• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPSE Kota Cimahi RKS Broncaptering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LPSE Kota Cimahi RKS Broncaptering"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

1.1. PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN BATU BATA

A. Lingkup Pekerjaan Dinding

i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan

dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan

sempurna.

ii) Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan

dan seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam Gambar dan

sesuai petunjuk Pemimpin Proyek.

B. Persyaratan Bahan

i) Batu bata yang dipasang adalah dari batu bata besar press berukuran

21x10,5x4,5cm dengan mutu terbaik, dan yang disetujui Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas.

ii) Syarat-syarat batu bata harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam NI-

10.

iii) Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-8 dan PUBI

1982 pasal 1 serta SII 0013-81.

iv) Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal

14 ayat 2.

v) Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung

lumpur/minyak/asam-basa serta memenuhi PUBI-1982 pasal 9.

C. Syarat-syarat Pelaksanaan

i) Seluruh dinding dari pasangan batu bata dengan aduk campuran 1 PC:

5 pasir pasang.

ii) Sebelum digunakan batu bata harus direndam air dalam bak atau drum

(2)

2

iii) Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikeruk

sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering

permukaan pasangan disiram air.

iv) Dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih

dahulu dan siar-siar dibersihkan.

v) Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap

maksimum 24 lapis perharinya, serta diikuti dengan cor kolom praktis.

vi) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua.

vii) Pasangan batu bata bawah permukaan tanah/lantai harus diisi dengan

adukan 1 PC : 3 pasir.

D. Lingkup Pekerjaan Plesteran

i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan

dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

ii) Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata bagian

dalam dan bagian luar bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan

dalam Gambar.

E. Persyaratan Bahan

i) Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih

dan bebas dari segala macam kotoran, harus bersih dan melalui ayakan #

1,6 - 2,0 mm.

ii) Finishing plesteran menggunakan cat sesuai Gambar.

F. Syarat-syarat Pelaksanaan

i) Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 PC : 5

pasir, kecuali pada dinding batu bata/rapat air.

ii) Pada dinding beton diplester dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir.

iii) Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata

(3)

3

iv) Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas di atas tetapi

dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian

ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan disetujui Pemimpin Proyek.

v) Semen Portland yang dikirim ke site harus dalam keadaan tertutup atau

dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan

type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.

vi) Bahan harus disimpan ditempat yang kering, berventilasi baik,

terlindung, bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup

menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan jenisnya

seperti yang disyaratkan dari pabrik.

vii) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site

yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk

dimulainya pekerjaan.

viii) Bila ada kelainan dalam hal apapun antara Gambar, Spesifikasi dan

lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas. Kontraktor tidak diperkenankan

melakukan pekerjaan ditempat tersebut sebelum kelainan/perbedaan

diselesaikan.

ix) Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan dinding finish 15 cm

atau sesuai yang ditunjukkan dalam detail Gambar.

x) Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain (kusen dan lain

sebagainya), dibuat naat (tali air) lebar minimal 7 mm dalam 5 mm,

kecuali bila ditentukan lain.

xi) Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai

mendapatkan campuran yang homogen, acian dikerjakan sesudah

plesteran berumur 8 hari (kering betul). Sehingga siap untuk dicat atau

waterprofing.

xii) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung

wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran

(4)

4 langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air

secara cepat.

xiii) Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada

kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan (dan masa garansi),

atas biaya Kontraktor selama kerusakan bukan disebabkan oleh

tindakan Pemilik Proyek

1.2. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

A. Lingkup Pekerjaan

i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,peralatan

dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

ii) Meliputi pekerjaan beton praktis (sloof, kolom, ring balok) serta seluruh

detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam Gambar.

B. Persyaratan Bahan

i) Semen Portland

Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis

merk dan atas persetujuan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah

mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.

Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas

dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan

ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.

ii) Pasir Beton

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari

bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi

butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

iii) Koral Beton/Split

Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta

(5)

5 Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu

dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak

tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.

iv) Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung

minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lainnya yang dapat

merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang

perlu Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dapat minta kepada

Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium

pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

v) Besi Beton

Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan

bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan sebagainya.

Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat-syarat PBI 1971.

Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi

beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya

Kontraktor.

vi) Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

- Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.

- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.

- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961; NI-5.

- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.

- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

- American Society for Testing and Material (A.S.T.M).

- American Concrete Institute (A.C.I).

C. Syarat-syarat Pelaksanaan

i) Mutu Beton

Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan gambar dan harus

(6)

6

ii) Pembesian

-Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum

pada PBI-1971.

-Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar konstruksi.

-Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut

tidak berubah tempat selama pengecoran dana harus bebas dari papan

acuan dengan memasang beton decking sesuai dengan ketentuan dalam

PBI-19771.

-Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari

lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari

Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas.

iii) Cara Pengadukan

- Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

- Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih

dahulu oleh Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dan tercapai mutu

pekerjaan seperti yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat.

- Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan

jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump,

minimum 3 cm dan maksimum 10 cm.

iv) Pengecoran Beton

- Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan

membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan

ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan

penahan jarak.

- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas.

- Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dan harus

dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang

(7)

7

- Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari

berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh

Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas.

v) Pekerjaan Acuan/Bekisting

- Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang

telah ditetapkan/diperlukan dalam Gambar. Dari papan jenis kayu yang

memenuhi persyaratan dalam NI-2 pasal 5.1.

