WALIKOTA SURAKARTA
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
NOMOR 14 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 16 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN 2013
WALIKOTA SURAKARTA
WALIKOTA SURAKARTA
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
NOMOR 14 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 16 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
KOTA SURAKARTA TAHUN 2013
WALIKOTA SURAKARTA,
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan di Kota Surakarta
agar dapat dilakukan secara lebih berdayaguna dan
berhasilguna
serta
berkelanjutan
sesuai
dengan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Kota
Surakarta Tahun 2010–2015, perlu adanya dokumen
perencanaan tahunan yang berupa Rencana Kerja
Pemerintah Daerah;
b. bahwa untuk menjaga konsistensi antara perencanaan
dan penganggaran, maka perlu ditetapkan perubahan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai
landasan penyusunan perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD);
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 26 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional,
Perubahan
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah;
d. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan
Atas Peraturan Walikota Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Surakarta
Tahun 2013;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan
Daerah-daerah
Kota
Besar
Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45);
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1
Tahun
2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6.
Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);
8.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana
Perimbangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman
Penyusunan
dan
Penerapan
Standar
Pelayanan
Minimal
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);
13.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
14.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4693);
15.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi
Perangkat
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
17.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman
Evaluasi
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
18.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
19.
Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan,
Pengundangan,
dan
Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan;
20.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010–2014;
21.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
22.
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2011 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2012;
23.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Percepatan
Pelaksanaan
Prioritas
Pembangunan
Nasional Tahun 2010;
24.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan Yang Berkeadilan;
25.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pelaksanaan Musyawarah
Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 seri E
Nomor 1);
26.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–
2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009 Nomor 4);
27.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun
2001 tentang Visi dan Misi Kota Surakarta (Lembaran
Daerah Kota Surakarta Tahun 2001 Nomor 24 Seri D
Nomor 20);
28.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran
Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 4);
29.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kota Surakarta (Lembaran Daerah Kota Surakarta
Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
(Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 Nomor
14);
30.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Surakarta Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah
Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 2);
31.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010
tentang Pokok–Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor
7);
32.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Surakarta Tahun 2010–2015 (Lembaran
Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 12);
Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
2. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri
Keuangan Nomor 28 tahun 2010, Nomor: 0199/M
PPN/04/2010, Nomor: PMK 95/PMK 07/2010 tentang
Penyelarasan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
(RPJMD)
Dengan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014;
3.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota;
4.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota;
5.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;
6.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741 Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota;
7.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 1 Tahun 2009
tentang Standar Pelayanan Minimal Terpadu Bagi
Saksi dan/atau Korban Eksploitasi Seksual pada
Anak dan Remaja di Kabupaten/Kota;
8.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan
Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban
Kekerasan;
9.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14
/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
10.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota;
11.
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 22/PER/M.KOMINFO/ 12/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Komunikasi dan
Informatika Di Kabupaten/Kota;
12.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan,
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
13.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional Nomor 55/HK-010/B5 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Di
Kabupaten/Kota;
14.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
65/PERMENTAN/OT.140/12/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
15.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwlsata
Nomor PM.106/HK.501/MKP/ 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesenian;
16.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.14/MEN/IV/2011 tentang Perubahan
atas Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/X/2010 tentang
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Ketenagakerjaan;
17.
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 14 Tahun 2011 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penanaman Modal
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
18.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 81
Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Perhubungan;
19.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Tahun 2013;
20.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN WALIKOTA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2013.
Pasal I
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Walikota Nomor 16
Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota
Surakarta Tahun 2013 (Berita Daerah Kota Surakarta Tahun
2012 Nomor 24) diubah sebagai berikut
1.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 merupakan penjabaran tahun ke 3
(tiga) dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2010 – 2015.
2.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 merupakan landasan dan pedoman
operasional bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kota Surakarta dalam menetapkan Perubahan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja
SKPD) Tahun 2013.
3.
Sistematika Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 terdiri dari:
a.
Bab I
: Pendahuluan
b.
Bab II : Evaluasi Hasil RKPD Sampai Dengan Triwulan
II
c.
Bab III : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas
Daerah Dalam Perubahan RKPD
d.
Bab IV : Penutup
4.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 beserta Lampirannya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
5.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 merupakan pedoman dan rujukan
utama untuk penyusunan Kebijakan Umum Perubahan
Anggaran (KUPA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (PPAS P – APBD) yang akan menjadi landasan
untuk penyusunan Perubahan APBD Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2013.
Pasal II
Peraturan Walikota Surakarta ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Surakarta Tahun 2013
i
Bab I Pendahuluan ...
I-1
A.
Latar Belakang ... I-1
B.
Landasan Hukum ...
I-3
C.
Maksud dan Tujuan ...
I-5
D.
Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD ... I-5
E.
Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... I-15
F.
Sistematika Perubahan RKPD ... I-34
Bab II Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2013 Sampai Dengan Triwulan I ... . II-1
A.
Rekapitulasi Capaian Kinerja dan Anggaran ... II-1
B.
Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Evaluasi ... II-27
Bab III Rencana Program Dan Kegiat an Prioritas Daerah Dalam
Perubahan RKPD ... III-1
A.
Prioritas Program/Kegiatan pada Perubahan RKPD tahun 2013 ... III-1
B.
Program/Kegiatan pada Perubahan RKPD tahun 2013 ... III-4
LAMPIRAN
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA
NOMOR
: 14 TAHUN 2013
TENTANG :
PERUBAHAN
RENCANA
KERJA
PEMERINTAH DAERAH KOTA SURAKARTA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut
dengan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah. Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan
pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin konsistensi
antara perencanaan dan penganggaran, dan efektivitas serta efisiensi
pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan nasional dan daerah,
program dan kegiatan yang ditetapkan dalam RKPD menjadi landasan
penyusunan KUA dan PPAS untuk menyusun RAPBD. Hal tersebut
sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (2), Pasal 18 ayat (1) dan ayat
(3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; dan Pasal 16 Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dokumen ini memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya
baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Dokumen RKPD secara umum mempunyai nilai sangat strategis
dan penting, antara lain:
1.
