• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Grafik 2.1

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

2. Perkembangan Makroekonomi

Terkini

Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 terus berlanjut, ditopang oleh perbaikan permintaan domestik khususnya investasi swasta. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4%

triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4% triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4% triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4%

triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4%. Ekspor merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi, meskipun pada triwulan I-2007 pertumbuhannya melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan permintaan global. Investasi dunia usaha mulai pulih, didukung oleh kondisi permintaan eksternal, konsumsi rumah tangga, stabilitas makroekonomi, dan ketersediaan sumber dana. Namun kurang didukung oleh implementasi kebijakan pengembangan investasi dan pembangunan infrastruktur yang memadai. Meskipun pertumbuhan ekonomi terus berlanjut, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2007 diprakirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya. Peningkatan output gap masih berlanjut hingga triwulan III-2007, dan baru mereda menuju titik nol pada awal 2008. Sementara itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus terkait dengan perbaikan kinerja transaksi berjalan. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan I-2007 cadangan devisa menjadi sebesar USD 47,2 miliar, atau setara 5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y)

diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y) diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y) diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y)

diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y) (Grafik 2.1). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan yang sama tahun 2006 sebesar 5,0% (y-o-y). Fase ekspansi pertumbuhan ekonomi tersebut terlihat pada perkembangan leading indicator Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan ekspansi pertumbuhan ekonomi akan terjadi pada kurun waktu 1-2 triwulan ke depan. Bencana banjir yang menimpa wilayah Jakarta dan sekitarnya pada bulan Februari memberikan dampak yang tidak terlalu besar pada keseluruhan pertumbuhan ekonomi 2007.

Permintaan Agregat

Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% (y-o-y) pada triwulan I-2007

o-y) pada triwulan I-2007 o-y) pada triwulan I-2007 o-y) pada triwulan I-2007

o-y) pada triwulan I-2007 (Tabel 2.1). Meskipun tumbuh terbatas, pertumbuhan konsumsi swasta menunjukkan tren yang meningkat dan berada pada fase ekspansi. Hal ini disebabkan oleh penurunan suku bunga dan peningkatan pembiayaan konsumsi swasta pada triwulan I-2007. Peningkatan konsumsi juga didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat %, y-o-y

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15

(2)

sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan riil M1 dan kredit konsumsi riil seiring dengan tren laju inflasi yang menurun.

Hasil survei beberapa instansi juga Hasil survei beberapa instansi jugaHasil survei beberapa instansi juga Hasil survei beberapa instansi jugaHasil survei beberapa instansi juga

menunjukkan perbaikan konsumsi swasta. menunjukkan perbaikan konsumsi swasta.menunjukkan perbaikan konsumsi swasta. menunjukkan perbaikan konsumsi swasta.menunjukkan perbaikan konsumsi swasta.

Survei Danareksa (Grafik 2.3) memperlihatkan perbaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian secara moderat,

terutama disebabkan oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terkait dengan membaiknya ketersediaan

lapangan kerja. Sementara Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS menunjukkan keyakinan konsumen masih pada level yang pesimis, namun sedikit meningkat ke arah optimis. Dari sisi produsen/

pedagang, kegiatan penjualan eceran menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup kuat. Hasil Survei Penjualan Eceran memperlihatkan bahwa pertumbuhan riil indeks penjualan eceran yang sempat negatif sejak awal

2006, telah berubah menjadi positif dan terus meningkat sejak September 2006. Sementara itu, indikator di sektor riil juga menunjukkan adanya perbaikan konsumsi swasta. Penjualan mobil (Grafik 2.2) sejak semester II-2006 menunjukkan adanya

peningkatan.

Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase

ekspansi. ekspansi. ekspansi. ekspansi.

ekspansi. Leading indicator investasi menunjukkan kondisi ini. Selain leading indicator, beberapa indikator dini dan hasil survey mengindikasikan adanya pemulihan investasi. Berdasarkan perkembangan tersebut, PMTB triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 8,8% (y-o-y) (Grafik 2.4).

Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan

terakhir beberapa indikator dini yang membaik. terakhir beberapa indikator dini yang membaik. terakhir beberapa indikator dini yang membaik. terakhir beberapa indikator dini yang membaik.

terakhir beberapa indikator dini yang membaik. Konsumsi semen, sebagai salah satu indikator dini investasi bangunan mencatat pertumbuhan yang positif pada 3 bulan terakhir, setelah beberapa bulan sebelumnya mencatat pertumbuhan negatif. Demikian juga investasi mesin, peralatan dan alat angkut, yang mewakili indikator dini investasi non bangunan, menunjukkan pemulihan setelah mengalami kontraksi pasca kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 lalu. Sejak triwulan IV-2006 investasi non bangunan mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif. Perkembangan yang baik ini menyebabkan pertumbuhan investasi total meningkat cukup signifikan. Namun demikian, mengingat pertumbuhan impor barang modal yang menurun, Grafik 2.2

Pertumbuhan Penjualan Mobil

Grafik 2.3

Survei Kepercayaan Konsumen Danareksa

(%) (%)

2004 2005 2006 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 -2,0

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Consumer Confidence Present Situatuions Index (PSI) Expectation Index

%YoY, Tahun Dasar 2000

2006

I II III IV I*

Indikator

TOTAL KONSUMSI 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,8 KONSUMSI SWASTA 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 3,8 KONSUMSI PEMERINTAH 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 13,5 TOTAL INVESTASI 1,1 1,1 1,3 8,2 2,9 8,8 EKSPOR BARANG DAN JASA 11,6 11,3 8,2 6,1 9,2 7,6 IMPOR BARANG DAN JASA 2,8 7,5 10,1 9,7 7,6 8,7 PDB

PDBPDB

PDBPDB 5,05,05,05,05,0 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,16,16,16,16,1 5,55,55,55,55,5 5,45,45,45,45,4

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi √ Sisi Permintaan

2006 2007*

(3)

investasi belum menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan berkesinambungan.

Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha terhadap kondisi bisnis yang meningkat.

terhadap kondisi bisnis yang meningkat. terhadap kondisi bisnis yang meningkat. terhadap kondisi bisnis yang meningkat.

terhadap kondisi bisnis yang meningkat. Sikap optimis tersebut tercermin pada kenaikan jumlah responden survei yang akan

melakukan investasi dalam kurun waktu 6 bulan ke depan. Minat berinvestasi para pengusaha tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat dan kondisi pasar yang

kondusif. Selanjutnya, berdasarkan survei BPS, tingkat kepercayaan pengusaha terhadap kondisi perekonomian terus membaik, tercermin pada perkembangan indeks tendensi bisnis

yang meningkat. Tingkat kepercayaan yang membaik tersebut terutama dipicu oleh kenaikan pendapatan usaha. Lebih jauh, hasil survei Japan External Trade Organisation (JETRO) juga mendukung kedua survei di atas (Grafik 2.6). Hasil survei JETRO menunjukkan peningkatan keyakinan berusaha perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia.

Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai

tampak. tampak. tampak. tampak.

tampak. Dukungan ini tercermin dari peningkatan kredit investasi (Grafik 2.5), meskipun belum terlalu kuat. Dukungan pembiayaan terhadap pertumbuhan investasi yang kuat dan berkesinambungan perlu dicermati, mengingat penurunan suku bunga kredit relatif masih lambat.

Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh

sebesar 7,6% (y-o-y sebesar 7,6% (y-o-y sebesar 7,6% (y-o-y sebesar 7,6% (y-o-y

sebesar 7,6% (y-o-y), melemah dibanding pertumbuhan triwulan I-2006 yang mencapai di atas 10% (Grafik 2.8). Faktor utama penyebab melemahnya ekspor barang dan jasa tersebut adalah melemahnya permintaan dunia. Selain faktor permintaan dunia, gangguan produksi kelapa sawit akibat curah hujan yang terlalu besar juga menghambat ekspor Indonesia, mengingat komoditas ini memiliki pangsa yang relatif besar terhadap total ekspor. Selain itu bencana banjir yang melanda DKI Jakarta sempat menghambat kelancaran kegiatan ekspor.

Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan

sebesar 8,7% (y-o-y), sebesar 8,7% (y-o-y), sebesar 8,7% (y-o-y), sebesar 8,7% (y-o-y),

sebesar 8,7% (y-o-y), melambat dibanding periode sebelumnya, meskipun secara keseluruhan masih menunjukkan trend yang meningkat (Grafik 2.9). Prakiraan ini didasarkan pada perkembangan leading indicator impor yang berada pada fase ekspansi untuk 1-2 triwulan ke depan. Melambatnya pertumbuhan impor barang dan jasa pada triwulan I-2007 di antaranya disebabkan oleh impor barang modal yang menurun. Namun demikian, apabila dilihat rincian impor barang modal berdasarkan golongan barang (HS), terdapat peningkatan Grafik 2.4

2001 2002 2003 2004* 2005** 2006*** I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

bangunan non bangunan PMTB (rhs)

Grafik 2.5

Pertumbuhan Kredit Investasi Riil dan PMTB

(%,) lead = (-) 4 r = 0.94

2004 2005 2006 2007

ginvswasta (rhs)

gInv (rhs) gKIriil (yoy) gkiriil_sa_cma(mtm)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Mar

Non Manufacturing Manufacturing

(4)

pertumbuhan impor barang yang terkait dengan peningkatan kapasitas produksi. Jenis impor barang modal tersebut antara lain besi/baja, mesin serta pesawat mekanik, serta mesin dan peralatan listrik. Sementara itu, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong meningkat, sejalan dengan pertumbuhan kegiatan konsumsi dan produksi.

Operasi Keuangan Pemerintah

Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi

realisasi belanja modal pemerintah realisasi belanja modal pemerintah realisasi belanja modal pemerintah realisasi belanja modal pemerintah

realisasi belanja modal pemerintah. Beberapa kemudahan dan penyederhanaan pelaksanaan lelang yang diharapkan dapat memperbaiki proses pencairan anggaran baik di kementerian,

lembaga negara serta Pemerintah Daerah dan pimpinan BUMN √ BUMD belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini tercermin dari realisasi belanja modal 2 bulan pertama tahun 2007 baru

mencapai Rp1,3 triliun, lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun 2006 yang mencapai Rp1,7 triliun.

Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat

surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB

surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2006 dengan surplus 4,6 triliun atau 0,2% dari PDB. Meningkatnya surplus APBN triwulan I-2007 diprakirakan didukung oleh meningkatnya penerimaan pajak yang mencapai Rp 110,3 triliun.

Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari

2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat 2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat 2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat 2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat 2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat

dibanding dengan periode yang sama tahun 2006 dibanding dengan periode yang sama tahun 2006 dibanding dengan periode yang sama tahun 2006 dibanding dengan periode yang sama tahun 2006

dibanding dengan periode yang sama tahun 2006. Sementara dampak transfer pemerintah ke sektor riil hingga Februari 2007 lebih rendah dari periode yang sama tahun 2006. Realisasi konsumsi pemerintah di awal 2007 mencapai sekitar 11,9%, terutama digunakan untuk pengeluaran belanja pegawai, belanja barang dan dana perimbangan. Realisasi konsumsi pemerintah 2007 memberikan dampak kepada sektor riil sebesar Rp40,3 triliun lebih tinggi dibanding tahun 2006 sebesar Rp35,3 triliun. Sementara itu dampak investasi pemerintah ke sektor riil, meskipun meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun realisasi pengeluaran investasi di awal 2007 baru mencapai 8,7%, lebih rendah dibanding awal tahun 2006 yang mencapai 9,1%. Dampak investasi pemerintah ke sektor riil meningkata dari Rp15,0 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp15,8 triliun pada tahun 2007. Sedangkan menurunnya transfer Grafik 2.7

2004 2005 2006 2007

80

ITB Order dr DN Order dr LN Order Brg. Input Harga Jual Riil (Rhs)

Grafik 2.8

Ekspor Menurut Kelompok Barang (%,yoy)

2004 2005 2006 2007

gXpertanian (val) gXindustri (val)

PDB ekspor (rhs) gXmineral/ pertambangan (val)

Grafik 2.9

Impor Menurut Kelompok Barang (%, yoy)

2004 2005 2006 2007

gMbarang Konsumsi (val) gMbahan Baku (val) Rata2 gMbahan baku Rata2 gMbarang konsumsi PDB Impor (rhs)

(5)

pemerintah pada periode laporan dibanding periode yang sama tahun lalu terkait dengan ditiadakannya bantuan langsung tunai pada APBN 2007, yang pada triwulan I-2006 mencapai Rp 4,5 triliun.

Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya.

Hal ini menyebabkan operasi keuangan pemerintah triwulan I-2007 berdampak pada bertambahnya cadangan devisa. Selama triwulan I-2007 terdapat penerbitan global bond yang berhasil menyerap dana sebesar USD1,5 miliar, atau setara dengan Rp13,34 triliun. Sementara total pembayaran utang luar negeri pada triwulan I-2007 sebesar Rp12,4 triliun. Dengan demikian keuangan pemerintah memberikan dampak inflow sebesar Rp 30,7 triliun selama triwulan I-2007.

Penawaran Agregat

PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4%

(y-o-y), y), y), y),

y), melambat dibanding 2 (dua) triwulan sebelumnya (Tabel 2.2). Perlambatan hampir terjadi di seluruh sektor ekonomi. Pembentukan PDB masih didominasi oleh sektor-sektor yang bersifat tradable, seperti sektor-sektor industri pengolahan (27,9%) dan sektor pertanian (14,3%). Sedangkan dari sektor-sektor yang bersifat non-tradable, pembentukan PDB terutama didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,9%), serta keuangan, persewaan, dan jasa (9,3%).

Sektor industri pengolahan pada triwulan I-Sektor industri pengolahan pada triwulan I-Sektor industri pengolahan pada triwulan Sektor industri pengolahan pada triwulan Sektor industri pengolahan pada triwulan

I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,7% 2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,7%2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,7% 2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,7% 2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,7%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama didukung oleh masih kondusifnya permintaan pasar baik dari dalam maupun luar negeri, tingkat inflasi yang lebih rendah, dan penurunan tingkat suku bunga. Pertumbuhan indeks produksi sektor pengolahan hasil Survei Produksi Bank Indonesia yang disertai oleh peningkatan kapasitas produksi mengkonfirmasi pertumbuhan sektor industri pengolahan triwulan I-2007. Demikian pula hasil survei Jetro menunjukkan adanya perbaikan berbisnis di sektor industri pengolahan, tercermin dari perbaikan sentimen bisnis triwulan I-2007 dan outlook bisnis ke depan.

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y),

diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y), diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y), diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y),

diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y), hampir sama dengan pertumbuhan triwulan IV-2006 sebesar 7,0% (y-o-y). Peningkatan arus bongkar muat kargo di 4 (empat) pelabuhan utama, yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Ujung Pandang mendukung pertumbuhan sektor PHR. Banjir yang melanda wilayah provinsi DKI

%YoY, Tahun Dasar 2000

2006

I II III IV I*

Sektor

Pertanian 6,4 1,5 2,2 1,8 3,0 0,6 Pertambangan & Penggalian 2,7 4,0 1,6 0,7 2,2 0,6 Industri Pengolahan 2,9 3,7 5,9 5,9 4,6 5,7 Listrik, Gas & Air Bersih 5,1 4,4 5,7 8,1 5,9 6,9 Bangunan 7,4 8,7 9,3 10,4 9,0 8,7 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,4 5,5 7,5 7,0 6,1 7,1 Pengangkutan & Komunikasi 11,5 13,3 13,6 15,9 13,6 15,1 Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 5,3 4,7 6,8 5,6 5,8 Jasa-jasa 5,8 6,1 6,9 6,0 6,2 4,3 PDB 5,0 5,0 5,9 6,1 5,5 5,4

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi √ Sisi Penawaran

2006 2007*

(6)

Jakarta dan Jawa Barat (Bogor, Depok, dan Bekasi) pada awal Februari 2007 tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan sektor PHR. Pertumbuhan sektor perdagangan yang cukup tinggi, prospek ke depan yang membaik, serta menurunnya risiko kredit di sektor ini (tercermin dari rasio kredit bermasalah/NPL yang terus menurun), menyebabkan pembiayaan di sektor perdagangan meningkat cukup signifikan sejak triwulan IV-2006.

Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkan Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkanSementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkan Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkan Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61% triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61%triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61% triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61% triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61%

(y-o-y) pada triwulan I-2007 (y-o-y) pada triwulan I-2007(y-o-y) pada triwulan I-2007 (y-o-y) pada triwulan I-2007

(y-o-y) pada triwulan I-2007. Turunnya produksi padi pada bulan Januari dan Februari 2007 disebabkan oleh mundurnya musim hujan yang berdampak pada mundurnya musim tanam. Panen raya pada bulan Maret 2007, tidak mampu mendorong

pertumbuhan produksi padi triwulan I-2007 lebih tinggi dari triwulan IV-2006. Penurunan luas panen semakin memperburuk produksi padi triwulan I-2007. Banjir yang melanda wilayah provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat (Bogor, Depok,

dan Bekasi) pada awal Februari 2007 juga cukup berdampak terhadap pertumbuhan sektor pertanian nasional. Luas lahan yang tergenang mencapai 32.750 hektar. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor pertanian pada triwulan I-2007

menurun, meskipun NPL sektor ini mengalami tren yang menurun.

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuhSektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh

relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y). relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y).relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y). relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y). relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini didukung oleh pertumbuhan ekspor batu bara, dan membaiknya kinerja sub sektor minyak dan gas bumi. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan dan penggalian terus meningkat, bahkan telah jauh melampaui angka rata-rata pertumbuhan sebelum kenaikan BBM Oktober 2005. Sementara itu, NPL sektor ini pun terus menurun sejak awal tahun 2006. NPL pada bulan Februari 2007 mencapai 6,41%.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1% Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1%Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1% Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1% Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1%

pada triwulan I-2007 pada triwulan I-2007pada triwulan I-2007 pada triwulan I-2007

pada triwulan I-2007, meskipun banjir yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya diprakirakan dapat menghambat sektor pengangkutan dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur pendukung. Tingginya mobilitas masyarakat serta tingginya teknologi dan inovasi di bidang komunikasi berperan dalam mendukung tingginya pertumbuhan di sektor ini. Hal ini tercermin dari tingginya pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler yang berdampak pada tingginya penggunaan pulsa.

Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74% (y-o-Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74% (y-o-Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74% Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74% Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74%

(y-o-y), y),y), y),

(7)

Kesenjangan Output (Output Gap)

Memperhatikan perkembangan sisi permintaan dan penawaran di atas, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2007 diprakirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya. Prakiraan ini didukung oleh kajian Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa peningkatan kesenjangan output √ yaitu perbedaan antara PDB potensial dan PDB aktual √ masih berlanjut hingga triwulan III-2007, dan mulai menurun pada triwulan IV-2007. Pergerakannya mulai mereda, menuju titik nol pada saat memasuki 2008, seiring dengan makin kuatnya pertumbuhan investasi.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I-2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan 2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan 2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan 2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan 2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah

eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah

eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah. Surplus transaksi

berjalan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas terkait dengan harga komoditas yang masih tinggi di pasar internasional. Sementara untuk arus modal dan finansial didukung oleh arus

masuk dalam bentuk SUN, termasuk hasil penerbitan obligasi valas. Dengan kinerja yang cukup baik, NPI secara keseluruhan mampu mengumpulkan devisa menjadi sebesar USD 47,2 miliar, mampu mencukupi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri selama 5 bulan.

Transaksi Berjalan

Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2 Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2 Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2 Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2 Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2

miliar miliar miliar miliar

miliar. Surplus transaksi berjalan ini terutama dipengaruhi oleh masih tingginya harga komoditas non migas di pasar internasional, sehingga nilai ekspor tumbuh sebesar 9,7%. Pertumbuhan ekspor ini lebih tinggi dari prakiraan awal sebesar 5,7%. Selain itu pertumbuhan impor yang lebih rendah dari pertumbuhan ekspor, memperkuat peningkatan surplus transaksi berjalan, yaitu sebesar USD 7,7 miliar.

Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y). Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y). Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y). Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y).

Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan ekspor non migas didukung oleh perkembangan sisi eksternal yang kondusif, yaitu tingginya harga komoditas serta berlanjutnya ekspansi ekonomi negara mitra dagang dan ekonomi dunia. Selain dari sisi nominal, ekspor non migas juga meningkat dari sisi volume. Tujuh dari 10 komoditas utama ekspor non migas mengalami kenaikan baik volume maupun nilai, yaitu tekstil dan produk tekstil, tembaga, batu bara, mesin dan mekanik, produk kimia, karet, serta kertas. Dengan perkembangan ini, nilai ekspor 10 komoditas utama nonmigas tumbuh sebesar 16,4% (y-o-y), atau berkontribusi 73% terhadap total ekspor nonmigas.