- Acuan harus dipasang sedemikian trupa dengan perkuatan-perkuatan

sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada

kedudukan selama pengecoran.

- Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari

kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan

sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar

tanpa merusak permukaan beton.

- Tiang-tiang acuan harus diatas papan atau baja untuk memudahkan

pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari

satu. Tiang-tiang dari dolken diamater : 8-10 cm atau kaso 5/7 cm.

- Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang

papan/balok secara cross.

- Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat

yang dicantumkan dalam PBI-1971.

- Kayu yang dipakai adalah papan/multiplex dengan tebal 2.5 cm.

- Penggunaan Bekisting "Formwork" harus sesuai dengan

petunjuk/spesifikasi pabrik.

vi) Kawat Pengikat

Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh

seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm Kawat

pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat- syarat yang ditentukan

(8)

8

vii) Pekerjaan pembongkaran Acuan/Bekisting hanya boleh dilaksanakan

dengan ijin tertulis dari Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas setelah

bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada

permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas.

viii) Pelaksana/Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan

pekerjaannya sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai).

ix) Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada

uraian dan syarat-syarat apapun yang tercantum dalam Gambar-gambar

atau peraturan yang berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.

x) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan

contoh-contoh material : besi, koral, pasir, PC untuk mendapat persetujuan dari

Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melakukan

pengujian atas besi/kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk

kemudian.

xi) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan

mengambil benda uji berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai

dengan syarat-syarat/ketentuan dalam PBI-1971. Pembuatannya harus

disaksikan oleh Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dan diperiksa di

laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas, Jumlah dan Frekwensi pembuatan kubus

serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan PBI-1971.

Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x

24 jam setelah pengecoran.

Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari

pekerjaan-pekerjaan lain.

Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya

dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan

(9)

9 Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu

dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih

(sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971).

1.3. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

1.4. PEKERJAAN PENGECATAN

A. Pekerjaan Cat

a) Lingkup Pekerjaan

i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,

peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan

pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu

baik dan sempurna.

ii) Pengecatan emulsi dilakukan untuk finishing dinding pada bagian luar

dan dalam, serta pada seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan

dalam Gambar.

(b) Syarat-syarat Bahan

i) Semua bahan cat yang digunakan adalah : Cat setara dengan produk

ICI Paint.

Cat area luar / exterior :

- Primer : 1 lapis Dulux Alkali Resisting Primer, A 931-1050

interval 2 jam.

- Undercoat : 1 lapis Acrylic Wall Filler A 931-49001 interval 2 jam.

- Cat akhir : 2 lapis Dulux Weathershield A 918 setebal untuk 2 x 30

micron, interval 2 jam, semua lapisan exterior sehingga

dicapai permukaan yang merata dan sama tebal.

(10)

10 - Cat akhir : 3 lapis Pentalite Emulsion A 922 3 x 30 untuk micron,

dengan interval 2 jam, semua lapisan interior

sehingga dicapai permukaan yang merata dan sama

tebal.

ii) Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi

ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan

pada PUBI 1982 pasal 54 dan NI-4.

(c) Syarat-syarat Pelaksanaan

i) Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat

(retak, lubang dan pecah-pecah).

ii) Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan

pekerjaan pada bidang pengecatan.

iii) Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan

kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu

pengecatan.

iv) Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapis dengan

cat dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang

digunakan.

v) Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas serta pekerjaan instalasi di dalamnya

telah selesai dengan sempurna.

vi) Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus

menyerahkan/mengirimkan contoh bahan dari bebe rapa macam hasil

produk kepada Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas, selanjutnya

akan diputuskan jenis bahan dan warna yang akan digunakan, dan

akan menginstruksikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7

(tujuh) hari kalender setelah contoh bahan diserahkan.

vii) Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan label pabrik

(11)

11 viii) Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk

pemeriksaan/penerimaan bahan yang dikirim oleh Kontraktor ke

tempat pekerjaan.

ix) Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh

Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin

Proyek/Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai/dilakukan,

serta pengerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan

oleh pabrik yang bersangkutan.

x) Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak

terdapat noda-noda pada permukaan penge catan. Harus dihindarkan

terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan-pekerjaan lain.

xi) Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam

pengerjaan dan perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan

pekerjaan.

xii)Bila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan,

Kontraktor harus memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama

mutunya tanpa adanya tambahan biaya.

xiii)Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil /

berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut,

(12)

12

BAB II

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SIPIL

2.1. PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN

A. Peraturan Teknis

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan peraturan-peraturan seperti

tercantum dibawah ini:

a. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), DPMB.

b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1991) dan/atau

c. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, (SKSNI

T-15-1991-03).

d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5/1961).

e. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983).

f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI-1983).

g. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTGIUG-1981).

h. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk

Rumah dan Gedung (SKBI 2362-1986) yang diterbitkan oleh Departemen

Pekerjaan Umum,

i. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan

Kerja dan Kesehatan Kerja.

j. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung Negara

oleh Departemen Pekerjaan Umum.

Dan Peraturan Lain Yang Lebih Baru, Yang Berhubungan Dengan Pembangunan

Gedung.

