• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPSE Kota Cimahi RKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LPSE Kota Cimahi RKS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

SYARAT- SYARAT TEKNIS

Pasal 1

S i t u a s i

1.1. Pekerjaan yang dilaksanakan terletak BALAI BENIH IKAN Kota cimahi

1.2. Calon-calon pemborong wajib meneliti medan / lapangan terutama tanah, sifat tanah dan luasnya pekerjaan. Disamping hal-hal lain yang berpengaruh terhadap harga-harga penawaran yang akan diajukan. Pemborong juga harus meneliti ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam RKS ini, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dari apa yang telah digariskan.

1.3. Kelalaian dari Pemborong dalam meneliti medan/lapangan ataupun hal-hal lainnya, tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim di kemudian hari

Pasal 2

Lingkup Pekerjaan

2.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Showroom Ikan,yang terdiri dari :

a. Pekerjaan Persiapan dan Bongkaran b. Pekerjaan Acian dan Plesteran c. Pekerjaan Beton

d. Pekerjaan Atap dan Plafond

e. Pekerjaan Lantai Dan Dinding Keramik f. Pekerjaan Listrik dan Instalasai

g. Pekerjaan Pengecatan dan Laburan h. Pekerjaan lain - Lain

2.2. Hal-hal lain yang nyata-nyata diperlukan dalam pekerjaan ini sesuai dengan gambar rencana ( bestek ) dan atas perintah / petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Pasal 3

Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk menjamin mutu pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan : 3.1 Tenaga ahli yang mengerti gambar-gambar dan cara pelaksanaan di lapangan.

3.2 Tenaga pelaksana yang mengerti dan terampil tentang cara-cara pelaksanaan di lapangan. 3.3 Alat-alat pembantu untuk kelancaran pekerjaan seperti : mesin pengaduk beton (beton molen),

vibrator, pompa air, stamper, alat-alat ukur seperti penyipat datar, alat-alat pengukur (meteran, rol meter), serta alat bantu lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pekerjaan ini.

3.4 Bahan-bahan harus sudah ada di tempat pekerjaan sebelum waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga tidak akan terjadi kelambatan pelaksanaan pekerjaan dari jadwal yang telah ditentukan. 3.5 Buku-buku yang diperlukan seperti Buku Logistik, Buku Tamu, Buku Pesanan Bahan, Buku

(2)

Pasal 4

U k u r a n

4.1 Satuan Ukuran

Satuan ukuran dalam gambar dinyatakan dalam satuan metrik. Pemborong harus meneliti gambar-gambar terutama mengenai ukuran-ukuran dan hal-hal lainnya sebelum pelaksanaan pekerjaan. Kalau ada hal-hal yang meragukan segera pemborong melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk dicarikan jalan penyelesaiannya.

4.2 Ukuran Pokok

Permukaan atas lantai dasar yang di nyatakan dengan + 0.00 cm, terletak 30 cm di atas permukaan rata-rata halaman setelah dibentuk (cut & fill), sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana Grading Plan, atas petunjuk Konsultan Perencana / Pengawas. Selanjutnya seluruh ukuran ketinggian diambil dari tinggi lantai + 0.00 cm tersebut.

4.3 Mengukur Letak Bangunan

Letak bangunan diukur di bawah pengawasan Konsultan Perencana dan Pengawas. Papan bangunan ( bouwplank ) dibuat dari papan kayu yang diketam rata pada sisi atasnya, ukuran minimal 2 / 20 cm, dipaku pada patok kayu ukuran 5 / 7 cm atau dolken yang dipancang kuat-kuat dalam tanah.

Sumbu-sumbu serta ketinggian bangunan harus tertera dengan jelas dengan cat pada papan bangunan tersebut. Pemborong harus menyediakan pembantu secukupnya yang paham dalam cara-cara pengukuran penyipat datar yang baik dan alat-alat lain yang diperlukan untuk pengukuran.

Pasal 5

Pekerjaan Persiapan

5.1 Daerah di mana akan didirikan bangunan harus kering / bebas air, terutama pada pekerjaan pondasi. Untuk itu pemborong harus menyediakan mesin pompa air bila diperlukan, dengan kapasitas yang cukup untuk memenuhi untuk pengeringan ini.

5.2 Bilamana di dalam lahan terdapat pohon / perdu, maka penebangan harus mendapat ijin dari konsultan. Sisa-sisa brangkal, kayu, akar, batu-batuan dan unsur-unsur pengganggu yang lainnya harus dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan tanah. Jaringan air bersih dan listrik yang terdapat pada lokasi pembangunan harus diamankan / dipindahkan sebelum pekerjaan pembentukan muka tanah dilakukan.

Pasal 6

Pekerjaan Pembentukan Muka Lahan

6.1. Lokasi dimana di mana akan didirikan bangunan harus dibentuk sesuai dengan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Lingkup pekerjaan pembentukan lahan ini adalah sampai minimal jarak 3 meter dari as bangunan yang akan dibangun.

