• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perilaku Mekanis Dan Fisis Beton Pasca Bakar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perilaku Mekanis Dan Fisis Beton Pasca Bakar"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

5 Beton didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan

mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air tanpa

tambahan zat aditif (PBI, 1971). Tetapi belakangan ini definisi dari beton

sudah semakin luas, yaitu beton adalah bahan yang terbuat dari berbagai

macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak

dapur tinggi, sulfur, serat dan lain$lain (Neville dan Brooks, 1987).

Beton adalah material komposit, yakni suatu campuran yang terdiri

dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat$agregat lain yang dicampur jadi

satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu

massa mirip batuan. Terkadang satu atau lebih bahan aditif ditambahkan

untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti

kemudahan pengerjaan ( ), durabilitas, dan waktu pengerasan.

Agregat mempunyai peran sebagai penguat, semen (matriks) mempunyai

kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah berperan sebagai pengikat dan air

( ) sebagai media pencampur untuk menghomogenkan komposisi

(2)

6

Dalam bidang bangunan yang dimaksud dengan beton adalah

campuran dari agregat halus dan kasar dengan semen yang dipersatukan

oleh air dalam perbandingan tertentu. Beton juga dapat didefinisikan

sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifat$sifatnya dapat

ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan

pengawasan yang teliti terhadap bahan$bahan yang dipilih.

Beton adalah materi bangunan yang paling banyak digunaan di

bumi ini dan dapat digunakan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil,

struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat

atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk

bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.

Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid

pavement (perkerasan kaku), saluran samping, gorong$gorong, dan

lainnya.

Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat

unsur masing$masing serta interaksi mereka, yakni ikatan yang dimbulkan

oleh reaksi kimia antara semen dan air, serta agregat dimana semen yang

mengeras itu ber$adhesi dengan baik. Susunan beton secara umum, yaitu:

7$15 % semen, 16$21 % air, 25$30% pasir, dan 31$51% kerikil.

Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen dan air,

rasio perbandingan air terhadap semen ( ) yang semakin kecil

(3)

7 ditentukan oleh perbandingan air semen, selama campuran cukup plastis,

dapat dikerjakan dan beton itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang

baik (Nugraha, P., 2007).

Beton memiliki beberapa faktor keunggulan sehingga

pemakaiannya begitu luas. Sifat keunggulan beton antara lain (Nugraha,

P., 2007) :

a. Ketersediaan (availability) material dasar.

Agregat, air dan semen pada umumnya bisa didapat dengan mudah dari

lokal setempat dan harga yang relatif murah.

b. Kekuatan tekan tinggi.

Seperti juga kekuatan tekan pada batu alam, yang membuat beton cocok

untuk dipakai sebagai elemen yang terutama memikul gaya tekan,

seperti kolom dan konstruksi.

c. Kemudahan untuk digunakan ( ).

Pengangkutan bahan mudah, karena masing$masing bisa diangkut

secara terpisah. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti

bendungan, fondasi, jalan, landasan bandar udara,dan pipa.

d. Kemampuan beradaptasi ( )

Beton bersifat monolit, tidak memerlukan sambungan seperti baja.

Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya

pada struktur cangkang ( ) maupun bentuk$bentuk khusus 3

(4)

8 e. Kebutuahan pemeliharaan yang minimal.

Secara umum ketahanan ( ) beton cukup tinggi, lebih tahan

karat sehingga tidak perlu dicat, lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

Di samping segala keunggulan di atas, beton sebagai struktur juga

mempunyai beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, yaitu

(Nugraha, P., 2007) :

1. Kuat tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar

2. Beton cenderung retak, karena semennya hidraulis.

3. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3

4. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

5. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan

6. Daya pantul suara yang besar

7. Beton tidak mampu menahan gaya tegangan ( ) yang tinggi,

karena elastisitasnya yang rendah dari beton

8. Konduktivitas termal beton relatif rendah

Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali

semen portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat

menguntungkan secara ekomoni. Namun pembuatan beton akan menjadi

mahal jika perencana tidak memahami karakteristik bahan$bahan

penyusun beton yang harus disesuaikan dengan perilaku struktur yang

(5)

9 Beton yang berasal dari pengadukan bahan$bahan penyusun

agregat kasar dan agregat halus kemudian diikat dengan semen yang

bereaksi dengan air sebagai bahan perekat, harus dicampur dan diaduk

dengan benar dan merata agar dapat dicapai mutu beton yang baik. Pada

umumnya pengadukan bahan beton dilakukan dengan menggunakan mesin

kecuali jika hanya untuk mendapatkan beton mutu rendah pengadukan

dapat dilakukan tanpa menggunakan mesin pengaduk. Kekentalan adukan

beton harus diawasi dan dikendalikan dengan cara memeriksa slump pada

setiap adukan beton baru.

