• Tidak ada hasil yang ditemukan

M02032

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M02032"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN

BERWIRAUSAHA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS HIDUP (Studi Terhadap Wanita Wirausaha Kuliner di jawa Tengah)

Nur Hidayati

(email: nurcikalgading@gmail.com) RM Cikal Gading, Tuntang, Semarang

Lieli Suharti

(email: lieli.suharti@staff.uksw.edu) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW, Salatiga

ABSTRACT

A woman who decides to become a culinary entrepreneurs tend to be synonymous with women who have a hobby of cooking. The purpose of this study is to demonstrate empirically the factors that influence decision of woman entrepreneurs to enter culinary business and its impact on quality of life of culinary women entrepreneurs. The population of this study was culinary women entrepreneurs in Central Java. As the number of population is unknown, so non-probability technique sampling was used in this study and 52 respondents were obtained.

The data used in this study are primary data which were obtained through questionnaires. Data was analyzed using descriptive statistics and multiple regression. The results of study showed that the internal factors influence the woman's decision to become culinary entrepreneurs. Factor of self-efficacy is the most dominant factor affect the woman's decision to become an culinary entrepreneur. From the three external factors, only the elements of the family environment that proved to influence the woman's decision to become a culinary entrepreneur. While the social environment, and the ability to access capital proved not affect the decision of women to be culinary entrepreneurs. Finally, Woman's decision to become culinary entrepreneurs influence on their quality of life.

Keywords: women entrepreneurs, entrepreneurial attitude, achievement motivation, social environment, quality of life

1. Pendahuluan

(2)

2 sistematis tetap lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sinhal (2005), misalnya, menemukan kurang dari 10 persen dari jumlah pengusaha di negara-negara di wilayah Asia Selatan, yang mencakup Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka, adalah wanita.

Di Indonesia, banyak wanita melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti menjadi pedagang kecil, pemilik warung dan membantu suami mengelola usaha rumah tangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga (Tambunan 2012). Berdasarkan data Kementerian Negara UKM dan Koperasi tahun 2011 jumlah wanita pengusaha di Indonesia hampir 50% dari total UKM yang berjumlah 48 juta unit usaha.

Mengingat kodrat wanita adalah sebagai ibu rumah tangga, maka menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendasari keputusan seorang wanita untuk berwirausaha. Penelitian mengenai keputusan seorang wanita menjadi wirausaha masih jarang dilakukan. Pengambilan keputusan menurut Alma (2003) didefinisikan sebagai penetapan pilihan langkah atau tindakan dari sejumlah alternatif. Suryana (2003) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Demikian pula dalam pengambilan keputusan berwirausaha, sebelum mengambil keputusan individu selalu dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dan pilihan yang dilakukan nantinya akan digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.

(3)

3 lingkungan sosial juga menunjukkan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan wanita untuk berwirausaha.

Menurut Riyanti, (2003), keputusan seseorang untuk berwirausaha didukung adanya faktor dari lingkungan keluarga. Seseorang yang dibesarkan oleh orang tua yang berwirausaha, cenderung akan mengikuti jejak orang tua karena sudah menimba pengalaman yang ditularkan dari orangtua. Hal ini menunjukkan budaya kewirausahaan terbentuk karena lingkungan keluarga.

Salah satu motivasi utama seseorang menjadi wirausaha adalah karena adanya keinginan untuk lebih mandiri atau tidak ingin bekerja pada orang lain. Umumnya seseorang memutuskan untuk menjadi wirausaha juga karena adanya keinginan untuk merubah hidup agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Masitho (2013), seorang wirausaha mempunyai kemungkinan memiliki kualitas hidup yang lebih baik, seperti dapat memenuhi kebutuhan keluarga, memiliki pendapatan yang baik, memiliki kemampuan menyekolahkan anak sampai pendidikan tinggi, serta dapat memiliki rumah yang layak untuk keluarga. Menurut Yuan, (1999), kualitas hidup merupakan peningkatan derajat kesejahteraan, kepuasan, dan standar hidup yang dimiliki seseorang.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka permasalahan penelitian yang diangkat adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan wanita berwirausaha kuliner dan dampaknya terhadap kualitas hidup pada wanita wirausaha kuliner. Secara lebih detail, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

(4)

4 2. Apakah faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan kemampuan

akses modal) berpengaruh terhadap keputusan wanita berwirausaha?