6.2. Pekerjaan pembentukan muka tanah ini meliputi pengupasan top soil / tanah gembur bekas kebun, sedalam 20 cm, penggalian dan pengurugan tanah, serta pemadatan tanah.

6.3. Tanah gembur / top soil, dan tanah yang masih mengandung bekas-bekas akar, dan bahan organik lainnya tidak boleh dipakai untuk mengurug. Pada perbedaan tinggi permukaan dibuat talud dengan kemiringan 45o.

(3)

Pasal 7

Pekerjaan Galian Tanah

7.1. Galian tanah di laksanakan untuk semua galian pondasi, bagian bangunan yang terdapat di dalam tanah, serta semua pasangan lainnya yang berada di dalam tanah, seperti sloof / rollag, pengalasan lantai / rabat, semua saluran / parit dan hal-hal lainnya yang nyata-nyata memerlukan penggalian untuk pekerjaan tersebut.

7.2 Galian tanah harus dilaksanakan menurut kedalaman yang ditentukan dan lebar secukupnya. Galian untuk pondasi yang melebihi kedalaman yang ditentukan harus diurug kembali dengan bahan yang sama dengan bahan pondasi atau beton tumbuk.

7.3 Tidak boleh ada genangan air didalam lubang / parit pondasi, apabila ada harus segera dikeluarkan agar tidak meperlemah dasar pondasi.

7.4 Semua unsur pengganggu yang terdapat disekitar tanah galian, seperti akar-akaran, batu-batuan, bekas-bekas bangunan lama, dan lain-lain harus dibuang / dikeluarkan.

7.5 Pada bagian-bagian yang dianggap mudah longsor, seperti pada galian pondasi, pemborong harus mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan tanah, atau cara lain yang bisa menahan longsoran tanah. Kerusakan akibat gugurnya tanah, dengan alasan apapun menjadi resiko pemborong.

7.6 Hanya tanah bekas galian yang berbutir boleh dipakai mengurug kembali, setelah yang dibersihkan dari segala macam kotoran dan sampah. Tanah yang berlumpur atau tanah liat harus segera dikeluarkan dari lokasi ketempat yang disetujui Konsultan Pengawas

7.7 Untuk pondasi utama bangunan yang berbentuk strausz, penggalian dilakukan dengan bor tanah dan dilaksanakan secara manual.

Pasal 8

Pekerjaan Urugan Tanah

8.1. Pekerjaan urugan tanah meliputi pekerjaan urugan tanah peninggian muka lantai setinggi 25 cm, dan pekerjaan urugan kembali lubang bekas galian pondasi. Pekerjaan urugan kembali bekas galian pondasi hanya boleh dilaksanakan dengan seijin Konsultan, setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.

8.2. Tanah urugan harus dari jenis tanah berbutir atau berpasir, dan tidak terlalu basah dan bebas dari segala macam kotoran dan sampah. Berangkal bekas bongkaran bangunan yang bersifat organik tidak diperbolehkan untuk bahan urugan .

8.3. Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin pemadat (stampler), dan tidak dibenarkan hanya dengan memakai timbris yang dilakukan oleh tenaga manusia.

8.4. Urugan tanah untuk meperbaiki permukaan dan meningkatkan / meninggikan permukaan tanah pada prinsipnya dilaksanakan dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, menurut ketinggian, lebar, dan kedalaman yang diperlukan sesuai dengan gambar. Pelaksanaan harus dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis tidak lebih tebal dari 20 cm, kemudian dipadatkan dengan mesin pemadat. 8.5. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari atau ke tempat- tempat

(4)

Pasal 9

Pekerjaan Urugan Pasir

9.1. Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan pada bagian bawah pondasi batu belah dan pondasi lainnya setebal 10 cm, di bawah pasangan ubin lantai setebal 10 cm, atau sesuai keterangan dalam gambar, semuanya dalam keadaan padat.

9.2. Pasir urug harus bersih dari segala kotoran sebelum ubin dipasang, dipadatkan dengan diairi dan ditimbris.

Pasal 10

Pekerjaan Pasangan Batu Belah

10.1. Pasangan batu belah dilaksanakan pada semua pondasi-pondasi batu belah, dinding penahan tanah (retaining wall), dan pada tempat- tempat yang tertera dalam gambar rencana, dan apabila pada pekerjaan ini terbukti diperlukan.

10.2. Di bawah semua pondasi batu belah harus dipasang lantai kerja pasir yang dipadatkan.

10.3. Pasangan pondasi batu belah harus kuat, padat, dan disusun secara rapih. Tidak dibenarkan menggunakan adukan terlalu banyak untuk mengisi rongga ataupun celah celah pada pasangan pondasi batu kali. Adukan hanya dimaksudkan sebagai perekat, sedangkan rongga-rongga harus diisi dengan batu belah yang sesuai besarnya.

10.4. Untuk pekerjaan pondasi batu belah, harus dipasang batu belah dengan garis tengah terpanjang tidak lebih dari 30 cm. Batu berbentuk bulat, pipih porous (berlubang-lubang) tidak boleh dipakai. Mutu batu harus dari type basalt, masif dan keras.