2. Jika ternyata pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini terdapat

kelainan/penyimpangan terhadap peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan

(13)

13

B. Pemakaian Umum

1. Kontraktor tetap bertanggungjawab dalam menepati semua ketentuan yang

tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar Kerja berikut

tambahan dan perubahannya.

2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan

maupun bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada Konsultan

Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya di dalam Rencana

Kerja dan Syarat serta Gambar Kerja dalam pelaksanaan.

Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan

melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas

atau Direksi.

3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal

apapun menjadi tanggungjawab Kontraktor, karenanya Kontraktor diwajibkan

mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan

dokumen yang ada.

C. Kondisi Lapangan

1. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus benar-benar memahami

kondisi/keadaan lapangan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin akan

mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan

segala akibatnya.

2. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi

tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi

selama pekerjaan berlangsung.

3. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS

dan agenda-agenda dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi

(14)

14

D. Kebersihan Dan Ketertiban

1. Selama berlangsungnya pembangunan, gudang dan bagian dalam bangunan

yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas,

tumpukan tanah dan lain-lain.

2. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Konsultan Pengawas atau Direksi

memberi perintah menghentikan seluruh pekerjaan dan Kontraktor harus

menanggung seluruh akibatnya.

3. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang

berada di alam bebas, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu

kelancaran dan keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan

jalannya pemeriksaan serta penelitian bahan-bahan oleh Konsultan

Pengawas/Direksi maupun oleh Pemberi Tugas.

E. Pemeriksaaan Dan Penyediaan Bahan Dan Barang

1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu material,

maka hal ini dimaksudkan bahwa spesifikasi teknis dari material tersebut yang

digunakan dalam perencanaan dan untuk menunjukkan material/bahan yang

digunakan dan untuk mempermudah Kontraktor mencari material tersebut.

2. Setiap penggantian spesifikasi teknis dari material, nama dan pabrik pembuat

dari suatu bahan/barang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas yang telah

dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana dan bila tidak

ditentukan dalam RKS serta Gambar Kerja, maka bahan dan barang tersebut

diusahakan dan disediakan oleh Kontraktor yang harus mendapatkan

persetujuan dari Konsultan Perencana melalui Konsultan Pengawas dan

Pengelola Teknis Proyek.

3. Contoh material yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera

disediakan atas biaya Kontraktor, setelah disetujui Konsultan

Pengawas/Direksi, harus dinilai bahwa material tersebut yang akan dipakai

dalam pelaksanaan pekerjaan nanti dan telah memenuhi syarat spesifikasi

(15)

15 4. Contoh material tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas, Pengelola

Teknis Proyek atau Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila

ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitas, sifat maupun

spesifikasi teknisnya.

5. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor harus sudah memasukkan

sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai material. Tanpa mengingat

jumlah tersebut, Kontraktor tetap bertanggung jawab pula atas biaya

pengujian material yang tidak memenuhi syarat atas Perintah Pemberi

(16)

16

F. Perbedaan Dalam Dokumen Lampiran Kontrak

1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan

Syarat ini, maka Kontraktor harus menanyakannya secara tertulis kepada

Konsultan Pengawas dan Kontraktor harus mentaati keputusan tersebut.

2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah

yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada

ukuran skala dari gambar-gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil

dari pekerjaan yang sudah selesai.

3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau Dokumen

yang berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk

menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya.

Kalau terjadi hal ini, maka yang diambil sebagai patokan adalah yang

mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai biaya yang tinggi.

G. Gambar Kerja (Shop Drawing)

1. Jika terdapat kekurangjelasan dalam gambar kerja, atau diperlukan gambar

tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan Kontraktor melaksanakan

dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Kontraktor harus

membuat gambar tersebut. Gambar tersebut atas biaya Kontraktor dan harus

disetujui Konsultan Pengawas.

2. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh

Pemberi Tugas, dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari

Perencana dan Konsultan Pengawas.

3. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh Pemberi Tugas atau konsultan, yang jelas memperhatikan

perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.

4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui

(17)

17

H. Gambar Sesuai Pelaksanaan (As-Built Drawing)

1. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena

penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas atau Konsultan, maka

Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah

dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan

pekerjaan yang dilaksanakan.

2.2. PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

A. Peralatan Kerja, Mobilisasi Dan Demobilisasi

1. Kontraktor harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja

dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan

lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya pengangkutan.

2. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran bilamana selama

berlangsungnya pekerjaan menggunakan alat-alat berat yang melalui jalanan

umum agar tidak mengganggu lalu lintas.

3. Konsultan Pengawas atau Pengelola Teknis Proyek berhak memerintahkan

untuk menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau

tidak memenuhi persyaratan.

4. Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera

menyingkirkan alat-alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang

diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.

5. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada

ayat (1), Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja

pada kondisi apapun, seperti; perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan

atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya dan

memperhitungkan keperluan tersebut pada harga satuan yang sesuai dengan

pemakaian alatnya.

B. Pengukuran

1. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau

(18)

18 penyediaan "Bench Mark" atau "Line Offset Mark" pada masing-masing

lantai bangunan.

2. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat

ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.