Nilai slump digunakan sebagai petunjuk ketepatan jumlah

pemakaian air dalam hubungannya dengan faktor air semen yang ingin

dicapai. Waktu pengadukan lamanya tergantung pada kapasitas isi mesin

pengaduk, jumlah adukan, jenis serta susunan butir bahan penyusun, dan

slump beton, pada umumnya tidak kurang dari 1,50 menit dimulai

semenjak pengadukan, dan hasil umumnya menunjukkan susunan dan

warna merata. Sesuai dengan tingkat mutu beton yang dihasilkan

memberikan:

1. Keenceran dan kekentalan adukan yang mmungkinkan pengerjaan beton

(penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah kedalam adukan

tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya segresi atau pemisahan

(6)

20 2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan

lain$lain).

3. Memenuhi uji kuat yang hendak dipakai (Febrina, F., 2010).

Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam

pembuatan struktur. Sifat$sifat dan karakteristik material penyusun beton

akan mempengaruhi kinerja beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus

disesuaikan dengan kelas dan mutu beton yang dibuat Sehingga dalam

penggunaannya dapat disesuaikan dengan bangunan ataupun kontruksi

yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai

dengan dibutuhkan.

Beberapa dari syarat khusus bisa termasuk peningkatan kinerja

berikut:

a. Kemudahan peletakan dan pemadatan tanpa segregasi.

b. Sifat mekanis jangka panjang.

c. Kekuatan awal.

d. Kekerasan.

e. Stabilitas volume.

(7)

2

III K>225 >225 >300 Strukturil Kontinu

a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan$pekerjaan non strukturil.

Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan

mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan$

bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan

pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan dengan Bo.

b. Beton kelas II adalah Beton untuk pekerjaan$pekerjaan strukturil secara

umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus

(8)

22

alam mutu$mutu standar B1, K125, K175, dan K225. Pada mutu B1,

pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu

bahan$bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan

pemeriksaan. Pada mutu$mutu K125, K175 dengan keharusan untuk

memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil$hasil

pemeriksaan benda uji.

c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan$pekerjaan strukturil yang

lebih tinggi dari K225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus

dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga$tenaga ahli. Disyaratkan

adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang

dilayani

Untuk kepentingan pengendalian mutu disamping pertimbangan

ekonomis, beton dengan mutu (beton dengan 50$80 MPa),

perbandingan jumlah agregat (pasir, kerikil atau batu pecah) terhadap

jumlah semen tidak boleh melampaui 8:1. Untuk Beton dengan mutu

(beton dengan 100 MPa), dan (beton dengan minimum 125 MPa),

dapat memakai perbandingan campuran unsur bahan beton dalam takaran

volume 1 semen : 2 pasirs : 3 kerikil atau 3/2 pasir : 5/2 kerikil. Apabila

hendak menentukan perbandingan antar$fraksi bahan beton mutu ! dan

mutu lainnya yang lebih tinggi harus dilakukan percobaan campuran

rencanan guna dapat menjamin tercapainya kuata karakteristik yang

diinginkan dengan menggunakan bahan$bahan susunan yang ditentukan

(9)

23

Aspek paling umum dari Beton Kinerja Tinggi adalah Beton Mutu

Tinggi.Menurut SNI 03$2847$2002 Beton harus dirancang sedemikian

hingga menghasilkan kuat tekan rata$rata seperti yang direncanakan sesuai

dengan aturan$aturan dalam tata cara ini, tidak boleh kurang daripada 17,5

MPa. Ketentuan untuk nilai " # harus didasarkan pada uji silinder yang

dibuat dan diuji. Produksi beton mutu tinggi memerlukan pemasok untuk

mengoptimasikan 3 aspek yang mempengaruhi kekuatan beton: pasta

semen, agregat, dan lekatan semen$agregat. Ini perlu perhatian pada semua

aspek produksi, yaitu pemilihan material, mix design, penanganan dan

penuangan.

1 Non Struktur 240$800 0,35$7 dinding pemisah

atau dinding isolasi

(10)

24

agregat yang baik, beton dapat dikerjakan, kuat, tahan lama dan ekonomis.

Atas dasar inilah gradisi dari ukuran$ukuran partikel dalam agregat,

mempunyai peranan yang sangat penting, untuk menghasilkan susunan

beton yang padat.

Mengingat agregat lebih murah daripada semen maka akan

ekonomis bila agregat dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis

memungkinkan, dan kandungan semennya minimum. Meskipun dulu

agregat dianggap sebagai material pasif, berperan sebagai pengisi saja, kini

disadari adanya kontribusi positif agregat pada beton, seperti stabilitas

volume, ketahanan abrasi, dan ketahanan umum ( ) diakui.

Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung tergantung pada sifat

agregat, seperti kepadatan, panas jenis, dan modulus elastisitas.

Faktor penting lainnya adalah bahwa agregat tersebut juga harus

mempunyai :

1. Kekuatan yang baik.

2. Tahan lama.

3. Tahan terhadap cuaca.

4. Permukaannya haruslah bebas dari kotoran seperti tanah liat,

lumpur dan zat organik yang akan memperlemah ikatannya

dengan adukan semen.

5. Tidak boleh terjadi reaksi kimia yang tidak diinginkan diantara

(11)

25 Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau

pemecahan massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat

agregat tergantung dari sifat batuan induk. Sifat$sifat tersebut diantaranya,

komposisi kimia dan mineral, berat jσσenis, kekerasan $ %,

kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain$lain.

Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan

induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel serta tekstur.

Secara umun agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai

bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, kuat, keras bergradasi

baik dan stabil secara kimiawi. Keuntungan digunakannya agregat pada

beton, menghasilkan beton yang murah, menimbulkan sifat volume beton

yang stabil seperti mengurangi susut, mengurangi rangkak dan

memperkecil pengaruh suhu.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa

agregat alam atau agregat buatan $ " %. Secara umum

agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu,

. Batasan antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu

4.80 mm $ & %atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar

adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80 mm (4.75

mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 – 40 mm disebut kerikil

(12)

26

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya

berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar

dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk

pekerjaan jalan, tanggul$tanggul penahan tanah, bendungan, dan lainnya.

Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan

kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya (Nugraha, P., 2007).

Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh

karena itu sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang

akan dibuat maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai

campuran beton. Pada kasus$kasus tertentu, beton mutu tinggi yang

mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan

lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton. Dalam hal ini kekuatan

agregat menjadi kritis.

" # $ %

Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir$

butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal:

1. Karena terhindar dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel

yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan.

2. Porositas yang besar, porositas yang besar mempengaruhi

(13)

27 Kekerasan atau kekuatan butir$butir agregat tergantung dari

bahannya dan tidak dipengaruhi oleh ikatan antara butir satu dengan

lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas

(sifat dalam pengujian beban ) yang lebih tinggi. Butir$butir yang

lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan

beton yang dapat diandalkan. Kekerasan sedang mungkin justru lebih

menguntungkan, karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang

terjadi, atau pembasahan dan pengeringan, atau pemanasan dan

pendinginan dan dengan demikian membantu mengurangi kemungkinan

(14)

28

Material semen adalah material yang mempunyai sifat$sifat adhesif

dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat$agregat menjadi

suatu massa yang padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Semen

merupakan hasil industri dari paduan bahan baku : batu gamping/kapur

(15)

29 Calcium Oksida (CaO), dan lempung/tanah liat yaitu bahan alam yang

mengandung senyawa: Siliki Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3),

Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO) atau bahan pengganti

lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk $ %, tanpa

memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada

pencampuran dengan air. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut

dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk nya, yang

kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips $ %dalam jumlah

yang sesuai.

Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen

hidraulik dan semen non$hidraulik. Semen hidraulik mempunyai

kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen

hidraulik antara lain kapur hidraulik, semen pozollan, semen terak, semen

alam, semen portland, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya

adalah semen portland putih, semen warna, dan semen$semen untuk

keperluan khusus. Sedangkan semen non$hidraulik adalah semen yang

tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat

mengeras di udara. Contoh utama dari semen non$hidraulik adalah kapur.

Semen juga memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV, dan V.

Tipe$tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam

merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam

(16)

30

&

Semen portland dibuat dari semen hidrolis yang dihasilkan secara

menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat$silikat kalsium

yang bersifat hidrolis.

Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai bahan

campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa banyak

kandungan senyawa C3A$nya. Semen yang tahan sulfat harus memiliki

kandungan C3A tidak lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A$nya

tinggi, jika terkena sulfat yang terdapat pada air atau tanah akan

mengeluarkan C3A yang bereaksi dengan sulfat dan mengambang

sehingga mengakibatkan retak$retak pada betonnya (Mulyono, Tri., 2005).

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak

digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut SII 0013$1981, semen portland

didefinisikan sebagai semen hidraulis yang dihasilkan dengan

menghaluskan kliner yang terutama yang terdiri dari silikat$silikat kalsium

yang bersifat hidraulis, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk

kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama$sama

dengan bahan utamanya.

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi

syarat SII.0013$1981 atau Standart Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986,

(17)

3

Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) membagi semen

portland menjadi lima jenis (SK.SNI T$15$1990$03:2) yaitu :

$ Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak

memerlukan persyaratan khusus seperti jenis$jenis lainnya. Jenis

ini paling banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir

semua jenis konstruksi.

