KONSTRUKSI REALITAS BERITA TENTANG RATUSAN MAHASISWA OSPEK UINSA PINGSAN KELAPARAN
SURABAYA.TRIBUNNEWS.COM, PERIODE AGUSTUS 2015 (Analisi Framing Model Pan dan Konsicki)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh: M. KHALILI NIM. B06212059
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
viii
ABSTRAK
M. KHALILI, B06212059, 2017. Konstruksi Realitas Berita Tentang Ratusan
Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan
surabaya.tribunnews.com Periode Agustus 2015. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci : Framing, Media Online, Konstruksi media
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN DALAM SAMPUL ...
LEMBAR KEASLIAN KARYA ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...6
F. Definisi Konsep... 8
G.Kerangka Fikir Penelitian... 10
H. Metode Penelitian... 13
1. Jenis Penelitian... 13
2. Metode penelitian... 15
3. Subyek dan Obyek Penelitian... 23
4. Sumber Data... 23
5. Tekinik Pengumpulan data...24
6. Teknik Analisis Data... 25
BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka
1. Media dan Konstruksi Realitas...29
2. Media online……….… 30
3. Strategi Media Massa Dalam Melakukan Konstruksi Realitas... .32
4. Dampak Dari Konstruksi Media Massa...32
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas ... 34
B. Kajian Teori 1. Konstruksi Realitas Berita... 36
2. Konstruksi Berita online... 42
3. Ospek atau Oscaar... 47
4. Framing... 50
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian... 54
B. Deskripsi Data Penelitian... 62
1. Analisis Berita... 62
BAB IV : ANALISA DATA A. Temuan Hasil Penelitian... 69
B. Konfirmasi temuan dengan teori... 70
1. Bahasa Media ... 70
2. Realitas Media... 72
C. Media Informasi Dalam Perspektif Keislaman ... 76
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 81
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Dari tahun ketahun Laju arus Globalisasi memungkinkan semua
orang untuk mendapatkan informasi dengan mudah. Informasi bisa didapat
dimanapun dan kapanpun. Tidak ada satupun informasi yang luput dari
pandangan dan jangkauan kita.
Arus Globalisasi juga dapat dirasakan setelah berkembangnya era
reformasi dan runtuhnya era orde baru. Era Reformasi membawa pengaruh
yang sangat besar bagi sistem komunikasi negara Indonesia, hal ini di
tandai dengan munculnya berbagai bentuk media massa. Media massa
dapat di bagi menjadi dua yaitu media massa cetak, dan media massa
elektronik. Media massa elektronik adalah sebuah media yang dalam
penyampaian informasinya disajikan dengan bentuk audio ataupun visual.
Sedangkan media massa cetak adalah media yang penyampaian pesannya
berbentuk tertulis dan dicetak berupa lembaran.
Agar dapat memberikan informasi yang benar dan cepat terhadap
masyarakat maka media atau pers dituntut untuk dapat bisa menambah
pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi atau berita yang
berdasarkan fakta dari suatu peristiwa.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan
membuat suatu berita tersebut layak untuk dipublish. Berita harus cepat
2
harus berimbang tidak boleh memihak. Berita harus objektif, Karena berita
memiliki power untuk menciptakan opini public, jadi sesuatu yang ditulis
oleh media harus memenuhi unsur-unsur diatas agar tidak ada pihak yang
dirugikan1
Media online adalah media massa yang tersaji secara online di
situs web (website) internet. Media Online ini juga produk jurnalistik
online. Jurnalistik online (disebut juga cyber journalism) didefinisikan
sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan
didistribusikan melalui internet”2. Media online ini persepektif kajiannya
terletak pada kapasitas komunikasinya. Misalnya audience yang diraih
oleh media online memiliki kemampuan untuk memberi respon komentar
secara langsung yang ditulis kedalam kolom coment.Audience online
dalam proses komunikasi merupakan full participant.
Dampak dari reformasi juga berpengaruh kedalam penerbitan
khususnya pada media cetak surat kabar. Surat kabar adalah media cetak
yang mudah dijangkau masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi
yang baru. Surat kabar dipengaruhi oleh faktor verbal atau bahasa dan
faktor visual pada gambar yang dimuat kedalam berita. Pada dasarnya
media cetak dan elektronik dalam penyampaian sebuah informasi atau isi
berita sama saja, tak ada bedanya. Hanya sistem penyajiannya yang
berbeda. Dalam menyajikan informasi pemberitaanya media masa cetak,
dalam penyajiannya juga menggunakan unsur visualisasi gambar berupa
foto, grafis, atau karikatur, namun unsur utamanya adalah tulisan. Oleh
1Kusumaningrat, jurnalistik: teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya.2002). hal 47
3
sebab itu media massa cetak berorientasi pada kekuatan pemikiran dan
pengungkapan verbal (kata-kata dan tulisan).
Seiring berkembangnya jaman, selera para konsumen pun berubah
ditengah maraknya pertumbuhan media online. Perkembangan teknologi
memiliki banyak implikasi pada seluruh manusia. Perkembangan
teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media.
Hal tersebut juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang
cenderung serba instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami
pergeseran atau resolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku,
majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi
karena kita bisa membacanya secara online . perkembangan media online
sejalur dengan makin merambahnya internet di setiap pelosok Indonesia,
serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah mengakses internet.
Media online mengubah para pelaku bisnis media yang
sebelumnya berpikiran bahwa media cetak sudah ideal dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Televisi dan radio, dianggap tidak akan mampu
menandingi pencapaian media cetak dari sisi kedalaman dan kebebasan
mengulas sesuatu. Sekalipun televisi dan radio memiliki kelebihan sendiri.
