BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Ketika manusia primitif beralih dari periode terbaru dan meramu ke periode bercocok tanam. Baru disadari perlunya penyimpanan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam jangka panjang. Pada saat tersebut baru terpikir untuk membuat tempat penyimpanan berupa lumbung makanan yang biasanya terbuat dari tanah atau sejenisnya.
Dalam kitab suci diceritakan dinegeri Mesir, Nabi Yusuf membangun lubung-lumbung gandum untuk persediaan paceklik selama tujuh tahun setelah tujuh tahun sebelumnya panen gandum melimpah ruah. Di Indonesia, kebiasaan menyimpan hasil panen sudah terjadi sejak lama dan terlukis dalam relief candi borobudur. Selain itu, berbagai bentuk dan konstruksi lumbung serta beragam cerita rakyat yang menyebut-nyebut tempat penyimpanan biji/benih menggambarkan betapa lekatnya hubungan penyimpanan hasil panen dengan peradaban manusia.
Walaupun penyimpanan dimaksudkan untuk menghindari dari hama dan susut Didalam tempat penyimpanan tidak bisa dihindari, beragam factor menjadi penyebabnya antara lain serangga hama gudang, kotaminan cendawan, reaksi biologis biji-bijian, kerusakan fisik dan penanganan manusia. Saat ini, fungsi utama penyimpanan secara ekonomis adalah mengurangi fluktuasi pasar. Suplai berlebih berbagai komoditi umumnya hanya terjadi beberapa bulan selama setahun, sementara permintaan konsumen boleh dikatakan cenderung tetap sepanjang tahun .
1.2. Tujuan Percobaan
BAB II DASAR TEORI
Contoh system kemas hampa dikembangkan bulog. System kemas hampa dapat memperpanjang usia penyimpanan beras dan dapat mempertahankan mutu beras dan dapat mempertahankan mutu beras selama disimpan 2-3 tahun di gudang terbuka, disamping serangga hama dan jamur dapat dicegah tanpa menggunakan pestisida. Mesin kemas hampa terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu : unit pengeringan, unit pencetak kemasan dan mesin pengemas. Pengemasan hampa mampu dilakukan dalam 20 ton/jam dengan satu kantong kemasan untuk satu ton beras. System tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengemas produk bahan pangan lain (gula, kopi, jagung, kakao). Kelemahannya yaitu biaya per kilogramnya relative mahal dan tidak efesien apabila dibongkar pada masa simpan yang pendek (kurang dari 2 tahun), serta potensi adanya perubahan rasa bahan simpan. (Kartasaputera, 1990).
Metode fumigasi yang paling umum diindonesia dan Negara berkembang lainya adalah fumigasi tumpukan bahan simpan yang dilakukan dengan sungkup plastik. Metode ini rawan kebocoran bila sungkup tidak menutup rapat atau bila digerigiti tikus. Apabila dilakukan dengan baik, teknologi yang relative sederhana ini cukup bagus hasilnya. Praktek fumigasi ini berhubungan dengan perdagangan internasional dan karan tina. Fumigasi kapal adalah fumigasi ruangan penyimpanan (palka) didalam kapal, baik berisi bahan ekspor atau impor maupun kosong. (Kartasapoetra, 1987).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Jumlah 1 Paku 2 inch secukupnya 2 Kayu plat flafon 2 m
3 Gergaji 1 Buah
4 Palu 1 Buah
3.2 Cara Kerja
BAB IV PEMBAHASAN
Di sebut sistem tumpuk/staple karena berupa bangunan gudang yang berisi tumpukan karung bahan simpan yang disusun menurut kunci tertentu. Bila digunakan karung goni, tinggi tumpukan bisa sampai 25 karung, sedangkan dengan karung plastic hanya 15 – 22 karung. Mulai karung kesepuluh, tumpukan dibuat piramida. Gudang system ini diadopsi di Indonesia karena sesuai dengan iklim, praktik produksi dan distribusi pertanian serta relative murah biaya pembuatan operasionalnya. Secara umum strutur gudang harus menjamin bahan simpan terlindungi, aman dari gangguan serangga, burung, tikus, dan pathogen, memungkinkan aplikasi pestisida/fumigasi, mudah dibersihkan dan dioperasikan.
Untuk lebih aman lagi dibuatkan flonder yaitu alas yang ditaruh dibawah tumpukan karung yang telah disusun dalam suatu gudang penyimpanan.Bahan yang dibawa adalah kayu plat flafon yang panjangnya 2 m dan dipotong sesuai kebutuhan dan ukuran karung tersebut.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari sistim pembuatan flonder tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sbb:
1. sirkulasi udara pada flonder lebih merata dan dapat memudahkan mengidentivikasi hama gudang dengan mudah.
2. pemasaran atau system pemakaian bahan pangan untuk dikosumsi menggunakan sistim First In First Out (FIFO).
3. penggunaan flonder sangat penting didalam penyimpanan terutama didalam gudang, karena flonder dapat mencegah dari kelembaban dan juga dapat memperkecil kerusakan yang disebabkan hama gudang.
5.2 Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Kartasapoetra. 1990 . Teknologi Penanganan Pasca Panen.Rineka Cipta, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. Ir, 1987, Hama tanaman Pangan dan Tanaman Keras, Diktat, 1986. 1987, PT Bina Aksara Jakarta.
Ratna, dkk.2005. penuntun penyimpanan dan penggudangan. Banda Aceh