Sejalan dengan penurunan produksi minyak dan berlangsungnya konversi energi domestik (prioritas penggunaan gas untuk kepentingan domestik), realisasi nilairealisasi nilairealisasi nilairealisasi nilairealisasi nilai ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%.

ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%. ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%. ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%.

ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%. Diaplikasikannya konversi energi menyebabkan ekspor gas turun cukup signifikan, mencapai 21,4% (y-o-y), Grafik 2.10

Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Akselerasi output gap menuju titik nol

melambat

Periode output gap menyempit menuju titik nol

-0,3 -0,25 -0,2 -0,15 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1

(8)

Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% (y-o-Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% (y-o-Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% (y-o-y).

y).y). y).

y). Pertumbuhan ini sama dengan prakiraan rata-rata impor nonmigas triwulan I-2007. Impor bahan baku, yang berperan dominan yaitu 74% dari impor non migas, tumbuh 17,5%, diikuti oleh impor barang konsumsi yang tumbuh sebesar 53,8%. Dengan perkembangan ini diprakirakan impor non migas pada triwulan I-2007 tumbuh cukup tinggi.

Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy). Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy).Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy). Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy). Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy). Rendahnya pertumbuhan impor nonmigas ini sejalan dengan penurunan tingkat

konsumsi BBM domestik tahun 2007.

Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I-2007. Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I-2007.Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I-2007. Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I-2007. Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I-2007. Transaksi jasa-jasa bersih diprakirakan mencatat defisit USD 3,0 miliar, lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Menurunnya defisit transaksi jasa-jasa disebabkan oleh turunnya pembayaran jasa transportasi untuk kegiatan impor yang melambat pada triwulan I-2007. Demikian juga defisit pada transaksi pendapatan bersih cenderung menurun, terutama bersumber dari menurunnya pembayaran bunga yang disebabkan turunnya posisi utang luar negeri. Sementara itu, transaksi transfer bersih masih mencatat surplus sebesar USD 1,2 miliar.

Neraca Modal dan Finansial

Transaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yang Transaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yangTransaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yang Transaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yang Transaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yang

lebih rendah dari prakiraan semula lebih rendah dari prakiraan semulalebih rendah dari prakiraan semula lebih rendah dari prakiraan semula

lebih rendah dari prakiraan semula. Prakiraan awal surplus TMF sebesar USD 1,5 miliar menjadi hanya sebesar USD 128 juta. Hal ini terjadi disebabkan oleh aliran modal investasi portofolio asing (FPI) di sisi liabilities yang juga lebih rendah dari prakiraan awal, yaitu dari sebesar USD 3,2 miliar, menjadi USD 2,3 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada realisasi penerbitan obligasi valas, diprakirakan sebesar USD 2 miliar, terealisasi USD 1,5 miliar, demikian juga pembelian saham oleh pihak asing yang juga menurun. Sementara aliran bersih modal Foreign Direct Investment (FDI) cukup kuat, namun masih lebih rendah dari aliran modal investasi portofolio.

Cadangan Devisa

Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007 Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007 Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007 Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007

diprakirakan mencatat surplus diprakirakan mencatat surplusdiprakirakan mencatat surplus diprakirakan mencatat surplus

diprakirakan mencatat surplus. Surplus NPI selanjutnya menyebabkan posisi cadangan devisa pada triwulan I 2007 menjadi US$ 47,2 miliar, atau cukup membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 5 bulan.. Peningkatan cadangan devisa yang terjadi akan memberikan kontribusi positif bagi stabilitas makroekonomi di masa datang.

KEBIJAKAN MAKROEKONOMI

Sampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telah Sampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telahSampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telah Sampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telah Sampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telah dapat diselesaikan dari 54 yang direncanakan hingga Februari 2007.

dapat diselesaikan dari 54 yang direncanakan hingga Februari 2007.dapat diselesaikan dari 54 yang direncanakan hingga Februari 2007. dapat diselesaikan dari 54 yang direncanakan hingga Februari 2007.

