• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 KONSEP PERUBAHAN SOSIAL - BAHAN AJAR PERUBAHAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1 KONSEP PERUBAHAN SOSIAL - BAHAN AJAR PERUBAHAN SOSIAL"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

PERUBAHAN SOSIAL

Semester II/2 Sks

Oleh

Tri Suminar

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Deskripsi Mata Kuliah:

Menganalisis teori-teori perubahan sosial sebagai bekal kemampuan merancang atau mendesain program-program pendidikan luar sekolah di masyarakat.

Standar Kompetensi :

Memahami konsep perubahan sosial dan perubahan budaya dan ruang lingkup perubahan sosial.

BAB 1

KONSEP PERUBAHAN SOSIAL

Kompetensi Dasar :

Menjelaskan konsep perubahan sosial dan perubahan budaya dan ruang lingkup perubahan sosial.

Indikator Pencapaian Kompetensi :

1. Menjelaskan pengertian perubahan sosial dan perubahan budaya 2. Menjelaskan ruang lingkup dan obyek perubahan sosial

Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan konsep perubahan sosial dari beberapa pakar sosiologi 2. Menjelaskan perbedaan perubahan sosial dengan perubahan budaya 3. Menjelaskan ruang lingkup perubahan sosial

Materi Pokok: A. Pengantar

(3)

manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat. Perubahan di masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilakuaan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan interaksi sosial. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Jenis masyarakat ada yang statis dan ada yang dinamis terhadap perubahan sosial. Pada masyarakat statis, sedikit mengalami perubahan dan perubahan umumnya berjalan lambat. Sebaliknya masyarakat yang dinamis mengalami berbagai perubahan dan umumnya terjadi dengan cepat. Ilustrasi perubahan contohnya adalah orang-orang desa sudah mengenal sistem perdagangan, transportasi, media, komunikasi dan teknologi.

Perubahan dalam masyarkat bukan semata-mata berarti suatu kemanjuan (progress) atau perubahan sosial menuju ke perubahan yang positif, namun dapat pula berarti kemunduran atau perubahan menuju ke arah negatif. Perubahan sosial merupakan suatu fenomena sosial yang nyata, sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Terkait dengan pembangunan, maka suatu pembangunan hanya dapat dicapai melalui proses perubahan sosial. Terkait dengan modernisasi, perubahan sosial membuka jalan menuju ke arah perubahan yang positif atau kemajuan. Dengan demikian dalam pembangunan dan modernisasi dibutuhkan suatu perubahan sosial yang progresif.

B. Definisi Konsep Perubahan Sosial

Para ahli sosiologi mendefinisikan perubahan sosial adalah sebagai berikut: 1. Gillin & Gillin (1957): perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara

hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik oleh karena perubahan-perubahan, kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk (pekerjaan, usia, gender), ideologi (pandangan hidup) maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru (rangkaian dari kebudayaan) dalam masyarakat tersebut.

(4)

3. Roucek & Warren (1984): perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur masyarakat.

Struktur social adalah jalinan antara susunan antara unsure-unsur social pokok yang terdiri dari :

 Kelompok social (keluarga, kelompok anak sekolah)

 Lembaga social/pranata social (perkawinan)

 Norma social (aturan yang operasional)

 Stratifikasi (berkelas) social, didasarkan atas keturunan, pangkat,

pendidikan dan kekayaan.

Proses social adalah pengaruh timbal balik antara berbagaibidang kehidupan bersama.

Bidang kehidupan bersama meliputi :

 Segi ekonomi dengan segi politik

 Segi pendidikan dengan segi ekonomi

 Segi hukum dengan segi politik

 Segi pendidikan dengan segi pengembangan ilmu pendidikan

Contoh dari perubahan social yang diakibatkan adanya proses social antara bidang pendidikan dan politik adalah adanya kebijakan kurikulum 2013. Beberapa pakar menilai bahwa munculnya kebijakan ini adalah karena pemerintah ingin member kenang-kenangan sebelum pergantian kepemimpinan. Dari guru sendiri menilai bahwa kebijakan ini kurang baik. Karena ketika kurikulum lama sedang dalam proses kelembagaan, munculnya kurikulum baru menyebabkan guru harus belajar lagi mulai membiasakan diri lagi karena kunci sukses keberhasilan kurikulum baru terletak pada guru.

