Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Moch. Faris Azmi NIM. B01212018
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
viii ABSTRAK
Moch. Faris Azmi, NIM. B01212018, Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi
Bestseller Indonesia Periode 2015 (Analisis Simiotika Roland Barthes). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Pesan Dakwah dan Film Religi
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : Bagaimana Tipikal Pesan
Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015? bertujuan untuk
mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best Seller Indonesia
Periode 2015.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis semiotika yang mengacu pada teori Roland Barthes dengan menggunakan teknik konotasi dan denotasi dalam mengungkapkan sebuah
makna dari Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia
Periode 2015. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah dialog yang
dilakukan, pemeranan, serta ilustrasi musik dalam Film Religi Bestseller
Indonesia Periode 2015.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa tipikal pesan dakwah dalam film religi bestseller Indonesia priode 2015 meliputi: masalah Syariah dan masalah Akhlak. Masalah syariah meliputi film Mencari Hilal, Ayat-ayat Adinda dan film Surga yang Tak di Rindukan dan masalah akhlak meliputi film Harim di Tanah Haram dan film Air Mata Surga. Dalam konteks ini tipikal pesan dakwah yang lebih menonjol pada periode 2015 adalah ke pesan Syariah.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam selalu mengharuskan pemeluknya untuk terus menerus
menyebarkan kepada umat manusia, bukan dengan paksaan atau kekerasan.
Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting untuk mengajak dan
menggerakkan masyarakat atau individu untuk melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar.1 Sehingga kita tidak melanggar norma yang sesuai dengan alquran dan
hadis.
Islam sendiri adalah agama yang menyerukan untuk aktif melakukan
kegiatan dakwah, dengan perkembangan yang cukup pesat, di sana pula
dibutuhkan kecepatan teknologi dan informasi yang sangat penting diera
globalisasi. Sebagai seorang muslim kita harus bisa memanfaatkan dengan baik
bagaimana menyebarkan dakwah yang benar dan baik. Sesuai firman Allah
Quran surat Al Maidah ayat 67:
1Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir.2
Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Untuk mencapai
dakwah yang efektif maka diperlukan media. Di zaman yang serba modern ini
banyak sekali bermunculan media yang bersaing untuk semakin canggih. Maka
disinilah peran para da’i untuk memilih dan memanfaakan media secara optimal.
Salah satu media yang mempunyai peluang besar adalah film karena
hampir semua orang dari semua usia menyukai film. Selain memiliki fungsi
entertainmen, film juga berfungsi sebagaimana media yang lain yakni edukatif,
informatif dan control sosial.3
Pada buku Ilmu Dakwah karangan Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag
mengatakan bahwa, pengertian dakwah adalah aktifitas penyampaian ajaran
Islam kepada orang lain dengan cara yang bijaksana untuk terciptanya individu
dan masyarakat yang bisa menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Usaha dakwah juga bisa dilakukan melalui lisan maupun
tulisan yakni yang bersifat mengajak, menyeru agar mentaati Allah dan menjauhi
larangan-Nya.4
Pesan-pesan dakwah harus mampu berlomba dengan rangsangan yang
berseliweran disekitar kehidupan manusia. Dakwah harus mampu menciptakan
2
Departemen agama RI, AL-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: mujamma’,1990), hal 172
3
Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, (Jakarta: Harakah, 2002), h.64
4
suatu rangsangan yang dominan terhadap komunikannya (penerima pesan)
sehingga mampu memalingkan komunikannya tersebut dari
rangsangan-rangsangan lain yang bertentangan dengan harapan dakwah. Dalam dakwah
sendiri sangat luas bagaimana cara penyampai pesan dakwah kepada para
komunikan (mad’u) salah satunya melalui media sebagai cara kita menyebarkan
ajaran agama islam.
Media elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sebagai alat
penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang besar
dan luas ini menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan manusia
dalam kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di indonesia, media
elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah
menjadi kebutuhan primer. Internet, TV, Radio hampir tersebar merata keseluruh
nusantara.
Begitupun dalam dunia perfilman, film merupakan media yang komplit
percampuran antara seni dan teknologi (audio visual). Hal ini yang menjadi
peluang bagi para pendakwah untuk berdakwah melalui film, meski pada faktanya
mereka harus berhadapan dengan industri perfilman kapitalis. Selain mudah
dipahami dalam menyampaikan pesan, film juga dapat dijadikan hiburan bagi
masyarakat untuk melepas kepenatan setelah beraktifitas.
Pesan dakwah bisa disampaikan melalui media audio visual yang dikemas
dalam film, tergantung bagaimana cendekiawan muslim bisa ikut mengisi dunia
sangat sedikit di indonesia kebanyakan film masih berkutat dalam nuansa horor,
romansa cinta dan bahkan tak jarang film barat mengisi perfilman di indonesia.
Pesan dalam sebuah film terkadang bergantung pada masing-masing personal
dalam memaknai dan menafsirkan isi dari film itu sendiri.5dalam hal ini sangat
memungkinkan nilai-nilai dakwah muda kita cari dalam suatu perfilman.
Film merupakan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur
kesenian. Yaitu cangko kan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman
suara. Kemampuan bertumbuh film sangatlah bergantung pada tradisi bagaimana
unsur -unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dari film-yang dalam
masyarakat masing-masing berkembang pesat–dicangkok dandihimpun. Dengan
demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan teknologi media dan seni
lainnya.
Pada dunia perfilman Indonesia mempunyai karakteristik/genre
bermacam-macam antara lain aksi, keluarga, romantika dan religi. Disitu lah para aktor
dakwah mempunyai peluang untuk menyampaikan suatu yang lebih baik. Salah
satunya yang diambil para pendakwah adalah perfilman yang bergenre religi.