$ Tipe II, semen portland modifikasi yang dalam penggunaannya

memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

$ Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya

memerlukan kekuatan awal tinggi dalam fase permulaan setelah

peningkatan terjadi. Kekuatan 28 hari umumnya dapat dicapai

dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika acuan

harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus

dapat cepat dipakai.

$ Tipe IV, semen portland yang penggunaannya memerlukan

panas hidrasi yang rendah, yang dipakai untuk kondisi di mana

kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus minimum.

Misalnya pada bangunan masif seperti bendungan gravitasi yang

besar.

$ Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya

(18)

32

ipakai di daerah di mana tanah atau airnya memiliki kandungan

sulfat yang tinggi.

Perbandingan bahan$bahan utama penyusun semen portland adalah

kapur (CaO) sekitar 60%$65%, silika (SiO2) sekitar 20%$25%, dan oksida

besi serta alumina (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7%$12% (Mulyono, Tri.,

2005).

& " +" ,

Air yang terlau banyak akan menempati ruang di mana pada waktu

beton sudah mengeras dan terjadi penguapan, ruang itu akan menjadi pori.

Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi FAS, semakin rendah mutu

kekuatan beton. Namum demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak

selalu brarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas$batas dalam

hal ini. Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam

pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada

akhirnya menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS

minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Mulyono, Tri.,

2005). Rata$rata ketebalan lapisan yang memisahkan antar partikel dalam

beton sangat tergantung pada faktor air semen yang digunakan dan

kehalusan butir semennya.

-Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air harus selalu ada di

dalam beton, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk

(19)

33 yang diperlukan untuk kelecakan ( ) tertentu hampir konstan tanpa

tergantung pada jumlah semen, untuk kombinasi agregat halus dan kasar

tertentu”. Hukum ini tidak sepenuhnya berlaku untuk seluruh kisaran

(range), namun cukup praktis untuk penyesuaian perencanaan dan koreksi.

Air yang diperlukan dipengaruhi faktor$faktor di bawah ini :

a. Ukuran agregat maksimum: diameter membesar maka kebutuhan air

menurun (begitu juga jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih

sedikit).

b. Bentuk butir: bentuk bulat maka kebutuhan air menurun (batu pecah

perlu lebih banyak air).

c. Gradasi agregat: gradasi baik maka kebutuhan air menurun.

d. Kotoran dalam agregat: makin banyak silt, tanah liat dan lumpur maka

kebutuhan air meningkat.

e. Jumlah agregat halus (dibandingkan agregat kasar): agregat halus

lebih sedikit maka kebutuhan air menurun.

Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida

maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28

hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan

bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai

(20)

34

+.,

Beton pra$tekan

Beton bertulang yang selamanya berhubungan

dengan klorida

Beton bertulang yang selamanya kering atau

terlindung dari basah

Konstruksi beton bertulang lainnya

0,06

0,15

1,00

0,30

(

Bila kebakaran terjadi pada suatu konstruksi beton bertulang maka

struktur kolom, balok, lantai, dinding akan mengalami siklus pemanasan

dan pendinginan. Karena adanya fase secara fisik maupun kimia yang

kompleks. Akibatnya dengan adanya perubahan mikrostruktur beton dan

secara keseluruan maka terjadi perubahan prilaku material beton yang

mengakibatkan menurunnya kekuatan struktur.

( / 0

Kebakaran pada hakekatnya merupakan reaksi kimia dari

dengan oksigen yang dikenal dengan reaksi

pembakaran yang menghasilkan panas. Panas hasil pembakaran ini

(21)

35 1. Secara radiasi, yaitu pancaran panas diterima oleh permukaan beton

sehingga permukaan beton menjadi panas. Pancaran panas akan

sangat potensial, jika suhu sumber panas relatif tinggi.

2. Secara konveksi, yaitu udara panas yang bertiup/bersinggungan

dengan permukaan beton/mortar sehingga beton menjadi panas. Bila

tiupan angin semakin kencang, maka panas yang dipindahkan dengan

cara konveksi semakin banyak. (Sumardi,2000)

Kebakaran adalah penyebab utama hancurnya struktur bangunan

dan hilangnya umur bangunan. Sifat beton adalah bahwa temperatur akibat

kebakaran tidak menyebabkan perubahan mendadak, seragam dan

mungkin berbahaya pada sifat keseluruhan bangunan. Beton pertama$tama

mengembang, tetapi kehilangan kelegasan yang progresif pada pasta

semen menyebabkan pengembangan termal dari agregat.