Tapi tetap tidak memiliki apa yang telah dicapai cetak. Pada
perkembangannya ketiga jenis media ini dianggap sebagai media
tradisional karena muncul yang namanya new media. Generasi ini datang
ke Indonesia seperti ingin mengganti media tradisional Indonesia. Dengan
argumentasi peningkatan pelayanan dan kepuasan terhadap pembaca,
4
Para pebisnis media ini tidak ingin ditinggal pembacanya yang
telah menikmati kemudahan akses dengan new media ini. Namun pada
dasarnya, tidak serta merta media tradisional yang masuk ke dunia online
ini dapat menerapkan apa yang ada di media konvensionalnya ke dalam
new media, karena karakteristik yang terdapat di kedua media tersebut
sedikit terdapat perbedaan.
Isu-isu yang banyak diangkat dalam media online masih sama
dengan dengan isu yang diangkat oleh media konvensional, namun
sifatnya yang Real time, membuat media online lebih update dengan
perkembangan isu yang sedang hangat dibicarakan. Dan bahkan sekarang
banyak fenomena bahwa media konvensional saat ini akan mengekor pada
isu yang telah diangkat oleh media online. Jadi dalam hal ini, media online
memiliki nilai plus tersendiri.
Selain dari pemberitaan media online ini Real time, topik yang
disajikan oleh media online sangat menarik, terutama dari segi bahasa
yang diolah sedemikian rupa sehingga para pembaca tertarik terhadap
berita tersebut, walaupun pada intinya isi dari berita sedikit berbeda
dengan realitasnya, hal ini disebabkan adanya framing atau pembingkaian
dalam pemberitaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti memilih media
online Surabaya.tribunnews.com karena media online ini merupakan
media baru dan media online salah satu situs portal berita yang
5
Indonesia khususnya surabaya. Khalayak sasaran dalam media online ini
tdak terbatas, semua khalayak mampu mendapatkan informasi yang
diberikan oleh media online Surabaya.tribunnews.com
Berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan di
media online Surabaya.tribunnews.com periode Agustus 2015, menjadi hal
yang menarik untuk diamati, karena berita ini sempat menjadi tranding topic di kalangan mahasiswa terutama di kalangan mahasiswa UINSA
sendiri. Karena dengan adanya permasalahan inilah peneliti ingin
mengetahui bagaimana cara media online membingkai suatu peristiwa
tentang kasus Pingsannya ratusan mahasiswa Ospek UINSA yang
mengkaitkan panitia Oscaar (nama lain Ospek di UINSA) dan nama baik
UINSA Surabaya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalahnya, adalah:
Bagaimanakah surabaya.tribunnews.com membingkai berita Ratusan
Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan periode Agustus 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui surabaya.tribunnews.com membingkai berita Ratusan
6
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi,
memperluas, dan memperkaya pengetahuan dalam bidang Ilmu
Komunikasi. Serta berguna bagi pengembangan Ilmu
Komunikasi khususnya bidang Jurnalistik mengenai framing
dalam pemberitaan. Memberikan informasi dan referensi
khususnya bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi yang
mengadakan penelitian sejenis.
2. Manfaat teoritis :
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan dapat dijadikan acuan bagi para praktisi jurnalistik di
redaksi media online Tintamerahnews.com untuk dapat melihat
dan mengidentifikasikan frame berita pada setiap pemberitaan di
media.
E. Kajian Terdahulu
Berikut ini adalah 2 contoh penelitian yang relevan dengan
penelitian penulis yaitu, yang Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Nuraini yang berjudul “konstruksi Realitas Berita Di Media Massa”,
studi analisis framing berita pembunuhan pada Head Line Surat Kabar
Pos Kota edisi 1 Februari s/d 28 Februari 2006, kesimpulan dalam
penelitian ini adalah wartawan pos kota lebih cenderung kearah
7
Selain itu dalam mencari informasi lebih fokus pada saksi-saksi saja
sedangkan keterangan dari keluarga korban hanya sedikit sekali
diikutsertakan.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Arby Sumandoyo tentang
“Analisis Framing Berita Kampanye Kompas dan Media Indonesia
(Studi deskriptif keberpihakan media terhadap kampanye dua pasang
calon Gubernur DKI edisi Juli-Agustus 2007)”, Dengan metode
penelitian deskriptif komparatif dan menggunakan teori agenda setting
dengan kerangka framing model Robert Entman. Hasil penelitiannya
adalah kecenderungan pemberitaan surat kabar kompas dan media
Indonesia ditinjau melalui analisis penggunaan perangkat framing,
perumpamaan penonjolan kalimat dan gambaran sosok serta penalaran
yang dibangun untuk mendukung gagasan berita kampanye dua pasang
calon gubernur dalam pilkada DKI 2007, menunjukan bahwa surat
kabar kompas memberikan penekanan terhadap harapan warga Jakarta
terhadap gubernur dalam Pilkada DKI 2007, Menunjukan bahwa surat
kabar kompas lebih mengkampanyekan suara warga dalam
pemberitaanya. Sedangkan Media Indonesia lebih memfokuskan pada
citra positif terhadap Fauzi Bowo.
Adapun perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada teori,
metode, analisa yang digunakan. Penelitian pertama menggunakan teori
dari Robert entman dan Penelitian yang kedua menggunakan teori agenda
8
F. Definisi Konsep
Definisi konsep adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau
data yang ada. Oleh karena itu penulis memberikan batasan istilah atau
definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah
atau definisi yang di maksud memiliki pengertian terbatas.
Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu:
1. Berita
Dalam kamus komunikasi definisi dari berita adalah laporan
informasi mengenai hal atau peristiwa yang baru saja terjadi,
menyangkut kepentingan umum dan disiarkan secara cepat oleh
media massa, Surat kabar,majalah,radio siaran,televise siararan
ataupun oleh media online. Pendapat tersebut mengukuhkan
asumsi peneliti bahwa masyarakat membutuhkan informasi
berdasarkan tingkat kebutuhan mereka atas informasi yang
disjikan. Dan kemasan suatu penyajian berita merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam mengkonsumsi suatu
informasi seperti asumsi dari kusumaningrat yaitu : Pers Barat
memandang berita sebagai “komoditi” sebagai “barang dagangan”
yang dapat diperjualbelikan3.