3. Apakah keputusan wanita berwirausaha berpengaruh terhadap kualitas hidup?

2. Pengembangan Hipotesis

2.1. Pengaruh Self efficacy Terhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

Bandura (2001) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan kemampuan mereka untuk melakukan pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Self Efficacy dipercayai akan memengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan

Dalam kaitannya dengan berwirausaha, Self Efikasi diri seseorang dipercayai berhubungan dengan keberanian seseorang memutuskan untuk berwirausaha. Mereka yang memiliki self-efficacy yang rendah tidak memiliki keyakinan bahwa usaha yang mereka lakukan akan berhasil, sehingga mereka cenderung ragu-ragu untuk memulai suatu bisnis sendiri. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung berpikir positif dan memandang tantangan sebagai sesuatu peluang yang dapat diatasi dengan kompetensi dan upaya yang dimiliki (Bandura 2001).

(5)

5 Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H1: Self efficacy berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha 2.2. Pengaruh Sikap WirausahaTerhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

Sikap wirausaha merupakan suatu pandangan atau respon seseorang yang memiliki kecenderungan untuk bertindak dan berperilaku dalam melaksanakan perannya sebagai wirausaha yaitu mencari dan memanfaatkan peluang usaha, menanggung risiko, pencetus inovasi, pengatur usaha, pembuat keputusan, perencana masa depan dan mencari keuntungan (Ropke, 1995 dalam Rahardjo 2010). Demikian juga Rully Indrawan (2004), menegaskan bahwa sikap wirausaha adalah kesediaan mental seseorang untuk merespon baik positif, negatif maupun netral terhadap suatu peluang usaha. Sikap yang harus ada dalam jiwa seorang wirausaha adalah kreativitas, inisiatif, dan percaya diri.

Wijaya (2008) menemukan bahwa sikap wirausaha berpengaruh terhadap intensi dan perilaku berwirausaha. Sementara Tjahjono dan Ardi (2007) membuktikan bahwa intensi dan perilaku berwirausaha dipengaruhi oleh antara lain oleh sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku. Penelitian yang dilakukan oleh Suharti (2011), menemukan bahwa faktor-faktor sikap (attitudes) yaitu autonomy/ authority, economic challenge, self realization, security & workload, berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis berikut:

(6)

6 2.3. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

Motivasi menurut Alma (2003) adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, dan tergantung pada kekuatan motifnya. Tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan. Menurut David Mc. Clelland dalam Suryana (2003) kewirausahaan (entrepreneur) ditentukan oleh berbagai motif, salah satu diantaranya adalah motif berprestasi (achievement).

Keputusan untuk berwirausaha bagi wanita didasarkan pada kebutuhan akan aktualisasi diri dari wanita tersebut, yang ingin memaksimalkan potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok bagi dirinya (Pristiana dkk 2009). Lebih lanjut Pristina dkk mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi untuk menjadi seorang wirausaha meliputi: adanya keinginan untuk memaksimalkan potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok bagi dirinya.

Moeljarto (1996) menyatakan bahwa pemberdayaan wanita dilakukan dengan memberi motivasi. Faktor-faktor motivasi kaum wanita untuk memilih karir sebagai wirausaha setidaknya ada 4, yaitu motivasi untuk kebutuhan berprestasi, kebutuhan akan affiliasi, kebutuhan akan otonomi, dan kebutuhan akan dominasi. Penelitian Rahardja (2012) menemukan bahwa, faktor motivasi berpengaruh positif terhadap keputusan untuk menjadi wirausaha.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis ketiga yang akan diuji dalam penelitian ini:

(7)

7 2.4. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu didalamnya mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno 2004).

Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat menjadi wirausaha terutama terkait dengan faktor pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua yang bekerja sendiri, atau dan memiliki usaha sendiri maka cenderung anaknya akan menjadi pengusaha (Alma 2003).

Penelitian yang dilakukan Lestari, dkk (2012) menunjukan hasil bahwa faktor keluarga mempengaruhi seseorang untuk menjadi wirausaha. Wibowo (2012), juga menemukan bahwa faktor lingkungan keluarga memberikan kontribusi yang tinggi untuk berwirausaha, sementara itu Purwinarti, (2006), menemukan bahwa faktor untuk menjadi wirausaha lebih didorong oleh karena kondisi ekonomi keluarga, diajarkan atau dididik oleh keluarga, dukungan dan dorongan keluarga. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H4: Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha 2.5. Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

(8)

8 berwirausaha, memiliki tetangga dan masyarakat sekitar yang sebagian besar berwirausaha dan tinggal dilingkungan yang berwirausaha.