Film- film religi sangat jarang ditemui pada film Indonesia pada saat ini.
Selain hanya ditonton oleh orang-orang tertentu, daya tarik dalam film religi
kurang menarik. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak pelajaran yang
dapat diambil setelah menonton film tersebut. Film religi mulai berproduksi
seiring dengan banyaknya film Indonesia yang sudah bermunculan.
5
Religi tidak hanya menyuguhkan tontonan yang bersifat menghibur saja.
Tetapi film religi juga menyuguhkan tontonan yang dapat memberikan manfaat
bagi para penontonnya. Tayangan film religi baik cerita dialog serta acting yang
diperankan aktris dan aktornya dapat dijadikan contoh yang baik karena film
religi tersebut mengandung pesan dakwah. Pada periode tahun 2015 sangatlah
banyak para produser atau direktur perusahaan perfilman indonesia memproduksi
film bernuansa religi sehingga membuat para penikmat film atau menonton film
yang sudah disuguhkan.
Sebut saja film religi dengan judul surga yang dirindukan yang terbilang
fenomenal. Dari awal tahun 2015 hingga senin (19/1/2015) film ini menarik
hingga 538.606 juta penonton.6 tentu jumlah ini akan terus bertambah minat untuk
menonton film ini. Kesuksesan surga yang tak dirindukan membuka jalan bagi
film religi lain untuk dapat tayang dengan harapan kesuksesan yang sama dengan
film sebelumya. Mencari Hilal, Surga yang Tak di Rindukan, Harim di Tanah
Haram dan Hijab adalah judul-judul film religi di Indonesia produksi tahun 2015.
Pada kesempatan kali ini peneliti meneliti pesan dakwah yang ada pada film
religi dengan menganalisis beberapa judul film religi dengan tema berbeda yang
mewakili dari film-film religi produksi tahun 2015 kemudian membandingkannya
untuk diamati masing-masing pesan dakwahnya. Peneliti akan mengupas satu
persatu film tersebut pastilah berbeda dalam menyuguhkan tontonan yang dapat
memberikan manfaat bagi para penontonnya. Berpijak dari latar belakang ini,
6
maka timbulah ide untuk mengadakan penelitian dengan judul “Tipikal Pesan
Dakwah Dalam Film Religi Bestseller Indonesia Tahun Periode 2015”
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar tidak terjadi kerancuan,
penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna denotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi best
seller Indonesia periode 2015?
2. Bagaimana makna konotasi tipikal pesan dakwah dalam film religi
best seller Indonesia periode 2015?
3. Bagaimana tipikal pesan dakwah dalam film religi best seller
Indonesia periode 2015?
C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi Best
Seller Indonesia Periode 2015.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat wawasan baru terhadap
pengembangan Ilmu di bidang Dakwah pada Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti
Dengan penilitian ini, sangat besar harapan dapat mengetahui dan
memahami Kategorisasi Tipikal Pesan Dakwah pada Film Religi Bestseller
Indonesia Periode 2015. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi
bahan acuan pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkannya. Serta
dalam rangka memenuhi kredit semester guna mengahiri masa perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam penyampaian
dakwah dengan menggunakan media cetak pada Film.
c. Secara Akademis
Dari hasil penelitian ini pula, harapan besar bagi peniliti bisa
menjadikan tema ini sebagai bahan atau kajian bagi penelitian-penelitian
berikutnya. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu
E. Konseptualisai
Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu gejala atau menyatakan suatu
ide (gagasan).7 Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka
penulis perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan
sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang
tindihan makna dalam masalah penelitian ini. Peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Pesan Dakwah
Pesan (message) adalah ide-ide atau gagasan atau buah pikiran yang
disampaikan oleh sumber kepada orang lain denagn tujuan (destination) agar
orang lain bertindak sama sesuai dengan harapan yang dituangkan dalam
pesan tersebut.8
Dakwah sendiri mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa
adanya unsur-unsur paksaan.9
7
Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 4.
8
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 2
9
Jadi yang dimaksud dengan pesan dakwah adalah suatu yang
disampaikan dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana tanpa adanya suatu paksaan yang
bersumberkan pada Al-Qur’an dan Sunnah
2. Film Religi
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan, dan
atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan
ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau di tayangkan dengan
sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.10
Religi adalah “agama” dan bersal dari bahasa latin religio dan berakar
pada kata kerja re-ligari yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya
dengan berreligi seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.11 Jadi yang
dimaksud dengan film religi adalah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan media komunikasi massa pandang-dengar bercirikan tentang
keagamaan dan dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada
pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya, denagn atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan
atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronok.
10
http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=18417&cl=Berita, diakses 25 April 2009
11
3. Analisis Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari
jalan didunia ini, di tenga-tenga manusia dan bersama manusia. Simiotika,
atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to
sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (tocommunicate).12
Semiotika sebagai suatu pembelajaran dari ilmu pengetahuan sosial
yang memiliki unit dasar yang disebut tanda. Tanda itu bisa dipersepsikan
seperti contoh ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, baju yang kita
pakai, makan dan minuman yang sedang dimakan, dan itu dapat ditemukan
dimana-mana. Tanda itu juga dapat didefinisikan sebagai yang mewakili
sesuatu lain. Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
semiotik. Rangkaian gambar dalam film menciptakan imajinasi dan sistem
penandaan. Karena itu bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama
indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda –
tanda yang menggambarkan sesuatu. Penelitian terhadap bentuk yang bersifat
audio visual ini dapat dilakukan dengan memilih satu model analisis tertentu,
seperti Rolland Barthes.13
12
Alex Sobur. Simiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Hal, 15.
13
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Rolland Barthes.