C. Gudang Semen dan Alat

1. Kontraktor juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk

menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari

gangguan cuaca dan pencurian.

2. Penempatan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan

tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

D. Ijin-Ijin

Pembuatan ijin-ijin, yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,

antara lain; Ijin Pengeringan, Ijin Pengambilan Material, Ijin Pembuangan, Ijin

Pengurugan, Ijin Trayek dan pemakaian jalan, Ijin Penggunaan Bangunan serta ijin-ijin

lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat, harus cepat

diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada Direksi.

E. Dokumentasi

1. Kontraktor harus memperhitungkan biaya pembuatan Dokumentasi serta

pengiriman-nya ke Kantor Pemimpin Proyek serta pihak-pihak lain yang

diperlukan.

2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :

- Laporan-laporan perkembangan proyek.

- Foto-foto proyek, berwarna minimal ukuran kartu pos dilengkapi dengan album.

(19)

19 3. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan proyek hendaknya dilakukan sesuai

dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sesuai jenis-jesis

pekerjaan yang dilaksanakan.

F. Papan Bangunan/Titik Duga Nol

1. Setelah dilakukan pengecekan lapangan dan pengukuran, maka Kontraktor

harus membuat papan bangunan/Bouwplank dari kayu Borneo 3/30 dan patok

kayu 5/10 berjarak 1 m dari bibir galian.

2. Titik duga nol/peil dibuat permanen dari beton dan ditempatkan sedemikian

rupa sehingga tidak tergusur oleh pekerjaan lain, dan harus disetujui oleh

Konsultan Pengawas.

3. Pembuatan butir ini harus menggunakan alat ukur waterpass/theodolite oleh

(20)

20

2.3. PEKERJAAN TANAH

A. Ketentuan Umum

1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, Kontraktor harus membersihkan daerah

yang akan dikerjakan dari sisa-sisa bangunan (pondasi, saluran, dan lain-lain),

akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang ada dalam

daerah kerja, kecuali ditentu-kan lain oleh Konsultan Pengawas.

2. Kontraktor harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan

yang sudah selesai dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati

untuk tidak mengganggu patok pengukur atau tanda-tanda yang lain.

3. Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus dijaga

akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggungjawab Kontraktor.

4. Kontraktor harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan

melaporkannya kepada Konsultan Pengawas, serta meminta ijin untuk

memulai pekerjaan.

5. Kontraktor harus minta ijin pada Instansi terkait apabila dalam penggalian harus

melakukan pemutusan kabel yang tertanam di dalam tanah, pipa-pipa

distribusi atau menemukan barang-barang purbakala di lokasi pekerjaan.

B. Lingkup Pekerjaan

1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan tanah

sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian

dan peralatan pembantu.

2. Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan persiapan, pengupasan, penggalian pondasi

dan saluran, penggalian dan penimbunan (cut and fill) serta pemadatan untuk

(21)

21

C. Pekerjaan Penggalian

1. Semua galian harus mencapai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar

rencana, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas sehubungan dengan

keadaan lapangan dan peil tanah.

2. Lebar dasar galian untuk pondasi harus mempunyai lebar minimum 20 cm

lebih besar dari dasar pondasi dengan tebing galian yang cukup landai

sehingga tidak mudah longsor. Sedangkan untuk galian saluran kedalaman

dan kemiringan dasar saluran harus dibuat sesuai dengan EDS (Elevasi Dasar

Saluran).

3. Semua akar-akar, batang-batang pohon yang terpendam maupun beton atau

tembok/pondasi, pipa-pipa yang tidak terpakai atau halangan-halangan lain

yang dijumpai pada saat penggalian harus dikeluarkan dan dibuang.

4. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, gas, air bersih dan kabel-kabel yang

masih berfungsi harus diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau

cacat. Apabila hal tersebut dijumpai, maka Kontraktor harus segera

memberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau PTP untuk mendapatkan

instruksi lebih lanjut, atau memintakan ijin untuk pemutusan sementara pada

instalasi yang berwenang/terkait.

5. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada barang-barang tersebut diatas, maka

Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau

pihak yang berwenang dan segera mengganti semua kerusakan-kerusakan

tersebut atas biaya sendiri.

6. Apabila penggalian dilakukan sampai di bawah level yang tercantum dalam

gambar rencana tanpa instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas, maka

bagian yang telah tergali tersebut harus diisi dengan adukan beton 1 pc : 3 ps :

6 krl dengan dasar pasir padat.

D. Penggalian Di Bawah Muka Air Tanah

1. Penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering.

Kontraktor bertanggungjawab untuk merencanakan sistem pemompaan air

(22)

22 2. Pemompaan dapat dilakukan dengan memompa sumur bor/sumur galian atau

cara lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan memenuhi

persyaratan- persyaratan berikut:

a. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh

setiap waktu untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi

kestabilan penggantian tanah.

b. Sistem yang digunakan tidak boleh mengakibatkan penaikan/penurunan

tanah (heaving) dasar galian secara berlebihan.

c. Harus menyediakan filter-filter secukupnya yang dipasang di sekeliling

sumur yang dipompa untuk mencegah kehilangan butir-butir tanah akibat

pemompaan.

d. Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak mengganggu penggalian

atau daerah sekitarnya.

e. Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detail dalam

menghadapi bahaya longsor pada pekerjaan dan daerah sekitarnya pada saat

hujan besar.

