasi Semiotika, Rosda Karya, Bandung, 2006, hal. 128.

32

Ibid, hal. 131.

33

[image:37.595.140.516.277.553.2]
(38)

7. Semiotika Roland Barthes

Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan

pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi

dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh

penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”,

mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna

ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2

tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi

berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada

tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk

lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal

yang berhubungan dengan emosional.

Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari

Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural

dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan

frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk

membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan

menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa

yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka

(39)

1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras

penuh kontroversi.34

C. Penelitian terdahulu yang relevan

Dalam penelitian ini yang sedikit mempunyai kesamaan antara lain:

1. Penelitian Muchammad Zakari, Pesan Dakwah Dalam Novel

Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia, 2016. Didalam penulisan

ini mempunyai kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian

sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel Fokus

Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan

dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami

pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas

dalam sebuah novel.

2. Penelitian Mohhamad Nuruddin Cahaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul “Pesan Moral dalam Film 5 Elang”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan.

Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu

mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang

lain. Manusia tidak bisa hidup dalam kesendiriannya dan dibutuhkan

hubungan interaksi antara individu yang satu dengan saling

tolong-menolong. Pesan moral yang terdapat dalam film ini juga mencakup

persahabatan. Pada film 5 Elang menampilkan sebuah fungsi dari

persahabatan yaitu sahabat sebagai kawan, sahabat sebagai dukungan

34

(40)

fisik atau ego, dan sahabat sebagai pemberi keakraban dan erhatian.

Disamping dari segi persahabatan terdapat juga pesan moral dimana

sebagai manusia yang hidup dengan bergantung kepada alam, manusia

harus menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar manusia senantiasa

hidup sehat dan tentram. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami

ialah sama-sama menggunakan analisis semiotik Roland Barthes, dan

meneliti tentang suguhan file audio visual. Sedang perbedaan penelitian

ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai

objek penelitian. Penelitian ini menggunkan film genre modern, sedang

penelitian kami meggunakan film genre kolosal.

3. Penelitian Sinyur Bangun Negoro, Mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul “Analisis Pesan Dakwah pada Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat, dalam Film Cinta Suci Zahrana”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

kepustakaan. Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama

keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan

kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Banyak scene dalam film

Cinta Suci Zahrana menunjukkan pesan dakwah yang tergambar dalam

bentuk simbol-simbol, bahasa, gambar, dan suara (pesan lisan). Adapun

pesan dakwah yang ditangkap oleh peneliti pada perilaku tokoh Zahrana, Hasan, Rachmat di film Cinta Suci Zahrana, antara lain; aqidah, syari’ah, akhlak. Persamaan penilitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama

meneliti film audio visual. Sedang perbedaan penelitian ini dengan

penelitian kami ialah penelitian ini menggunakan analisis semiotik model

Charles S. Pierce, sedang penelitian kami menggunakan analisis semiotik

model Roland Barthes.

4. Penelitian dari Turini, Turini (2015) Materi Dakwah Pada Novel Religi

Bestseller Di Indonesia Periode 2013. Undergraduate thesis, UIN Sunan

(41)

kualitatif Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode

2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best

Seller 2015.

5. Penelitian Alfan Yudi, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan

judul “Makna Perlawanan dalam Film Dokumenter Setitik Asa Dalam Lumpur”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan. Pesan makna perlawanan disini berkorelasi

dengan beberapa keinginan korban yang belum terpenuhi maka timbul

sikap aroganisme. Simbol perlawanan dalam film setitik asa dalam

lumpur adalah berupa sepanduk dan tulisan pada kaos. Buku yang

mewakili perasaan anak kecil , bendera sobek sebagai ketidak amanan

pada negara serta komentar kritis dari salah satu provokator warga yang

menyingkap semua kejahatan oknum yang harus bertanggung jawab atas

kesengsaraan rakyat. Yang berisi tentang tuntutan warga. Dan juga

ketidak nyamanan warga serta, tuntutan warga untuk pertanggung

jawaban, dan simbol yang berupa pernyataan untuk tidak melupakan

kejadian musibah tersebut yang terselip makna permintaan pertanggung

jawaban. Persamaan penelitian ini dngan penelitian kami ialah

sama-sama membahas tentang perjuangan membela kebenaran atas nama

rakyat. Sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah

perlawanan yang dilakukan oleh tokoh dalam penelitian ini adalah

perlawanan terhadap kesewenangan pemimpin dalam negeri sendiri,

sedangkan penelitian kami sang tokoh melawan kesewenangan dari

penjajah luar negeri.