Merupakan instrumen pelaksanaan RPJMD.
2.
Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD, berupa
program/kegiatan SKPD dan/atau lintas SKPD.
3.
Mewujudkan konsistensi program dan sinkronisasi pencapaian
sasaran RPJMD.
4.
Menjadi landasan penyusunan KUPA dan PPAS P – APBD untuk
menyusun Rancangan Perubahan APBD.
5.
Menjadi pedoman dalam mengevaluasi rancangan peraturan
daerah tentang Perubahan APBD.
program dan kegiatan prioritas daerah dalam RKPD Tahun 2013 dan
sasaran RPJMD dapat dicapai dalam upaya mendukung pencapaian
sasaran pembangunan nasional Tahun 2013. Selanjutnya hasil
evaluasi ini menjadi dasar dalam penyusunan Perubahan RKPD,
sebagaimana diktum Lampiran 1 point V tentang Penyusunan
Perubahan RKPD Tahun 2013, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 tahun 2012.
Dalam lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013 diatur
bahwa Perubahan RKPD Tahun 2013 dapat dilakukan apabila
berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dalam tahun berjalan
menunjukkan
adanya
ketidaksesuaian
dengan
perkembangan
keadaan, meliputi:
1.
Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka
ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran
pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah;
2.
Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran
sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau
3.
Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
4.
Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan,
penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau
pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan
lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.
Berdasarkan evaluasi RKPD tahun 2013 Triwulan I dan II,
menunjukan adanya perkembangan program dan kegiatan yang
kurang sesuai dengan asumsi awal RKPD disusun meliputi
pergeseran penyelesaian masalah, penambahan dan pengurangan
kegiatan dalam upaya pencapaian penyelesaian permasalahan. Oleh
karena itu menjadi penting untuk dilakukannya perubahan RKPD
tahun 2013.
Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 disusun dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Penyusunan rancangan perubahan RKPD
2.
Perumusan Rancangan Akhir Perubahan RKPD
Pada tahap ini Kepala SKPD menyampaikan rancangan
perubahan Renja SKPD Tahun 2013 kepada Kepala Bappeda
untuk diverifikasi. Selanjutnya Bappeda menyelenggarakan
Public
Hearing
atas rancangan akhir perubahan RKPD Tahun 2013
kepada SKPD dan
Stakeholders
terkait. Berdasarkan rancangan
perubahan Renja SKPD Tahun 2013 yang telah diverifikasi dan
hasil
Public Hearing
, Bappeda menyempurnakan rancangan
perubahan RKPD Tahun 2013 menjadi rancangan akhir
perubahan RKPD Tahun 2013. Bappeda menyiapkan rancangan
Peraturan Kepala Daerah tentang Perubahan RKPD Tahun 2013.
3.
Penetapan Perubahan RKPD
Pada tahap ini Bappeda mengajukan rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang Perubahan RKPD Tahun 2013 kepada kepala
daerah untuk memperoleh persetujuan dan penetapan. Peraturan
Bupati/Walikota tentang Perubahan RKPD Kabupaten/Kota
Tahun 2013 ditetapkan paling lambat minggu keempat bulan Juli
Tahun
2013.
Bupati/Walikota
menyampaikan
Peraturan
Bupati/Walikota tentang Perubahan RKPD Kabupaten/Kota
Tahun 2013 kepada Gubernur cq. Kepala Bappeda Provinsi paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa penyusunan
RAPBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara. Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional juga menyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman
penyusunan RAPBD. Untuk menjaga konsistensi antara perencanaan
dan penganggaran, proses perubahan APBD T.A. 2013 diawali dengan
adanya penetapan Peraturan Walikota Surakarta tentang Perubahan
RKPD Tahun 2013 serta perubahan KUA dan PPAS T.A. 2013 melalui
kesepakatan bersama DPRD.
Perubahan RKPD Tahun 2013 yang ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah menjadi landasan penyusunan perubahan
KUA dan perubahan PPAS Tahun 2013 untuk menyusun perubahan
APBD Tahun Anggaran 2013.
B.
Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan
perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013, sebagai berikut:
1.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
Atas
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah;
4.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
5.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan;
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
10.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
11.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
12.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
13.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;
14.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan Yang Berkeadilan;
15.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Surakarta Tahun 2005-2025;
16.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
17.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Surakarta Tahun 2010-2015;
18.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
19.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
21.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2013.
C.
Maksud dan Tujuan
1.
Maksud
Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota
Surakarta Tahun 2013 disusun dengan maksud untuk:
a.
Menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
dalam
rangka
menyusun
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang didahului dengan penyusunan Perubahan Kebijakan
Umum APBD (KUPA), serta perubahan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara Perubahan APBD (PPAS P – APBD) Tahun
2013.
b.
Sebagai pedoman Penyusunan Perubahan Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Tahun 2013.
2.
Tujuan
Tujuan Penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Kota Surakarta tahun 2013 adalah untuk menciptakan
keselarasan atas perubahan asumsi kerangka ekonomi makro
sehingga tercipta sinergi dalam pelaksanaan pembangunan
daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar
tingkat pemerintahan serta menciptakan efisiensi alokasi sumber
daya dalam pembangunan daerah.
D.
Dasar Pertimbangan Perubahan RKPD
Dasar pertimbangan perubahan RKPD dengan gambaran
tentang perubahan asumsi daerah meliputi: (1) Adanya pergeseran
kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan
baru/kegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target
kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok
sasaran kegiatan. (2) Adanya perubahan perkembangan kondisi
perekonomian yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi
daerah dan kerangka pendanaan; Kedua pertimbangan tersebut akan
dijelaskan pada uraian berikut ini.
1.