10.5. Pemasangan stek besi kolom sedalam minimal 40 cm, dilakukan pada saat pemasangan pondasi batu, dicor dengan adukan beton 1PC : 2Ps : 3Kr.

Pasal 11

Pasangan Batu Bata

11.1. Pemasangan batu bata dilaksanakan pada semua dinding, rollaag, dan lain-lain tempat seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.

11.2. Pasangan bata melintang dengan adukan trasram atau biasa (rollaag) harus dipasang di bawah semua dinding, pasangan lain yang tidak berdiri diatas sloof beton, dan pada pasangan lain yang memerlukannya.

11.3. Pasangan bata tegak atau segmen harus dipasang di atas semua kusen, bilamana di atas kusen tersebut masih ada dinding bata setinggi lebih dari 30 cm, yang tidak disangga oleh latei beton. 11.4. Pasangan dinding harus tegak lurus dan rata sehingga pada pekerjaan selanjutnya dapat

diselesaikan dengan plesteran rata dan sama tebalnya. Apabila tidak tertera dalam gambar untuk setiap luas pasangan 9-12 m2 harus dipasang kolom / balok tulangan praktis. Di bawah semua kusen dipasang balok lintel beton ukuran 10 x 10 cm.

11.5. Pada sambungan antara beton dan pasangan bata dipasang angker horisontal setiap 1 meter, dan harus dicor beton untuk pengikatnya, dengan campuran 1Pc :3 Ps : 5Kr.

(5)

11.7. Ketidak-sikuan dinding akan menyulitkan pemasangan ubin dan langit-langit, dan menunjukkan ketidak-ahlian pelaksana. Pembongkaran kembali pasangan dinding akibat kekurang-ahlian pelaksana menjadi tanggung jawab pemborong.

11.8. Bata yang dipakai adalah batu bata biasa dari tanah liat produksi setempat, kwalitas terbaik, dengan ukuran tidak jauh menyimpang dari 5 x 11 x 22 cm. Hendaknya jangan memakai bata dengan ketebalan kurang dari 5 cm, dan batu bata yang dipakai harus matang dalam pembakarannya, berbentuk dan permukaan rata dan tanpa cacat. Bata sebelum dipasang, direndam dahulu hingga jenuh air, bata yang patah separuh hanya boleh dipasang untuk tepi atau bagian yang memerlukan ukuran pendek, dan bata yang patah, kurang dari separuh, tidak boleh dipergunakan.

Pasal 12

Pekerjaan Adukan

12.1. Adukan trasram dengan campuran 1PC:3Ps dipasang pada :

- dari permukaan sloof sampai 20 cm di atas lantai ruangan, dan 160 cm di atas lantai KM/WC. - rollaag bata dan lapis terakhir pasangan bata yang tidak terlindung ringbalk / balok.

- pasangan lainnya sesuai dengan gambar.

12.2. Pasangan batu bata lainnya memakai adukan 1PC: 5 Ps

12.3. Mencampur bahan-bahan adukan harus benar-benar merata dikerjakan dalam keadaan kering, kemudian diairi sampai merata dan konsisten. Untuk jumlah adukan yang banyak diharuskan memakai adukan dengan mesin pengaduk beton (beton molen).

12.4. Adukan yang lebih lama dari 2 jam atau sudah mengeras tidak boleh dipakai karena daya lekatnya sudah berkurang.

Pasal 13

Pekerjaan Plesteran

13.1. Komposisi campuran bahan-bahan plesteran dan syarat-syaratnya sama dengan untuk bahan adukan.

13.2. Plesteran trasram diterapkan pada pasangan trasram dan beton, sedang plesteran biasa diterapkan pada semua pasangan batu bata.

13.3. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, pasangan harus dibasahi dahulu, dan siar-nya harus dikorek dahulu sedalam 1 cm. Pelaksana harus memberi perhatian penuh terhadap kesempurnaan pekerjaan ini. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata, tidak melekat, miring, retak dan cacat, harus diulangi, dan pada sudut-sudut pertemuan bidang, alur atau tali air dan lainnya yang tidak siku atau tidak lurus harus diulangi, diperbaiki sampai memuaskan Konsultan dan seluruh biaya perbaikan ini menjadi tanggung jawab Pemborong.

13.4. Semua plesteran diratakan dengan acian, diplamur dan digosok amplas hingga halus sebelum dicat tembok, kecuali pada dinding bagian luar tidak perlu diplamur, setelah diaci halus langsung dicat dengan cat tembok.

13.5. Pasir untuk pekerjaan plesteran harus disaring hingga cukup halus, dan memenuhi syarat untuk plesteran.

(6)

Pasal 14

Pekerjaan Ubin Keramik

14.1. Ubin yang dipakai adalah ubin keramik polos ukuran 30x30 cm untuk ruangan dalam, dan Selasar semuanya kualitas baik produksi dalam negeri. Contoh-contoh ubin keramik yang dipakai harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dilakukan pemasangan.