Bentuk utama proses social adalah INTERAKSI SOSIAL :

 Orang perorangan

 Kelompok dengan kelompok

 Orang dengan kelompok

(5)

hubungan antara buruh dengan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

5. Bruce J. Cohen: perubahan sosial adalah suatu perubahan struktur sosial dan perubahan pada organisasi sosial.

6. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk diantaranya kelompok-kelompok dalam masyarakat.

System social adalah kehidupan social, harus terdapat :

 Dua orang atau lebih

 Terjadi interaksi antara mereka

 Mempunyai tujuan

 Memiliki struktur (sytatifikasi social dan norma), symbol (visi misi), dan harapan bersama yang dipedomani.

7. Soedjono Dirdjosiswojo (1985): perubahan sosial sebagai perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur sosial, sistem sosial dan organisasi sosial.

8. Ogburn dan Nimkoff (1964): ruang lingkup perubahan sosial meliputi: unsur-unsur kebudayaan, baik yang material (wujudnya fisik bisa dilihat dan dipelajari contoh buku, pensil, laptop, sepeda motor.) maupun yang immaterial (ideology, ide), yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur budaya immaterial. Kondisi sosial primer yang menyebabkan perubahan, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan biologis.

Contoh : hadirnya internet (kebudayaan material) memunculkan ide bisnis online (kebudayaan immaterial) sehingga merubah pola prilaku dan interaksi dalam bisnis.

(6)

Selain pendapat para pakar di atas, perubahan sosial menurut Rogers (1971) sebagai perubahan struktur dan fungsi dalam sistem sosial. Etzioni memandang perubahan sosial sebagai reformulasi dari suatu bentuk sosial yang tidak seimbang, ke arah terjadinya keseimbangan yang mantap, dan terjadilah bentuk keseimbangan yang baru. Lippitz mengemukakan bahwa perubahan sosial mencakup perubahan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang terjadi dalam organisasi atau individu, situasi maupun proses. Smith menggambarkan perubahan sosial sebagai proses integrasi, diferensiasi dan adaptasi. Lensky menyamakan perubahan sosial dengan inovasi yang terjadi baik melalui invetion, discovery ataupun difusi dari perubahan (pembaharuan). Zalman dan Duncan menyimpulkan perubahan sosial adalah pembelajaran kembali individu atau kelompok sebagai reaksi terhadap adanya tuntutan aktivitas dalam situasi baru, yang menghasilkan perubahan baik dalam bentuk dan/atau fungsi sistem sosial. Seseorang merubah perilakunya apabila menghadapi situasi yang baru menuntut adanya perubahan tingkah laku.

C. Hubungan antara Perubahan Sosial dengan Perubahan Kebudayaan

Hampir semua perubahan besar mencakup perubahan sosial dan budaya. Oleh karena itu penggunaan kedua istilah yang berbeda tersebut seringkali ditukar-pakaikan dan tidak terlalu diperhatikan. Teori yang membedakan antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan berasal dari pandangan tentang pengertian masyarakat dan kebudayaan.

Davis (1960) menjelaskan perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

(7)

hubungan antara sel-sel. Perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Perubahan sosial antara lain meliputi perubahan dalam distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, penurunan kadar kekeluargaan dan informalitas antar tetangga karena urbanisasi, perubahan peran antara suami dan istri karena adanya kemitra sejajaran antara laki-laki dengan perempuan (gender).

Taylor (1871) mendefiniskan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang nomatif. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut. Perubahan kebudayaan dapat meliputi penemuan dan penyebaran mobil, penambahan kata-kata baru terhadap bahasa kita, perubahan konsep tata susila dan moralitas, bentuk seni baru.

Tidak mudah untuk menentukan letak garis pemisah antara perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan, sebab sulit untuk menentukan pemisah antara masyarakat dengan kebudayaan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, dan tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Selo Soemardjan (1964) mendefinisikan perubahan-perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara-cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

D. Ruang Lingkup Perubahan Sosial

(8)

bidang tertentu yang akan berlaku pada masyarakat luas, misalnya timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian lingkungan di dalam pembangunan.