Adanya pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan,
penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan
atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta
perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.
prioritas pembangunan nasional, provinsi dan daerah seperti
penanggulangan kemiskinan dan percepatan pencapaian target
Millenium Development Goal’s (MDG’s), termasuk dalam hal ini
antisipasi program/kegiatan kompensasi kenaikan harga BBM bagi
masyarakat
miskin.
Perubahan
Prioritas
Penanggulangan
Kemiskinan beserta sasarannya berpedoman pada Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 2-H Tahun 2013 tentang Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta.
Perubahan RKPD tahun 2013 juga dilakukan dalam rangka
Pemerataan pembangunan infrastruktur dalam rangka percepatan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas aparatur dalam
rangka pelayanan publik serta penanganan bencana dan pasca
bencana. Selain itu, juga dilakukan untuk pembuatan DED
kegiatan pembangunan Fisik yang akan dilaksanakan pada Tahun
2014, penilaian dan penghapusan aset.
Perubahan RKPD tahun 2013 juga dilakukan untuk
mengakomodir revisi DPA-SKPD Tahun 2013 dan perubahan
anggaran yang mendahului Perda Perubahan APBD T.A. 2013 yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota. Terakhir, perubahan
RKPD tahun 2013 dilakukan dalam rangka penyesuaian
pelaksanaan
program/kegiatan
dengan
juknisnya
pada
program/kegiatan yang bersumber dari dana hibah, bantuan
keuangan, dan dana perimbangan yang bersifat
spesifik grant
seperti DAK dan Bantuan Keuangan Propinsi Jawa Tengah.
2.
Adanya perubahan perkembangan kondisi perekonomian yang
tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan
kerangka pendanaan
a.
Kondisi Perekomonian Nasional
Dalam UU APBNP tahun 2013, asumsi dasar ekonomi
makro yang digunakan sebagai basis perhitungan postur APBN
adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan ekonomi 6,3 persen;
(2) inflasi 7,2 persen; (3) nilai tukar Rp9.600,0/US$; (4) suku
bunga SPN 3 bulan 5,0 persen; (5) harga minyak mentah
Indonesia US$108,0 per barel; dan (6) lifting minyak mentah
840 ribu barel per hari; dan (g) lifting gas 1.240 ribu barel
setara minyak per hari.
merupakan faktor pendorong tingkat pertumbuhan investasi di
tahun 2013, namun faktor-faktor tersebut belum dapat
mengkompensasi perlambatan pertumbuhan investasi pada
semester I tahun 2013.
Sementara
itu,
sumber
pertumbuhan
eksternal
cenderung membaik seiring dengan perbaikan kinerja ekspor
yang disertai dengan perlambatan impor karena melambatnya
konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi terutama didukung oleh pertumbuhan sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa keuangan, jasa
perusahaan,
dan
real
estate,
dan
sektor
konstruksi.
Pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2013 ini relatif
melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
semester I tahun 2012, yang realisasinya mencapai 6,3 persen.
Realisasi laju inflasi dalam semester I tahun 2013
mencapai 5,9 persen. Pada bulan April dan Mei 2013 terjadi
deflasi masing-masing sebesar 0,1 persen dan 0,03 (mtm).
Meskipun terjadi deflasi, namun inflasi dari harga diatur
pemerintah (administered price) terutama karena kenaikan
tahap II tarif tenaga listrik (TTL) dan kenaikan harga BBM
bersubsidi berkontribusi terhadap tingginya inflasi di semester I
tahun 2013. Hal ini menyebabkan laju inflasi semester I tahun
2013 lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi semester
I tahun 2012 yang tercatat sebesar 4,5 persen.
Dalam periode yang sama, nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS masih melemah cukup signifikan, karena aliran
keluarnya modal dari dalam negeri. Berdasarkan perkembangan
tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada
semester I tahun 2013 mencapai Rp9.742,0/US$, atau
mengalami depresiasi sebesar 3,8 persen bila dibandingkan
dengan nilai kurs pada akhir tahun 2012. Apabila dibandingkan
dengan kondisi semester I tahun 2012 dimana rata-rata nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.203,0/US$,
maka pada semester I tahun 2013 rupiah melemah sekitar 5,8
persen.
dengan realisasi tingkat suku bunga rata-rata SPN 3 bulan
semester I tahun 2012 yang mencapai 2,9 persen.
Selanjutnya, realisasi harga ICP dalam semester I tahun
2013 rata-rata mencapai US$ 105,0 per barel atau lebih rendah
bila dibandingkan dengan harga rata-ratanya pada periode yang
sama dalam tahun 2012 sebesar US$117,3 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut, antara lain, disebabkan oleh
masih terbatasnya pemulihan ekonomi dunia yang dibarengi
dengan pasokan minyak terutama dari negara-negara OPEC
yang masih cukup besar. Faktor lain yang turut mendorong
penurunan harga minyak mentah dunia adalah meredanya
ketegangan politik di Timur Tengah yang meredam aksi
spekulasi di pasar komoditas. Hal ini berbeda dengan kondisi
semester I tahun 2012 yang mengalami peningkatan
permintaan minyak khususnya jenis heating oil di kawasan
Eropa akibat musim dingin yang ekstrem karena gangguan
pasokan gas dari Rusia, penurunan pasokan minyak mentah
dari negara-negara non-OPEC menurun serta diperparah
dengan adanya gangguan pasokan minyak mentah dari Sudan,
Suriah, dan Yaman akibat konflik politik.
Di sisi lain, realisasi lifting minyak dalam semester I
tahun 2013 mencapai rata-rata 827 ribu barel per hari, yang
berarti menurun bila dibandingkan dengan realisasinya pada
semester I 2012 yang mencapai rata-rata sebesar 868,0 ribu
barel per hari. Penurunan tersebut terkait dengan adanya
penurunan kapasitas produksi sumur-sumur migas, serta
beberapa permasalahan lain meliputi cuaca buruk, kurangnya
ketersediaan kapal pengangkut, adanya pemunduran jadwal
produksi, dan permasalahan perijinan lahan. Realisasi asumsi
dasar ekonomi makro semester I tahun 2012—2013 disajikan
pada Tabel 1.1
Tabel 1.1
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional Tahun 2012 - 2013
No
Uraian
2012
2013
APBNP
Realisasi
Semester I
APBNP
Realisasi
Semester I
1.