Rolland Barthes ini adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memikirkan
teori Semiotika ini. Teori Barthes menjelaskan dua tingkat pertandaan yaitu
denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda
dengan referensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan konotasi adalah
aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai
kebudayaan dan ideologi.
F. Sistematika Pembahasan
Pada kesempatan ini peneliti membuat sistematika pembahasan
agar penelitian yang dilakukan dapat terarah dan menjadi suatu pemikiran
yang terpadu sehingga mempermudah dalam memahami isi penulisan, baik
penulis maupun pembaca.
BAB I, dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, rumusan
maslah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, konseptualisasi, metode
penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II, dalam bab ini berisikan tentang tinjauan umum tentang film,
sejarah perkembangan film, film sebagai media dakwah, kemudian terdapat
pula tinjauan umum tentang semiotik, konsep semiotika Roland Barthes.
BAB III, pada bab ini berisikan Pendekatan dan Jenis Penelitian
metode penelitian, yang mencangkup; objek dan subjek penelitian, jenis dan
sumber data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV, pada bab ini membahas penyajian analisa data, yang
“religi bestseller Indonesia periode 2015”, sinopsis film “religi bestseller
Indonesia periode 2015”, penyajian data, analisis data.
BAB V, pada bab ini penulis mengakhiri skripsi ini dengan
memberikan kesimpulan yang berfungsi menjadi jawaban umum yang
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKAAN
A. Pesan Dakwah
1. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Dan pesan disini merupakan seperangkat simbol verbal atau non
verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, maksud sumber tadi. Pesan
itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan
menyampaikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan.1
Allah SWT berfirman, dalam surat al-Anbiya’ ayat 7:
Artinya:“Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu
(Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)2
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ريغيلف ا ًرك م مك م ىأر م
كل و بلقبف عطتسي مل إف اسلبف عطتسي مل إف يب
ا يءاافعضأ
1
Ibid. hal. 97
2
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”(HR. Muslim).3
Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu
simbol-simbol. Dalam literatur berbahsa Arab, pesan dakwah disebut
maudlu‟ al-da‟wah.4 Dengan demikian yang dimaksudkan atas
pesan-pesan dakwah itu ialah semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an
dan Sunnah, baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah)
tersebut.5
2. Sumber Pesan Dakwah
Pesan dakwah merupakan materi yang disampaikan seorang da’i
kepada mad’u. Seorang da’i melakukan proses yang logis untuk
menetapkan materi dakwah yang akan dipergunakan, dengan jalan
memilih dan memilah materi dakwah yang relevan untuk disampaikan
Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan
dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu
Al-Qur’an dan Hadis. dengan demikian semua pesan yang bertentangan
terhadap isi Al-Qur’an dan hadis tidak dapat disebut sebagai pesan
dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan
3
Imam Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta: Pustaka As Sunnah, 2001), h.610
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 318
5
mengutip ayat Al-Quran sekalipun. Akan tetapi, jika hal itu dimaksudkan
untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsunya semata, maka
demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan dakwah pada garis
besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (Al-Qur;an dan Hadis)
dan pesan tambahan atau penunjang (selain Al-Qur’an dan Hadis).6
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt (kalammullah) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat
Jibril dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. Al-Qur’an
merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam mengarungi
kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah Swt. Al-Qur’an merupakan
mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. sepanjang masa.7
b. Hadits
Hadits adalah sumber kedua ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Ia
terdiri atas ucapan, perbuatan atau persetujuan secara diam dari Nabi.
Makna hadits dalam islam merupakan istilah yang dinisbahkan pada
riwayat spesifik mengenai ucapan dan perbuatan Nabi. Pada masa
Nabi, narasi hadits berbentuk informal, di mana orang-orang di
sekitarnya membicarakan apa yang dikatakan atau dilakukan Nabi
persis seperti mereka membicarakan tentang perbuatan mereka
sehari-hari.8
6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi Revisi), (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 319
7
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 22
8
c. Rakyu Ulama (Opini Ulama)
Islam merupakan umatnya untuk berpikir-pikir, berjihad
menemukan hukum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran
dan akwil Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maka dari hasil pemikiran dan
penelitian para ulama ini dapat pula dijadikan sumber kedua setelah
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan kata lain penemuan baru yang tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat pula dijadikan
sebagai sumber materi dakwah.9
3. Macam-macam Pesan Dakwah
a. Masalah Akidah
Aqidah dalam Islam adalah sifat i‟tiqad bathiniyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun
iman. Dibidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju
masalah-masalah yang wajib di-imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga
masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya syirik
(menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan
sebagainya.
Pengertian akidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara
yang wajib benarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Menurut Hasan al-Banna akidah adalah beberapa
9
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keraguan.10
b. Masalah Syariah
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka menataati semua peraturan atau hukum Allah
guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan
mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.
Masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah
bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah
sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah
tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal saleh
lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minum, berzina,
mencuri dan sebagainya termasuk pula masalah-masalah yang
menjadi dakwah Islam (nahi anil munkar).11
c. Masalah Akhlak
Ditinjau dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab
akhlaq yang merupakan betuk jamak dari khuluq, khuluq, yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku.
Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi
dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi
keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi
sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting
10
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013). Cetakan ke-3, hal. 58
11
dibanding dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi
akhlak adalah penyempurna keimanan dan keislaman.12
B. Katagori Film
1. Pengertian Film
Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang
dijadikan satu untuk disajikan ke penonton (publik). Film mempunyai
kelebihan bermain pada sisi emisional dan mempunyai pengaruh yang
lebih tajam untuk memainkan emosi penonton, film hadir dalam bentuk
penglihatan dan pendengaran, dengan penglihatan dan pendengaran
inilah penonton dapat melihat langsung nilai-nilai yang terkandung
dalam film.13
Film adalah alat komunikasi massa yang memperoleh
lembaga-lembaga komunikasinya dalam bentuk bayangan hidup diatas
bayangan putih, hal ini dilakukan atas bayangan proyektor, sedangkan
filmnya sendiri adalah rentetan foto diatas seoid.14
Film menunjukan kita pada jejak-jejak yang ditinggalkan pada
masa lampau, cara menghadapi masa kini, dan keinginan manusia untuk
masa yang akan datang, sehingga dengan perkembangannya film bukan
lagi sekedar menampilkan citra bergerak (Moving Images), namun juga
12
Ibid. hal. 62-63
13
Syukriyadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 93
14
diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu, seperti halnya politik,
kapitalisme, dan hak-hak asasi manusia.15
Esensi film adalah gerakan atau lebih tepat lagi gambar yang
bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah
gambar hidup, dan memang gerakan itulah yang merupakan unsur
pemberi hidup kepada suatu gambar yang betapapun sempurnanya
teknik yang dipergunakan, belum mendekati kenyataan hidup
sehari-hari, sebagaimana halnya dengan film. Untuk meningkatkan kesan dan
dampak dari film, suatu film diiringi dengan suara yang dapat berupa
dialog atau musik. Dalam film yang baik, dialog dan musik hanya
dipergunakan apabila film tidak, atau kurang mampu memberi kesan
yang jelas kepada komunikan melalui gerakan saja, sehingga dialog
maupun musik merupakan alat bantu penguat ekspresi.
Di samping suara dan musik, warna juga mempertingkat nilai
“kenyataan” pada film, sehingga unsur “sungguh-sungguh terjadi” dan
“sedang dialami oleh khalayak” pada saat film diputar, makin
terpenuhi. Dengan demikian, film merupakan suatu sarana komunikasi
yang mengaktualisasi suatu kejadian untuk dinikmati pada saat tertentu
oleh khalayak, seakan-akan sedang mengalami apa yang dibawakan
oleh film secara nyata. Oleh karena itu film mampu mengatasi masalah
hambatan waktu seakan-akan “menarik suatu kejadian dari masa
15
lampau ke masa kini”, dan ini dapat disaksikan dan dialami oleh
khalayak film.
Ciri khas film adalah sebagai mana telah dikatakan tadi -
gerakan. Gerakan ini dapat dilakukan oleh pelaku film atau oleh kamera
yang digerakkan. Gerakan ini meningkatkan “perasaan mengalami
kenyataan” pada pihak khalayak.16
2. Sejarah Film dan Perkembangannya
Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat
dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh
percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli
berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih
mudah diproduksi dan enak ditonton. Film adalah serangkaian gambar
diam yang bila ditampilkan pada layar,17 menciptakan ilusi gambar
karena bergerak . Berlaku sebaliknya Film telah menjadi media
komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat
dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan
kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas
membuat para ahli percaya.bahwa film memiliki potensi untuk
mempengaruhi khalayaknya Film memberi dampak pada setiap
penontonnya,Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau
sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan
pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat
16
Walter Hagemann. Der Film, Wesen und Gestalt, Kurt von Winckel Verlag, Heidelberg
(Bandung: Angkasa Ofset, 1952), hal. 13-22.
17
mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang
bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya.
Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang
membantumengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan
sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan
dalam dua pengertian. Pertama, film merupakan selaput tipis yang
dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat
potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan
dibioskop). Yang kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar
hidup. Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang
merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti
dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai
komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari
sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk
mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).18
Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan mayarakat
memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey
Hong Lee Misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi
massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pada akhir abad
ke 19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi
perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari
18
permulaan sejarahnya film dapat lebih mudah menjadi alat komunikasi
yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur tehnik, politik,
ekonomi,sosial dan demografi yang merintangi surat kabar pada massa
pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaan abad ke 19” film,
kata Oey Hong Lee, mencapai puncaknya diantara perang dunia I dan
perang dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945,
seiring dengan munculnya media televisi.
Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul
film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang
kemudian melahirkan berbagai studi komunkasi massa. Sayangnya,
perkembangan studi komunikasi kerap berkutat sekitar kajian mengenai
dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi
penelitian komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi
mekanistik”, yang pertama kali diintroduksir oleh Shannon dan
Weaver. Komunikasi selalu diasumsikan oleh paradikma ini sebagai
etintas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa.
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen
sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk
mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebahlah berbagai
penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap mayarakat. Ini,
berbagai topik seperti: pengaruh film terhadap[ perkembangan anak,
film terhadap agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.19
Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan,
terutama teknik-teknik penyuntingan untuk menciptakan adeganadegan
yang menegangkan. Penekanan juga diberikan lewat berbagai gerak
kamera serta tarian para pendekar yang sungguh-sungguh bisa bersilat.
Juga menambahkan trik penggunaan tali temali, yang tak tertangkap
oleh kamera, yang memungkinkan para pendekar itu terbang atau
melenting-lenting dengan nyaman dari satu tempat ke tempat lain.
Akhirnya, teknik-teknik mutakhir dilakukan dengan memanfaatkan
sinar laser, seni memamerkan kembang api dan berbagai peralatan
canggih yang lain.
Jika diingat, setiap pembuat film hidup dalam masyarakat atau
dalam lingkungan budaya tertentu, proses kreatif yang terjadi
merupakan pergulatan antara dorongan subyektif dan nilai-nilai yang
mengendap dalam diri.20
3. Jenis Film
Seiring perkembangan zaman, film pun semakin berkembang,
tak menutup kemungkinan berbagai variasi baik dari segi cerita, aksi
para aktor dan aktris, dan segi pembuatan film semakin berkembang.