Selain itu berita menurut bahasannya atau definisi berita dalam arti
teknis jurnalistik adalah laporan tentang fakta atau ide yang
termasa yang dipilih oleh staf redaksi suatu media untuk disiarkan,
9
yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena pentingnya
atau pula karena mencakup segi-segi human interest4.
2. Media Online
Media Online yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks
komunikasi massa. Media singkatan dari media komunikasi massa
dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai
karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. Pengertian
media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya
jurnalistik (berita, artikel, feature) secara online5.
3. Rubrik
Rubrik menurut Onong Uchjana Effendi adalah istilah yang berasal
dari bahasa belanda yang artinya ruangan pada halaman surat
kabar, majalah, atau media cetak lainya yang membahas tentang
kegiatan dalam suatu masyarakat. Contohnya Rubrik berita, rubric
entertainment, rubric olahraga6. Rubrik menurut Redi panuju
bahwa pesan-pesan yang disuguhkan dengan mengelompokan
berdasarkan kategorisasi tertentu misalnya berdasarkan bidang
ataupun lingkup grafis. Rubrikasi tetap misalnya menempatkan
berita dan artikel berdasarkan tema politik, ekonomi, olahraga dan
hiburan.
Arti rubrik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kepala karangan (ruangan tetap dalam surat kabar atau majalah
4 .Dja`far H. Assegaf, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature -Panduan Praktis Jurnalis: (Ghalia Gunung Agung. 1985). hal. 24
10
untuk menampung pembaca7. Dengan adanya rubric ini, maka
pembaca akan lebih mudah dalam mencari informasi mana yang
ingin dibacanya atau dibutuhkanya. Dan juga kelebihan dari rubrik
ini dalam suatu media online maka tata letak suatu media online
tersebut akan lebih tertata dengan baik sehingga pembaca tertarik
untuk membacanya.
4. Analisis framing
Salah satu cara yang di gunakan untuk mengungkap bagaimana
cara yang digunakan media massa membangun konstruksi atas
sebuah realitas adalah dengan framing. Menurut Agus Sudibyo
Framing adalah metode penyajian realitas dimana kebenaran
suatu realitas tidak diingkari secara total, melainkan dialihkan
secara halus, dengan memberika sorotan terhadap aspek yang
tertentu saja. Dengan menggunakan istilah yang mempunyai
konotasi tertentu dengan bantuan foto, karikatur, atau alat
ilustrasi lainya8. Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan,
peneliti ingin mengetahui bagaimana Surabaya.tribunnews.com
membingkai berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan
Kelaparan periode Agustus 2015
G. Kerangka Pikir Penelitian
istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan
oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku the social of construction reality. Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia ,2003. Hal. 965
11
ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk
dan di konstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda /
plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas
suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan
lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu9.
lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus
dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat pptensial
terjadi peristiwa yang sama di konstruksi secara berbeda. Setiap
wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu
peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan
mengkonstruksikan peristiwa dalam pemberitaannya. Berita dalam
pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang real. Berita
adalah produk interaksi wartawan dengan fakta, realitas sosial tidak
begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses
interaksi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan
diserap dalam kessadarannya, kemudian di proses selanjutnya adalah
eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam
memaknai realitas. Hasil dari berita adalah produk dan proses interaksi
dan dialektikal ini.10
pekerjaan media hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas,
isi media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai
realotas yang dipilihnya, di sebabkan oleh sifat dan faktanya bahwa
pekerjaan media massa adalah realitas yang telah di konstruksikan
9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 15
12
pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan
realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita11
Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan
memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada.
Sistem politik yang diterapkan sebuah negara ikut menentukan
mekanisme kerja media massa negara itu memepengaruhi cara media
massa tersebut mengkonstruksi realitas, menurut Hamad, karena sifat
dan faktanya bahwa rugas redaksional media massa adalah
menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh
isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan12.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis :
1. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas.
Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan
dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan
seseorang dalam suatu pesan.
2. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi
sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa
bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi
penerima ia memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi
11 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
Semiotika dan Analisa Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Hal 88
12 Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical
13
komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana
konstruksi makna individu ketika menerima pesan. 13
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Disini, alasan peneliti menggunakan teori konstruksi realitas
sosial yaitu dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran
bagaimana suatu media online khususnya Surabaya.tribunnews.com
dalam mengkonstruksikan suatu berita Ratusan mahasiswa ospek
UINSA pingsan kelaparan.
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian kualitatif. Penelitian
komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol
gejalagejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau
menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk
13 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 40-41
Berita Online Surabaya.tribunnews.com
Teori Konstruksi Realitas Sosial
14
mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding)
mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas
komunikasi terjadi.14
Penelitian kualitatif tidak mendasarkan bukti-bukti empirik pada
logika matematik, prinsip-prinsip bilangan, ataupun teknik-teknik
analisis statistik, tetapi lebih mendasarkan diri pada hal-hal yang
bersifat diskursif, seperti transkip dokumen, catatan lapangan, hasil
wawancara, dokumen-dokumen tertulis, dan data nondiskursif
lazimnya dikonversikan ke dalam bentuk-bentuk nasrasi yang
bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian
disimpulkan.15
Penelitian kualitatif memiliki tujuan menemukan hal-hal yang
bersifat tersembunyi (latent) yang karenanya sangat menaruh
perhatian pada kejangggalan dan kontorversi. Peneliti dituntut
untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan mengenai
temuan-temuan data yang dinilai penting dan menarik, termasuk
yang saling berbeda atau berlawanan satu sama lain.16 Pijakan
analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian komunikasi
kualitatif adalah kategori - kategori substantif dari makna-makna,
atau lebih tepatnya adalah interpretasi-interpretasi terhadap gejala
15
2. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelititan ini adalah analisis
framing, Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan
sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,
aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media.
Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.
Di sini, realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna
tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu18. Analisis
framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat
pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi. Dari sosiologi terutama
sumbangan pemikiran Peter Berger dan Erving Goffman,
sedangkan teori psikologi terutama yang berhubungan dengan
skema dan kognisi19. Dalam perspektif komunikasi, analisis
framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media
saat mengkonstruksi fakta20.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis framing dengan pendekatan model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki, framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan menjadi lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain
18 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 3
19 Ibid, hal11
20 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
16
sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut21.
1. Analisi Framing Model Pan dan Kosicki
perangkat framing dapat dibagi dalam empatstruktur besar.
Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan
umum berita. Dapat diamati dari bagan berita (lead, latar, headline,
kutipan yang diambil, dan sebagainya). Kedua, struktur skrip.
Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur
tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan
dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam
berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan memekai pilihan
kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan hanya
mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu
kepada pembaca22.
Keempat struktur tersebut dapat digambar dalam bentuk
skema sebagai berikut:
21 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 252
17
Tabel 1.1 Skema Framing Model Pan dan Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT
Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan
18
sintaksis merujuk pada pengertian susunan dan bagian
berita, sintaksis menunjuk pada pengertian dan susunan
bagian berita –headline, lead, latar informasi, sumber,
penutup– dalam suatu kesatuan teks berita secara
keseluruhan23. Intinya, struktur sintaksis menerangkan
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat
dilihat dari cara wartawan menyusun fakta kedalam bentuk
berita24.
Headline, mempunyai fungsi framing yang kuat.
Headlinemempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk
kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan
peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Headline
digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan
mengkonstruksi suatu isu25. Berkaitan dengan
headline/judul berita, biasanya judul dibuat semenarik
mungkin. Dari sisi hurufnya berbeda font, ada yang tebal,
sedang, tipis. Posisi judul menjadi sangat penting karena
jika pembaca membuka atau melihat media massa, maka
yang akan terbaca pertama kali adalah judulnya26.
Lead atau teras berita yang berada setelah judul
yang terdiri dari satu alinea pendek dan merupakan intisari
19
berita. Lead yang baik terdiri maksimal 35 kata dan
menempatkan unsur when sebagai elemen berita yang
penting untuk ditempatkan di teras berita27. Latar
Informasi, Latar informasi merupakan bagian berita yang
dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan
wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita
biasanya mengemukakan latar belakangatas peristiwa yang
ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah mana
pandangan khalayak hendak dibawa28.
Sumber berita. Yakni Bagian berita yang tidak kalah
pentingterkait dengan pengutipan sumber berita. Bagian ini
dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun
objektifitas. Ia juga merupakan bagian berita yang
menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan
pendapat wartawan semata, melainkan pendapat orang lain
yangmempunyai otoritas tertentu29.
b. Skrip
Bentuk umum dari unsur penulisan berita atau skrip
adalah pada 5W+1H (who, what, where, why, +how).
Meskipun pola ini tidak selaludapat dijumpai dalam setiap
berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang
diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan.
27Ibid. 128
20
Unsurkelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting30. What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who berarti siapa yang
menjadi pelaku dalam peristiwa dalam berita itu. When
berarti kapan berita itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari,
jam menit. Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Why
adalah alasan mengapa peristiwa yang diberitakan itu
terjadi. Sedangkan How berarti bagaimana jalan peristiwa
atau bagaimana cara menanggulangi peristiwatersebut31.
c. Tematik
Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah
pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang
dikutip, dan pernyataan yangdiungkapkan semua perangkat
itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi
hipotesis yang dibuat. Kalau struktur sintaksis berhubungan
dengan fakta yang diambil oleh wartawan akan
ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur
tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis.
Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan
dan menulis sumber kedalam teks berita secara
keseluruhan32.
Adapun perangkat dari struktur tematik adalah:
30Ibid hal 300
31 Ishak. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. (2011). Hal 130 32 Eriyanto.
21
Detail, adalah elemen yang berelasi dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator).
Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang
baik33. Koherensi, dipahami sebagai penataan secara rapi
realitas dan gagasan, fakta, dan ide kedalam satu untaian
yang logis sehingga memudahkan untuk memahami pesan
yang dikandungnya. Koherensi dapat ditampilkan melalui
hubungan sebab akibat dan bisa juga sebagai penjelas34.
Bentuk kalimat, adalah sisi pemakaian kalimat yang
berelasi dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas.
Bentuk kalimat tidak hanya menjadi persoalan teknis
kebenaran atau bahasa, tetapi menentukan makna yang
dibentuk oleh susunan kalimat. Kalimat merupakan bagian
terkecil dari ujaran teks (wacana) yang mengungkapkan
pikiran secara utuh. Kata ganti, adalah elemen yang
digunakan untuk melakukan manipulasi bahasa dengan
membuat suatu komunitas imajinatif. Agar berita menarik,
jurnalis menggunakan kata-kata yang berbeda dalam
sebuah berita35.
d. Retoris
Struktur retoris berelasi dengan bagaimana cara
33 Ishak. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. (2011). Hal 130 34Ibid. hal 131
22
jurnalis menggunakan perangkat retoris untuk membangun
citra, meningkatkan poin-poin yang menonjol pada sisi
tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari
suatu berita36. Struktur retoris berhubungan dengan cara
wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain,
struktur retoris memakai pilihan kata, idiom, grafik,
gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada
arti tertentu37. Leksikon, merupakan pemilihan atau
pemakaian kata-kata tertentu untuk menggambarkan
peristiwa. Pilihan ini tidak dilakukan secara kebetulan,
tetapi secara ideologis untuk menunjukan pemaknaan
seseorang terhadap fakta. Grafis, diwujudkan dalam bentuk
variasi huruf (ukuran, warna dan efek), caption, grafik,
gambar,tabel, foto, dan data lainnya. Termasuk juga
penempatan dan ukuran judul. Elemen grafis memberikan
efek kognitif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu
dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan.