Pertumbuhan Ekonomi
(%, yoy )
6 ,5
6,3
6,3
6,1 *)
2.
Inflasi (%, yoy )
6 ,8
4,5
7 ,2
5 ,9
3.
Tingkat Suku Bunga
SPN 3 bulan (%)
5,0
2,9
5 ,0
3 ,8
4.
Nilai Tukar (Rp/US$)
9.000
9 .203
9.600
9.7 42
5.
Harga Minyak mentah
Indonesia (US$/barel)
105,0
1 17 ,3
108,0
105,0
6.
Lifting Minyak (Ribu
barel per hari)
9 30,0
8 68,0
840,0
8 27 ,0
7.
Lifting Gas (Ribu Barel
setara minyak per hari)
n.a
n.a
1 .240,0
1 .205,0
Dalam semester II tahun 2013, perekonomian Indonesia
diperkirakan semakin membaik seiring dengan peningkatan
stabilitas perekonomian, yang tercermin dari rendahnya
volatilitas nilai tukar rupiah, dan terkendalinya laju inflasi.
Kondisi tersebut diperkirakan mendorong meningkatnya
pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun 2013 hingga
mencapai 6,5 persen. Dengan melihat perkiraan pertumbuhan
PDB pada semester I dan II tahun 2013, laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada keseluruhan tahun 2013 diperkirakan
mencapai 6,3 persen, atau sesuai dengan targetnya dalam
APBNP tahun 2013.
Dalam semester II tahun 2013, pergerakan harga secara
umum diperkirakan berada pada kondisi yang relatif terkendali.
Melalui koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil
yang semakin baik, dan didukung oleh meningkatnya semangat
pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi, laju inflasi pada
akhir tahun 2013 diharapkan akan dapat dipertahankan pada
sasarannya, yaitu sebesar 7,2 persen.
Sementara itu, masih tingginya arus modal diperkirakan
masuk akan mengakibatkan rata-rata nilai tukar rupiah dalam
semester
II
tahun
2013,
diperkirakan
mencapai
Rp9.458,0/US$. Dengan demikian, realisasi rata-rata nilai
tukar
rupiah
terhadap
dolar
Amerika
Serikat
dalam
keseluruhan tahun 2013 diperkirakan sama dengan asumsinya
dalam APBNP tahun 2013, yaitu Rp9.600,0/US$. Pencapaian
nilai tukar akan berpengaruh terhadap realisasi suku bunga
SPN 3 bulan yang dalam semester II tahun 2013 rata-rata
diperkirakan sebesar 6,2 persen. Dengan demikian, secara
keseluruhan, dalam tahun 2013 rata-rata suku bunga SPN 3
bulan diperkirakan mencapai sekitar 5,0 persen.
Berdasarkan perkembangan ICP selama semester I 2013,
dan mempertimbangkan prediksi harga minyak dunia yang
diterbitkan oleh beberapa lembaga internasional, ICP rata-rata
dalam semester II tahun 2013 diperkirakan akan mencapai
US$111,0 per barel. Berkaitan dengan prediksi tersebut, harga
ICP rata-rata dalam keseluruhan tahun 2013 diperkirakan
mencapai US$108,0 per barel atau sesuai dengan asumsinya
dalam APBNP tahun 2013.
b.
Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan RKPD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013,
PDRB Jawa Tengah pada Tahun 2013 berdasakan Harga
Berlaku diprediksikan akan mencapai kurang lebih Rp.568,416
trilyun. Sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama
diperkirakan masih berperan, sementara sektor industri dan
Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) juga memberikan
kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah. Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah
tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang
stabilitas pertumbuhan investasi. Investasi diperkirakan akan
tumbuh dengan baik dan masih terjaga sejalan dengan
optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke
depan.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah juga diprediksikan
tumbuh positif antara lain karena meningkatnya pergerakan
sektor riil yang secara langsung bermanfaat bagi pelaku usaha
dan masyarakat. Meskipun Tahun 2013 Jawa Tengah dibayangi
berbagai tantangan baik eksternal dan internal, namun
kecenderungan kondisi stabil perekonomian Jawa Tengah dan
dukungan dari bergeraknya berbagai sektor riil yang sudah ada
ataupun akan beroperasi kemudian, diperkirakan mampu
menjaga pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berada dalam
kisaran
5,8–6,2%.
Kebutuhan
investasi
untuk
dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksi kurang
lebih sejumlah Rp. 114,401 T, yang diharapkan dapat dipenuhi
dari investasi swasta dan investasi pemerintah.
Inflasi di Jawa Tengah dengan memperhatikan berbagai
kondisi yang berpengaruh, diperkirakan berada dibawah 2 digit,
berkisar pada kisaran ± 5 %, dengan perkiraan Incremental
Capital Output Ratio (ICOR) sebesar 3,5. Ekspor Jawa Tengah
pada Tahun 2013 diperkirakan masih tertuju pada pasar ekspor
antara lain Amerika, Jepang dan China dengan komoditas
berupa TPT, barang kayu dan olahan kayu, hasil manufaktur
pabrik serta hasil pertanian, sedangkan secara nilai ekspor
diprediksikan dapat meningkat apabila tidak terjadi kondisi
yang bersifat ekstrim. Impor barang di Jawa Tengah pada
Tahun 2013 diperkirakan meningkat, hal tersebut dipengaruhi
tingginya permintaan untuk konsumsi maupun bahan baku
industri serta tidak adanya pembatasan impor.
sebesar 6,3% (qtq) dibandingkan triwulan IV 2012. Dengan
perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya (6,5% yoy).
Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi terutama
didorong oleh melambatnya kegiatan investasi. Melambatnya
kegiatan investasi tersebut sejalan dengan moderasi pada
investasi
non
bangunan
sebagaimana
tercermin
pada
menurunnya impor barang modal dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya. Sementara investasi bangunan masih cukup
kuat, yang antara lain dikonfirmasi oleh masih tingginya kredit
investasi. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I
2013 utamanya disumbang dari kegiatan konsumsi rumah
tangga (3,1%).
Pada bulan Juni 2013 di Jawa Tengah terjadi inflasi 0,96
persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 136,37
jauh lebih tinggi bila dibanding bulan Mei 2013 yang mengalami
deflasi sebesar 0,27 persen dengan IHK sebesar 135,07. Dari
empat kota SBH, semua kota mengalami inflasi, yaitu terjadi di
Kota Purwokerto 1,48 persen dengan IHK sebesar 139,26, Kota
Surakarta 1,16 persen dengan IHK sebesar 129,56, Kota
Semarang 0,86 persen dengan IHK sebesar 138,48 dan Kota
Tegal 0,79 persen dengan IHK sebesar 136,33. Laju inflasi
tahun kalender (Januari-Juni 2013) sebesar 3,21 persen,
sedangkan laju inflasi “year on year” (Juni 2013 terhadap Juni
2012) sebesar 5,44 persen, lebih tinggi bila dibandingkan tahun
2012 yang mengalami inflasi 4,59 persen.
Inflasi terjadi terutama disebabkan karena adanya
kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada
kelompok bahan makanan sebesar 1,53 persen, kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,28
persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
serta kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,11 persen
dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 3,82 persen.
Neraca perdagangan Jawa Tengah komoditas non migas
periode Januari-April 2013 surplus 58,85 juta US$. Nilai ekspor
Jawa Tengah pada bulan April 2013 sebesar 440,24 juta US$.
Bila dibandingkan dengan nilai ekspor bulan Maret 2013 ekspor
pada bulan April 2013 mengalami kenaikan sebesar 16,39 juta
US$ atau 3,87 persen. Nilai impor Jawa Tengah bulan April
2013 mencapai 1.748,33 juta US$ atau mengalami kenaikan
sebesar 418,61,78 juta US$ (31,48 persen) dibanding impor
Maret 2013 (1.329,72 juta US$).
Tabel 1.2
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012 - 2013
No
Uraian
2012
2013*)
Awal
Perubahan
1.
PDRB :
Atas
dasar
harga
berlaku
(Trilyun Rp)
Atas
dasar
harga
konstan
(Trilyun Rp)
556,749
210,848
568,416
213,412
568,416
213,412
2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,3
5,8 - 6,2
5,8 - 6,2
3.
Inflasi (%)
4,24
±5
5±1
4.
PDRB/Kapita atas dasar harga
berlaku (Juta Rp)
PDRB/Kapita atas dasar harga
konstan tahun 2000 (Juta Rp)
16,726
6,337
17,554
6,591
17,554
6,591
5.
Kebutuhan investasi (Trilyun
Rp.)
110,805
114,401
114,401
Sumber: RKPD Provinsi Jawa Tengah 2013
c.
Kondisi Perekomonian Kota Surakarta
Kondisi perekonomian daerah dapat dilihat dari beberapa
indikator, seperti: pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, nilai
ekspor, PDRB per kapita, persentase penduduk miskin, tingkat
pengangguran terbuka, dan indeks pembangunan manusia.
Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2011 sebesar
5,94%, mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya seiring
dengan meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000. Dalam RKPD
tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tahun
2012
diprediksikan
sebesar
6,07%
dan
tahun
2013
diperkirakan tumbuh sebesar 6,11%.
Pada bulan Maret tahun 2013, laju inflasi tahun kalender
(Januari–Maret) 2013 sebesar 3,84%. Inflasi terjadi karena
adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks
pada Kelompok Bahan Makanan sebesar 4,91%; Kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,36 %;
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,05
%, Kelompok Sandang 0,06 %, Kelompok Kesehatan 0,11% dan
Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,13%
serta Kelompok Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
sebesar 0,09%.
dalam daftar 27 kota di Indonesia yang inflasinya berada di atas
inflasi nasional bulanan sebesar 1,03%. Inflasi tahun kalender
sampai dengan semester pertama (Januari-Juni) Kota Surakarta
telah mencapai 4,11%, mendekati prediksi angka inflasi tahun
2013 sebesar 5,6%yang tercantum dalam dokumen RKPD tahun
2013. Angka tersebut pun jauh lebih tinggi di atas inflasi tahun
kalender (Januari-Juni) secara nasional sebesar 3,35%.
Inflasi pada bulan juni di Kota Surakarta lebih banyak
dipengaruhi faktor ekspektasi pasar sebelum kenaikan harga
BBM. Tingginya inflasi bulan Juni dipicu kenaikan harga bahan
kebutuhan pokok, termasuk kebutuhan transportasi. Sepuluh
komoditas penyumbang inflasi tertinggi adalah bensin dengan
andil inflasi 0,44%, cabai rawit 0,38%, telur ayam ras 0,13%,
daging ayam ras 0,07%, beras 0,05%, bahan bakar elpiji 0,04%,
angkutan dalam kota 0,03%, angkutan antarkota 0,03%,
minyak goreng dan nasi putih. Bank Indonesia (BI)
memprediksikan bahwa inflasi akan mencapai puncaknya pada
Juli-Agustus karena bertepatan dengan momen Puasa dan
Lebaran. Sementara, BI pun meyakini dampak kenaikan harga
BBM itu hanya akan bersifat temporer, paling tidak sekitar tiga
bulan ke depan.