14.2. Pemotongan ubin keramik harus dengan keahlian dan diusahakan dilakukan hanya pada satu sisi. Pada pemasangan khusus, seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempurna mungkin.

14.3. Untuk pedoman pemasangan ubin harus dibuat ubin kepala yang berfungsi sebagai pedoman untuk pemasangan ubin selanjutnya, semua pasangan ubin harus waterpas, Sebelum pemasangan ubin keramik harus dibuat dahulu lapisan lantai kerja / lapisan perata, dari adukan 1 Pc : 5 Ps. Setelah lapisan tersebut mengering, baru dipasang ubin keramik diatasnya dengan campuran adukan 1 PC : 3 PS.

14.4. Ubin keramik harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang keramik yang terpasang tetap lurus dan rata. Ubin keramik yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti.

14.5. Sambungan atau celah-celah antara ubin keramik harus lurus, rata dan seragam, saling tegak lurus. Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.

14.6. Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar dengan campuran semen PC, atau semen yang sesuai dengan warna ubinnya. Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

14.7. Sebelum penyerahan pertama, semua lantai ubin harus dibersihkan hingga mengkilat, licin dan bersih.

Pasal 15

Persyaratan Bahan - bahan Adukan dan Beton

15.1. Semen portland

Semen yang dimaksud adalah semen PC merk “Tiga Roda“, ex Cibinong atau sekwalitas, dan

harus sampai di tempat kerja dalam keadaan baik terbungkus dalam kantong asli dari pabrik. Semen yang telah rusak, membatu tidak boleh dipakai dan harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan.

(7)

15.2. Air Kerja

Air sebagai bahan campuran beton maupun adukan harus bersih, tidak mengandung asam, garam, alkali, atau bahan organik dan zat-zat lainnya yang bisa menurunkan kekuatan struktur . 15.3. Pasir

Pasir harus bebas dari bahan-bahan organik, garam, asam, kapur, tanah serta kotoran-kotoran lainnya . Pasir laut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan ini. Pasir untuk adukan pasangan, plesteran, ataupun beton harus keras, tajam dan tidak mengandung kadar lumpur lebih dari 5 %. Untuk plesteran atau adukan pasangan, pasir harus melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.

Pasal 16

Pekerjaan Beton

16.1. Untuk struktur beton bangunan dipakai beton dengan kekuatan karakteristik yang disyaratkan sebesar 175 kg/cm2 (K-175 ) sesuai petunjuk pada Perincian Anggaran Biaya. Pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian mutu beton (berbentuk test kubus beton) dari laboratorium yang sah kepada Konsultan Pengawas, khususnya untuk campuran beton pada bagian struktur utama. Ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan pencampuran beton, perawatan beton dan lain-lainnya mengenai pekerjaan beton mengikuti ketentuan-ketentuan dalam ayat-ayat pasal ini. 16.2. Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan pada semua beton struktur dan beton lainnya, dengan

ukuran dan bentuk sesuai dengan gambar rencana.

16.3. Pekerjaan beton bertulang harus mengikuti persyaratan dalam : 1. Peraturan bahan beton bertulang :

- PUBB NI - 3, 1970, NI-8, 1964 - PBI 1971, terutama :

- Syarat bahan - bahan untuk semua pekerjaan beton, PBI 1971, NI - 2, Bagian I Bab 3, pasal 3-1 s/d 3-9

- Syarat bahan- bahan untuk semua pekerjaan beton, PBI 1971, NI -2, Bagian 3, Bab 3,4,5, dan 6.

- Syarat pekerjaan tulangan , PBI 1971, NI-2 , Bab 8, Pasal 8-1 s/d 8-17 - Kwalitas baja tulangan , U- 24, PBI 1971, NI -2.

2. Semen

Semen harus dari jenis portland cement, sesuai dengan persyaratan ASTM C- 150, type 1, atau sejenis, atau sesuai dengan pasal 15. 1.

3. Air

Air sesuai dengan pasal 15.2. 4. Pasir beton

Pasir beton harus bersih, dan tersusun dalam gradasi yang baik, bebas dari bahan-bahan organik, garam, lumpur, tanah, serta kotoran-kotoran lain, sesuai dengan tanah, serta kotoran-kotoran lain, sesuai dengan persyaratan PBI 1971 . Jumlah butir yang lebih kecil dari 0,63 mm, tidak boleh melebihi dari 5% dari jumlah total.

5. Kerikil / Batu pecah .

Kerikil harus bersih, keras, tersusun dalam gradasi yang baik, bebas dari bahan-bahan organik, lumpur serta kotoran-kotoran lain sesuai dengan persyaratan PBI 1971.

(8)

3Kr. Kekentalan beton ditentukan dengan tinggi percobaan slump, yang harus terletak diantara 7-10 cm.

16.5. Campuran harus diadukan dengan mesin pengaduk (beton molen), dengan kecepatan putaran antara 14-20 putaran permenit. Waktu pengadukan tidak boleh kurang dari 2 menit, dihitung dari semua bahan termasuk air dimasukkan ke dalam mesin. Mengaduk dengan tenaga manusia sama sekali tidak diperbolehkan.