Metafora, merupakan kiasan yang mempunyai persamaan
sifat atau benda atau hal yang bisa dinyatakan dengan kata
atau frase untuk mendukung dan menekankan pesan utama
yang akan disampaikan.
36Ibid. hal 132
23
3. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian yaitu
berita Pingsannya ratusan mahasiswa Ospek UINSA yang
mengkaitkan nama baik UINSA Surabaya, Yang diberitakan oleh
media online Surabaya.tribunnews.com sebagai berikut:
Tabel 1.1
Berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan
No Judul Berita Hari/Tanggal
Ratusan Mahasiswa Ospek
UINSA Pingsan kelaparan
Kamis, 27 Agustus 2015
Berita di atas merupakan berita yang di sajikan oleh
surabaya.tribunnews.com pada hari Kamis, 27 Agustus 2015.
4. Sumber Data
Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif juga
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: (a) data yang diperoleh
dari interview, (b) data yang diperoleh dari observasi, dan (c) data
yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian
dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi)38. Dalam
penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan
data sekunder. Data Primer disini berupa hasil rekapan berita yang
didapat dari berita online surabaya.tribunnews.com. Data Sekunder
24
adalah data yang didapat dengan menggunakan buku-buku untuk
mendukung teori serta mempelajari dokumen, laporan dan
naskah-naskah lain yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder
disini diperoleh melalui buku-buku, artikel, internet, dan
sumber-sumber lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih
mendasarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan tertentu
(purposseful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik
cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kecenderungan
peneliti memilih data yang dianggap mewakili informasi dan
permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber yang mantap.39
Teknik pengambilan sampel ini pada dasarnya bertolak dari
identifikasi tentang kasus-kasus yang paling menonjol, paling
sering, atau paling biasa muncul dalam kelompok-kelompok yang
diamati. Disini peneliti, untuk upaya mengambil sampel terlebih
dahulu memisahkan data berdasarkan kelompok-kelompok dengan
memperhatikan karakter-karakter tertentu, kemudian peneliti
mengambil sampel untuk mewakili masing-masing kelompok
dengan memperhatikan sifat tipikal, yakni kasus-kasus yang
25
menonjol.40 Dalam penelitian ini, dipilih berita mengenai Ratusan
Mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan, yang dianggap dapat
mewakili informasi yang dibutuhkan, dengan komposisi seperti
yang dipaparkan di atas.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah. Dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Anaalisis
data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan interpretasikan.41
Penelitian ini menggunakan analisis framing, framing sering
digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan
aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang
sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas
sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang
lain42. Gagasan tentang framing pertama kali dilontarkan oleh
Baterson tahun 195543. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir
pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang
40Ibid,, hal .93-94
41 Marsi Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3LS, 1989). hal 263. 42 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 1999), hal 20
43 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
26
mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of
behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas44.
Ada beberapa definisi mengenai framing dari beberapa peneliti.
Robert M. Entman lebih lanjut mendefinisikan framing sebagai
“seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat
peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi, dalam
banyak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap
masalah, interpretasi sebagai akibat, evaluasi moral dan tawaran
penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan”.
Pan dan Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi
konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang
digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan
dihubungkan dengan rutinitas dan konversi pembentukan berita45.
Pan dan Kosicki menyatakan bahwa terdapat dua konsepsi dari
framing yang saling berkaitan.
a. Dalam konsepsi psikologi yaitu bagaimana seseorang
memproses informasi dalam dirinya serta bagaimana
seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan
dalam skema tertentu.
b. Konsepsi sosiologis yaitu bagaimana individu menafsirkan
suatu peristiwa melalui cara pandang tertentu. Bagaimana
seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan
44Ibid hal 162
45Eriyanto, 2002: 68 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik
27
menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya
dan realitas di luar dirinya46.
46
28
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan adalah dengan
sistematika seperti berikut :
BAB I PENDAHULUAN: Pada bab ini menguraikan tentang latar
belakang, rumusan masalah dan fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat hasil penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep
penelitian, kerangka pikir penelitian, metode penelitian, sistematika
pembahasan dan jadwal penelitian.
BAB II KAJIAN TEORITIS: Pada bab ini menguraikan tentang kajian
pustaka dan kajian teori yang berkaitan dengan penelitian.
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN: Pada bab ini menguraikan
tentang profil data dan deskripsi hasil yang berkaitan dengan
penelitian.
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN: Pada bab ini
menguraikan tentang analisis data dan konfirmasi dengan teori yang
berkaitan dengan peneliti.
BAB V PENUTUP: Pada bab ini menguraikan tentang simpulan dan
29
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Media dan Konstruksi Realitas
Dalam teori paradigma konstruksionis fakta merupakan
realita yang dikonstruksi, fakta tidaklah berdiri sendiri melainkan
dikelilingi olehberbagai kepentingan. Termasuk fakta/pengetahuan
yang disajikan olehmedia masa merupakan hasil konstruksi para
jurnalis. Pengetahuan merupakan konstruksi dari individu yang
mengetahui dan tidak dapat ditransfer ke pada individu lain yang
pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya
terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana
terjadinya konstruksi47.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin orang akan
mengabaikan realitas yang ada, tapi pada dasarnya realitas yang
terabaikan tersebut merupakan realitas yang teratur dan terpola.
