1
BAB 1
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
1.1. PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN BATU BATA
A. Lingkup Pekerjaan Dinding
i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
ii) Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan
dan seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam Gambar dan
sesuai petunjuk Pemimpin Proyek.
B. Persyaratan Bahan
i) Batu bata yang dipasang adalah dari batu bata besar press berukuran
21x10,5x4,5cm dengan mutu terbaik, dan yang disetujui Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas.
ii) Syarat-syarat batu bata harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam NI-
10.
iii) Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-8 dan PUBI
1982 pasal 1 serta SII 0013-81.
iv) Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal
14 ayat 2.
v) Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung
lumpur/minyak/asam-basa serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.
C. Syarat-syarat Pelaksanaan
i) Seluruh dinding dari pasangan batu bata dengan aduk campuran 1 PC:
5 pasir pasang.
ii) Sebelum digunakan batu bata harus direndam air dalam bak atau drum
2
iii) Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikeruk
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering
permukaan pasangan disiram air.
iv) Dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar dibersihkan.
v) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap
maksimum 24 lapis perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis.
vi) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua.
vii) Pasangan batu bata bawah permukaan tanah/lantai harus diisi dengan
adukan 1 PC : 3 pasir.
D. Lingkup Pekerjaan Plesteran
i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
ii) Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata bagian
dalam dan bagian luar bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan
dalam Gambar.
E. Persyaratan Bahan
i) Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih
dan bebas dari segala macam kotoran, harus bersih dan melalui ayakan #
1,6 - 2,0 mm.
ii) Finishing plesteran menggunakan cat sesuai Gambar.
F. Syarat-syarat Pelaksanaan
i) Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 PC : 5
pasir, kecuali pada dinding batu bata/rapat air.
ii) Pada dinding beton diplester dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir.
iii) Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata
3
iv) Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas di atas tetapi
dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian
ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan disetujui Pemimpin Proyek.
v) Semen Portland yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan
type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.
vi) Bahan harus disimpan ditempat yang kering, berventilasi baik,
terlindung, bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup
menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan jenisnya
seperti yang disyaratkan dari pabrik.
vii) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site
yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk
dimulainya pekerjaan.
viii) Bila ada kelainan dalam hal apapun antara Gambar, Spesifikasi dan
lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas. Kontraktor tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan ditempat tersebut sebelum kelainan/perbedaan
diselesaikan.
ix) Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 15 cm
atau sesuai yang ditunjukkan dalam detail Gambar.
x) Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain (kusen dan lain
sebagainya), dibuat naat (tali air) lebar minimal 7 mm dalam 5 mm,
kecuali bila ditentukan lain.
xi) Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dikerjakan sesudah
plesteran berumur 8 hari (kering betul). Sehingga siap untuk dicat atau
waterprofing.
xii) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran
4 langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air
secara cepat.
xiii) Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada
kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi),
atas biaya Kontraktor selama kerusakan bukan disebabkan oleh
tindakan Pemilik Proyek
1.2. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
A. Lingkup Pekerjaan
i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
ii) Meliputi pekerjaan beton praktis (sloof, kolom, ring balok) serta seluruh
detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam Gambar.
B. Persyaratan Bahan
i) Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis
merk dan atas persetujuan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan
ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
ii) Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi
butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
iii) Koral Beton/Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
5 Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu
dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
iv) Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lainnya yang dapat
merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang
perlu Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
v) Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan
bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan sebagainya.
Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat-syarat PBI 1971.
Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi
beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.
vi) Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
- Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961; NI-5.
- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
- American Society for Testing and Material (A.S.T.M).
- American Concrete Institute (A.C.I).
C. Syarat-syarat Pelaksanaan
i) Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan gambar dan harus
6
ii) Pembesian
-Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum
pada PBI-1971.
-Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar konstruksi.
-Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut
tidak berubah tempat selama pengecoran dana harus bebas dari papan
acuan dengan memasang beton decking sesuai dengan ketentuan dalam
PBI-19771.
-Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas.
iii) Cara Pengadukan
- Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
- Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dan tercapai mutu
pekerjaan seperti yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat.
- Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump,
minimum 3 cm dan maksimum 10 cm.
iv) Pengecoran Beton
- Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas.
- Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dan harus
dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang
7
- Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas.
v) Pekerjaan Acuan/Bekisting
- Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan/diperlukan dalam Gambar. Dari papan jenis kayu yang
memenuhi persyaratan dalam NI-2 pasal 5.1.