Dengan berkembangnya produksi perfilman, produksi film pun menjadi
lebih mudah, film-film pun akhirnya dibedakan dalam berbagai macam
19
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 127.
20
menurut cara pembuatan, alur cerita dan aksi para tokohnya. Adapun
jenis-jenis film yaitu:
a. Film Dokumenter
Film jenis ini sedikit berbeda dengan film-film kebanyakan. Jika
rata-rata film adalah fiksi, maka film ini termasuk film non fiksi,
dimana film ini menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat
untuk berbagai macam tujuan.21
b. Film Laga (Action Movies)
Film Action memiliki banyak efek menarik seperti kejar-kejaran
mobil dan perkelahian senjata, melibatkan stuntmen. Mereka biasanya
melibatkan kebaikan dan kejahatan, jadi, perang dan kejahatan adalah
bahasan yang umum di film jenis ini. Film Action biasanya perlu sedikit
usaha untuk meyimak, karena plotnya biasanya sederhana.
c. Petualangan (Adventure)
Film ini biasanya menyangkut serorang pahlawan yang
menetapkan pada tugas untuk menyelamatkan dunia atau orang-orang
yang dicintai.
d. Animasi (Animated)
Film menggunakan gambar buatan, seperti babi yang berbicara
untuk menceritakan sebuah berita. Film ini menggunakan gambaran
tangan suatu frame pada suatu waktu, tetapi sekarang dibuat dengan
komputer.
21
e. Komedi (Comedies)
Film lucu tentang orang-orang yang bodoh atau melakukan
hal-hal yang tidak biasa yang membuat penonton tertawa.
f. Horor
Menggunakan rasa takut untuk merangsang penonton. Musik,
pencahayaan dan set (tempat buatan manusia di studio film di tempat
film ini dibuat) yang semuanya dirancang untuk menambah perasaan
takut para penonton.
g. Romantis
Film percintaan membuat kisah cinta romantis atau mencari cinta
yang kuat dan murni dan asmara merupakan alur utama dari film ini.
Kadang-kadang, tokoh dalam film ini menghadapi hambatan seperti
keuangan, penyakit fisik, berbagai bentuk deskriminasi, hambatan
psikologis atau keluarga yang mengancam untuk memutuskan
hubungan cinta mereka
h. Drama
Film ini biasanya serius, dan sering mengenai orang yang sedang
jatuh cinta atau perlu membuat keputusan besar dalam hidup mereka.
Mereka bercerita tentang hubungan antara orang-orang. Mereka
biasanya mengikuti plot dasar di mana satu atau dua karakter utama
4. Pengaruh Film
Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalam
satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa
sosial sebagai identifikasi psikologi. Ketika proses decording terjadi, para
penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengan peran
film. Penonton bukan hanya dapat memahami atau merasakan seperti yang
dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah
mengalami sendiri adegan-adegan dalam film. Pengaruh film tidak hanya
sampai disitu. Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas
dalam jiwa penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter
penonton.22
Pengaruh film terhadap jiwa manusia disebabkan karena, pertama
disebabkan oleh suasana didalam gedung bioskop dan kedua dikarenakan
sifat dari media itu sendiri, pada saat film akan dimulai, lampu-lampu
dimatikan, pintu-pintu ditutup, sehingga dalam ruangan itu gelap sekali.
Tiba-tiba tampak pada layar besar yang dihadapannya tampak
gambar-gambar yang merupakan cerita yang pada umumnya bersifat drama.
Seluruh mata tertuju pada layar, segenap perhatian dan seluruh perasaan
tercurah pada film.23
22
Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam (bandung: benang merah press, 2004), hal: 93-94.
23
[image:32.595.147.514.308.552.2]Dalam film, orang-orang pandai menimbulkan emosi penonton,
teknik film baik pengaturannya maupun peralatannya telah berhasil
menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan.
Menikmati cerita dalam film berlain dengan buku. Cerita dari buku
disajikan dengan perantara huruf yang berderet secara mati,
huruf-huruf itu mempunyai tanda, tanda-tanda itu mempunyai arti hanya dialam
sadar, sebaliknya film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi
pelaku dalam cerita yang dipertunjukan itu dengan jelas tingkah lakunya
dan dapat mendengarkan suara pada pelaku yang serta pada suara-suara
lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang dihidangkan. Apa yang
dilihatnya pada layar bioskop seolah-olah kejadiannya nyata yang terjadi
dihadapan matanya.
Ada beberapa efek atau pengaruh film terhadap penonton,
diantaranya :
a. Kapasitas didalam memberi kritik dan reaksi tinggi
b. Keinginan individu-individu sendiri untuk melibatkan dirinya dalm
situasi yang sedang dihadapi.
c. Tingkat kesadaran individu bahwa dia berada di dunia yang nyata
diantara lingkungan orang-orang banyak.24
Kekurangan film sebagai media dakwah, pakar komunikasi Rogers
dan Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yang
24
disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yang menyebar
melalui media massa akan memilik dampak vertikal (mengalami taraf
internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh (opinion-leaders) ikut
serta menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lainnya, lazarfueld
menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan
mempengaruhi masyarakat penerimanya.25
Perlu disadari bahwa film indonesia semakin hari semakin heboh.
Banyak produksi-produksi film yang sekarang tidak sesuai dengan
norma-norma dan malah menimbulkan efek-efek negatif pada lingkungan
masyarakat. Bisa dilihat bahwa sering kali telinga kita mendengar kata-kata
jorok yang sering tanpa sadar ditiru oleh para pendengar seperti kata
“jancok, anjing, bangsat, dan masih banyak lagi yang lain”. Dan juga
sering kali mata kita melihat hal-hal yang tidak senonoh atau adegan-adegan
porno seperti halnya adegan mesra-mesraan, menampar, berantem, dan
lain-lain yang tanpa sadar malah menjadi doktrin bagi para konsumennya.