Inilah yang ingin ditegaskan oleh berger bahwa realitas sehari-hari
memiliki dimensi yang objektif dan subjektif. Dimensi objektif
yang dijelaskan oleh kaum fungsional dan dunia subjektif yang
ditekankan ahli psikologi sosial. Dalam sejarah umat manusia,
objektivikasi, internalisasi, dan eksternalisasi merupakan tiga
30
proses yang berjalan terus48. Objektifvikasi merupakan realitas
objektif yang diserap oleh orang. Internalisasi merupakan proses
sosiali realita objektif dalam suatu masyarakat. Eksternalisasi
merupakan proses dimana semua manusia yang mengalami
sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama-sama
membentuk suatu relitas baru. Seperti yang dikutip Eriyanto dari
Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu
yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan
dikonstruksi. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian
sendiri bagaimanamedia, wartawan dan berita dilihat. Bahwa fakta
adalah hasil kontruksi, jadi realitas itu bersifat subjektif. Realitas
itu ada karena dihadirkan oleh subjektifitas wartawan. Realitas
tercipta lewat sudut pandang tertentu.
Realita dapat dilihat berbeda oleh setiap orang yang
berbeda. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pandangan
positivistik realita bersifat eksternal hadir sebelum wartawan
meliputnya. Jadi bagi kaum positifis realita bersifat objektif dan
tinggal diliput oleh wartawan49. Kemudian, melihat dari realitas
kegiatan Oscaar (Ospek) di UINSA.
2. Media Online
Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk
48 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta; PT Grafindo Persada, 1994)
hal.319
49Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta:
31
media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia
(baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs
web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan
karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang
memungkinkan user memanfaatkannya50”.
Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah
berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan
namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan
pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi
online dan berita didalamnya. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya
tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll.
Media online juga bisa diartikan media internet, seperti
website, blog, dan lainnya yang terbit/tayang di dunia maya, dapat dibaca dan dilihat di internet51. Media online merupakan pemain baru dalam kancah pers Indonesia, menurut beberapa sumber
media online di Indonesia telah tumbuh sejak tahun 1994.
Dari uraian-uraian dan penjelasan tentang media online, penulis dapat merujuk dan mendefinisikan bahwa media online
yaitu media yang terbit di dunia maya dengan bentuk yang
sederhana dan tidak terbatas pada ruang dan waktu, sehingga
32
masyarakat dapat mengaksesnya kapan saja dan dimana saja sejauh
ada jaringan yang menghubungkan orang tersebut dengan internet.
Bersifat real time, actual dan dapat diakses/baca/dilihat oleh siapa pun.
3. Strategi Media Massa Dalam Melakukan Konstruksi Realitas
Pada hakekatnya isi media adalah konstruksi realita dengan
menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Dengan
demikian bahasa adalah nyawa bagi kehidupan media masa.
Karena tanpa bahasa baik verbal maupun nonverbal rekayasa
realita dalam media masa tidak akan tercipta. Berikut ini adalah
strategi media masa dalam konstruksi realitas yang berujung pada
pembentukan citra. Dalam buku Analisis Teks Media yang ditulis
oleh Alex Sobur ada tiga hal yang bisa dilakukan media dalam
mengkonstruk realitas yaitu dengan pemilihan symbol (Fungsi
bahasa), pemilihan fakta yang akan disajikan (Strategi framing)
dan kesediaanmemberi tempat (Agenda setting)
4. Dampak Dari Konstruksi Media Massa
Sebuah realita bisa dikonstruksi dan dimaknai secara
berbeda oleh media lain. Hasil dari konstruksi dari media tersebut
juga akan berdampak besar kepada khalayak. Dampak tersebut
diantaranya.
a. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu
33
informasi mengenai realitas yang terjadi di sekitar mereka.
Dengan demikian konstruksi yang disajikan media ketika
memaknai realitas mempengaruhi bagaimana. Seperti yang
dikutip Eriyanto dari W.Lance Bennet Regina G. Lawrence
dalam bukunya analisis framing menyebutkan bahwa
peristiwa sebagai ikon berita. Apa yang diketahui khalayak
tentang suatu realita disekitarnya tergantung pada
bagaimana media menggambarkanya52. Sebuah ikon yang
ditanamkan oleh media sebagai pencitraan dari sebuah
realita akan diingat kuat oleh khalayak.
b. Mobilisasi Massa
Media merupakan alat yang sangat ampuh dalam menarik
dukungan publik, dan berkaitan dengan opini publik.
Bagaimana media mengkonstruk bisa mengakibatkan
pemahaman khalayak yang beda atas realita yang sama.
Oleh karena itu media harus dilihat sebagai tempat dimana
setiap kelompok yang berkepentingan terhadap suatu
realitas saling bertarung merebutkan dukungan dari publik,
dan saling mengkonstruk realita sesuai dengan
kepentingannya. Konstruksi tersebut dapat digunakan untuk
meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah
peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian yang
seksama dari khalayak.
34
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang
mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah factor
Ekonomi, Politik, Idiologi
a. Ekomoni
Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi sangat
mempengaruhi dalam membentuk suatu realita. Telah kita
ketahui bahwa fungsi pers adalah sebagai alat edukasi
penyaji informasi tapi dengan adanya pers industri fungsi
pers menjadi berubah. Dengan alasan mencari profit
akhirnya idealisme pers menjadi semakin tergeser dengan
adanya kepentingan pemodal. Sebagaimana yang diketahui
sekarang banyak sekali media yang bermunculan, tentunya
untuk menutup biaya operasionlanya media harus
mendapatkan sponsor atau biasa disebut dengan iklan.
Terkadang pihak sponsor atauiklan tersebut menjadi nyawa
bagi media tersebut, sehingga kalau tidak ingin bangkrut
apapun yang menjadi keinginan pihak sponsor mau tidak
mau harus dituruti oleh pihak media. Lebih lanjut karena
adanya kepentingan pemodal inilah akhirnya berita yang
disajikan tidak lagi murni menyajikan informasi melainkan
telah disusupi oleh kepentingan pemodal. Apalagi jika
kapitalis telah menjadi nafas dari pers mau tidak mau
35
hidup medianya.
b. Politik
Kepentingan politik juga sangat dominan dalam
pembentukaanrealita. Dalam urusan politik setiap tindakan
haruslah menuai sutau keuntungan. Begitu pula dengan
pemberitaan media haruslah ada yang menguntungkan dari
segi politik.
c. Ideologi
Media berperan mendefinisikan bagaimana realita
seharusnya dipahami dan kemudian disajikan kepada
khalayak. Dalam sebuah penyajian berita ada yang pro
dengan realita tersebut tapi ada yang tidak sepakat dengan
realita tersebut. Yang tidak sepakat dengan realita tersebut
bukan tanpa sebab tetapi ada faktor yang
mempengaruhinya. Realita yang sama bisa dimaknai dan
dijelaskan secara berbeda karena memakai kerangka politik
yang berbeda.