Tabel 2.1

NO PENELITI JUDUL METODE

PENELITIAN

KESIMPULAN KETERANGAN

01 Muchamma

d Zakari,

Pesan Dakwah

Metode penelitian kualitatif

Pesan Dakwah Dalam Novel

(42)

2016 UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Novel Assalam ualaikum Beijing Karya Asma Nadia deskriptif kepustakaan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia adalah bagaimana kita bisa memaknai tulisan yang tersirat pada novel assalamuailkum beijing kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel. Sedangkan Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel. Sedangkan penelitian ini

mengunakan analisis isi dari sebuah film religi bestseller periode 2015.

02 Mohammad

Nuruddin Cahaya, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Pesan Moral dalam Film 5 Elang: Sebuah Analisis Semiotik a Roland Barthes Pada Film 5 Elang Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia tidak bisa hidup dalam

kesendiriannya dan dibutuhkan hubungan

Persamaan penelitian ini dengan enelitian kami ialah sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dan mengunggah dari sebuah film. Sedang Perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai objek

(43)

interaksi antara individu yang satu dengan saling tolong-menolong.

film genre modern sedang film yang kami teliti merupakan film genre kolosal.

03 Sinyur

Bangun Negoro, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Analisis Pesan Dakwah Pada “Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat ” dalam Film Cinta Suci Zahrana: Analisis Semiotik Model Charles S. Pierce Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan

Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama meneliti film audio visual. Sedang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah, penelitian ini menggunakan analisis semiotika model Charles S. Pierce, sedang penilitian kami menggunakan anlisis semiotika model Roland Barthes.

04 Turini,

Turini (2015) Undergradu ate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Materi Dakwah Pada Novel Religi Bestselle r Di Indonesi a Periode 2013. Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Materi dakwah yang terkandung pada novel religi best seller 2013 mempunyai sifat akidah, akhlak, muamalah dan syariah Penelitian ini mempunya kesamaan pada analisis kualitatif sedangkan Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode 2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best Seller 2015.

05 Yudi Alfan,

(44)

Asa dalam Lumpur (Analisis Semiotik Model Roland Barthes)

timbul sikap aroganisme.

penelitian ini dengan penelitian kami ialah perlawanan yang dilakukan tokoh ini terhadap

(45)

39

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya

dicarikan jalan keluarnya. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode

penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu penyelidikan yang

sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu

masalah.1 Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi pisau bedah bagi

penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian

yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca

informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan demikian peneliti

memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga

menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.2

Metodologi atau pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah

pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentu penelitian yang ditunjukkan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa bentu, aktivitas,

karateristik, perubahan, hubungan, dan persamaan. Jenis penelitian ini adalah

1

Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), hal. 15.

2

(46)

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif akan melakukan penggambaran secara

mendalam tentang situsi atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini peneliti

kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis. Penelitian kualitatif adalah

kumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah

dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah.3 Peneliti dalam hal ini

akan mendeskripsikan apa yang didapatkan dari hasil di lapangan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).

Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke

dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian dari

sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan

dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief

Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data

diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari

orang-orang atau subyek itu sendiri.4 Selain itu peneliti menggunakan model

deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

3

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.5.

4

(47)

yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data,

menganalisis dan menginteprestasi.5

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis

semiotik. Menurut Bogdam dan Guba seperti yang dikutip oleh Lexy J.

Moleong yaitu pendekatan kualitatif adalah produser penelitian yang

menghasilkan data diskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar

dan angka-angka) hal ini ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa dan aktivitas sosial lainnya.6 Dalam penelitian ini data

disajikan dalam bentuk cuplikan frame dari scene-scene khususnya yang

mengandung gambaran Tipikal Pesan Dakwah dalam Film Religi Bestseller

Periode 2015. Data-data tersebut kemudian diinterpektasikan dengan rujukan,

acuan, atau referensi-referensi lain secara ilmiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif

yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah

penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7

Metode penelitian ini akan menggunakan analisis model Roland

Barthes. Pada semiotik Roland Barthes ini, peneliti dapat mengetahui tentang

bagaimana Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi BestSeller Indonesia

Periode 2015 dan menggemukakan makna dari hal-hal yang tersembunyi

dibalik sebuah pesan teks.

5

MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.148.

6

Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.6.

7

(48)

B. Unit Analisis

Unit analisisnya adalah menganailisi film religi best seller Indonesia

Periode 2015 dimana terdapat film yang menduduki rating tertinggi dalam

siarannya yaitu film Surga yang tak dirindukan, Mencari Hilal, Ada surga

Dirumahmu dan Hijab, yang mana dalam film tersebut pasti mengandung

tipikal pesan dakwah yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan

analisis semiotik model Roland Barthes.

Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya

adalah shot (pengambilan gambar) dan scene (cerita sebagai runtutuan alur

peristiwa dalam sekenario) yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang

memiliki tipikal pesan dakwah yang diambil dari segi akhlak, syariah dan

akidah dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan

asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan

salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam

film religi Indonesia yang disampaikan oleh pembuat film atau sutradara belum

tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film banyak dijumpai

tanda-tanda ataupun simbol yang mempunyai makna tersembunyi.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan

tindakan serta sumber yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam

(49)

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau

tindakan, selebihnya adalah data tambah seperti dokumen dan lain-lain.8

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Jenis data dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini

adalah data deskriptif yaitu transkip dan sinopsis dari film Religi

Best Seller Indonesia Periode 2015 ini. Transkrip yaitu kumpulan

dialog berdasarkan cerita tersebut yang menunjukkan transkrip

dalam film ini adalah dialog begitupun dengan sinopsis, sinopsis

yaitu cerita singkat tentang isi yang terdapat dalam film

b. Data Sekunder

Tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk

melengkapi data yang sudah ada seperti: buku-buku refrensi, serta

situs-situs yang berkaitan dengan film Religi Best Seller Indonesia

Periode 2015

2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data utama atau

primer dan sumber data pelengkap atau skunder.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rekaman video film

Religi Best Seller Indonesia Periode 2015, sedangkan data sekunder atau

data pelengkap yaitu bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, video arsip

8

(50)

maupun dokumen dan juga sumber data internet yang mendukung

penelitian untuk memperoleh data yang relevan.

D. Tahapan Penelitian

Dalam tahapan ini dilakukan tahapan-tahapan penelitian agar

penelitian ini bisa lebih sistematis dan juga bisa lebih optimal. Berikut

tahapan-tahapan penelitian, antara lain:

1. Penjajakan

Penelitian ini berawal dari kegiatan penjajakan atau menjajaki

permasalahan yang menjadi pusat perhatian peneliti. Mencari ruang

lingkup peneliti yang sesuai dengan pusat penelitian yang akan

dilakukan.9

2. Mencari dan Menetukan Tema

Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu bmencari permasalahan

yang akan dijadikan sebagai objek penelitian serta menentukan tema,

peneliti mencari beberapa materi yang berhubungan dengan film untuk

mencari obyek penelitian. Peneliti menyeleksi dan mencari judul yang

menarik dan aktual namun tetap sesuai dengan kajian Komunikasi dan

Penyiaran Islam dengan konsentrasi Radio dan Televisi (RTV).

Kemudian membuat matriks usulan judul yang telah disetujui oleh

jurusan yang kemudian berlanjut pada pembuatan proposal penelitian.

Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Tipikal Pesan Dakwah

9

(51)

dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015” (Analisis

Semiotik Model Roland Barthes).

3. Menentukan Metode Dan Menyusun Desain Penelitian

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menentukan

tema adalah menentukan metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian. Karena yang diteliti adalah Tipikal Pesan Dakwah

yang terkandung dalam Film film Religi Best Seller Indonesia Periode

2015, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan menganalisis data menggunakan analisis

semiotik medel Roland Barthes. Adapun metode ini digunakan sebagai

alat pembedah dalam menganalisis data yang menjadi objek penelitian

yakni film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015.

Sedangkan desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun

acuan yang akan dilakukan, yaitu dengan

Gambar

gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama.
gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya.
Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
Gambar 4.1 Di benak Mahmud, tak ada yang lebih mulia selain tulus berjuang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kinematika scanline III Mengetahui apakah suatu lereng itu berpotensi longsoran guling mungkin terjadi atau tidak, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan dari

Jumlah Tarsius sebanyak 2 ekor yang didapatkan pada perkebunan karet tradi- sional menunjukkan bahwa penutupan tumbuhan pada lokasi tersebut mampu memberikan habitat bagi

Tingkat rata-rata kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 88,07 mendekati 100% sehingga dapat

Berat umbi bawang merah dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh dosis pupuk KCl Pada Tabel 2 dapat dilihat, pemberiaan pupuk KCl menunjukkan pengaruh yang nyata

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan variabel bebas gaya kepemimpinan direktif, suportif, orientasi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu

Spektrum FTIR Minyak Pelumas Berdasarkan Gambar 2 diatas sebagai parameter untuk analisa FTIR didapat bahwa reaksi yang terjadi pada minyak pelumas

Berdasarkan tabel 3, menunjukan bahwa hasil analisis ragam jumlah polong hampa tanaman kedelai dengan perlakuan dosis pupuk P (SP-36) menunjukan berbeda sangat nyata

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan Cina dan wisatawan Indonesia memiliki preferensi yang berbeda, sehingga dapat dilihat