Lingkungan sosial akan mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap perkembangan individu. Penelitian Purwinarti (2006), mengenai faktor pendorong untuk berirausaha, menemukan bahwa faktor lingkungan sosial mempengaruhi seseorang untuk menjadi wirausaha, karena lebih didorong dengan memiliki saudara yang berwirausaha, memiliki tetangga dan masyarakat sekitar yang sebagian besar berwirausaha dan tinggal dilingkungan yang berwirausaha.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H5: Lingkungan sosial berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha. 2.6. Pengaruh Kemampuan Akses Modal Terhadap Keputusan Menjadi Wirausaha

Sarosa (2003:99) mendefinisikan modal sebagai jumlah uang yang ditanamkan dalam suatu usaha. Uang inilah yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sampai dapat menghasilkan laba sendiri. Modal uang yang dapat digunakan oleh seseorang untuk memulai usaha dapat berasal dari berbagai sumber.

Sumber modal dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu: modal sendiri, meminjam, dan kerja sama dengan pihak lain. Sumber modal sendiri dapat berasal dari warisan, tabungan, menjual atau menggunakan aset yang kurang produktif. Meminjam dapat berasal dari perorangan dan lembaga keuangan.

(9)

9 kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha di negara-negara berkembang. Sementara Sarosa (2003) mengemukakan bahwa untuk menjadi wirausaha didukung dengan kemampuan akses modal yang dimiliki seperti modal sendiri, meminjam, dan kerja sama dengan pihak lain

Wirausahawan harus dapat menentukan jumlah modal yang diperlukan guna memulai sebuah usaha, seorang wirausahawan pertama-tama harus menentukan jumlah minimum dari masing-masing sumber daya yang diperlukan. Sebagian sumber daya dibutuhkan dalam tingkat kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari dibandingkan dengan sebagian lainnya (Susanto 2009).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H6: Kemampuan akses modal berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha

2.6. Pengaruh Keputusan Berwirausaha Terhadap Kualitas Hidup

World Health Organization (WHO) mendefinisikan quality of life atau kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian terhadap kehidupan. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologi, tingkat kemandirian dan hubungan sosial individu dengan lingkungannya (Fahrudin 2012).

(10)

10 seperti dapat memenuhi kebutuhan keluarga, memiliki pendapatan yang tidak ditentukan jumlahnya, dapat menyekolahkan anak sampai sarjana, sampai dengan memiliki rumah sendiri yang layak untuk keluarga.

Seorang wanita yang memutuskan menjadi wirausaha umumnya karena ada keinginan untuk dapat memiliki kemandirian khususnya dalam bidang ekonomi, yaitu dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga. Dengan memiliki kemandirian secara financial maupun non financial, seorang manita pengusaha tidak hanya dapat membantu keuangan keluarga atau membantu menghidupi diri sendiri, namun juga bisa meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Besar dugaan bahwa seorang wanita yang berwirausaha dapat meningkat kualitas hidupnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

H7: Keputusan wanita untuk berwirausaha berpengaruh terhadap kualitas hidup 2.7. Model Penelitian

(11)

11 3. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksplanatory, yaitu meneliti keterkaitan antar variabel. Populasi penelitian ini adalah wanita wirausaha kuliner. Pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, dengan teknik snowball sampling. Jumlah responden semula ditargetkan sebanyak 50 responden namun setelah dilapangan dapat diperoleh 52 orang responden. Sebagian besar responden yang diteliti berusia antara 40 – 50 tahun (55,77%) dengan pendidikan formal terakhir SMU/Sederajad (53,85 %). Mayoritas responden tidak memiliki orang tua sebagai wirausaha (67,31 %) dan tidak memiliki family yang berprofesi menjadi wirausaha (69,30 %). Sebagian besar jenis usaha kuliner yang digeluti oleh responden adalah masakan Jawa (21,15 %), dengan rata-rata lama usaha yang telah dirintis adalah selama 5 sampai dengan 10 tahun (48,08 %). Serta profit yang diperoleh responden selama satu bulan antara Rp. 10 juta - Rp. 15 juta (53,85 %).

Kegiatan pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur dan dilakukan langsung oleh peneliti. Pengukuran setiap variabel yang meliputi self efficacy, sikap wirausaha, motivasi, lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan sumber modal serta keputusan menjadi wirausaha diukur dengan menggunakan 5-point Likert scale, dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju).