E. Pekerjaan Pengurugan Dan Pemadatan

1. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan pengisi yang akan digunakan

untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bahan pengisi untuk daerah

perkerasan dapat diambil dari lapangan atau diluar lapangan merupakan tanah

laterit, tanah kapur atau tanah pasir yang bebas dari akar-akar pohon yang

besarnya lebih dari 1 cm dan mempunyai CBR lab. minimal 4 %.

2. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan secara lapis per lapis

dengan tebal hamparan maksimal 20 cm dan kemudian dipadatkan.

3. Penghamparan lapisan selanjutnya baru dapat dilaksanakan setelah pemadatan

lapisan bawah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Konsultan

Pengawas.

4. Sedangkan untuk pengurugan kembali galian pondasi, tebal hamparan

maksimal 20 cm, dan baru dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari

(23)

23 5. Lapisan tanah urugan harus dipadatkan sampai mencapai 95% dari kepadatan

kering maksimum. Pemeriksaan kepadatan di lapangan harus dilaksanakan

untuk setiap hasil pemadatan seluas 100 m2 pada setiap lapis pemadatan.

6. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak diperkenankan

adanya genangan air diatas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan.

7. Kontraktor bertanggungjawab atas stabilitas timbunan tanah dan Kontraktor

harus mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian

Kontraktor atau akibat dari aliran air.

F. Pekerjaan Penyelesaian

1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan

daerah yang betul-betul seragam dan bebas dari permukaan yang tidak merata.

2. Seluruh lapisan akhir (finish grade) harus benar-benar memenuhi peil yang

dinyatakan dalam gambar. Bila diakibatkan oleh penurunan, timbunan

memerlukan tambahan material yang tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas

timbunan tersebut harus digaruk sebelum material timbunan dihamparkan,

untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan

persyaratan teknis lainnya.

3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/

timbunan, seluruh puing-puing, reruntuhan dan sampah-sampah harus segera

dikeluarkan dari dalam lokasi.

4. Pembuangan puing-puing sampah ataupun tanah bekas harus ditempat

pembuangan (menurut ketentuan Perda setempat) dan tidak boleh membuang

sembarangan tanpa mengindahkan Peraturan Daerah dan masyarakat sekitar,

atau dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

(24)

24

2.4. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN BETON

A. Ketentuan Umum

1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat

pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku

persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis

ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi dibawah ini :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991)

b. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983

c. American Society of Testing and Materials (ASTM)

d. Standar Industri Indonesia (SII)

e. Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

SKSNI T-15-1991-03

f. Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang

untuk Rumah dan Gedung (SKBI 2362-1986), yang diterbitkan oleh

Departemen Pekerjaan Umum. Dan Peraturan Lain Yang Lebih Baru, Yang

Berhubungan Dengan Pembangunan Gedung.

2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut diatas, maka

Peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.

3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan tepatan serta kesesuaian

yang tinggi menurut persyaratan teknis, gambar rencana dan

instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas untuk pekerjaan yang

tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya

Kontraktor sendiri.

4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan

disetujui oleh Konsultan Pengawas.

5. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan

tersebut dan Kontraktor bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua

material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera

(25)

25

B. Lingkup Pekerjaan

1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan

beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah,

pengujian dan peralatan pembantu.

2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan

bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

3. Balok, kolom, pelat, dinding menggunakan beton bertulang dengan spesifikasi

sesuai gambar kerja.

(26)

26

C. Bahan-Bahan

1. S e m e n :

a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan

persyaratan NI-2 pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81

atau “Specification for Portland Cement” (ASTM C-150) dan produksi

dari satu merk/pabrik.

b. Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan

type, kualitas dari semen yang digunakan "Manufacture's Test Certificate"

yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf "a" di atas.

c. Kontraktor harus menempatkan semen dalam gudang untuk mencegah

terjadinya kerusakan dan tidak boleh ditaruh langsung diatas tanah tanpa

alas kayu.

d. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur kotoran atau kena

air/lembab tidak diijinkan digunakan dan harus segera dikeluarkan dari

proyek dalam batas 3 x 24 jam.

e. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

2. Agregat Kasar :

a. Agregat yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan “Spesification for

Concrete Aggregate” (ASTM C-33)

b. Agregat Kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu

dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III, serta

mempunyai ukuran terbesar 2.5 cm.

c. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan

berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh

melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga

melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles.

d. Agregat Kasar harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau

substansi yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih

(27)

27

Saringan Ukuran % Lewat saringan

1" 25.00 mm 100

3/4" 20.00 mm 90 - 100

3/8" 95.00 mm 20 - 55

No. 4 4.76 mm 0 - 1

Hasil "Crushing Test" dari Laboratorium yang berwewenang terhadap kubus-kubus

beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas

untuk dimintakan persetujuannya.