- Acuan harus dipasang sedemikian trupa dengan perkuatan-perkuatan
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada
kedudukan selama pengecoran.
- Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari
kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan
sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar
tanpa merusak permukaan beton.
- Tiang-tiang acuan harus diatas papan atau baja untuk memudahkan
pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari
satu. Tiang-tiang dari dolken diamater : 8-10 cm atau kaso 5/7 cm.
- Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang
papan/balok secara cross.
- Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat
yang dicantumkan dalam PBI-1971.
- Kayu yang dipakai adalah papan/multiplex dengan tebal 2.5 cm.
- Penggunaan Bekisting "Formwork" harus sesuai dengan
petunjuk/spesifikasi pabrik.
vi) Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat- syarat yang ditentukan
8
vii) Pekerjaan pembongkaran Acuan/Bekisting hanya boleh dilaksanakan
dengan ijin tertulis dari Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas setelah
bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada
permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas.
viii) Pelaksana/Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan
pekerjaannya sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai).
ix) Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada
uraian dan syarat-syarat apapun yang tercantum dalam Gambar-gambar
atau peraturan yang berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.
x) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan
contoh-contoh material : besi, koral, pasir, PC untuk mendapat persetujuan dari
Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melakukan
pengujian atas besi/kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk
kemudian.
xi) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan
mengambil benda uji berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai
dengan syarat-syarat/ketentuan dalam PBI-1971. Pembuatannya harus
disaksikan oleh Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dan diperiksa di
laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas, Jumlah dan Frekwensi pembuatan kubus
serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan PBI-1971.
Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x
24 jam setelah pengecoran.
Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain.
Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan
9 Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih
(sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971).
1.3. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING
1.4. PEKERJAAN PENGECATAN
A. Pekerjaan Cat
a) Lingkup Pekerjaan
i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik dan sempurna.
ii) Pengecatan emulsi dilakukan untuk finishing dinding pada bagian luar
dan dalam, serta pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan
dalam Gambar.
(b) Syarat-syarat Bahan
i) Semua bahan cat yang digunakan adalah : Cat setara dengan produk
ICI Paint.
Cat area luar / exterior :
- Primer : 1 lapis Dulux Alkali Resisting Primer, A 931-1050
interval 2 jam.
- Undercoat : 1 lapis Acrylic Wall Filler A 931-49001 interval 2 jam.
- Cat akhir : 2 lapis Dulux Weathershield A 918 setebal untuk 2 x 30
micron, interval 2 jam, semua lapisan exterior sehingga
dicapai permukaan yang merata dan sama tebal.
10 - Cat akhir : 3 lapis Pentalite Emulsion A 922 3 x 30 untuk micron,
dengan interval 2 jam, semua lapisan interior
sehingga dicapai permukaan yang merata dan sama
tebal.
ii) Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi
ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan
pada PUBI 1982 pasal 54 dan NI-4.
(c) Syarat-syarat Pelaksanaan
i) Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat
(retak, lubang dan pecah-pecah).
ii) Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan
pekerjaan pada bidang pengecatan.
iii) Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan
kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu
pengecatan.
iv) Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan
cat dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang
digunakan.
v) Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas serta pekerjaan instalasi di dalamnya
telah selesai dengan sempurna.
vi) Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus
menyerahkan/mengirimkan contoh bahan dari bebe rapa macam hasil
produk kepada Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas, selanjutnya
akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan digunakan, dan
akan menginstruksikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7
(tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.
vii) Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik
11 viii) Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk
pemeriksaan/penerimaan bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke
tempat pekerjaan.
ix) Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh
Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai/dilakukan,
serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan
oleh pabrik yang bersangkutan.
x) Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak
terdapat noda-noda pada permukaan penge catan. Harus dihindarkan
terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain.
xi) Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam
pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan
pekerjaan.
xii)Bila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan,
Kontraktor harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama
mutunya tanpa adanya tambahan biaya.
xiii)Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil /
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut,
12
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SIPIL
2.1. PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN
A. Peraturan Teknis
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan peraturan-peraturan seperti
tercantum dibawah ini:
a. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), DPMB.
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1991) dan/atau
c. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, (SKSNI
T-15-1991-03).
d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5/1961).
e. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983).
f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI-1983).
g. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTGIUG-1981).
h. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk
Rumah dan Gedung (SKBI 2362-1986) yang diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum,
i. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan
Kerja dan Kesehatan Kerja.
j. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung Negara
oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Dan Peraturan Lain Yang Lebih Baru, Yang Berhubungan Dengan Pembangunan
Gedung.