16.6. Sebelum dan sesudah dipakai, mesin pengaduk harus bersih untuk pemakaian berikutnya tidak boleh ada sisa adukan yang tertinggal.

16.7. Pengecoran beton

1. Selambat-selambatnya dalam waktu 2 x 24 jam sebelum tanggal pengecoran dilaksanakan, Konsultan harus diberi tahu. Hanya atas persetujuan Konsultan Pengawas (tertulis), pengecoran boleh dilaksanakan .

2. Sebelum saat pengecoran, harus dilakukan penelitian lagi, baik mengenai peralatan, jarak tulangan dengan bekisting / acuan, dimensi tulangan, kekokohan, dan lurus atau tidaknya acuan.

3. Mengecor beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1,5 m dari lapisan sebelumnya. Adukan harus dirojok dan digetarkan dengan mesin penggetar, terutama pada setiap sudut cetakan, sehingga menghasilkan permukaan beton yang mulus, tidak keropok, dan berbekas gelembung udara, maupun cacat lain yang berarti.

4. Menutup keropok dengan kamprotan akibat tidak sempurnanya cara pengecoran yang tidak memenuhi syarat kekuatan harus segera dibongkar, dan diulangi atas resiko pemborong. 5. Melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras dilaksanakan dengan jalan

mengkasar dan membersihkan permukaan beton lama, kemudian disiram dengan cairan semen.

16.8. Pekerjaan beton biasa memakai campuran 1 PC : 3 PC : 5 KR dilaksanakan pada neut di bawah kosen-kosen pintu, dan pengisian celah-celah pada angker. Penyelesaian pada neut-neut tiang kusen dihaluskan dengan acian beton.

16.9. Untuk pekerjaan beton yang terletak di atas tanah seperti pondasi dan sloof di bagian bawahnya dipasang lapisan urugan pasir setebal 10 cm dan lapisan lantai kerja campuran 1Pc : 5Ps setebal 5 cm.

Pasal 17

Pekerjaan Acuan

17.1. Untuk acuan balok dan kolom beton, dapat dipakai papan kayu kelas III yang lurus dengan tebal minimal 2 cm, dan telah kering, sehingga tidak akan berubah selama dan sesudah pengecoran dilaksanakan. Apabila memungkinkan dapat dipakai acuan dari multipleks 9 mm, yang diperkuat dengan rusuk-rusuk kayu, agar mutu hasil cetakan lebih terjamin kerapihannya. 17.2. Hendaknya dipakai papan dengan panjang minimum 2 m guna menjamin kelurusan beton yang

dicetak. Ukuran yang lebih pendek hanya boleh dipakai apabila ternyata diperlukan ukuran kurang dari 2 meter.

(9)

17.4. Pemasangan acuan harus dilakukan dengan penuh ketelitian baik mengenai ukuran, tegak dan lurusnya, terutama untuk kolom-kolom, hasil pengecoran harus mempunyai bentuk tegak lurus, tidak bengkok-bengkok dan patah pada sambungan acuan atupun miring.

17.5. Acuan harus terpasang demikian kuatnya, sehingga sanggup menahan getaran-getaran vibrator, beban beton, dan kejutan-kejutan lain tanpa berubah bentuk.

17.6. Beberapa saat sebelum dilakukan pengecoran beton, acuan harus disiram / dibasahi air, untuk merapatkan sambungan-sambungan. Celah-celah yang memungkinkan air semen keluar, harus di sumbat dengan kertas bekas pembungkus semen.

17.7. Acuan boleh dibuka setelah beton mengalami pengerasan sesuai dengan persyaratan PBI 1971. 17.8. Setelah acuan dibuka, Pemborong tidak boleh mengadakan perubahan apapun pada permukaan

beton, tanpa ijin konsultan pengawas secara tertulis.

Pasal 18

Pekerjaan Baja Tulangan

18.1. Baja untuk tulangan pondasi, kolom, dan balok adalah dari jenis U-24 sesuai dengan persyaratan PBI 1971.

18.2. Ukuran-ukuran tulangan harus sesuai dengan yang tertera dalam gambar, penggantian dengan diameter lain hanya diperkenankan dengan persetujuan tertulis dari Konsultan, dan jumlah luas penampang baja serta mutunya, harus tetap sama dengan perencanaan/perhitungan. Toleransi ukuran diameter baja tulangan mengacu kepada Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBI-1982), dan telah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana.

18.3. Apabila ada keraguan mengenai mutu baja, Pemborong harus dapat menunjukkan sertifikat atau hasil uji kekuatan baja dari laboratorium yang disetujui Konsultan Pengawas, yang menyatakan bahwa kekuatan baja sesuai dengan yang disyaratkan.

18.4. Baja tulangan yang dipakai harus bersih dari karat, lemak, atau bahan lain yang mengurangi daya lekat tulangan terhadap beton.