Sengaja maupun tidak sengaja kita dihadapkan dengan hal tersebut.
Kebanyakan film yang marak sekarang hanya mementingkan bisnis semata
bukan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.
5. Film Sebagai Media Dakwah
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pegirim kepada komunikan,
pesan merupakan isyarat atau simbol yang disampaikan oleh seseorang
25
untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu akan mengutarakan
atau menimbulkan suatu makna tertentu dalam diri orang lain yang hendak
diajak berkomunikasi.26
Dakwah secara istilah ialah mendorong (memotivasi) umat manusia
agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah
berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar supaya mereka
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.27 Dan masih banyak Ulama’
yang berpendapat tentang pengertian dakwah tersebut, diantaranya:
a. H. Endang S. Anshari, Dakwah berarti menyampaikan (Tabligh) Islam
kepada Manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara
lukisan.
b. Ahamd Mansyur Suryanegara mengatakan bahwa dakwah adalah
aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan
pada tingkah laku pelaku pembahrunya. Oleh karena itu, yang menjadi
inti dari tindakan dakwah adalah perubahan kepribadian seorang dan
masyarakat secara kultural.28
c. Ahmad Ghalwasy dalam kitabnya ad-da‟wat al-islamiyyat
mendefinisikan dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan
segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu kepada upaya
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 23.
27
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm. 9.
28
penyampaian ajaran islam kepada seluruh manusia yang mencakup
aqidah, syariat, dan akhlak.29
d. Syekh Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul mursyidin, mengatakan
dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan
mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Shekh Muhammad Khidr Husain dalam bukunya Dakwah ila
al-Ishlah mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi manusia
agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar
ma‟ruf Nahi Munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.30
6. Film Sebagai Kajian Semiotika
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
struktur atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest, film
dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai
sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang
diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film
menciptakan imaji dan sistem penandaan. Pada film digunakan tanda-tanda
ikonis, yaitu tanda-tanda yang menggambarkan susuatu. Ciri
gambar-gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjukkannya.
29
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Prenada Media, Jakarta, 2006, hlm. 6.
30
[image:36.595.125.513.227.540.2]Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang
dinotasikannya.31
Semiotik sebagai suatu cara untuk mengkaji tentang film. Semiotika
beroprasi dalam wilayah tanda. Film dikaji melalui sistem tanda, yang
terdiri dari lambang baik verbal maupun yang berupa ikon atau gambar.
Film menentukan ceritanya dengan cara khususnya sendiri.
Kekhususan film adalah mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera
dan pertunjukkanya dengan proyektor dan layar. Begitulah, sebuah film
pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik
untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.32
film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata
bahasa yang berbeda. Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang
akrab,seperti pemotongan, pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan
dua (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran gambar
(zoom in), pengecilan gambar (zoom out), memudar (fade), pelaturan
(dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan yang dipercepat, efek
khusus (spesial effect). 33
31
Alex Sobur, Komunikasi Semiotika, Rosda Karya, Bandung, 2006, hal. 128.
32
Ibid, hal. 131.
33
[image:37.595.140.516.277.553.2]7. Semiotika Roland Barthes
Semiotika Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi
dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”,
mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna
ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2
tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi
berasal dari bahasa latin connotare, ”menjadi makna” dan mengarah pada
tanda-tanda kultural yang terpisah/berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk
lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal
yang berhubungan dengan emosional.
Semiotika Roland Barthes merupakan semiotika terkemuka dari
Perancis dalam bukunya Mythologies (1927) memaparkan konotasi kultural
dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Perancis, seperti steak dan
frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk
membawakan dunia tentang “apa yang terjadi tanpa mengatakan” dan
menemukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.
Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literature atau apa
yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka
1959, dengan tinggi 11,5 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras
penuh kontroversi.34
C. Penelitian terdahulu yang relevan
Dalam penelitian ini yang sedikit mempunyai kesamaan antara lain:
1. Penelitian Muchammad Zakari, Pesan Dakwah Dalam Novel
Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia, 2016. Didalam penulisan
ini mempunyai kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian
sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel Fokus
Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan
dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami
pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas
dalam sebuah novel.
2. Penelitian Mohhamad Nuruddin Cahaya, Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan judul “Pesan Moral dalam Film 5 Elang”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan.
Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu
mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang
lain. Manusia tidak bisa hidup dalam kesendiriannya dan dibutuhkan
hubungan interaksi antara individu yang satu dengan saling
tolong-menolong. Pesan moral yang terdapat dalam film ini juga mencakup
persahabatan. Pada film 5 Elang menampilkan sebuah fungsi dari
persahabatan yaitu sahabat sebagai kawan, sahabat sebagai dukungan
34
fisik atau ego, dan sahabat sebagai pemberi keakraban dan erhatian.
Disamping dari segi persahabatan terdapat juga pesan moral dimana
sebagai manusia yang hidup dengan bergantung kepada alam, manusia
harus menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar manusia senantiasa
hidup sehat dan tentram. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami
ialah sama-sama menggunakan analisis semiotik Roland Barthes, dan
meneliti tentang suguhan file audio visual. Sedang perbedaan penelitian
ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai
objek penelitian. Penelitian ini menggunkan film genre modern, sedang
penelitian kami meggunakan film genre kolosal.