Peningkatan inflasi di Kota Surakarta berpengaruh
terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Penurunan daya
beli masyarakat akan mempengaruhi aktivitas perekonomian
masyarakat, baik terkait aspek konsumsi masyarakat maupun
aspek produksi barang dan jasa. Penurunan aktivitas ekonomi
masyarakat pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi daerah. Oleh karena itu perlu ada sedikit koreksi
terhadap beberapa target indikator ekonomi makro seperti laju
inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka,
dan angka kemiskinan.
Perkembangan ekspor pada tahun 2013 terlihat bahwa
berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, ekspor
berbagai komoditas pada Juni 2013 tergolong rendah dibanding
bulan-bulan sebelumnya. Nilai ekspor barang dari Kota
Surakarta pada bulan Juni sebesar 2.528.735,34 Dolar AS
dengan volume 327.004,81 kg. Sementara dua bulan
sebelumnya, Mei sebesar 4.642.067,01 DolarAS dan April
2.620.755,43 Dolar AS. Sedangkan nilai ekspor pada bulan
Januari sebesar 4.685.451,84 Dolar AS, Februari, 3.444.607,75
Dolar AS, dan Maret 2.717.032,79 Dolar AS. Dengan demikian
pada semester I nilai ekspor baru mencapai 20.638.650,16
Dolar AS. Penurunan ekspor kemungkinan disebabkan oleh
belum redanya krisis di negera-negara di Eropa, dan berimbas
ke negara-negara lain.
dan produk tekstil (TPT) yang selama ini menjadi unggulan
adalah komoditas yang paling signifikan nilai penurunannya
lebih dari 50 persen, yakni dari 2.548.616,19 Dolar AS di Bulan
Mei menjadi 1.189.828,27, sebulan kemudian. Demikian juga
dengan komoditas batik yang di Bulan Juni nilainya 880.082,90
Dolar AS, bulan sebelumnya sebesar 1.421.281,66 Dolar AS.
Meski ekspor tekstil cenderung turun, namun ekspor garmen
tetap stabil. Kestabilan ekspor garmen disebabkan adanya
pengalihan atau perluasan pasar dari Eropa ke Asia, antara lain
ke Bangladesh dan China. Sementara, mebel kayu yang bulan
sebelumnya senilai 165.928,53 Dolar AS, di Bulan Juni hanya
90.731,38 Dolar AS. Nilai ekspor komoditas lainnya, gula kelapa
6.617,00 Dolar AS, kartu ucapan 9.550,10 Dolar AS, karung
plastik 264.876,06 Dolar AS, kerajinan kayu 35.379,17 Dolar
AS, mebel dari eceng gondok 9.360,98 Dolar AS, dan mebel
rotan 42.309,48 Dolar AS. Perkembangan kondisi ekonomi
makro di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Kota Surakarta
Tahun 2012 -2013
No
Indikator Makro
2012
2013
RKPD
Perubahan
RKPD
RKPD
Perubahan
RKPD
1
PDRB
(Harga
berlaku) (Rupiah)
11.787.353.
740.000
Tidak berubah
13.092.086.8
06.956
Tidak berubah
2
PDRB
(Harga
Konstan) (Rupiah)
5.740.237.9
10.000
Tidak berubah
6.091.184.36
0.000
Tidak berubah
3
Pertumbuhan PDRB
Harga berlaku (%)
6,07
6,74
9,96
Tidak berubah
4
Pertumbuhan
Ekonomi/
Pertumbuhan PDRB
Harga
Konstan
tahun 2000 (%)
6,07
Tidak berubah
6,11
Tidak berubah
5
Laju Inflasi (%)
4,5
Tidak berubah
5
Real (Jan-Juni):
4,11
Prediksi : 7,2
6
Nilai Ekspor FOB
(US$)
-
40.310.894,7
4
-
Real
(Jan-Juni):
20.638.650,16
Prediksi:
41.277.300
7
Pendapatan
Perkapita
(ADHK)
(Rupiah)
11.146.093,
03
11.486.063,62
11.713.816,0
8
Tidak berubah
8
Tingkat
Pengangguran (%)
-
6,07
-
5,6
E.
Arah Kebijakan Keuangan Daerah
1.
Arah Kebijakan Perubahan Pendapatan Daerah
Arah kebijakan perubahan pendapatan daerah tahun 2013
adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1)
Semua pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara
bruto, yaitu jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh
dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka
menghasilkan pendapatan tersebut.
2)
Pendapatan yang dianggarkan pada pos pendapatan daerah
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan
memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Setiap
rincian objek pendapatan daerah yang dianggarkan harus
mencantumkan dasar hukum pemungutan/ penerimaannya.
3)
Dalam merencanakan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpedoman pada:
a)
Perda Nomor 13 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
b)
Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah;
c)
Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah;
d)
Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
4)
Guna meningkatkan intensifikasi pendapatan daerah agar
diefektifkan penerapan perda yang ada serta peningkatan
mutu pelayanan kepada para pengguna jasa layanan
pemerintah. Termasuk dalam hal ini pelayananan jasa dan
perijinan kepada masyarakat harus tetap diberikan dan
ditingkatkan kualitasnya meskipun tidak diperkenankan lagi
atas pemungutan beberapa retribusi pelayanan umum dan
perijinan tertentu.
5)
Penerimaan dari sektor PAD diupayakan dapat meningkat
berbasis pada potensi pendapatan sampai dengan akhir
tahun 2013.
6)
Perubahan rencana pendapatan dari Bagi Hasil Laba
Perusahaan Milik Daerah berpedoman pada keputusan
walikota tentang pengesahan laporan keuangan Perusda
Tahun 2012.
7)
Pembagian deviden dari PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Tengah kepada Pemerintah Kota Surakarta disesuaikan
dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
8)
Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah
satu bentuk investasi jangka panjang non permanen,
dianggarkan dalam APBD pada akun pendapatan, kelompok
PAD, jenis lain-lain PAD yang sah, objek hasil pengelolaan
dana bergulir dan rincian objek hasil pengelolaan dana
bergulir dari kelompok masyarakat penerima.
dan Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) pada SKPD atau unit
kerja pada SKPD yang belum menerapkan PPK-BLUD,
dianggarkan pada Akun Pendapatan, Kelompok Pendapatan
PAD, Jenis Pendapatan Retribusi Daerah, Objek Pendapatan
Retribusi Jasa Umum, Rincian Objek Pendapatan Retribusi
Pelayanan Kesehatan.