2. Jika ternyata pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini terdapat
kelainan/penyimpangan terhadap peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan
13
B. Pemakaian Umum
1. Kontraktor tetap bertanggungjawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar Kerja berikut
tambahan dan perubahannya.
2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam Rencana
Kerja dan Syarat serta Gambar Kerja dalam pelaksanaan.
Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas
atau Direksi.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal
apapun menjadi tanggungjawab Kontraktor, karenanya Kontraktor diwajibkan
mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan
dokumen yang ada.
C. Kondisi Lapangan
1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar-benar memahami
kondisi/keadaan lapangan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan
segala akibatnya.
2. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi
selama pekerjaan berlangsung.
3. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS
dan agenda-agenda dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi
14
D. Kebersihan Dan Ketertiban
1. Selama berlangsungnya pembangunan, gudang dan bagian dalam bangunan
yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas,
tumpukan tanah dan lain-lain.
2. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Konsultan Pengawas atau Direksi
memberi perintah menghentikan seluruh pekerjaan dan Kontraktor harus
menanggung seluruh akibatnya.
3. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang
berada di alam bebas, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan
jalannya pemeriksaan serta penelitian bahan-bahan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi maupun oleh Pemberi Tugas.
E. Pemeriksaaan Dan Penyediaan Bahan Dan Barang
1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu material,
maka hal ini dimaksudkan bahwa spesifikasi teknis dari material tersebut yang
digunakan dalam perencanaan dan untuk menunjukkan material/bahan yang
digunakan dan untuk mempermudah Kontraktor mencari material tersebut.
2. Setiap penggantian spesifikasi teknis dari material, nama dan pabrik pembuat
dari suatu bahan/barang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas yang telah
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana dan bila tidak
ditentukan dalam RKS serta Gambar Kerja, maka bahan dan barang tersebut
diusahakan dan disediakan oleh Kontraktor yang harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Perencana melalui Konsultan Pengawas dan
Pengelola Teknis Proyek.
3. Contoh material yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Kontraktor, setelah disetujui Konsultan
Pengawas/Direksi, harus dinilai bahwa material tersebut yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti dan telah memenuhi syarat spesifikasi
15 4. Contoh material tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas, Pengelola
Teknis Proyek atau Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila
ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitas, sifat maupun
spesifikasi teknisnya.
5. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor harus sudah memasukkan
sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai material. Tanpa mengingat
jumlah tersebut, Kontraktor tetap bertanggung jawab pula atas biaya
pengujian material yang tidak memenuhi syarat atas Perintah Pemberi
16
F. Perbedaan Dalam Dokumen Lampiran Kontrak
1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan
Syarat ini, maka Kontraktor harus menanyakannya secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas dan Kontraktor harus mentaati keputusan tersebut.
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah
yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada
ukuran skala dari gambar-gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil
dari pekerjaan yang sudah selesai.
3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau Dokumen
yang berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk
menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya.
Kalau terjadi hal ini, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai biaya yang tinggi.
G. Gambar Kerja (Shop Drawing)
1. Jika terdapat kekurangjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan Kontraktor melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Kontraktor harus
membuat gambar tersebut. Gambar tersebut atas biaya Kontraktor dan harus
disetujui Konsultan Pengawas.
2. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh
Pemberi Tugas, dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari
Perencana dan Konsultan Pengawas.
3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas atau konsultan, yang jelas memperhatikan
perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.
4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui
17
H. Gambar Sesuai Pelaksanaan (As-Built Drawing)
1. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena
penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas atau Konsultan, maka
Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah
dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan
pekerjaan yang dilaksanakan.
2.2. PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Peralatan Kerja, Mobilisasi Dan Demobilisasi
1. Kontraktor harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja
dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan
lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutan.
2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran bilamana selama
berlangsungnya pekerjaan menggunakan alat-alat berat yang melalui jalanan
umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Konsultan Pengawas atau Pengelola Teknis Proyek berhak memerintahkan
untuk menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau
tidak memenuhi persyaratan.
4. Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
5. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada
ayat (1), Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja
pada kondisi apapun, seperti; perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan
atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya dan
memperhitungkan keperluan tersebut pada harga satuan yang sesuai dengan
pemakaian alatnya.