Masyarakat atau komunitas dengan ideologi yang berbeda
akan menjelaskan dan meletakkan peristiwa yang sama
kedalam peta yang berbeda, karena idiologi menempatkan
bagaimana nilai-nilai bersama yang dipahami dan diyakini
36
yang terjadi setiap hari53. Tak terkecuali idiologi ini juga
akan mempengaruhi media dalam menyajikan suatu realita,
ini terkait dengan sudut pandang yang dipakai oleh media
tersebut.
Idiologi dalam arti netral bergantung pada isinya kalau
isinya baik, idiologi itu baik, kalau isinya buruk (misalnya
membenarkan kebencian), dia buruk54. Ketika media
dikendalikan idiologi yang ada dibaliknya, media sering
dituduh sebagai perumus realitas atau dengan kata lain
sebagai pengkonstruk realita Sesuai dengan ideologi yang
melandasainya berita bukan menjadi cermin realitas
melainkan gambaran tentang pemaknaan terhadap realita
tersebut. Dalam hal ini idiologi tersebut menyusup dan
menanamkan pengaruhnya lewat media secara
”tersembunyi” dan mengubah pandangan setiap
orang secara tidaksadar.
B. Kajian Teori
1. Konstruksi Realitas Sosial
Istilah konstruksi sosial diperkenalkan oleh Peter L.Berger
dan Thomas Luckman melalui bukunya The Social Construction of
53
Ibid hal. 128
54Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
37
Reality, A Treatise in The Sociological of Knowledge55. Dalam buku tersebut digambarkan konstruksi sosial sebagai proses sosial
melalui tindakan dan interaksinya dimana individu secara intens
menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama
secara subjektif. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap sesuatu
muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial
sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam
komunikasi tertentu.
Menurut Suparno, terdapat tiga macam konstruktivisme56, yaitu:
a. Konstruktivisme radikal: Konstruktivisme radikal hanya
mengakui apa yang dibentuk pikiran manusia dan
mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan
kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan
merupakan suatu realitas yang dibentuk oleh pengalaman
seseorang. Pengetahuan sebagai hasil konsruksi individu
yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer pada individu
lain yang pasif. Oleh karena itu, konstruksi harus dilaukan
individu sendiri terhadap pengetahuan itu, dengan
lingkungan sebagai sarana terjadnya konstruksi tersebut.
b. Realisme hipotesis: Dalam pandangan realisme hipotesis,
pengetahuan merupakan hipotesis dari struktur realitas yang
55 Burhan Bungin, Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam
Masyarakat Kapitalistik (Yogyakarta, Jendela, 2001). Hal 9
38
mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang
hakiki.
c. Konstruktivisme biasa: Konstruktivisme biasa memandang
pengetahuan sebagai gambaran realitas. Pengetahuan
individu merupakan suatu gambaran yang dibentuk dari
realitas obyek dalam dirinya sendiri.
Dari ketiga macam konstruktivisme tersebut, terdapat
kesamaan bahwa konstruktivisme dipandang sebagai sebuah kerja
kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,
karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau
orang di sekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri
pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan struktur
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Konstruktivisme seperti
inilah yang disebut kontruksi sosial oleh Peter L. Berger57.
Dalam kenyataannya, realitas sosial tidak dapat berdiri
sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar
realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna ketika
dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain
sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif.
Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur
utama. Peter L Berger dan Thomas Luckman menyatakan, proses
kontruksi realitas dimulai ketika seseorang konstruktor melakukan
objektivitasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepsi
39
terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui
proses persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang
konstrukstur. Dalam tahap ini dilakukan konseptualisasi terhadap
suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan
eksternalisasi atas hasil dari proses perenungan secara internal tadi
melalui pernyataan-pernyataan. Alat pembuat pernyataan tersebut
adalah kata-kata atau bahasa. Seperti yang dikutip Alex Sobur,
dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang menciptakan realitas
dan menatanya menggunakan bahasa58.
Fungsi Bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana
komunikasi. Halliday mengemukakan 3 meta fungsi bahasa, yang
berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam proses sosial di
dalam suatu masyarakat. Ketiga meta fungsi tersebut antara lain59:
a. Fungsi ideasional (ideational function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan isi
pikiran, serta untuk merefleksikan reealitas pengalaman
partisipannya.
b. Fungsi interpersonal (interpersonal function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk membangun dan memelihara
hubungan sosial, untuk mengungkapkan peranan-peranan
sosial dan peranan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa
itu sendiri.
58
Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
Semiotika dan Analisa Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). hal 16
59 Sumarlam, Teori Dan Praktik, Analisis Wacana, (Pustaka Cakra Surakarta, 2003). hal.
40
c. Fungsi tekstual (textual function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk berbagai mata rantai kebahasaan
dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan
digunakannya bahasa oleh para pemakainya. Secara singkat
fungsi bahasa disini untuk menyediakan kerangka, wacana
yang relevan terhadap situasi.
Menurut Stuart Hall, dalam pembentukan realitas terdapat
peran penting bahasa. Bahasa dan wacana dianggap sebagai arena
pertarungan sosial dan bentuk pendefinisian realitas. Bahasa
sebagaimana dianggap oleh kalangan strukturalis merupakan
sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan secara berbeda pada
peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada
peristiwa yang sama60.