18.5. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran, tidak berubah tempat. Penahan jarak / spacers berbentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang untuk menjaga ketebalan selimut beton, harus dipasang minimum 4 buah setiap 2 m2cetakan.

Pasal 19

Pekerjaan Kayu

19.1. Persyaratan umum

1. Kayu yang akan dipakai harus dalam keadaan kering

2. Harus dipakai kayu yang mulus, tidak mempunyai mata kayu, tidak cacat, dan lurus. Selama dalam pelaksanaan pekerjaan, mutu kayu harus tetap dijaga dengan menyimpan di tempat yang kering, terlindung dari hujan dan panas.

3. Semua pekerjaan kayu yang terlihat dan sisi bawah rangka langit-langit harus diserut rata dan halus, juga tempat-tempat kayu yang akan dicat harus benar- benar rata, sehingga didapatkan hasil yang baik dan memuaskan.

4. Semua pekerjaan sambungan -sambungan untuk konstruksi sesuai dengan peraturan yang berlaku (PPKI 1961,NI-5).

(10)

1. Untuk semua kosen-kosen pintu, jendela, jendela ventilasi, dan lisplank, sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya.

2. Rangka daun pintu dan daun jendela, sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya.

3. Untuk semua pekerjaan lain sesuai dengan yang tertera dalam gambar, dan sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya .

19.3. Kayu kamper medan / kruing.

Digunakan untuk kuda- kuda, gording, balok bubung, papan ruiter

19.4. Kayu Borneo ( kayu klas II)

Digunakan untuk rangka atap, rangka langit-langit, dan hal-hal lainnya sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan bill of quantity.

19.5. Kayu Lapis ( Multipleks, teakwood, dsb. )

Digunakan untuk lapisan / panel pintu, dan lain-lain sesuai dengan yang tertera dalam gambar.

Pasal 20

Pekerjaan Kosen , Pintu, Jendela, dan Ventilasi

20.1. Pada pekerjaan kosen, tidak boleh digunakan kayu campuran, semua kosen harus terdiri dari satu macam kayu yang sama, yaitu kayu kamper atau jenis kayu lain dengan kualitas sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity.

20.2. Dalam mengerjakan kosen, pelaksana harus benar-benar memperhatikan gambar detail, profil-profil, sponing, pemasangan kaca jendela dan ukuran lisnya.

20.3. Pekerjaan penghalusan harus benar-benar rata/licin untuk bisa menerima pengecatan tanpa banyak ditambal atau didempul.

20.4. Kosen harus dipasang dengan pengukuran dari segala sudut dengan teliti, mengenai ketegakkannya, kelurusannya, dan kerataannya.

20.5. Rangka pintu harus diperiksa kerataannya, melengkung tidaknya, sebelum panel multiplek dipasang . Untuk rangka pintu dipakai kayu minimal ukuran jadi 3,5 /12 cm untuk bagian atas, pinggir dan tengah, untuk bagian bawah dipakai ukuran 3,5 / 14 cm, atau sesuai dengan ukuran dalam gambar rencana.

(11)

Pasal 21

Pekerjaan Atap

21.1. PEKERJAAN BAHAN PENUTUP ATAP

Teknik Pemasangan Atap Sirap

Atap sirap adalah atap yang berbahan kayu besi (atau disebut juga kayu ulin). Kayu ini sangat kuat dan awet sampai puluhan tahun. Kesan alami bangunan dapat ditampilkan dengan menggunakan bahan atap sirap ini. Di Indonesia kayu ini banyak ditemukan di Kalimantan. Atap sirap banyak dipasang untuk gazebo, villa, rumah tinggal, resort, hotel, restoran, dan gedung instansi pemerintah maupun swasta. Untuk menggunakannya sebagai bahan atap, kayu besi dipotong-potong tipis (sekitar 4–5 mm). Kemudian kayu tersebut dipasang dengan cara seperti memasang genteng tanah, yaitu dipasang bagian bawahnya terlebih dulu, kemudian ditumpuk dengan yang di atasnya. Itu adalah cara pemasangan yang sederhana. Berikut ini beberapa detail tentang pemasangan atap sirap.

1. Untuk menjaga agar tidak renggang, sebelum dipasang, bilah-bilah kayu besi bahan atap sirap dipotong agar rapid an benar-benar presisi.

2. Khusus untuk atap sirap expose, bilah kayu besinya harus benar-benar rapi dan rapat. Ini dikarenakan pada bangunan yang tidak memakai plafon, sirap pada lapisan paling bawah biasanya terlihat.

3. Seperti yang telah disebutkan, bilah-bilah kayu sirap dipasang seperti memasang genteng. Agar tidak melorot, bilah-bilah ini perlu dipaku. Karena jumlah bilah ini mencapai angka ribuan, gunakanlah pistol paku untuk memasang paku. Pistol paku bekerja menembakkan paku dengan tenaga angin dari

kompresor, sehingga pekerjaan jadi lebih cepat. Sebisa mungkin proses ini juga dikerjakan secara bersamaan oleh sejumlah tukang.