B. Pengukuran
1. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau
18 penyediaan "Bench Mark" atau "Line Offset Mark" pada masing-masing
lantai bangunan.
2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
C. Gudang Semen dan Alat
1. Kontraktor juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari
gangguan cuaca dan pencurian.
2. Penempatan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
D. Ijin-Ijin
Pembuatan ijin-ijin, yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
antara lain; Ijin Pengeringan, Ijin Pengambilan Material, Ijin Pembuangan, Ijin
Pengurugan, Ijin Trayek dan pemakaian jalan, Ijin Penggunaan Bangunan serta ijin-ijin
lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat, harus cepat
diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada Direksi.
E. Dokumentasi
1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan Dokumentasi serta
pengiriman-nya ke Kantor Pemimpin Proyek serta pihak-pihak lain yang
diperlukan.
2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :
- Laporan-laporan perkembangan proyek.
- Foto-foto proyek, berwarna minimal ukuran kartu pos dilengkapi dengan album.
19 3. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan proyek hendaknya dilakukan sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sesuai jenis-jesis
pekerjaan yang dilaksanakan.
F. Papan Bangunan/Titik Duga Nol
1. Setelah dilakukan pengecekan lapangan dan pengukuran, maka Kontraktor
harus membuat papan bangunan/Bouwplank dari kayu Borneo 3/30 dan patok
kayu 5/10 berjarak 1 m dari bibir galian.
2. Titik duga nol/peil dibuat permanen dari beton dan ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak tergusur oleh pekerjaan lain, dan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
3. Pembuatan butir ini harus menggunakan alat ukur waterpass/theodolite oleh
20
2.3. PEKERJAAN TANAH
A. Ketentuan Umum
1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, Kontraktor harus membersihkan daerah
yang akan dikerjakan dari sisa-sisa bangunan (pondasi, saluran, dan lain-lain),
akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang ada dalam
daerah kerja, kecuali ditentu-kan lain oleh Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan
yang sudah selesai dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati
untuk tidak mengganggu patok pengukur atau tanda-tanda yang lain.
3. Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus dijaga
akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggungjawab Kontraktor.
4. Kontraktor harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas, serta meminta ijin untuk
memulai pekerjaan.
5. Kontraktor harus minta ijin pada Instansi terkait apabila dalam penggalian harus
melakukan pemutusan kabel yang tertanam di dalam tanah, pipa-pipa
distribusi atau menemukan barang-barang purbakala di lokasi pekerjaan.
B. Lingkup Pekerjaan
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan tanah
sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian
dan peralatan pembantu.
2. Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan persiapan, pengupasan, penggalian pondasi
dan saluran, penggalian dan penimbunan (cut and fill) serta pemadatan untuk
21
C. Pekerjaan Penggalian
1. Semua galian harus mencapai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar
rencana, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas sehubungan dengan
keadaan lapangan dan peil tanah.
2. Lebar dasar galian untuk pondasi harus mempunyai lebar minimum 20 cm
lebih besar dari dasar pondasi dengan tebing galian yang cukup landai
sehingga tidak mudah longsor. Sedangkan untuk galian saluran kedalaman
dan kemiringan dasar saluran harus dibuat sesuai dengan EDS (Elevasi Dasar
Saluran).
3. Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau
tembok/pondasi, pipa-pipa yang tidak terpakai atau halangan-halangan lain
yang dijumpai pada saat penggalian harus dikeluarkan dan dibuang.
4. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang
masih berfungsi harus diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau
cacat. Apabila hal tersebut dijumpai, maka Kontraktor harus segera
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau PTP untuk mendapatkan
instruksi lebih lanjut, atau memintakan ijin untuk pemutusan sementara pada
instalasi yang berwenang/terkait.
5. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang-barang tersebut diatas, maka
Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau
pihak yang berwenang dan segera mengganti semua kerusakan-kerusakan
tersebut atas biaya sendiri.
6. Apabila penggalian dilakukan sampai di bawah level yang tercantum dalam
gambar rencana tanpa instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas, maka
bagian yang telah tergali tersebut harus diisi dengan adukan beton 1 pc : 3 ps :
6 krl dengan dasar pasir padat.