Lingkup perubahan sosial yang sangat luas memerlukan adanya pembatasan, agar analisis tidak menjadi kabur. Laur (1989) membuat deskripsi tingkat analisis perubahan sosial sebagai berikut:

Tabel: Lingkup Perubahan Sosial

Tingkat Analisis Wakil Kawasan Studi Wakil Unit-unit Studi Global Organisasi internasional GNP, data perdagangan Peradaban Lingkungan kehidupan

kebudayaan non material Teknologi, ideologi, nilai-nilai. Masyarakat Sistem stratifikasi,

Contoh : pada masa pergantian gubernur, jika pemimpin berubah Interaksi Tipe interaksi, komunikasi Jumlah konflik, kompetisi atau

kedekatan, intensitas partisipasi partisipasi interaksi, kerjasama, hubungan timbal balik (dosen dan siswa)

Individu Sikap Keyakinan mengenai suatu inovasi,

(9)

Contoh pada hal-hal apa saja perubahan social terjadi di dalam kawasan interaksi individu dengan individu : hubungan antara dua individu yang sedang dalam proses pendekatan untuk menyatukan visi misi hidup yang selanjutnya akan diteruskan dalam hubungan perkawinan.

Evaluasi

1. Jelaskan definisi konsep perubahan sosial dengan bahasa Anda sendiri.

2. Jelaskan ruang lingkup kajian perubahan sosial berdasarkan tingkat analisisnya. 3. Jelaskan perbedaan perubahan sosial dengan perubahan budaya.

4. Jelaskan hubungan perubahan sosial dengan perubahan budaya.

BAB II

PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN FAKTOR PENYEBABNYA

Tujuan Pembelajaran:

(10)

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial. 3. Menjelaskan faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari dalam

masyarakat sendiri dan dari luar masyarakat.

Materi: A. Pengantar

Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama. Norma-norma dan lembaga sosial atau sarana penghidupan lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Selo Soemardjan (1964) membedakan penyebab perubahan sosial budaya dari dua golongan besar, yakni dari dalam masyarakat dan dari luar masyarakat. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial ini disebut faktor penentu perubahan sosial budaya (Paul B. Horton, 1999).

B. Proses Perubahan Sosial

Pada dasarnya ciri-ciri dari proses perubahan sosial antara lain:

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Oleh karenanya proses perubahan sosial merupakan suatu mata rantai.

3. Masyarakat pada umumnya mengidamkan keserasian atau harmoni (social equiliberium). Jika terjadi ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment).

4. Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara dalam proses penyesuaian. Penyesuaian dalam masyarakat mencakup: (a). penyesuaian dari lembaga kemasyarakatan, (b). penyesuaian dari individu dan ada dalam masyarakat.

(11)

6. Secara tipologis, perubahan sosial dikategorikan sebagai: proses sosial, segmentasi, perubahan struktur, dan perubahan dalam struktur kelompok.

William F. Ogburn menjelaskan proses perubahan sosial meliputi:

1. Penemuan : merupakan persepsi manusia yang dianut bersama mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Perubahan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan.

2. Invensi : merupakan suatu kombinasi baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Unsur-unsur sudah ada, namun ide pengkombinasian alat-alat demi suatu kegunaan itulah yang menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Invensi merupkan prose berkesinambungan, setiap invensi baru diawali oleh serangkaian invensi dan penemuan terdahulu. Invensi ini dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu invensi material dan invensi sosial.

3. Difusi : merupakan penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok lainnya. Kebanyakan perubahan sosial di masyarakat merupakan hasil proses difusi. Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.

Roy Bhaskar (1984) menjelaskan proses perubahan sosial meliputi:

1. Proses reproduksi : merupakan proses mengulang-ulang, menghasilkan kembali segala hal yang diterima sebagai warisan budaya dari nenek moyang sebelumnya. Warisan budaya meliputi materiil (kebendaan, teknologi) dan immateriil (non benda, adat, norma dan nilai-nilai).

(12)

Menurut proses terjadinya, terdapat perubahan sosial yang direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan yang timbul karena adanya dorongan yang asli muncul dari masyarakat sendiri dengan apa adanya perumusan tujuan yang hendak dicapai. Contoh adanya perubahan kebudayaan. Tanpa direncanakan perubahan kebudayaan terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar individu, kelompok atau antar sistem sosial sendiri dalam suatu masyarakat tertentu.

(13)

Pendidikan Bujukan Paksaan

Fasilitatif

C. Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

Proses perubahan sosial didorong oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Kontak dengan kebudayaan lain, yang erat kaitannya dengan difusi, yaitu proses

penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu yang lain dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain, sehingga dapat dihimpun penemuan baru pada masyarakat luas. Faktor yang mempengaruhi difusi antar masyarakat antara lain:

a. Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat.

b. Kemajuan untuk mendemostrasikan kemanfaatn penemuan baru. c. Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.

d. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan. e. Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru.

f. Pemaksaan digunakan untuk menerima suatu penemuan baru.