10)
Tunggakan dan denda atas pajak dan retribusi menjadi
komponen PAD sesuai jenis pajak dan retribusinya.
11)
Pemungutan pajak dan retribusi daerah diberikan insentif
pemungutan sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 2010.
b. Dana Perimbangan
1)
Pendapatan
Dana
Perimbangan
digunakan
untuk
menampung pendapatan dana perimbangan sesuai ketentuan
dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun
2005.
2)
Pendapatan Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak/
Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK).
3)
Dalam Perubahan APBD, pendapatan Dana Perimbangan agar
disesuaikan dengan kondisi riil masing-masing jenis
pendapatan menurut ketetapan alokasi dari Pemerintah Pusat
sehingga tidak terjadi
over estimate
atau
under estimate
anggaran.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1)
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah digunakan untuk
menampung pendapatan daerah yang bersumber dari hibah,
bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya,
dana penyesuaian dan otonomi khusus serta bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
2)
Penerimaan pendapatan Tunjangan Sertifikasi Guru dan
Tunjangan Profesi Guru dialokasikan pada Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah pada Jenis Dana Penyesuaian
dan Otonomi Khusus.
3)
Dalam Perubahan APBD, Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah agar disesuaikan dengan kondisi riil masing-masing
jenis pendapatan menurut ketetapan alokasi dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga tidak
terjadi
over estimate
atau
under estimate
anggaran.
d.
Pendapatan pada PPK-BLUD
Rencana penerimaan pendapatan pada SKPD/ unit kerja yang
dikelola dengan PPK-BLUD sebagai berikut:
1)
Pendapatan BLUD dapat bersumber dari:
a)
Jasa Layanan;
b)
Hibah;
c)
Hasil kerjasama dengan pihak lain;
d)
APBD;
f)
Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
2)
Seluruh pendapatan BLUD (kecuali dari hibah terikat, APBD
dan APBN) dapat dikelola langsung untuk membiayai
pengeluaran BLUD sesuai RBA, contoh : pendapatan atas
jasa layanan pelatihan, dsb;
3)
Pendapatan yang bersumber dari hibah terikat diperlakukan
sesuai peruntukkannya;
4)
Seluruh pendapatan BLUD yang bersumber dari Jasa
Layanan, Hibah, Hasil Kerjasama Dengan Pihak Lain dan
Lain-Lain Pendapatan BLUD Yang Sah dilaksanakan melalui
rekening kas BLUD;
5)
Surplus anggaran BLUD merupakan selisih lebih antara
realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUD pada satu
tahun anggaran.
f. Dalam hal terdapat surplus anggaran BLUD dapat digunakan
dalam tahun anggaran berikutnya kecuali, atas permintaan
walikota disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah
dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLUD.
Dalam Perubahan APBD T.A 2013, PAD diproyeksi
meningkat sebesar Rp.7.699.007.000,- atau naik sebesar 2,93 %
dari anggaran semula sebesar Rp.262.905.867.000,- menjadi
Rp.270.604.874.000,-. Peningkatan ini disebabkan penambahan
pajak daerah sebesar Rp.3.485.000.000,- dan restribusi daerah
sebesar
Rp.5.819.694.000,-,
tetapi
di
sisi
lain
terdapat
pengurangan yang disebabkan penyesuaian hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp.51.039.000,-
berdasarkan pengesahan laba perusda tahun 2012 dan
penurunan
lain
–
lain
Pendapatan
yang
sah
sebesar
Rp.4.580.900.000,- yang disebabkan pembatalan pendapatan
BLUD
Solo Technopark
terkait pengembangan akademi komunitas.
Dana perimbangan juga diproyeksi meningkat sebesar
Rp.29.048.665.000,- atau naik sebesar 4,02 % dari anggaran
semula
sebesar
Rp.722.287.153.000,-
menjadi
Rp.751.335.818.000,-. Peningkatan ini disebabkan penyesuaian
Bagi Hasil Pajak sebesar Rp.26.566.918.000,- dan Bagi Hasil
Bukan Pajak / Sumber Daya Alam sebesar Rp.2.481.747.000,-.
Secara total, pendapatan daerah Kota Surakarta pada tahun
2013
berkurang
sebesar
Rp20.704.851.000,00
dari
Rp1.376.303.271.000,00 pada APBD tahun 2013 menjadi
Rp1.355.598.420.000,00. Perubahan proyeksi pendapatan daerah
Kota Surakarta tahun 2013 disajikan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4
Proyeksi Pendapatan Daerah Pada Perubahan RKPD Kota Surakarta
Tahun 2013
NO.