(12)

12 Berwirausaha diukur dengan 5 pertanyaan (Alma 2003); dan variabel Kualitas Hidup diukur dengan 7 pertanyaan menurut Mashito (2013).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik. Sebelum melangkah ke uji hipotesa, data diuji keabsahannya dengan uji validitas dan reabilitas data. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0,3 (Sekaran 2000), dan data memenuhi unsur reliable bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Sekaran, 2000).

Hasil uji validitas semua item pertanyaan penelitian menunjukkan nilai r hitung tiap item lebih besar dari r kritis sebesar 0,30. Dengan demikian, maka semua item dari instrumen penelitian dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

Hasil uji reliabilitas yang didasarkan pada nilai Alpha Cronbach (α), menunjukkan semua variabel yang diteliti memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Alpha Cronbach (α) lebih besar dari 0,60, dengan rincian sebagai berikut. Hasil uji reliabilitas variabel Self efficacy menunjukan nilai Cronbach Alpha = 0,62; Sikap wirausaha (0,84); Motivasi berprestasi (0,70); Lingkungan keluarga (0,61); Lingkungan Sosial (0,73); Kemampuan akses modal (0,61); Keputusan berwirausaha (0,78); Kualitas hidup (0,82).

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji regresi sederhana menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.00, dengan terlebih dulu melakukan uji asumsi klasik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, dan tidak ada masalah multikolienaritas dalam penelitian ini.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Uji Hipotesis

(13)

13 perempuan menjadi wirausaha kuliner, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi sederhana, yang diketahui hasilnya sebagai berikut:

(sisipkan Tabel 4.1. disini)

Hasil analisis regresi memperlihatkan sejumlah unsur dari variabel internal dan eksternal, yaitu self efficacy, sikap wirausaha, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha kuliner, yang ditunjukan dengan nilai p yang lebih kecil dari 0,05. .Namun untuk variabel lingkungan sosial dan kemampuan akses modal tidak menunjukkan berpengaruh terhadap keputusan seorang wanita untuk berwirausaha kuliner (p > 0,05).

Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 5,268 dengan tingkat signifikansi 0,024. Selain itu, dilihat dari nilai R Square yang diperoleh sebesar 0,640 menunjukkan bahwa variabel yang diteliti yaitu self efficacy, sikap wirausaha, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan kemampuan akses modal mampu menjelaskan model penelitian sebesar 64,00 %, sedangkan sisanya sebesar 36,00 % dijelaskan oleh variabel lain.

Hasil regresi untuk menguji hipotesis pengaruh keputusan wanita menjadi wirausaha terhadap kualitas hidup diketahui hasilnya sebagai berikut.

(Sisispkan tabel 4.2. disini)

(14)

14 perubahan terhadap kualitas hidup sebesar 62,80 %, sedangkan sisanya sebesar 37,20 % dijelaskan oleh variabel lain

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan sejumlah unsur dari variabel internal dan eksternal, yaitu self efficacy, sikap wirausaha, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk menjadi seorang wirausaha kuliner, yang ditunjukan dengan nilai P value < 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ferridiyanto (2012), Wijaya (2008), Suharti (2011), Pristina dkk (2009), Rahardja (2012), Lestari, dkk (2012), Wibowo (2012), Purwinarti, (2006) yang menunjukkan bahwa self efficacy, sikap wirausaha, motivasi berprestasi, lingkungan keluarga berpengaruh secara signifikan dan meyakinkan terhadap niat maupun keputusan untuk berwirausaha. Tidak berpengaruhnya variabel lingkungan sosial dan kemampuan akses modal, tidak sejalan dengan penelitian Purwinarti (2006) dan Sarosa (2003) yang menunjukan bahwa lingkungan sosial dan kemampuan akses modal berpengaruh secara signifikan dan meyakinkan terhadap niat maupun keputusan untuk berwirausaha

(15)

15 Sementara itu berpengaruhnya sikap wirausaha terhadap keputusan seorang wanita menjadi wirausaha kuliner , sesuai dengan pendapat Wijaya (2008) bahwa seorang entrepreneur dapat merespon suatu peluang usaha baik secara positif/negative, inovatif dalam menemukan ide-ide atau cara-cara baru, mengambil risiko dengan memperhitungkan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan, mengunggulkan kerja keras untuk selalu terlibat dalam situasi kerja dan tidak mudah menyerah. Selain hal tersebut seorang wirausaha wanita yang memiliki sikap wirausaha akan dapat merespon suatu peluang usaha, memiliki pemiliran inovatif untuk mengembangkan ide-ide baru, akan lebih berani mengambil resiko serta akan selalu bekerja keras dan tidak mudah menyerah dalam menjalankan usaha.