2. Sistem pendidikan formal yang maju, yang memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan berpikir ilmiah serta objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak. a. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.

b. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang. c. Sistem strattifikasi yang terbuka.

d. Penduduk yang heterogen.

e. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu. f. Orientasi ke masa depan.

Tekanan dari luar paling kuat Tekanan dari luar

(14)

g. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. Faktor-faktor yang menjadi kendala atau menghalangi perubahan sosial antara lain:

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. 3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.

4. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat

5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. 6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup. 7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

8. Adat atau kebiasaan.

9. Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki

D. Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan dahulu disebut rekayasa sosial (social engineering/social planning)

atau disebut pula sebagai perubahan sosial yang direncanakan. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dari dalam masyarakat sendiri meliputi:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan.

Pengetahuan yang makin luas menghasilkan teknologi canggih yang kemudian mengubah kehidupan manusia. Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan menyebar ke masyarakat, dikenal, diakui dan selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

2. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

(15)

3. Penemuan baru (inovasi) dan difusi

Penemuan baru menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan, jika hasil penemuan baru tersebut didayagunakan oleh masyarakat, maka akan terjadi perubahan sosial. Contoh, penemuan alat komunikasi Hand Phone (HP) menyebabkan perubahan berbagai unsur budaya antara lain memudarnya tradisi mudik (hubungan keeratan kekerabatan mulai renggang, hanya berkomunikasi jarak jauh), naiknya omset penjualan (peningkatan pendapatan) karena konsumen dapat pesan barang atau jasa melalui HP.

4. Pertentangan/konflik dalam masyarakat

Pertentangan/konflik dalam nilai dan norma-norma, politik, etnis dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial budaya yang luas. Masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok lainnya. Sementara itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari. Jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat tersebut. Pada saat terjadi konflik terjadi kekecewaan, dan pada umumnya mudah terpengaruh dengan hal-hal yang baru.

5. Pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat

Pemberontakan selalu berakibat buruk, seperti berhentinya aktivitas ekonomi sebagai akibat pemogokan kaum buruh, timbulnya saling curiga dan kecemasan. Pemberontakan politik di Indonesia terhadap pemerintahan orde baru pada tahun 1998 yang menuntut adanya reformasi, berakibat terjadinya perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik, munculnya otonomi daerah di berbagai bidang pembangunan di negara Indonesia.

6. Kebutuhan yang dianggap perlu oleh anggota masyarakat.

Kebutuhan obyektif yang nyata untuk tambahan pangan bagi daerah miskin, maka perubahan di bidang pertanian yang menghasilkan tambahan pangan akan lebih mudah diterima daripada menghasilkan berbagai jenis (keragaman) pangan, sebab keragaman pangan dianggap bukan kebutuhan nyata bagi masyarakat.

(16)

Perasaan senang dan tidak senang yang sudah mapan di masyarakat merupakan faktor yang penting dalam perubahan sosial. Contoh, bagi peternak di Amerika sapi ternak merupakan sumber penghasilan. Oleh karenanya hewan ternak dipelihara, dipisahkan dan disembelih untuk memberi keuntungan ekonomi. Berbeda bagi masyarakat Nilotik Afrika, hewan ternak memiliki nilai instrinsik. Peternak menghargai dan menyayangi setiap hewan peliharaannya. Membunuh seekor hewan ternak dianggap sama dengan membunuh bagian anggota keluarga.

Faktor penyebab perubahan sosial dari luar masyarakat antara lain: 1. Faktor lingkungan fisik: gempa, banjir, gunung meletus dan badai

Terjadinya gempa bumi, banjir besar, gunung meletus dan badai taufan menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila menempati daerah yang baru mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru, dan akan mengakibatkan perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Pengrusakan lingkungan fisik akibat kelalaian manusia merupakan juga faktor penunjang proses keruntuhan peradaban atau perubahan kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Contoh penggundulan hutan menyebabkan banjir, erosi tanah, volume air tanah berkurang, tanah tandus berakibat hilangnya pola mata pencaharian penduduk bercocok tanam, mereka akan berganti mata pencaharian yang baru sesuai dengan kondisi lingkungsn fisik.