3. Agregat Halus :

a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin

pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali

dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak

beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir

Galunggung.

b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari

partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti

tabel berikut :

Saringan Ukuran % Lewat saringan

3/8" 9.500 mm 100

No. 4 4.760 mm 90 – 100

No. 8 2.390 mm 80 – 100

No. 16 1.190 mm 50 – 85

No. 30 0.190 mm 25 – 65

(28)

28

No. 100 0.149 mm 5 – 10

No. 200 0.074 mm 0 – 5

4. A i r :

Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam

serta zat-zat yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya

digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI-2 pasal 6 Bab 3.

5. Baja tulangan :

a. Baja tulangan yang digunakan terdiri dari baja polos dan ulir dengan mutu

U-24 untuk dia. < 12 mm dan U-39 untuk dia. > 12 mm dengan tegangan

leleh masing-masing 2400 kg/cm2 dan 3900 kg/cm2 untuk beton

konvensional. Bila dianggap perlu Pemberi tugas atau Konsultan Pengawas

dapat menginstruksikan untuk melakukan pengujian test tegangan

tarik-putus dan "bending" untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya

Kontraktor.

b. Batang-batang baja tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara

langsung dan dihindari dari penimbunan baja tulangan diudara terbuka.

c. Kawat beton berukuran minimal 1 mm dengan mutu tinggi standar SII.

d. Batang-batang baja tulangan yang berlainan ukurannya harus disimpan

pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.

6. Bahan pencampur :

a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan

tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan

percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan

bahan pencampur (admixture) tersebut.

7. Cetakan Beton :

Dapat menggunakan kayu, multiplek dengan tebal minimal 18 mm atau plat baja,

(29)

29 Bab 5 jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.

D. Mutu Beton

1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan

kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut :

Mutu Beton Jenis pekerjaan

1 : 2 : 3 Kolom praktis

K-250 Kolom, Balok dan Pelat lantai.

K-250 Semua struktur beton kecuali disebutkan lain.

2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan PBI tabel 4.4.1

adalah sebagai berikut :

Jenis Konstruksi Slump

Maks. (cm)

Slump

min. (cm)

Pelat & Dinding Pondasi telapak 12.5 5.0

Pelat, Balk & Dinding, Kolom 15.0 7.5

Kaison & Konstruksi bawah tanah 9.0 2.5

Pelat diatas tanah/pengerasan jalan 7.5 5.0

3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka nilai

tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak boleh melebihi 15

cm.

E. Percobaan Pendahuluan

1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus mengadakan

(30)

30 Tugas atau Konsultan Pengawas, sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan di

lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang akan

digunakan.

2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Kontraktor harus mengadakan

percobaan di laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang diperlukan.

3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti ketentuan-

ketentuan dalam PBI NI-2 pasal 6 BAB 4.

4. Bila hasil percobaan di laboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu yang

sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan.

5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di

laboratorium.

F. Pengadukan Dan Peralatannya

1. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai

ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-

masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-

material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus

dikontrol dan diawasi terus menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan

bertanggung-jawab.

3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Ready Mix/Batch Mixer

atau Portable Continous Mixer).

4. Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari

adukan selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

5. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1.5 menit sesudah

semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas

mesin lebih besar dari 1.5 m3. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah

(31)

31 mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton

yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.

6. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan.

Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan

penambahan air untuk mendapatkan kosistensi beton yang dikehendaki.

G. Persiapan Pengecoran

1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan

bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan

ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,

plambing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi

dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.

3. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan

kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

4. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi

mortar.

5. Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.

6. Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan

dicor harus diberi beton dengan adukan 1pc : 3ps : 5krk setebal 5 cm.

H. Acuan/Cetakan Beton/Bekisting

1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. cetakan

harus sesuai dengan bentuk, ukuran, batas-batas dan bidang dari hasil beton yang

direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah

(32)

32 Multiplex.

2. Jika memungkinkan, cetakan beton dapat menggunakan material lain seperti pasangan

batako atau pasangan bata merah atau sesuai Bill of Quantity dan/atau dengan

persetujuan Konsultan Pengawas.

Setiap pengajuan material cetakan beton harus dapat dipertanggungjawabkan dan

disetujui oleh konsultan pengawas. Bagaimanapun setiap kegagalan yang terjadi

menjadi tanggungjawab Kontraktor sepenuhnya.

3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata

dalam arah horisontal dan vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di

"finish" (expose concrete).

4. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan

penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan

tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.

5. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan

beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Cetakan harus diteliti untuk

memastikan kebenaran letaknya, cukup kuat dan tidak akan terjadi penurunan dan

pengembangan pada saat beton dituangkan.

6. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi "form oil"

untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar

tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton

dan dengan tulangan.

Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, atau

jika beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

a. Bagian sisi balok 48 jam.

b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari.

(33)

33 d. Plat lantai/atap/dinding 21 hari.

7. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila

hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton

sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin

yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi atau membebaskan

tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran

cetakan.

8. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh

atas struktur-struktur yang dicetak.

9. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor

wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

10. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan

sebelum pengurugan dilakukan.

11. Untuk permukaan beton yang diharuskan exposed, maka Kontraktor wajib

memfinishnya tanpa diperhitungkan pekerjaan tambah.

I. Pengangkutan Dan Pengecoran

1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara

pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan

pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.

2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan,

maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan

persetujuan Konsultan Pengawas.

3. Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)

hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan

pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan

(34)

34 tanpa gangguan.

4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan

agregat telah melampaui 1.5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan

Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya

pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

6. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya

harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu

bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

7. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.5 m.

8. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan

pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

9. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set"

atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena

getaran, penggetaran harus bersamaan dengan penuangan beton.

10. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi

lantai kerja setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan

mencegah penyerapan air semen oleh tanah/pasir secara langsung.

11. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras

dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air

semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang

cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran,

adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

12. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran

dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak

dilaksanakan, kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada

(35)

35 memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk menjaga terjadinya hujan.

J. Pemadatan Beton

1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan

penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa

perlu penggetaran secara berlebihan.

2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan "Mechanical Vibrator" dan

dioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya

agar tidak mengakibatkan "over vibration" dan tidak diperkenankan melakukan

penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.

Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi

atau keropos.

3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar

yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan

pemadatan yang baik.

4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton tidak boleh melebihi 12.5 cm.

5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan

khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara

horisontal.

6. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan-tulangan, terutama pada

tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak

minimal 5 cm dari bekisting.

7. Setelah sekitar jarum tampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik,

hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

K. Penyambungan Konstruksi

1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu

konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak sambungan konstruksi

(36)

36 dapat merubah letak "construction joints" tersebut.

2. Permukaan "construction joints" harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas

seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.

3. "Contruction joints" harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin

dihindarkan adanya "Contruction joints" tegak, kalaupun diperlukan maka harus

dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4. Bila "Contruction joints" tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian

rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.

5. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan

"grout" segera sebelum beton dituang.

6. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive

"Bonding Agent" (lem beton) yang disetujui Konsultan Pengawas.

L. Baja Tulangan

1. Baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos dan tulangan besi ulir.

2. Baja tulangan kesemuanya harus bersih dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat

dan lain-lain yang akan merusak mutu beton.

3. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus

sesuai dengan pesyaratan dalam PBI NI-2 BAB 5.

4. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :

Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm)

didalam Diluar tak terlihat

Pelat dan selaput 1.0 1.5 2.0

Dinding dan keping 1.5 2.0 2.5

(37)

37

K o l o m 2.5 3.0 3.5

M. Benda-Benda Yang Tertanam Dalam Beton

1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam

beton, harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran.

2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan

kotoran-kotoran lain pada saat mengecor.

3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh

dicor.

N. Penyelesaian Beton

1. Semua permukaan, pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang

membekas. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.

2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang dan tidak memenuhi persyaratan harus

segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan

beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila

diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas, carborondum atau

gurinda.

3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi

kerataan pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10 m.

Tidak dibenarkan untuk menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan

maksud menyerap kelebihan air.

4. Apabila pengecoran dilakukan dengan Readymix harus ditunjukkan pesanannya yang

menunjukkan karakteristik dari beton.

O. Perawatan Dan Perlindungan Beton

1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh

(38)

38 tidak tertutup oleh cetakan harus tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi

secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.

2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan

beton belum dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1)

dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.

3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar,

selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan

terjadinya celah-celah pada sambungan.

4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas, harus dirawat

dengan jalan membasahi atau menutupi dengan membran yang basah.

P. Pengujian Beton

1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI NI-2 BAB 4.9

dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.

2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikejakan dalam satu hari

dengan volume sampai terkumpul 20 benda uji atau seperti NI-2 BAB 4.7.

3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji silinder diameter 15 cm

dan tinggi 30 cm atau dengan benda uji kubus ukuran 15x15x15 cm3. Satu benda uji

akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan

Pengawas, sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen

tersebut.

4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan,

dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya.

5. Benda uji silinder atau kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas

getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24 jam.

Q. Suhu/Temperatur

(39)

39 beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus

diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.

2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu

beton melebihi dari 32 derajat Celsius, maka Kontraktor harus mengambil

langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu

malam hari.

R. Perijinan

1. Kontraktor harus memberitahukan pada Konsultan Pengawas minimal 1 minggu

sebelum pengecoran dimulai.

2. Pengecoran dapat dilaksanakan apabila sudah ada Berita Acara Pengecoran dan izin

tertulis dari Konsultan Pengawas.

S. Hal-Hal Lain

Apabila pengecoran pada balok berbentang panjang, maka cetakan dinaikkan setinggi

lendutan yang terjadi sehingga apabila cetakan dibongkar tidak ada lendutan yang

terjadi. Hal ini harus dikonsultasikan pada Konsultan Pengawas.