Kebakaran adalah sebuah proses kimia, yaitu oksidasi dari suatu

material organik. Material organik adalah material yang mengandung

unsur karbon pada susunan molekulnya. Oksidasi dari material organik ini

akan menghasilkan unsur karbon, hydrogen, belerang serta cahaya dan

panas. Peningkatan temperatur pada saat terjadi kebakaran menyebabkan

perubahan pada sifat material dari sebuah struktur. Perubahan sifat ini

dapat digunakan untuk memperkirakan temperatur yang terjadi pada saat

(22)

36

( % % $

Beton pada dasarnya tidak diharapkan mampu menahan panas

sampai di atas 250°C. (Tjokrodimuljo ,2000) . Beton yang dipanaskan

hingga di atas 800°C, mengalami degradasi berupa pengurangan kekuatan

yang cukup signifikan yang mungkin tidak akan kembali lagi (recovery )

setelah proses pendinginan. Tingginya kehilangan kekuatan dan dapat

tidaknya kekuatan material kembali seperti semula ditentukan oleh jenis

material yang digunakan, tingkat keparahan pada proses kebakaran dan

lama waktu pembakaran.

Tingginya tingkat keparahan (temperatur) dan lamanya waktu

pembakaran menyebabkan berkurangnya kekuatan tekan suatu material

beton, terlebih lagi timbulnya tegangan geser dalam (' & & )

sebagai akibat adanya perbedaan sifat thermal antara semen dan agregat.

Agregat berbobot ringan bisa diproduksi dengan mengekspansi

batu karang, batu tulis, tanah liat, terak atau batu apung atau terjadi alami.

Batu tulis, tanah liat dan karang yang diekspansi dipanasi sampai sekitar

1040° C sampai 1100° C selama pembuatan. Pada suhu ini agregat

tersebut menjadi cair. Akibatnya agregat berbobot ringan ini yang berada

dekat permukaan beton yang mulai melunak setelah terbakar selama

sekitar 4 jam. Dalam praktek pengaruh pelunakan ini umumnya kecil

(23)

37

( & % $ % $

Peningkatan termperatur akibat kebakaran menyebabkan material

beton mengalami perubahan sifat. Suhu yang dapat dicapai pada suatu

ruangan gedung yang terbakar adalah ± 1000°C dengan lama kebakaran

umumnya lebih dari 1 jam. Kebanyakan beton struktural dapat

digolongkan ke dalam tiga jenis agregat, yakni karbonat, silikat, dan beton

berbobot ringan. Agregat karbonat meliputi batu kapur dan dolomit dan

dimasukkan dalam satu golongan karena kedua zat ini mengalami

perubahan susunan kimia pada suhu antara 700°C sampai 980°C. Agregat

silikat yang meliputi granit, kuarsit, batu pasir, tidak mengalami perubahan

kimia pada suhu yang biasa dijumpai dalam kebakaran (Norman Ray,

2009).

Fenomena yang dapat dilihat pada beton yang terkena beban panas

(kebakaran) yang ekstrim adalah terjadinya "" (pengelupasan),

retak rambut dan retak lebar serta warna beton. Dari pengamatan secara

visual dapat diperkirakan suhu yang pernah dialami oleh beton.

Pengaruh temperatur tinggi terhadap beton dapat mengakibatkan

perubahan, antara lain (Nugraha, P., 2007) :

Pada suhu 100o

C : air kapiler menguap.

Pada suhu 200o

C : air yang terserap di dalam agregat

menguap. Penguapan menyebabkan penyusutan pasta.

Pada suhu 400oC : pasta semen yang sudah terhidrasi terurai

(24)

38 Ca(OH)2 → CaO + H2O

Dengan demikian beton yang di bawah pembebanan lebih kuat

daripada yang tidak dibebani. Pada temperatur 600o

C di bawah beban 0,4

" (tidak mengalami penurunan kekuatan.

( - 0 % $

1. Perubahan warna pada beton

Warna beton setelah terjadi proses pendinginan membantu dalam

mengindikasikan temperatur maksimum yang pernah dialami beton dalam

beberapa kasus. Perubahan warna yang terjadi pada permukaan beton yaitu

(Nugraha, P., 2007) :

• < 300 N C : tidak berubah

• 300 NC – 600 N C : merah muda

• 600 NC – 900 N C : putih keabu$abuan

• > 900 N C : kekuning$kuningan

• >1200 : kuning

Ciri di atas tidak mutlak, tergantung jenis agregat di dalam beton.

Warna beton yang terbakar, dapat menentukan tingkat kebakaran, seperti

warna mulai merah hingga putih dapat menunjukkan bahwa kebakaran

tersebut cukup parah.

2. & dan ) pada beton

& adalah gejala melepasnya sebagian permukaan beton

(25)

39 tertekan dengan penampakan dengan bagian permukaan beton yang

keluar/lepas/terpisah.