Dalam pemaknaan suatu realitas dapat memungkinkan
perbedaan penafsiran. Pada kenyataannya hanya satu makna yang
bisa diterima. Kemenangan satu makna terhadap makna yang
lainnya ini menurut Hall, tidak dapat dilepaskan dari bagaimana
wacana dominan membentuk, menghitung definisi, dan
membentuk batas-batas dari pengertian tersebut. Wacana sendiri
dipahami sebagai arena pertarungan sosial yang diartikulasikan
lewat bahasa61.
Realitas didefinisikan secara terus menerus melalui praktik
bahasa yang bermakna sebagai pendefinisian selekif terhadap
60 Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (LKiS,Yogyakarta, 2001).
hal 29-30
41
realitas yang ditampilkan. Hal ini mengakibatkan suatu persoalan
atau peristiwa di dunia nyata tidak mengandung atau menunjukkan
makna integral, tunggal dan intrinsik. Makna yang muncul
hanyalah makna yang ditransformasikan lewat bahasa. Bahasa dan
simbolisasi adalah perangkat yang memproduksi makna62.
Menurut Seassure, persepsi dan pandangan kita tentang
realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang
digunakan dalam konteks sosial63. Sedangkan menurut Zak Van
Straaten, yang dapat kita tangkap hanyalah tampilan (appearance) dari realitas di baliknya. Hal ini diakrenakan manusia memiliki
keterbatasan dalam melihat realitas yang disebabkan karena faktor
ruang dan waktu. Sehingga tidak dapat mengalami dua realitas
yang berbeda di dalam ruang dan waktu yang simultan serta dalam
waktu yang sama64.
Dikatakan institusi masyarakat terbentuk dan dipertahankan
atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, tetapi
pada kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif
melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui
penegasan berulang-ulang yang diberikan orang lain yang memiliki
definisi subjectif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling
tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang
62Ibid, hal 34-35
42
universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang
memberi makna pada berbagai bidang kehidupan65.
2. Konstruksi Berita online
Dalam teori mengenai konstruksi realitas yang
diperkenalkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckman di atas,
pengertian serta pemahaman terhadap sesuatu muncul akibat
komunikasi dengan orang lain. Untuk menggambarkan hubungan
timbal balik pada level masyarakat dan individu, Berger dan
Luckman menggambarkan proses dialektika antara masyarakat dan
individu terjadi melalui proses eksternalisasi, objektivikasi, dan
internalisasi. Eksternalisasi menunjuk pada proses dimana
hasil-hasil aktivitas kreatif mengkonfrontasi individu sebagai kenyataan
obyektif, sedangkan internalisasi menunjuk pada proses dimana
kenyataan eksternal tersebut menjadi bagian dari kesadaran
subyektif individu.
Melalui proses tersebut, wartawan melakukan konstruksi
atas realitas sosial Karena berita sebenarnya adalah hasil kerja dari
wartawan dalam menggambarkan sebuah peristiwa dalam sebuah
gambar, maupun kalimat, seperti pernyataan Walter Lippmann
yang dikutip dalam jurnal internasional Television
News:Geographic and Source Biases, 1982 – 2004, Steve Jones berikut66;
65Ibid, hal. 91
43
“The real environment is altogether too big, too complex, andtoo fleeting for direct acquaintance . . . we have to reconstruct it on a simpler model before we can manage with it, pictures in the form of televisid images, are a means of reconstructing asimpler model
of the world. “News is not merely relaying an objective truth
waiting out in the world to be „gathered,‟ but is instead
selecting, shaping and producing its message”.
Meminjam prinsip analisis framing, terjadi proses seleksi
dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang
diberitakan dalam media. Fakta tidak ditampilkan secara apa
adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang specific. Dalam hal ini, awak media lazim
menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataannya, dan serta
mengedepankan perspective tertentu sehingga suatu interpretasi
menjadi lebih noticeable daripada interpretasi yang lain67.
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media
massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi
media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ”cerita”68.
Karena masyarakat memperoleh informasi terutama dari
media massa, maka isi atau apa yang disiarkan media mempunyai
kaitan erat dengan masyarkat, yakni apa diperbincangkan
67
Agus Sudibyo, prasangka Media Dalam Konflik Israel-Lebanon, hal.87
44
khalayak, apa yang dinilai sedang hangat dan menarik bagi
khalayak sehingga mampu membentuk citra atau gambaran
tertentu pada benak khlayak megenai dunia sekeliling.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa bahasa bukan
hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat
menciptakan realitas, begitu juga isi media yang pada hakikatnya
adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat
dasarnya. Sedangkan bahasa bukan sebagai alat
memprensentasikan realitas, namun juga bias menentukan relief
seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas
tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat
besar untukmempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan
dari realitas yang dikonstruksikan.
Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai
bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media,
bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta,
informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi
untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran
atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik69.
Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai
alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa
menentukan gambaran (citra) yang akan muncul dibenak khalayak.
Bahasa yang dipakai Media ternyata mampu mempengaruhi cara
69 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa
45
melafalkan (pronunciation), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax),perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah atau mengembangkan percakapan
(speech), bahasa (language), dan makan (meaning)70.
Menurut De Fleur dan Ball-Rokeach, ada berbagai cara
media massa memperngaruhi bahasa dan makna ini, antara lain:
mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya;
memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna
lama sebuah istilah dengan makna baru; menetapkan konvensi
makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa.
Dengan begitu penggunaan bahasa tertentu jelas
berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu, pilihan kata dan
cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi
realitas sekaligus menentukan makna yang muncul. Bahkan
menurut Hamad, bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan
realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Dalam konstruksi
realitas, bahasa merupakan unsur utama, ia merupakan instrumen
pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat
konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa maka tak
ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa71.
Berkenaan dengan hal tersebut, media massa, khususnya
komunikator massanya lazim melakukan berbagai tindakan dalam
konstruksi realitas dimana hasil akhirnya berpengaruh kuat
70Ibid hal. 89