JENIS PENDAPATAN
DAERAH
SEBELUM
PERUBAHAN (Rp)
SETELAH
PERUBAHAN (Rp)
BERTAMBAH/
(BERKURANG)
(Rp)
1
PENDAPATAN
ASLI
DAERAH
262.905.867.000
270.604.874.000
7.699.007.000
1.1
Pendapatan
Pajak
Daerah
168.515.150.000
172.000.150.000
3.485.000.000
1.2
Hasil Retribusi Daerah
58.271.792.000
64.091.486.000
5.819.694.000
1.3
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
5.205.116.000
5.154.077.000
(51.039.000)
1.5
Lain-2
Asli Daerah yang Sah
Pendapatan
30.913.809.000
29.359.161.000
(1.554.648.000)
2
DANA PERIMBANGAN
722.287.153.000
751.335.818.000
29.048.665.000
2.1
Bagi Hasil Pajak/Bagi
Hasil Bukan Pajak
24.725.041.000
53.773.706.000
29.048.665.000
2.2
Dana Alokasi Umum
659.647.382.000
659.647.382.000
0
2.3
Dana Alokasi Khusus
37.914.730.000
37.914.730.000
0
3
LAIN-2 PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH
391.110.251.000
333.657.728.000
(57.452.523.000)
3.1
Pendapatan Hibah dari
Pemerintah Pusat
7.000.000.000
7.147.000.000
147.000.000
3.2
Dana Bagi Hasil Pajak
dari
Provinsi
dan
Pemerintah
Daerah
Lainnya
100.072.939.000
86.684.213.000
(13.388.726.000)
3.3
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
263.283.887.000
219.073.090.000
(44.210.797.000)
3.5
Bantuan
Keuangan
dari
Provinsi
atau
Pemerintah
Daerah
Lainnya
20.753.425.000
20.753.425.000
0
JUMLAH
PENDAPATAN
DAERAH
1.376.303.271.000
1.355.598.420.000
(20.704.851.000)
2. Arah Kebijakan Perubahan Belanja Daerah
a.
Belanja Tidak Langsung
Usulan perubahan belanja tidak langsung direncanakan
seefisien
mungkin
guna
mencukupi
kebutuhan
riil
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum kepada
masyarakat, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Belanja Pegawai
a)
Gaji PNS dihitung dengan memperhatikan perubahan
peraturan penggajian PNS dan berdasar pada realisasi
pembayaran gaji sampai bulan Juni 2013. Diperhitungkan
pula pembayaran gaji bulan ketigabelas, perubahan gaji
CPNS menjadi PNS serta penambahan accres sebesar
2,5% untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala,
kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan
jumlah pegawai akibat adanya mutasi.
b)
Tambahan penghasilan PNS berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 serta Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban Kerja Bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan
Pemerintah
Kota
Surakarta.
Dalam
merencanakan anggaran tambahan penghasilan dihitung
berdasarkan jumlah PNS dan CPNS yang ada ditambah
accres 2,5 % untuk mengantisipasi adanya kenaikan
pangkat dan penambahan jumlah pegawai/ mutasi.
c)
Pemberian
tambahan
penghasilan
bagi
guru
PNSD/CPNSD (belum bersertifikasi) dan tunjangan
profesi bagi guru PNSD yang telah bersertifikasi
disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sambil menunggu diterbitkannya
ketentuan baru maka dalam perencanaan tahun 2013
berdasarkan pada ketentuan tahun sebelumnya, yaitu:
-
Tambahan penghasilan bagi guru PNSD/CPNSD
(belum bersertifikasi) sebesar Rp250.000,00 per bulan.
-
Tunjangan profesi bagi guru PNSD yang telah
bersertifikasi sebesar 1 x gaji pokok setiap bulan.
d)
Penganggaran belanja gaji dan tunjangan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah serta biaya penunjang
operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
berpedoman pada PP Nomor 109 Tahun 2000.
f)
Biaya insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 2010, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2011 tentang Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Nomor
13 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), dan Peraturan Daerah Nomor 13
Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
2)
Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran
bunga utang daerah yang dihitung atas kewajiban pokok
utang (
pricipal outstanding
) yang memasuki masa jatuh tempo
pembayaran. Usulan anggaran belanja bunga diutamakan
untuk pembayaran bunga utang yang jauh tempo pada tahun
2013.
3)
Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan
Keuangan
Usulan belanja hibah dan bantuan sosial berpedoman pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
beserta perubahannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a)
Belanja subsidi diberikan kepada perusahaan/lembaga
tertentu
agar
harga
produksinya
terjangkau
oleh
masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk/jasa yang
diberi
subsidi
merupakan
kebutuhan
dasar
dan
menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih
dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
b)
Hibah diberikan dalam bentuk uang/barang atau jasa
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan
daerah,
masyarakat
dan
organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat,
serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk
menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
c)
Bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang/barang
kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial.
e)
Sehubungan dengan berlakunya Permendagri Nomor 32
Tahun 2011 dan Permendagri Nomor 39 tahun 2012, maka
perencanaan anggaran hibah dan bantuan sosial harus
disesuaikan dengan merubah format hibah dan bantuan
sosial yang selama ini telah berjalan serta pemindahan
beberapa alokasi anggaran hibah dan bantuan sosial
menjadi kegiatan (belanja langsung) pada SKPD.
f)
Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada
jenis belanja bantuan keuangan, objek belanja bantuan
keuangan kepada partai politik dan rincian objek belanja
nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran
penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di
bidang bantuan keuangan kepada partai politik.
4)
Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga dianggarkan untuk mendanai kegiatan
yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang
yang tidak diperkirakan sebelumnya, seperti bencana alam,
bencana sosial termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.
b.
Belanja Langsung
Usulan perubahan belanja langsung direncanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1)
Disusun untuk seluruh kegiatan yang mengalami perubahan
anggaran, yakni:
a)
Kegiatan baru;
b)
Kegiatan
yang
mengalami
penambahan
maupun
pengurangan anggaran;
c)
Kegiatan yang mengalami pergeseran anggaran antar kode
rekening dan/atau antar jenis belanja;
d)
Kegiatan yang mengalami perubahan/penajaman tolok
ukur kinerja baik dari masukan, keluaran maupun hasil;
e)
Kegiatan yang DPA-SKPD nya pernah atau sedang dalam
proses revisi / pergeseran anggaran;
f)
Kegiatan yang dilaksanakan mendahului perubahan
APBD berdasarkan ijin Pimpinan DPRD dan telah
ditetapkan dalam Peraturan Walikota tentang Perubahan
Penjabaran APBD.
2) Dalam merancang anggaran kegiatan agar diperhatikan
rencana pola pelaksanaannya, yaitu dengan swakelola atau
kontraktual
(pengadaan
barang/jasa,
konstruksi,
konsultansi).