Pekerjaan Perpipaan

1. Syarat Teknis Pipa Galvanized (GIP)

a. Spesifikasi Material :

Bahan : GIP Medium Class

Standar : SNI 07-0039-89 / BS 1387-67/SII 0161-

81,ASTMA53/A120 SCH 20, ISO 9002;

Nominal diameter : 1 ¼ Inci; 1 ½ Inch; dan 2 Inch

(40)

40 Ulir atau las (bafel end tiap ujungnya)

Tekanan kerja : = 50 kgf/cm²;

b. Panjang efektif setiap pipa yang dipesankan harus 6(enam) meter;

c. Socket harus dipasang dengan baik ( treaded );

d. Pada ujung setiap pipa harus jelas kelihatan merk dan class pipa;

e. Ketebalan sesuai dengan standard yang dipesan;

2. Syarat Teknis Valve

1. Valve diameter nominal di atas atau sama dengan 75 mm, body

terbuat

dari cast iron, Spidle dari bronze kedua ujungnya dengan flange yang

harus sudah diberi lobang dengan ukuran sesuai dengan standard NP. 10

dan permukaannya harus dilapisi Coaltar atau sejenisnya;

2. Pada setiap valve harus jelas kelihatan ukuran dan merk/kode perusahaan;

3. Harus tidak bocor pada tekanan minimal 12,5 kg/cm²;

4. Valve harus dilengkapi antara lain :

5. Untuk diameter lebih besar atau sama dengan 75 mm tanpa wheel

dan diganti dengan T.Key panjang 1,5 m. Setiap 5 gate valve disediakan 1

T.Key.

6. Jenis gate valve merk MITI dan HE Brand untuk tidak ditawarkan.

3. Syarat Teknis Bend, Tee, Dan Reducer

Tipe : Single Air Valve ( apabila tidak ditentukan lain )

Bahan : Cast Iron

Tekanan Kerja : Lebih besar atau sama dengan 12,5 Kg/cm²

@ Diameter 8’’ atau lebih besar sambungan Flange/Las

@ Diameter 5’’ atau lebih kecil sambungan ulir (threaded)

4. Syarat Meter Air

Meter air yang diadakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tipe: multijet, dry dial, horizontal, magnetic drive, direct reading,

kedap terhadap debu, kelembaban dan anti magnet;

(41)

41

sample secara acak (10) sepuluh buah terhadap water metre yang dikirim untuk

(42)

42

dan syarat-syarat yang ditentukan menurut keperluan.

b. Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan

batu batu yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi

dengan batu-batu kecil dari tanah yang dipadatkan.

(43)

43

terus menerus. untuk menghindari genangan air pada dasar galian.

e. Bila kondisi tanah sangat jelek atau labil, maka lapisan atas ini

(assesori) Pipa Pekerjaan pemasangan dan penyambungan pipa dilakukan melalui

prosedur berikut ini :

a. Bahan-bahan pipa yang akan dipasang harus memenuhi syarat ,

b. Sebelum dipasang pipa harus diperiksa kondisi, diamater, dsb.

c. Peralatan dan bahan-bahan yang akan dikerjakan, disiapkan dan diperiksa

keadaannya, misalnya apakah bahan utuh, berkarat, bahan sama

atau berbeda dengan bagian yang akan disambung.

d. Pemasangan pipa harus memperhatikan ukuran, kedudukan,

elevasi, posisi, jalur, kemiringan (slope) pipa, dan pertimbangan lainnya sesuai

dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan.

e. Pemasangan pipa harus memperhatikan gerakan akibat

pengembangan atau pengerutan akibat temperatur dan tegangan yang terjadi,

f. Pemasangan pipa dimulai pada bagian-bagian yang relatif mudah terlebih

dahulu, baru kemudian bagian yang lebih sulit.

(44)

44

alat ukur (1) penyiku, (2) waterpass, maupun (3) mistar.

n. Setiap perubahan prosedur pemasangan pipa akibat kondisi di

terlalu lama serta gangguan lainnya.

(45)

45 memberikan tanda bahwa dibawahnya terdapat timbunan pipa.

9. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan pipa dan asesorinya

adalah sebagai berikut :

a. Setiap meninggalkan pekerjaan, ujung pipa harus selalu dalam

kondisi terlindung dan tertutup.

b. Ujung-ujung pipa biasanya dilindungi dengan pelat pelindung

yang menutupi permukaan sisi pipa yang telah dikampuh/diserong,

lubang ditutup dengan tripleks atau plastik guna mencegah kotoran atau air hujan

masuk ke dalam lubang tersebut.

c. Penyusunan pipa harus menurut aturan-aturan yang telah

ditentukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pipa akibat salah letak,

dan kecelakaan karena longsornya timbunan pipa.

d. Penyusunannya harus benar-benar memperhatikan akan

kemungkinan- kemungkinan terjadinya: rusaknya ujung pipa akibat terjatuh,

Gambar

tabel berikut :

Referensi

Dokumen terkait

rekam medis rumah sakit.Direktorat jendral bina pelayanan medik.. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan

untuk bisa menjadi seseorang yang berbudi, semuanya bisa diupayakan dan. dimiliki oleh diri sendiri, dengan cara menerapkan hal-hal

1) Los Miembros exportadores tendrán un total de 1.000 votos y los Miembros importadores tendrán también un total de 1.000 votos, distribuidos entre cada sector de Miembros

[r]

Shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehingga

Sehingga bersamaan dengan pencarian dan penemuan masalah itulah para peneliti mencari dan menemukan referensi yang relevan dengan topik kajiannya, disamping itu

Psikologi Industri dan Organisasi merupakan satu keseluruhan pengetahuan yang berisi fakta, aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada

Untuk memahami tentang wawasan kebangsaan, maka perlu memahami FALSAFAH PANCASILA yang mengandung nilai-nilai dasar sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang bermuara