D. Penggalian Di Bawah Muka Air Tanah
1. Penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering.
Kontraktor bertanggungjawab untuk merencanakan sistem pemompaan air
22 2. Pemompaan dapat dilakukan dengan memompa sumur bor/sumur galian atau
cara lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan memenuhi
persyaratan- persyaratan berikut:
a. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh
setiap waktu untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi
kestabilan penggantian tanah.
b. Sistem yang digunakan tidak boleh mengakibatkan penaikan/penurunan
tanah (heaving) dasar galian secara berlebihan.
c. Harus menyediakan filter-filter secukupnya yang dipasang di sekeliling
sumur yang dipompa untuk mencegah kehilangan butir-butir tanah akibat
pemompaan.
d. Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak mengganggu penggalian
atau daerah sekitarnya.
e. Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detail dalam
menghadapi bahaya longsor pada pekerjaan dan daerah sekitarnya pada saat
hujan besar.
E. Pekerjaan Pengurugan Dan Pemadatan
1. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan pengisi yang akan digunakan
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bahan pengisi untuk daerah
perkerasan dapat diambil dari lapangan atau diluar lapangan merupakan tanah
laterit, tanah kapur atau tanah pasir yang bebas dari akar-akar pohon yang
besarnya lebih dari 1 cm dan mempunyai CBR lab. minimal 4 %.
2. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan secara lapis per lapis
dengan tebal hamparan maksimal 20 cm dan kemudian dipadatkan.
3. Penghamparan lapisan selanjutnya baru dapat dilaksanakan setelah pemadatan
lapisan bawah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
4. Sedangkan untuk pengurugan kembali galian pondasi, tebal hamparan
maksimal 20 cm, dan baru dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari
23 5. Lapisan tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 95% dari kepadatan
kering maksimum. Pemeriksaan kepadatan di lapangan harus dilaksanakan
untuk setiap hasil pemadatan seluas 100 m2 pada setiap lapis pemadatan.
6. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak diperkenankan
adanya genangan air diatas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan.
7. Kontraktor bertanggungjawab atas stabilitas timbunan tanah dan Kontraktor
harus mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian
Kontraktor atau akibat dari aliran air.
F. Pekerjaan Penyelesaian
1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan
daerah yang betul-betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.
2. Seluruh lapisan akhir (finish grade) harus benar-benar memenuhi peil yang
dinyatakan dalam gambar. Bila diakibatkan oleh penurunan, timbunan
memerlukan tambahan material yang tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas
timbunan tersebut harus digaruk sebelum material timbunan dihamparkan,
untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan
persyaratan teknis lainnya.
3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/
timbunan, seluruh puing-puing, reruntuhan dan sampah-sampah harus segera
dikeluarkan dari dalam lokasi.
4. Pembuangan puing-puing sampah ataupun tanah bekas harus ditempat
pembuangan (menurut ketentuan Perda setempat) dan tidak boleh membuang
sembarangan tanpa mengindahkan Peraturan Daerah dan masyarakat sekitar,
atau dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
24
2.4. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN BETON
A. Ketentuan Umum
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis
ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi dibawah ini :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991)
b. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American Society of Testing and Materials (ASTM)
d. Standar Industri Indonesia (SII)
e. Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
SKSNI T-15-1991-03
f. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung (SKBI 2362-1986), yang diterbitkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum. Dan Peraturan Lain Yang Lebih Baru, Yang
Berhubungan Dengan Pembangunan Gedung.
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut diatas, maka
Peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan tepatan serta kesesuaian
yang tinggi menurut persyaratan teknis, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk pekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya
Kontraktor sendiri.
4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan Kontraktor bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua
material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera
25
B. Lingkup Pekerjaan
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan
beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan pembantu.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
3. Balok, kolom, pelat, dinding menggunakan beton bertulang dengan spesifikasi
sesuai gambar kerja.
26
C. Bahan-Bahan
1. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan NI-2 pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81
atau “Specification for Portland Cement” (ASTM C-150) dan produksi
dari satu merk/pabrik.
b. Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan "Manufacture's Test Certificate"
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas.
c. Kontraktor harus menempatkan semen dalam gudang untuk mencegah
terjadinya kerusakan dan tidak boleh ditaruh langsung diatas tanah tanpa
alas kayu.
d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur kotoran atau kena
air/lembab tidak diijinkan digunakan dan harus segera dikeluarkan dari
proyek dalam batas 3 x 24 jam.
e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar :
a. Agregat yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan “Spesification for
Concrete Aggregate” (ASTM C-33)
b. Agregat Kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III, serta
mempunyai ukuran terbesar 2.5 cm.
c. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan
berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh
melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga
melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles.
d. Agregat Kasar harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih
27
Saringan Ukuran % Lewat saringan
1" 25.00 mm 100
3/4" 20.00 mm 90 - 100
3/8" 95.00 mm 20 - 55
No. 4 4.76 mm 0 - 1
Hasil "Crushing Test" dari Laboratorium yang berwewenang terhadap kubus-kubus
beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas
untuk dimintakan persetujuannya.