• Beton keropos dan kualitas beton buruk

• Suhu tinggi akibat kebakaran (Munaf & Siahaan, 2003:14)

) adalah gejala remuk pada permukaan beton (seperti

pecahnya kulit telur).

& terjadi pada 150 oC $1110 oC,

terjadi pada 220 oC – 400 oC. Jadi beton mulai kritis pada 300 oC – 350

o

C (Nugraha, P & Antoni,2007)

3. Retak ( )

Pada temperatur tinggi, pemuaian besi beton akan lebih besar

daripada betonnya sendiri. Tetapi pada konstruksi beton, pemuaian akan

tertahan sampai suatu taraf tertentu karena adanya lekatan antara besi

beton dengan beton. Keretakan diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, antara

lain:

Retak ringan , yakni pecah pada bagian luar beton yang berupa

garis$garis yang sempit dan tidak terlalu panjang dengan pola

menyebar. Retak ini disebabkan oleh proses penyusutan beton pada

saat terjadi kebakaran.

Retak berat, yakni ukuran retak lebih dalam dan lebar, terjadi

(26)

40

1

)

2

Menurut Priyosulistyo (2000) setelah kebakaran terjadi pada suatu

struktur beton bertulang, penelitian harus dilaksanakan untuk pemeriksaan

berkenaan dengan kekuatan sisa dan keamanan pada struktur tersebut

sebelum dilakukan perbaikan struktur pasca kebakaran.

Pengambilan sampel sedapat mungkin tidak menambah rusaknya

struktur ( ) sekalipun dalam hal tertentu terpaksa dilakukan

uji setengah merusak ( ) sampai uji merusak ( ).

Beberapa tipe pengujian dan alat$alat yang digunakan untuk

pengambilan data di lapangan, antara lain: Rebound Hammer Test,

Ultrasonic apparatus, Pull out test, Mini Core Drill, Penetration Resistance

Test, Internal Fracture Test, Break$off Test, Pull Off Test, Chemical Test

dan Loading Test.

Dalam melakukan kajian terhadap bangunan struktur beton tidak

seharusnya ditentukan oleh kekuatan betonnya saja namun harus

diperhitungkan adanya material lain yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari keseluruhan struktur seperti tulangan baja, karena

tulangan akan mempengaruhi kinerja beton. Diperlukan uji tulangan tarik

baja yakni dengan mengambil sampel tulangan pada balok atau kolom

yang telah mengalami kebakaran (Nugraha, P., 2007).

3

(27)

4

ipikul beton persatuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa.

Kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor air semen (water cement

ratio = w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran, kelecakan

( ), perawatan ( ) beton dan umur beton.

" +" , $

Didalam campuran beton air mempunyai dua buah fungsi,

yang pertama untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan

pengikatan dan berlangsungnya pengerasan dan yang kedua sebagai

pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar lebih mudah dalam

pencetakan beton.

Kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air

semennya, (water cement ratio = w/c). Semakin rendah nilai faktor air

semen maka maka jumlah airnya sedikit yang akan menghasilkan kuat

tekan beton yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir

untuk semua tujuan, beton yang mempunyai faktor air semen minimal

dan cukup untuk memberikan workabilitas tertentu yang dibutuhkan

untuk pemadatan, merupakan beton yang terbaik (L.J. Murdock and

K.M. Brooks, 1979).

4 2 + ,

Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan

(28)

42 menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada

kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Bagian bawah

berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm

(disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada

gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerucut Abrams

Dalam pemeriksaan slump beton biasanya akan didapat 3 jenis

slump, yaitu slump sejati (murni), slump geser, dan slump runtuh.

Slump sejati dijumpai pada beton yang kohesi. Slump runtuh biasanya

terjadi karena betonnya sangat encer, pada umumnya menunjukkan

beton yang mutunya jelek dan sering sekali terjadi akibat segresi dari

dari bahan – bahan campurannya.

Jika nilai slump yang kita dapatkan sesuai dengan nilai slump

rencana maka beton tersebut dapat dikerjakan dengan mudah.

Kekentalan campuran beton sangat mempengaruhi mutu bangunan

(29)

43 mengakibatkan bleeding, sedangkan bila kekurangan air pada

campuran dapat mengakibatkan segregasi.

% +! " " ,

Campuran beton yang tersegregasi adalah sukar atau tidak

mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.

Segregasi dapat terjadi karena kohesi tidak cukup untuk menahan

partikel dalam suspensi , menurunnya butiran ke bagian bawah dari

beton segar, atau terpisahnya agregat kasar dari campuran, akibat

cara penuangan dan pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa

diujikan sebelumnya, hanya dapat dilihat setelah semuanya terjadi.