Pasal 22

Pekerjaan Langit - Langit

22.1. Untuk bahan penutup langit-langit dipakai plat serat semen ukuran 1 x 1 meter dengan ketebalan minimal 4 mm, kualitas baik setara Triple Five. Rangka langit-langit memakai kayu ukuran 5/10 cm untuk rangka induknya, dan kaso ukuran 5/7 cm untuk rangka pembaginya, berbentuk persegi ukuran maksimal 50 x 100 cm.

22.2. Rangka langit-langit digantung dan diperkaku dengan kaso-kaso ukuran 5/7 cm. Penggantung rangka langit- langit ditempatkan pada setiap sudut rangka induk 5/10 atau atas petunjuk dari Konsultan Pengawas.

22.3. Sebelum langit-langit dipasang, terlebih dahulu harus diteliti apakah rangkanya sudah dipasang dengan baik, rata dan terpaku kuat pada tempatnya sesuai dengan garis sambungan langit-langit. 22.4. Diminta perhatian Pelaksana / Pemborong untuk meneliti gambar dan gambar detail rencana

langit-langit sehingga tidak terjadi kesalahan yang tidak diharapkan dalam pelaksanaan.

22.5. Kesalahan memasang sehingga merusak keindahan yang diinginkan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong, apabila pekerjaan ini harus diulang / diganti atas perintah dari Konsultan Pengawas.

22.6. Potongan plat serat semen harus mempunyai ukuran sama, bidang permukaan rata, tidak berombak, melenting ataupun cacat, pinggir bidang harus lurus, tajam dan siku - siku pada sudutnya.

(12)

Pasal 23

Pekerjaan Kaca

23.1. Kaca yang dipakai kaca bening / polos tebal 3 mm dan 5 mm, dengan ukuran dan jenis sesuai dengan gambar.

23.2. Semua pekerjaan kaca harus tepat masuk ke dalam rangkanya, diberi lis kayu, didempul rapih sesuai dengan penyelesaian cat yang akan dipakai.

23.3. Pendempulan harus dilakukan dengan sempurna sepanjang lisnya, sehingga kaca tidak bersuara dalam menerima getaran.

23.4. Pada penyerahan pertama pekerjaan semua kaca harus dibersihkan dengan alat pembersih kaca yang disetujui Konsultan Pengawas.

Pasal 24

Pekerjaan Penggantung, Kunci dan Besi

24.1. Pada kosen pintu harus dipasang angker 3 buah pada setiap sisinya dari besi diameter 10 mm. 24.2. Pada neut kosen pintu harus dipasang stek / dook besi diameter 10 mm, dan tidak boleh

memakai paku.

24.3. Tiap daun pintu harus diberi engsel 3 buah, sedangkan untuk daun jendela 2 buah. Jenis engsel pintu adalah engsel yang pennya tidak dapat dicabut, atau engsel jenis Patron, atau engsel type H. Untuk daun jendela memakai engsel kupu-kupu yang tidak dapat dicabut pennya.

24.4. Kunci tanam untuk pintu memakai kunci tanam 2 slag, sekualitas SES, bentuk standar.

24.5. Daun jendela dilengkapi dengan kait angin (jenis kawat) dan sebuah kunci selot pada setiap daunnya. Kecuali disebutkan lain dalam gambar, daun jendela membuka ke samping (engsel dipasang pada sisi samping).

24.6. Pemasangan alat penggantung harus rapi dan benar, sehingga pintu / jendela dapat ditutup/ dibuka dengan mudah .

24.7. Pemborong wajib menyerahkan contoh alat penggantung dan kunci untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal 25

Pekerjaan Pengecatan

25.1. Cat Kayu

1. Meni kayu harus dilakukan pada semua bagian kayu yang akan dicat, yang menempel pada dinding, dan pada sambungan kayu.

(13)

3. Pendempulan dilakukan setelah meni kering, dan seluruh permukaan kayu diplamur dan diampelas halus, sehingga hasil memuaskan.

4. Pengecatan terakhir dilakukan setelah pekerjaan sebelumnya telah benar-benar kering, dan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

5. Pengecatan harus dilakukan lapis demi lapis dengan cat yang tidak terlalu kental, pada waktu udara kering setiap lapisan harus menunggu lapis sebelumnya benar-benar kering, sehingga tidak terjadi pecah-pecah di kemudian hari.

6. Tidak dibenarkan mengecat pada waktu hujan, atau pada malam hari. Cat yang tidak rata, pecah - pecah harus diulangi hingga memuaskan.

7. Cat yang digunakan adalah sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity. 25.2. Solignum

1. Dilakukan pada seluruh konstruksi atap dari kayu, dan pekerjaan ini dilakukan di bawah sebelum konstruksi atap dipasangkan.