3. Penelitian Sinyur Bangun Negoro, Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya, dengan judul “Analisis Pesan Dakwah pada Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat, dalam Film Cinta Suci Zahrana”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
kepustakaan. Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama
keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan
kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Banyak scene dalam film
Cinta Suci Zahrana menunjukkan pesan dakwah yang tergambar dalam
bentuk simbol-simbol, bahasa, gambar, dan suara (pesan lisan). Adapun
pesan dakwah yang ditangkap oleh peneliti pada perilaku tokoh Zahrana, Hasan, Rachmat di film Cinta Suci Zahrana, antara lain; aqidah, syari’ah, akhlak. Persamaan penilitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama
meneliti film audio visual. Sedang perbedaan penelitian ini dengan
penelitian kami ialah penelitian ini menggunakan analisis semiotik model
Charles S. Pierce, sedang penelitian kami menggunakan analisis semiotik
model Roland Barthes.
4. Penelitian dari Turini, Turini (2015) Materi Dakwah Pada Novel Religi
Bestseller Di Indonesia Periode 2013. Undergraduate thesis, UIN Sunan
kualitatif Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode
2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best
Seller 2015.
5. Penelitian Alfan Yudi, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan
judul “Makna Perlawanan dalam Film Dokumenter Setitik Asa Dalam Lumpur”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan. Pesan makna perlawanan disini berkorelasi
dengan beberapa keinginan korban yang belum terpenuhi maka timbul
sikap aroganisme. Simbol perlawanan dalam film setitik asa dalam
lumpur adalah berupa sepanduk dan tulisan pada kaos. Buku yang
mewakili perasaan anak kecil , bendera sobek sebagai ketidak amanan
pada negara serta komentar kritis dari salah satu provokator warga yang
menyingkap semua kejahatan oknum yang harus bertanggung jawab atas
kesengsaraan rakyat. Yang berisi tentang tuntutan warga. Dan juga
ketidak nyamanan warga serta, tuntutan warga untuk pertanggung
jawaban, dan simbol yang berupa pernyataan untuk tidak melupakan
kejadian musibah tersebut yang terselip makna permintaan pertanggung
jawaban. Persamaan penelitian ini dngan penelitian kami ialah
sama-sama membahas tentang perjuangan membela kebenaran atas nama
rakyat. Sedang perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah
perlawanan yang dilakukan oleh tokoh dalam penelitian ini adalah
perlawanan terhadap kesewenangan pemimpin dalam negeri sendiri,
sedangkan penelitian kami sang tokoh melawan kesewenangan dari
penjajah luar negeri.
Tabel 2.1
NO PENELITI JUDUL METODE
PENELITIAN
KESIMPULAN KETERANGAN
01 Muchamma
d Zakari,
Pesan Dakwah
Metode penelitian kualitatif
Pesan Dakwah Dalam Novel
2016 UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Novel Assalam ualaikum Beijing Karya Asma Nadia deskriptif kepustakaan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia adalah bagaimana kita bisa memaknai tulisan yang tersirat pada novel assalamuailkum beijing kesamaan menggunakan teks media dalam penelitian sehingga menemukan suatu analisa isi dalam film atau novel. Sedangkan Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel. Sedangkan penelitian ini
mengunakan analisis isi dari sebuah film religi bestseller periode 2015.
02 Mohammad
Nuruddin Cahaya, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Pesan Moral dalam Film 5 Elang: Sebuah Analisis Semiotik a Roland Barthes Pada Film 5 Elang Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Pesan moral dalam film 5 elang adalah dimana kehidupan itu mencerminkan gambaran bahwa manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Manusia tidak bisa hidup dalam
kesendiriannya dan dibutuhkan hubungan
Persamaan penelitian ini dengan enelitian kami ialah sama-sama menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dan mengunggah dari sebuah film. Sedang Perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah genre film yang digunakan sebagai objek
interaksi antara individu yang satu dengan saling tolong-menolong.
film genre modern sedang film yang kami teliti merupakan film genre kolosal.
03 Sinyur
Bangun Negoro, 2015, UIN Sunan Ampel Surabaya Analisis Pesan Dakwah Pada “Perilaku Tokoh Zahrana, Hasan, dan Rachmat ” dalam Film Cinta Suci Zahrana: Analisis Semiotik Model Charles S. Pierce Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan
Film Cinta Suci Zahrana adalah termasuk film drama keluarga karena sebagian besar dari ceritanya adalah mengisahkan kehidupan dan suasana dalam satu keluarga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah sama-sama meneliti film audio visual. Sedang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian kami ialah, penelitian ini menggunakan analisis semiotika model Charles S. Pierce, sedang penilitian kami menggunakan anlisis semiotika model Roland Barthes.
04 Turini,
Turini (2015) Undergradu ate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Materi Dakwah Pada Novel Religi Bestselle r Di Indonesi a Periode 2013. Metode penelitian kualitatif deskriptif kepustakaan Materi dakwah yang terkandung pada novel religi best seller 2013 mempunyai sifat akidah, akhlak, muamalah dan syariah Penelitian ini mempunya kesamaan pada analisis kualitatif sedangkan Pada penelitian ini meneliti tentan BestSeller Novel periode 2013 sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada Film Religi Best Seller 2015.
05 Yudi Alfan,
Asa dalam Lumpur (Analisis Semiotik Model Roland Barthes)
timbul sikap aroganisme.
penelitian ini dengan penelitian kami ialah perlawanan yang dilakukan tokoh ini terhadap
39
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan jalan keluarnya. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode
penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu penyelidikan yang
sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu
masalah.1 Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi pisau bedah bagi
penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta hasil karya penelitian
yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang pasti dengan membaca
informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan demikian peneliti
memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan menyeluruh sehingga
menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.2
Metodologi atau pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah
pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentu penelitian yang ditunjukkan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan. Fenomena itu bisa berupa bentu, aktivitas,
karateristik, perubahan, hubungan, dan persamaan. Jenis penelitian ini adalah
1
Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), hal. 15.