Faktor – faktor yang menyebabkan segregasi adalah :

a. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25 mm,

b. Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus,

c. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran,

d. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat,

e. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering ( Paul

Nugraha dan Antoni,2007).

Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka

diusahakan air yang diberikan sedikit mungkin, adukan beton

jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu besar dan

cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus

(30)

44

% +# ",

Perdarahan sering terjadi setelah beton dituang dalam

acuan. Bisa dilihat dengan terbentuknya lapisan air pada

permukaan beton. Karena berat jenis semen lebih dari 3 kali berat

jenis air maka butir semen dalam pasta, terutama yang cair,

cenderung turun. Pada beton yang normal dengan konsistensi yang

cukup, bleeding terjadi secara bertahap dengan rembesan seragam

pada seluruh permukaan. Namun pada campuran yang kurus ( )

dan basah, akan membentuk saluran sehingga air bisa mengalir

dengan cukup cepat untuk mengangkut butir semen halus ke atas.

Perdarahan bisa dikurangi dengan menambah semen,

memakai semen dengan butir halus, atau menambah pengisi halus

(" ) seperti pozzolan. Sayangnya semua upaya di atas akan

menambah susut pengeringan dan retak. Yang paling efektif adalah

dengan mengurangi air sambil mempertahankan kelecakan dengan

memakai air entrainment ( Nugraha,P., 2007).

2

Semakin bertambah umur beton, maka kuat tekan beton

tersebut akan bertambah. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100 %

setelah beton berumur 28 hari. Berikut ini adalah perbandingan kuat

(31)

45 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur

Umur beton (hari)

3 7 14 21 28 90 365

PC Type 1 0.44 0.65 0.88 0.95 1.0 $ $

& * &+' ,- - ..

%

Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton.

Jumlah pasta semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan

butiran agregat dan mengisi rongga$rongga diantara agregat sehingga

dihasilkan beton dengan kuat tekan yang diinginkan.

Menurut SK SNI S$04$1989$F semen portland dipisahkan

menurut pemakaiannya menjadi 5 jenis :

$ Jenis I : untuk kontruksi pada umumnya, yang biasa disebut

sebagai semen portland jenis umum (

).

$ Jenis II : untuk kontruksi bangunan yang mempunyai konsentrasi

sulfat tinggi, terutama sekali bila diisyaratkan agak tahan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang ( "

)

$ Jenis III : untuk kontruksi yang menuntut persyaratan kekuatan

(32)

46

$ Jenis IV : untuk kontruksi dengan persyaratan panas hidrasi rendah

( ).

$ Jenis V : untuk kontruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan

terhadap sulfat ( " ).

Untuk jumlah semen yang terlalu sedikit berarti jumlah air

yang digunakan juga semakin sedikit sehingga menyebabkan adukan

beton sulit untuk dipadatkan, dan berpengaruh pada kemudahan

pengerjaannya.

0

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu$batuan,

kerikil, pasir dan lain$lain) adalah kekuatan hancur dan ketahanan

terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta

semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi

daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan

agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan. (L.J. Murdock dan

K.M. Brook,1979)

Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat agregat yang paling

berpengaruh terhadap kekuatan beton adalah kekasaran permukaan

dan ukuran maksimumnya. Pada agregat dengan permukaan kasar

akan terjadi ikatan yang baik antara pasta semen dengan agregat

tersebut. Pada agregat berukuran besar luas permukaanya menjadi

(33)

47 Selain itu susunan besar butiran agregat yang baik dan tidak seragam

dapat memungkinkan terjadinya interaksi antar butir sehingga rongga

antar agregat dalam kondisi optimum yang menghasilkan beton padat

dan kuat tekan yang tinggi.

0 5 +$ ",

Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang

diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan

dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan

sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan

kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat mengering, akan

timbul retak$retak pada permukaannya. Retak$retak ini akan

menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai

reaksi hidrasi kimiawi penuh.

*

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume

poripori (volume yang ditempati oleh fluida) terhadap volume total beton.

Porositas beton merupakan pori$pori beton yang terbentuk akibat

gelembung udara yang tidak bisa keluar dari pasta beton, hal ini

menyebabkan beton keropos dan kekuatannya berkurang. Untuk itu, dalam

pembuatannya harus sangat diperhatikan proses pemadatannya untuk

(34)

48 Porositas penting diteliti terutama pada bangunan tepi pantai dan

bangunan yang bersinggungan dengan tanah. Air garam yang mengandung

sulfat dan klorida dapat mendesak pori$pori beton sehingga beton pecah

menjadi serpihan$serpihan lepas yang dapat mengurangi kekuatan beton

itu sendiri. Peningkatan porositas diduga berhubungan dengan penurunan

kekuatan beton pasca bakar.

Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas

terbuka yakni porositas yang rongganya masih memiliki akses ke

permukaan luar, walaupun rongga tersebut ada ditengah$tengah padatan.

Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi

volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya

porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90

% tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut.

Porositas ini dapat dihitung dengan rumus :

$ 6 7 7 '' .

dimana :

p = Porositas (%)

mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)

mk = Massa kering sampel (gram)

Vb = Volume benda uji ( )

Pada percobaan ini porositas dihitung sebelum pembakaran dan

(35)

49

8 9

)9

#

1. “Porositas, kuat tekan, dan kuat tarik belah beton dengan agregat kasar

batu pecah pasca dibakar” (A.A. Gede Sutapa,2011)

Tujuan : Mengetahui perubahan porositas, kuat tekan, dan tarik

belah beton dengan agregat kasar batu pecah pasca dibakar

Benda uji : Silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm

Mutu beton : f’c=25 MPa

Alat bakar : Tugku

Temperatur : 34⁰C s.d. ± 800⁰C

Temperatur maksimum dicapai pada menit ke 180, lalu temperatur

tersebut dipertahankan selama 20 menit sehingga proses pembakaran

berlangsung selama 200 menit.

Hasil :

$ Peningkatan porositas beton sebanding dengan volume beton yang

mengalami penetrasi panas dengan temperature 400$800⁰C

$ Peningkatan porositas beton menyebabkan kuat tekan turun sebesar

53,665 % dan kuat tarik belah turun sebesar 49,641 %

2. “Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Kuat Tekan Beton” (Irma

Aswani Ahmad, Nur A.S.Taufieq, dan Abdul H.Aras, 2009)

Tujuan : Mengetahui gambaran kuat tekan setelah terbakar dan

model hubungan antara temperature dan kuat tekan beton

(36)

50 Mutu beton : f’c= 245,58 kg/cm2

Alat Bakar : Oven

Temperatur : 200 ⁰C s.d. 600C dengan interval kenaikan 50 C

Waktu : 3 jam

Hasil :

$ Kuat tekan beton rata$ratanya menurun dengan adanya kenaikan

temperatur yakni sebesar 85,83%(200⁰C), 58,40 %(400C), dan 35,08

%(600⁰C)

$ Model regresi linier yg dihasilkan :

y = $0,2802x + 248,79 dengan nilai R2= 0,8539

$ Model regresi polynomial yang dihasilkan :

y = 10$4x2 – 0,3402x + 255,65 dengan nilai R2= 0,8576

3. “Perubahan Perilaku Mekanis Beton Akibat Tempertatur Tinggi (Trisni

Bayuasri, Himawan Indarto, dan Antonius, 2006)

Tujuan : Mengetahui perubahan kekuatan beton dan modulus

elastisitas beton setelah dibakar pada suhu dengan

berbagai durasi

Benda Uji : Silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm

Mutu Beton : K225 dan K350

Alat bakar : Berupa ruang pembakaran berukuran 1,35x1,24x3,29

m,terbuat dari susunan batu api SK$32,dilapisi asbes tahan

panas dan besi pada bagian luarnya.

(37)

51 Waktu : 3 jam, 5 jam, dan 7 jam

Hasil :

$ Kekuatan tekan dan elastisitas beton setelah dibakar adalah sama$sama

menurun

$ Semakin lama durasi dan semakin tinggi temperatur maka kekuatan sisa

mengecil

$ Perubahan kekuatan beton dan modulus elastisitas beton untuk berbagai

mutu beton berbeda meskipun mereka dibakar pada suhu dan durasi

Gambar

Gambar 2.1 Kerucut Abrams �

Referensi

Dokumen terkait

KOTA PROBOLINGGO - PAITON (BTS.. KOTA SITUBONDO -

print_r($this-&gt;curve,

Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain Bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

Berdasarkan daftar nilai korelasi, angka nilai korelasi yang didapat sebesar 0,817 berada pada level 0,80 – 1,00 yang berarti hubungan antara pendidikan seks dengan

Dalan tefctu pcranc, para pcrajarit dsn oorefca yens tcrmaik dalen cplorv;an tentero dan bcrada dalcn c^lanc- canc pcrtcnpoKcu atanpan di caata tenpat yanc ado tlalan

Model desain ASSURE merupakan singkatan dari komponen-komponen atau langkah-langkah penting yang terdapat di dalamnya, yaitu: Analyzer learner characteristic

Komponen-komponen karbonil terutama dekadienal yang berkontribusi pada flavor daging ayam dapat dihasilkan dari asam linoleat (C18:2) yang terbentuk melalui oksidasi

diambil dari model konseling lainnya yaitu menggunakan teknik asertif yang di ambil dari model konseling behavioristik, teknik konfrontasi yang diambil dari Rasional- Emotif