3. Agregat Halus :
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali
dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak
beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir
Galunggung.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti
tabel berikut :
Saringan Ukuran % Lewat saringan
3/8" 9.500 mm 100
No. 4 4.760 mm 90 – 100
No. 8 2.390 mm 80 – 100
No. 16 1.190 mm 50 – 85
No. 30 0.190 mm 25 – 65
28
No. 100 0.149 mm 5 – 10
No. 200 0.074 mm 0 – 5
4. A i r :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam
serta zat-zat yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya
digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI-2 pasal 6 Bab 3.
5. Baja tulangan :
a. Baja tulangan yang digunakan terdiri dari baja polos dan ulir dengan mutu
U-24 untuk dia. < 12 mm dan U-39 untuk dia. > 12 mm dengan tegangan
leleh masing-masing 2400 kg/cm2 dan 3900 kg/cm2 untuk beton
konvensional. Bila dianggap perlu Pemberi tugas atau Konsultan Pengawas
dapat menginstruksikan untuk melakukan pengujian test tegangan
tarik-putus dan "bending" untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
Kontraktor.
b. Batang-batang baja tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara
langsung dan dihindari dari penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat beton berukuran minimal 1 mm dengan mutu tinggi standar SII.
d. Batang-batang baja tulangan yang berlainan ukurannya harus disimpan
pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan
bahan pencampur (admixture) tersebut.
7. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu, multiplek dengan tebal minimal 18 mm atau plat baja,
29 Bab 5 jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.
D. Mutu Beton
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut :
Mutu Beton Jenis pekerjaan
1 : 2 : 3 Kolom praktis
K-250 Kolom, Balok dan Pelat lantai.
K-250 Semua struktur beton kecuali disebutkan lain.
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan PBI tabel 4.4.1
adalah sebagai berikut :
Jenis Konstruksi Slump
Maks. (cm)
Slump
min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi telapak 12.5 5.0
Pelat, Balk & Dinding, Kolom 15.0 7.5
Kaison & Konstruksi bawah tanah 9.0 2.5
Pelat diatas tanah/pengerasan jalan 7.5 5.0
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka nilai
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak boleh melebihi 15
cm.
E. Percobaan Pendahuluan
1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus mengadakan
30 Tugas atau Konsultan Pengawas, sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan di
lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang akan
digunakan.
2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Kontraktor harus mengadakan
percobaan di laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang diperlukan.
3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti ketentuan-
ketentuan dalam PBI NI-2 pasal 6 BAB 4.
4. Bila hasil percobaan di laboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu yang
sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan.
5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di
laboratorium.
F. Pengadukan Dan Peralatannya
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-
masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-
material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus
dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan
bertanggung-jawab.
3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Ready Mix/Batch Mixer
atau Portable Continous Mixer).
4. Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari
adukan selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
5. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesudah
semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas
mesin lebih besar dari 1.5 m3. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah
31 mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton
yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
6. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan kosistensi beton yang dikehendaki.
G. Persiapan Pengecoran
1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,
plambing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi
dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
3. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
4. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi
mortar.
5. Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
6. Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan
dicor harus diberi beton dengan adukan 1pc : 3ps : 5krk setebal 5 cm.
H. Acuan/Cetakan Beton/Bekisting
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. cetakan
harus sesuai dengan bentuk, ukuran, batas-batas dan bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
32 Multiplex.
2. Jika memungkinkan, cetakan beton dapat menggunakan material lain seperti pasangan
batako atau pasangan bata merah atau sesuai Bill of Quantity dan/atau dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
Setiap pengajuan material cetakan beton harus dapat dipertanggungjawabkan dan
disetujui oleh konsultan pengawas. Bagaimanapun setiap kegagalan yang terjadi
menjadi tanggungjawab Kontraktor sepenuhnya.
3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata
dalam arah horisontal dan vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di
"finish" (expose concrete).
4. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
5. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Cetakan harus diteliti untuk
memastikan kebenaran letaknya, cukup kuat dan tidak akan terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituangkan.
6. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil"
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar
tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton
dan dengan tulangan.
Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, atau
jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
a. Bagian sisi balok 48 jam.
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari.
33 d. Plat lantai/atap/dinding 21 hari.
7. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila
hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton
sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin
yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
8. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh
atas struktur-struktur yang dicetak.
9. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor
wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
10. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurugan dilakukan.
11. Untuk permukaan beton yang diharuskan exposed, maka Kontraktor wajib
memfinishnya tanpa diperhitungkan pekerjaan tambah.
I. Pengangkutan Dan Pengecoran
1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara
pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
34 tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat telah melampaui 1.5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
6. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu
bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
7. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 m.
8. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
9. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set"
atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena
getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.
10. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan
mencegah penyerapan air semen oleh tanah/pasir secara langsung.
11. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras
dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air
semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang
cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran,
adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
12. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran
dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak
dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada
35 memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadinya hujan.
J. Pemadatan Beton
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan
penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa
perlu penggetaran secara berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan "Mechanical Vibrator" dan
dioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya
agar tidak mengakibatkan "over vibration" dan tidak diperkenankan melakukan
penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi
atau keropos.
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton tidak boleh melebihi 12.5 cm.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan
khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara
horisontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan-tulangan, terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak
minimal 5 cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum tampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik,
hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).
K. Penyambungan Konstruksi
1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu
konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak sambungan konstruksi
36 dapat merubah letak "construction joints" tersebut.
2. Permukaan "construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.
3. "Contruction joints" harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin
dihindarkan adanya "Contruction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka harus
dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Bila "Contruction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian
rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
5. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan
"grout" segera sebelum beton dituang.
6. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive
"Bonding Agent" (lem beton) yang disetujui Konsultan Pengawas.
L. Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos dan tulangan besi ulir.
2. Baja tulangan kesemuanya harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat
dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.
3. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus
sesuai dengan pesyaratan dalam PBI NI-2 BAB 5.
4. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :
Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm)
didalam Diluar tak terlihat
Pelat dan selaput 1.0 1.5 2.0
Dinding dan keping 1.5 2.0 2.5
37
K o l o m 2.5 3.0 3.5
M. Benda-Benda Yang Tertanam Dalam Beton
1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam
beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.
2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan
kotoran-kotoran lain pada saat mengecor.
3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh
dicor.
N. Penyelesaian Beton
1. Semua permukaan, pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang
membekas. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan harus
segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan
beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila
diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau
gurinda.
3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi
kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m.
Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan
maksud menyerap kelebihan air.
4. Apabila pengecoran dilakukan dengan Readymix harus ditunjukkan pesanannya yang
menunjukkan karakteristik dari beton.
O. Perawatan Dan Perlindungan Beton
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh
38 tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi
secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan
beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1)
dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar,
selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan
terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas, harus dirawat
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.
P. Pengujian Beton
1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI NI-2 BAB 4.9
dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikejakan dalam satu hari
dengan volume sampai terkumpul 20 benda uji atau seperti NI-2 BAB 4.7.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji silinder diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm atau dengan benda uji kubus ukuran 15x15x15 cm3. Satu benda uji
akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen
tersebut.
4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya.
5. Benda uji silinder atau kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas
getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24 jam.
Q. Suhu/Temperatur
39 beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus
diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu
beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka Kontraktor harus mengambil
langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu
malam hari.
R. Perijinan
1. Kontraktor harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas minimal 1 minggu
sebelum pengecoran dimulai.
2. Pengecoran dapat dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin
tertulis dari Konsultan Pengawas.
S. Hal-Hal Lain
Apabila pengecoran pada balok berbentang panjang, maka cetakan dinaikkan setinggi
lendutan yang terjadi sehingga apabila cetakan dibongkar tidak ada lendutan yang
terjadi. Hal ini harus dikonsultasikan pada Konsultan Pengawas.