2
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif akan melakukan penggambaran secara
mendalam tentang situsi atau proses yang diteliti. Karena sifatnya ini peneliti
kualitatif tidak berusaha menguji hipotesis. Penelitian kualitatif adalah
kumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah
dan dilakukan oleh orang yang tertarik secara alamiah.3 Peneliti dalam hal ini
akan mendeskripsikan apa yang didapatkan dari hasil di lapangan.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh).
Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian dari
sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan
dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh Arief
Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari
orang-orang atau subyek itu sendiri.4 Selain itu peneliti menggunakan model
deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal.5.
4
yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan data,
menganalisis dan menginteprestasi.5
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis
semiotik. Menurut Bogdam dan Guba seperti yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong yaitu pendekatan kualitatif adalah produser penelitian yang
menghasilkan data diskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan angka-angka) hal ini ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa dan aktivitas sosial lainnya.6 Dalam penelitian ini data
disajikan dalam bentuk cuplikan frame dari scene-scene khususnya yang
mengandung gambaran Tipikal Pesan Dakwah dalam Film Religi Bestseller
Periode 2015. Data-data tersebut kemudian diinterpektasikan dengan rujukan,
acuan, atau referensi-referensi lain secara ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif
yang berfokus pada penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.7
Metode penelitian ini akan menggunakan analisis model Roland
Barthes. Pada semiotik Roland Barthes ini, peneliti dapat mengetahui tentang
bagaimana Tipikal Pesan Dakwah Dalam Film Religi BestSeller Indonesia
Periode 2015 dan menggemukakan makna dari hal-hal yang tersembunyi
dibalik sebuah pesan teks.
5
MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.148.
6
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.6.
7
B. Unit Analisis
Unit analisisnya adalah menganailisi film religi best seller Indonesia
Periode 2015 dimana terdapat film yang menduduki rating tertinggi dalam
siarannya yaitu film Surga yang tak dirindukan, Mencari Hilal, Ada surga
Dirumahmu dan Hijab, yang mana dalam film tersebut pasti mengandung
tipikal pesan dakwah yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan
analisis semiotik model Roland Barthes.
Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya
adalah shot (pengambilan gambar) dan scene (cerita sebagai runtutuan alur
peristiwa dalam sekenario) yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang
memiliki tipikal pesan dakwah yang diambil dari segi akhlak, syariah dan
akidah dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada analisis media dengan
asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat tanda, dan film merupakan
salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan tanda-tanda tersebut. Dalam
film religi Indonesia yang disampaikan oleh pembuat film atau sutradara belum
tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film banyak dijumpai
tanda-tanda ataupun simbol yang mempunyai makna tersembunyi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan
tindakan serta sumber yang tertulis. Sedangkan sumber data dalam
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau
tindakan, selebihnya adalah data tambah seperti dokumen dan lain-lain.8
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Jenis data dikumpulkan untuk kepentingan penelitian ini
adalah data deskriptif yaitu transkip dan sinopsis dari film Religi
Best Seller Indonesia Periode 2015 ini. Transkrip yaitu kumpulan
dialog berdasarkan cerita tersebut yang menunjukkan transkrip
dalam film ini adalah dialog begitupun dengan sinopsis, sinopsis
yaitu cerita singkat tentang isi yang terdapat dalam film
b. Data Sekunder
Tambahan atau data pelengkap yang sifatnya untuk
melengkapi data yang sudah ada seperti: buku-buku refrensi, serta
situs-situs yang berkaitan dengan film Religi Best Seller Indonesia
Periode 2015
2. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data utama atau
primer dan sumber data pelengkap atau skunder.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah rekaman video film
Religi Best Seller Indonesia Periode 2015, sedangkan data sekunder atau
data pelengkap yaitu bahan-bahan tertulis seperti buku, artikel, video arsip
8
maupun dokumen dan juga sumber data internet yang mendukung
penelitian untuk memperoleh data yang relevan.
D. Tahapan Penelitian
Dalam tahapan ini dilakukan tahapan-tahapan penelitian agar
penelitian ini bisa lebih sistematis dan juga bisa lebih optimal. Berikut
tahapan-tahapan penelitian, antara lain:
1. Penjajakan
Penelitian ini berawal dari kegiatan penjajakan atau menjajaki
permasalahan yang menjadi pusat perhatian peneliti. Mencari ruang
lingkup peneliti yang sesuai dengan pusat penelitian yang akan
dilakukan.9
2. Mencari dan Menetukan Tema
Dalam kegiatan ini peneliti terlebih dahulu bmencari permasalahan
yang akan dijadikan sebagai objek penelitian serta menentukan tema,
peneliti mencari beberapa materi yang berhubungan dengan film untuk
mencari obyek penelitian. Peneliti menyeleksi dan mencari judul yang
menarik dan aktual namun tetap sesuai dengan kajian Komunikasi dan
Penyiaran Islam dengan konsentrasi Radio dan Televisi (RTV).
Kemudian membuat matriks usulan judul yang telah disetujui oleh
jurusan yang kemudian berlanjut pada pembuatan proposal penelitian.
Judul penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah “Tipikal Pesan Dakwah
9
dalam Film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015” (Analisis
Semiotik Model Roland Barthes).
3. Menentukan Metode Dan Menyusun Desain Penelitian
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah menentukan
tema adalah menentukan metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian. Karena yang diteliti adalah Tipikal Pesan Dakwah
yang terkandung dalam Film film Religi Best Seller Indonesia Periode
2015, maka metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan menganalisis data menggunakan analisis
semiotik medel Roland Barthes. Adapun metode ini digunakan sebagai
alat pembedah dalam menganalisis data yang menjadi objek penelitian
yakni film Religi Best Seller Indonesia Periode 2015.
Sedangkan desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun
acuan yang akan dilakukan, yaitu dengan