Motivasi berprestasi berpengaruh terhadap keputusan seorang wanita menjadi wirausaha kuliner. Seorang wanita akan termotivasi menjadi seorang wirausaha karena adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan. Sementara itu lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk ber wirausaha kuliner. Karena keluarga dapat menjadi sarana untuk belajar berwirausaha. Selain itu juga keluarga memainkan peranan yang penting ketika seorang calon wirausaha merencanakan dan mendirikan usaha karena anggota keluarga dan jaringannya dapat dilibatkan untuk dimintai bantuan dan dukungan

(16)

16 menjadi wirausaha. Demikian juga dengan kemampuan akses modal, tidak ditemukan berpengaruh terhadap keputusan wanita berwirausaha kuliner. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sarosa (2003) mengemukakan bahwa untuk menjadi wirausaha didukung dengan kemampuan akses modal yang dimiliki seperti modal sendiri, meminjam, dan kerja sama dengan pihak lain.

Selanjutnya hasil penelitian menemukan bahwa keputusan wanita menjadi wirausaha berpengaruh terhadap kualitas hidup. Seorang wanita yang berwirausaha berarti memiliki kemandirian secara ekonomi, yang tidak saja dapat membantu keuangan keluarga atau membantu menghidupi diri sendiri, namun juga bisa meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Hal ini sejalan dengan Masitho (2014), bahwa seseorang yang menjadi wirausaha dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik, seperti dapat memenuhi kebutuhan keluarga, memiliki pendapatan yang tidak ditentukan jumlahnya, dapat menyekolahkan anak sampai sarjana, sampai dengan memiliki rumah sendiri yang layak untuk keluarga.

5. Penutup 5.1 Kesimpulan

1) Faktor internal terbukti berpengaruh terhadap keputusan wanita menjadi wirausaha kuliner. Faktor self efficacy merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berprofesi menjadi wirausaha kuliner.

2) Dari ketiga faktor eksternal, hanya unsur lingkungan keluarga yang terbukti berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk menjadi wirausaha kuliner. Sedangkan lingkungan sosial, dan kemampuan akses modal tidak terbukti berpengaruh terhadap keputusan wanita untuk berwirausaha kuliner.

(17)

17 5.2 Keterbatasan Penelitian Dan Saran Untuk Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin memengaruhi hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya mengambil responden yang berada di daerah sekitar Solo-Salatiga-Semarang. Oleh karena itu hasil penelitian perlu diinterpretasikan dengan berhati-hati dan tidak dapat digeneralisasi kesimpulannya.

Variasi karakteristik baik pada diri wanita pengusaha seperti tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja, umur maupun variasi karakteristik usaha seperti skala usaha, jenis kuliner tidak mendapat perhatian dalam analisis penelitian ini.

(18)

18 DAFTAR PUSTAKA

Alma, 2003. Kewirausahaan, Edisi Revisi, Alfabeta. Bandung

Bandura, A.,. 2001. Sociocognitive self-regulatory mechanisms governing transgressive behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 80, 125-135. doi:10.1O37//O022-3514.80.1.125.

Fahrudin. A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Ferridiyanto, 2012. Pengaruh Efikasi Diri (Self Efficacy) Dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Motivasi Bertechnopreneurship Siswa Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk 1 Sedayu. Universitas Negeri Yogyakarta

Friedman, Marlyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik/ Marilyn M. Friedman; alih bahasa, Ina Debora R.L.,Yoakim Asy; Editor, Yasmin Asih, Setiawan, Monica Ester.Ed 3.-Jakarta : EGC

Indarti, dkk. 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, 23, (4), 1-27

Indrawan, R. 2004. Ekonomi Koperasi (ideologi, teori, dan praktik berkoperasi). Bandung: Lemlit UNPAS

Kencanawati, 2009. Pengaruh Karakteristik Wirausaha dan Lingkungan Terhadap Motivasi Berwirausaha Pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 5, No. 3. Nopember 2009.