Pekerjaan Perpipaan
1. Syarat Teknis Pipa Galvanized (GIP)
a. Spesifikasi Material :
Bahan : GIP Medium Class
Standar : SNI 07-0039-89 / BS 1387-67/SII 0161-
81,ASTMA53/A120 SCH 20, ISO 9002;
Nominal diameter : 1 ¼ Inci; 1 ½ Inch; dan 2 Inch
40 Ulir atau las (bafel end tiap ujungnya)
Tekanan kerja : = 50 kgf/cm²;
b. Panjang efektif setiap pipa yang dipesankan harus 6(enam) meter;
c. Socket harus dipasang dengan baik ( treaded );
d. Pada ujung setiap pipa harus jelas kelihatan merk dan class pipa;
e. Ketebalan sesuai dengan standard yang dipesan;
2. Syarat Teknis Valve
1. Valve diameter nominal di atas atau sama dengan 75 mm, body
terbuat
dari cast iron, Spidle dari bronze kedua ujungnya dengan flange yang
harus sudah diberi lobang dengan ukuran sesuai dengan standard NP. 10
dan permukaannya harus dilapisi Coaltar atau sejenisnya;
2. Pada setiap valve harus jelas kelihatan ukuran dan merk/kode perusahaan;
3. Harus tidak bocor pada tekanan minimal 12,5 kg/cm²;
4. Valve harus dilengkapi antara lain :
5. Untuk diameter lebih besar atau sama dengan 75 mm tanpa wheel
dan diganti dengan T.Key panjang 1,5 m. Setiap 5 gate valve disediakan 1
T.Key.
6. Jenis gate valve merk MITI dan HE Brand untuk tidak ditawarkan.
3. Syarat Teknis Bend, Tee, Dan Reducer
Tipe : Single Air Valve ( apabila tidak ditentukan lain )
Bahan : Cast Iron
Tekanan Kerja : Lebih besar atau sama dengan 12,5 Kg/cm²
@ Diameter 8’’ atau lebih besar sambungan Flange/Las
@ Diameter 5’’ atau lebih kecil sambungan ulir (threaded)
4. Syarat Meter Air
Meter air yang diadakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Tipe: multijet, dry dial, horizontal, magnetic drive, direct reading,
kedap terhadap debu, kelembaban dan anti magnet;
41
sample secara acak (10) sepuluh buah terhadap water metre yang dikirim untuk
42
dan syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan.
b. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan
batu batu yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi
dengan batu-batu kecil dari tanah yang dipadatkan.
43
terus menerus. untuk menghindari genangan air pada dasar galian.
e. Bila kondisi tanah sangat jelek atau labil, maka lapisan atas ini
(assesori) Pipa Pekerjaan pemasangan dan penyambungan pipa dilakukan melalui
prosedur berikut ini :
a. Bahan-bahan pipa yang akan dipasang harus memenuhi syarat ,
b. Sebelum dipasang pipa harus diperiksa kondisi, diamater, dsb.
c. Peralatan dan bahan-bahan yang akan dikerjakan, disiapkan dan diperiksa
keadaannya, misalnya apakah bahan utuh, berkarat, bahan sama
atau berbeda dengan bagian yang akan disambung.
d. Pemasangan pipa harus memperhatikan ukuran, kedudukan,
elevasi, posisi, jalur, kemiringan (slope) pipa, dan pertimbangan lainnya sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan.
e. Pemasangan pipa harus memperhatikan gerakan akibat
pengembangan atau pengerutan akibat temperatur dan tegangan yang terjadi,
f. Pemasangan pipa dimulai pada bagian-bagian yang relatif mudah terlebih
dahulu, baru kemudian bagian yang lebih sulit.
44
alat ukur (1) penyiku, (2) waterpass, maupun (3) mistar.
n. Setiap perubahan prosedur pemasangan pipa akibat kondisi di
terlalu lama serta gangguan lainnya.
45 memberikan tanda bahwa dibawahnya terdapat timbunan pipa.
9. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan pipa dan asesorinya
adalah sebagai berikut :
a. Setiap meninggalkan pekerjaan, ujung pipa harus selalu dalam
kondisi terlindung dan tertutup.
b. Ujung-ujung pipa biasanya dilindungi dengan pelat pelindung
yang menutupi permukaan sisi pipa yang telah dikampuh/diserong,
lubang ditutup dengan tripleks atau plastik guna mencegah kotoran atau air hujan
masuk ke dalam lubang tersebut.
c. Penyusunan pipa harus menurut aturan-aturan yang telah
ditentukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pipa akibat salah letak,
dan kecelakaan karena longsornya timbunan pipa.
d. Penyusunannya harus benar-benar memperhatikan akan
kemungkinan- kemungkinan terjadinya: rusaknya ujung pipa akibat terjatuh,