2. Pelaburan solignum dilakukan minimal 2 ( dua ) kali. 25.3. Cat Logam

1. Meni besi dilakukan pada semua pekerjaan besi dan seng yang akan dicat dan yang terkena air.

2. Cat yang digunakan adalah sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity. 25.4. Cat Dinding

1. Dinding dan langit-langit yang tidak tertutup bahan lain harus dicat dengan cat tembok sesuai yang tercantum dalam Bill of Quantity.

2. Sebelum dicat, semua dinding/langit-langit diplamur dan diampelas, sehingga halus, licin dan rata.

3. Pengecatan dilakukan lapis demi lapis, minimal 3 lapis sampai mendapatkan hasil pengecatan yang rata.

4. Pada waktu penyerahan pekerjaan pertama kalinya, seluruh dinding, dan langit - langit yang dicat tembok, harus dicat secara merata, bersih, dan rapih.

Pasal 26

Saluran Pembuangan Air Hujan

28.1. Saluran air hujan terdiri dari saluran terbuka keliling bangunan sampai ke saluran yang terdekat yang ada di kompleks dan terbuat dari grefel beton 1/2 dia. 20 cm dengan pinggir pasangan bata diplester sesuai dengan gambar rencana .

(14)

Pasal 27

Pekerjaan Instalasi Listrik

29.1. Pemasangan instalasi listrik harus dilakukan oleh instalatur yang ahli, dan mendapat pengesahan dari PLN daerah setempat secara tertulis, dan disetujui Konsultan Pengawas. Meskipun demikian Pemborong tetap bertanggung jawab penuh atas kesempurnaan pekerjaan.

29.2. Yang termasuk pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan seluruh instalasi listrik lengkap didalam bangunan termasuk stopkontak, saklar, armatur penerangan / lampu, dan panil penerangan .

29.3. Gambar instalansi yang diberikan adalah petunjuk secara umum mengenai tata letak dari semua peralatan listrik. Instalatur harus mengikuti dan membuat gambar-gambar perubahan yang mungkin ada. Pada akhir perkerjaan Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar yang sesungguhnya dilakukan ( as built - drawings )

29.4. Jaringan yang dipakai adalah kabel listrik jenis NYA dan NYM, yang telah diakui dan memenuhi persyaratan PLN, dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan besarnya daya pemakaian, ukuran sesuai dengan gambar, sekwalitas Prima atau Jumbo.

29.5. Semua alat- alat perlengkapan instalasi harus dari kwalitas yang baik. Saklar dan stopkontak sekwalitas Broco, MCB dan perlengkapan dalam panel sekwalitas BBC. Semua lampu pijar sekualitas Tungsram. Lampu TL memakai ballast sekwalitas Sinar, lampu dan peralatannya lainnya sekwalitas NEC atau Chiyoda.

29.6. Semua instalasi dikerjakan sampai titik lampu, ditambah dengan perlengkapan yang dinyatakan dalam Rencana Volume Pekerjaan, serta peralatan pembantu.

Semua saluran tarikan kabel ke bawah memakai pipa PVC dan harus ditanam ke dalam dinding, sedangkan jika terpaksa kelihatan, harus dicat sesuai dengan warna bidang di mana pipa itu berada.

29.7. Semua pembongkaran akibat ditolaknya pekerjaan oleh PLN atau Konsultan pengawas, sepenuhnya adalah tanggung jawab Pemborong.

Pasal 28

Penyelesaian Pekerjaan

31.1. Sebelum penyerahan pertama yang direncanakan, pemborong harus meneliti bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus segera memperbaikinya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

(15)

31.3. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan harus sudah dibersihkan, lantai dan lantai sudah bersih dan mengkilat. Halaman dalam dan luar sudah selesai digarap sekitar lokasi bangunan telah dibersihkan dari segala macam sampah dan kotoran lainnya.

31.4. Pemborong harus menyelesaikan pekerjaan ini seluruhnya dengan baik, sehingga memuaskan, dan dapat dipakai oleh pemakai bangunan tanpa harus melakukan perbaikan kembali.

31.5. Meskipun telah ada Konsultan Pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan-ketentuan bestek dan gambar tetap menjadi tanggung jawab Pemborong, kecuali ada bukti tertulis bahwa penyimpangan tersebut atas perintah Pemberi Tugas.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pasang Plafond Gypsum 9 mm, berikut rangka, Kayu Borneo Super 68.250

Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Permukiman dan Perumahan Kota Cimahi akan menyelenggarakan uji

Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam kerja dan syarat-syarat ini adalah semua item pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan Pemeliharaan rutin/berkala Kantor Bupati Ende,

Daun Bouvenlight diatas pintu kayu kamper samarinda m2 7.20. Hand Railing selasar Pipa Galvanized

Daun Bouvenlight diatas pintu kayu kamper samarinda m2 0.84e. Kaca polos bouvenlight 5 mm m2

satuan pekerjaan maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan volume pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan harga satuan tidak boleh

Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh yang Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh yang

Semua pekerjaan yang terlihat / tercantum dalam gambar atau spesifikasi, harus dipasang menurut tata cara yang sebenarnya, sehingga dicapai suatu kerja sama yang baik dengan kondisi