(9)

mencapai 42 tindakan dari rencana 54 tindakan, penyelesaian tersebut antara lain meliputi bidang umum (16), bidang kepabeanan (10), bidang perpajakan (5), bidang ketenagakerjaan (6), dan bidang UKMK (5).

Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian.

dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian. dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian. dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian.

dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian. Terkait dengan

penanaman modal, telah disahkannya RUU Penanaman modal oleh DPR pada akhir Maret 2007 diharapkan dapat mendorong meningkatnya investasi asing di Indonesia. Beberapa azas penting yang terkandung dalam UU ini meliputi kepastian

hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sama antara PMDN dan PMA. Namun demikian, beberapa pasal masih menjadi polemik di masyarakat antara lain terkait dengan hak guna usaha oleh asing yang mencapai 95 tahun disamping

perlakuan yang sama terhadap asing yang mendorong kekhawatiran terhadap industri kecil dalam negeri. Penyempurnaan organisasi Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI) yang bertugas merumuskan kebijakan dan

mendorong peningkatan ekspor dan investasi.

Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan

perdagangan, kepabeanan dan pajak. perdagangan, kepabeanan dan pajak. perdagangan, kepabeanan dan pajak. perdagangan, kepabeanan dan pajak.

perdagangan, kepabeanan dan pajak. Beberapa kebijakan yang terkait dengan perdagangan, kepabean dan pajak mengindikasikan banyak kemajuan. Di bidang perdagangan, sebanyak 8 peraturan perundangan-undangan yang menyangkut perizinan di bidang perdagangan telah disempurnakan dan disederhakan melalui SK Menteri Perdagangan antara lain Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Perwakilan Perusahaan (P3A), Surat Izin Kegiatan Usaha Surveyor (SIKUS) disamping waktu penerbitan SIUP yang hanya 5 hari. Di bidang kepabeanan, beberapa kebijakan antara lain penyederhanaan prosedur pemeriksaan kepabeanan, berbagai peraturan untuk percepatan arus barang, target pengurangan time release untuk jalur hijau dan jalur merah, penambahan importir pada jalur prioritas. Di bidang pajak, beberapa peraturan seperti adanya fasilitas penurunan tariff pajak secara bertahap, penyederhanaan prosedur pajak serta penghapusan 2% penalti PPN diharapkan mendorong peningkatan investasi.

Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun

terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan

terhadap peningkatan investasi di dalam negeri. terhadap peningkatan investasi di dalam negeri. terhadap peningkatan investasi di dalam negeri. terhadap peningkatan investasi di dalam negeri.

Gambar

Grafik 2.2mengindikasikan adanya pemulihan investasi. BerdasarkanPertumbuhan Penjualan Mobilperkembangan tersebut, PMTB triwulan I-2007 diprakirakan
Grafik 2.4membaik, tercermin pada perkembangan indeks tendensi bisnis
Grafik 2.7realisasi belanja modal pemerintahrealisasi belanja modal pemerintahrealisasi belanja modal pemerintah
Tabel 2.2pertanian (14,3%). Sedangkan dari sektor-Pertumbuhan Ekonomi √ Sisi Penawaransektor
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kita harus membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah.

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI.

Pemakaian plat baja untuk bangunan kapal memiliki resiko kerusakan tinggi terutama terjadi korosi pada plat kapal baja yang merupakan proses electrokimia, akibat lingkungan air

Hasil Penelitian Hasil analisis penentuan harga sewa perkantoran dan variabel yang berpengaruh guna mendapatkan pengetahuan empiris mengenai proses pembentukan harga

Gua-gua prasejarah tersebut tersebar di perbukitan karst yang membentang meliputi dua wilayah administratif yaitu Kabupaten Maros dan Pangkep, dari 127 situs prasejarah tersebut

Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik observasi.Instrumen penelitiannya berupa tabel yang berguna untuk mengelompokkan data.Data dianalisis dengan menggunakan

Arin Fatmawati, Penerapan Model Make a Macth untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas II MIN Ngepoh Tanggunggunung Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan,

Ketentuan normatif tentang upaya paksa sebagaimana diuraikan di atas, diatur dalam Pasal 116 ayat (4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 yaitu dalam hal tergugat tidak