Lestari, Desi Indah , Harnanik, Syamsu Hadi. 2012. Pengaruh Prakerin, Prestasi Belajar, Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa. Universitas Negeri Semarang, Indonesia. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj

Masitho, B, D. 2013. Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Dalam Masyarakat Nelayan Di Desa Panjang Baru Kecamatan Pekalongan Utara. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Minniti, Maria dan Wim Naudé, 2010, “Female Entrepreneurship across Countries and in Development”, Special Section, The European Journal of Development Research, 22(3), Juli.

Pristiana, U. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Wanita Berwirausaha Di Kota Surabaya.Jurnal Riset Ekonomi danBisnis Vol.9 No. 1 :28-69 Purwinarti, , 2006. Faktor Pendorong Minat Untuk Berwirausaha (Studi Lapangan Terhadap

(19)

19 Rahardja. P, 2010. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Keputusan Menjadi Wirausaha Baru DiPurwokerto(Studi Tentang Alternatif Karir Lulusan PT). PSYCHO IDEA, Tahun 8 No.1, Feb 2010ISSN 1693-1076

Sarosa, P, 2003. Kiat Praktis Membuka Usaha, Jakarta. Elex Media Komputindo.

Sinhal, Shalini (2005), “Developing Women Entrepreneurs in South Asia: Issues, Initiatives and Experiences”, ST/ESCAP/2401, Trade and Investment Division, Bangkok: UNESCAP

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business, A Akill-Building Approach. America: Thirt Edition, John Wiley & Sons, Inc.

Suharti, L. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No. 2, September 2011: 124-134

Suprajitno, 2004. Asuhan keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: EGC

Suryana, 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat.

Susanto, Adi. 2000. Kewirausahaan. Ghalia Indonesia. Jakarta

Tambunan, T. 2012. Wanita Pengusaha Di Umkm Di Indonesia: Motivasi Dan Kendala. LPFE Trisakti University

Wijaya, 2008. Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha. UKM DIY dan Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. September. 10 (2).

(20)
[image:20.612.122.551.66.286.2]

20 Gambar 2.1. Model Penelitian

Tabel 4.1

Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Keputusan Wanita Untuk Berwirausaha

Variabel Independen Hipotesis t hitung Sig Ket Self Efficacy H1 2,582 0,015 Diterima Sikap Wirausaha H2 2,321 0,024 Diterima Motivasi Berprestasi H3 2,377 0,018 Diterima Lingkungan Keluarga H4 2,585 0,013 Diterima Lingkungan Sosial H5 0,559 0,576 Ditolak Kemampuan Akses Modal H6 1,247 0,219 Ditolak

R 2

[image:20.612.122.488.376.546.2]

Adj.R square F hitung Sig. F 0,640 0,653 5,268 0,024 Sumber: olahan SPSS

Tabel 4.2

Hasil Regresi Pengaruh Keputusan Wanita Berwirausaha terhadap Kualitas Hidup

Variabel Independen Hipotesis t hitung Sig Ket

Keputusan untuk

berwirausaha

H7 2,796 0,014 Diterima

R2 0,628

Sumber: olahan SPSS

Keputusan wanita Menjadi Wirausaha

Kualitas Hidup Self efficacy

Sikap wirausaha

Motivasi berprestasi

Lingkungan keluarga

Lingkungan sosial

Gambar

Gambar 2.1. Model Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dapat diketahui bahwa kompensasi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi karyawan dalam bekerja, hal ini dapat dilihat dalam kepuasan kerja karyawan

Beberapa hal yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi masa kini telah ditambahkan dalam buku pedoman ini, serta dilengkapi dengan pedoman dan tips-tips penulisan

RINCIAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. KODE REKENING URAIAN JUMLAH (Rp) RINCIAN PERHITUNGAN Satuan Harga Satuan Volume 1 2 3 4 5

Perkembangan teknologi membawa pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh negatif tersebut salah satunya penyimpangan remaja. Hal ini sangat rentan terjadi pada pelajar, dengan

Sebuah sistem keamanan pada pintu. Proses buka/kunci pintu biasanya dilakukan secara manual dan biasanya kita akan memerlukan anak kunci untuk membuka atau mengunci

Dapat diketahui bahwa tingkat entrepreneurial motivation tertinggi dari para entrepreneur pelaku usaha mikro dan kecil sektor makanan dan minuman di Surabaya dan Sidoarjo

Dari analisis hasil tes kemampuan siswa dalam menjawab soal operasi hitung perkalian (soal tes akhir siklus I) diperoleh nilai rata-rata hasil tes akhir siklus 1 sebesar 74

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. Objek penelitian