2. Peperangan

Peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, seperti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan pertentangan. Namun dampak peperangan ini lebih dahsyat karena peralatan perang lebih canggih pula.

(17)

Interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat lain akan menyebabkan saling pengaruh. Respon psikologis individu terhadap cross-cultural contact, ada empat tipe kemungkinan, yaitu:

a. Passing: individu menolak kebudayaannya sendiri yang asli dan mengadopsi kebudayaan yang baru.

b. Chauvinist: individu menolak sama sekali unsur budaya asing, lebih memilih kebudayaan asli dan biasanya mereka menjadi nasionalis yang militan dan berjuang kuat untuk menolak pengaruh luar.

c. Marginal: respons yang terombang-ambing diantara kebudayaan yang asli dengan kebudayaan asing (dari luar sistem sosialnya).

d. Mediating: individu dapat menyatukan bermacam-macam identitas budayanya, mempunyai keseimbangan integrasi dan memperoleh personality (kepribadian) dua atau beberapa kebudayaan.

4. Media massa

Penggunaan praktik media massa bagi kepentingan kekuasaan secara optimal. Meskipun birokrasi kadangkala digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil untuk sementara waktu), namun ternyata birokrasi yang terpusat justru amat menunjang pengembangan dan difusi perubahan. Secara umum media massa sebagai saluran komunikasi mengutamakan proses dan transmisi pesan sehingga terjadi “process culture share” atau proses percampuran berbagai pola kebudayaan yang ada.

Evaluasi

1. Jelaskan prinsip-prinsip dasar proses perubahan sosial.

2. Jelaskan proses perubahan sosial menurut hasil penelitian William F. Ogburn 3. Jelaskan faktor-faktor yang mendukung proses perubahan sosial.

4. Jelaskan faktor-faktor yang menghambat proses perubahan sosial.

5. Jelaskan faktor penyebab perubahan sosial yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.

(18)

BAB III

(19)

Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan proses pernolakan dan penerimaan perubahan sosial 2. Menjelaskan sifat-sifat inovasi dan kecepatan adopsi

3. Menjelaskan konsekuensi atau dampak perubahan sosial terhadap masalah sosial

Materi: A. Pengantar

Tidak semua inovasi yang diajukan dapat diterima atau sebaliknya ditolak oleh masyarakat. Pada pihak lain terdapat inovasi yang diterima oleh masyarakat namun membutuhkan waktu yang lambat. Hal ini terkait dengan sifat-sifat atau ciri-ciri inovasi yang berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya inovasi untuk diadopsi. Peneliti-peneliti difusi pada waktu yang lalu cenderung memandang semua inovasi sebagai unit yang sepadan (equivalent) ditinjau dari sudut studi dan analisis. Kondisi ini merupakan suatu penyederhanaan yang berlebihan, dan merupakan yang berbahaya. Semua inovasi tersebut tidak merupakan unit-unit yang sepadan dan telah terbukti oleh fakta.

Perubahan sosial mengalami penolakan jika: (a) perubahan dipaksakan oleh pihak lain, (b). perubahan tersebut tidak dipahami, dan (c). perubahan tersebut dinilai dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Pada pihak lain variabel yang menentukan kecepatan adopsi inovasi menurut Karl Rogers adalah:

a. Sifat-sifat inovasi (keuntungan, kesepadanan, kompleksitas, kemampuan dicoba dan diobaservasi).

b. Tipe keputusan (opsional, kolektif, otoritas)

c. Saluran komunikasi (misalnya mass media atau intepersonal) d. Hakikat sistem sosial (misal, norma, tingkat saling terhubung) e. Keluasan usaha promosi agen pembaru.

(20)

diuraikan lima macam sifat inovasi, yang secara empiris setiap sifat inovasi saling berkaitan, namun secara konseptual sifat-sifat tersebut berbeda. Kelima sifat inovasi tersebut adalah:

1. Keuntungan relatif (relative advantage)

Keuntungan relatif merupakan tingkat pandangan terhadap inovasi yang lebih baik dibandingkan dengan ide lain yang digantinya. Tingkat keuntungan relatif sering dinyatakan dalam bentuk pengertian kemungkinan memperoleh keuntungan ekonomis, dalam menentukan status atau dalam hal-hal lainnya. Hakekat dari inovasi sebagian besar menentukan apakah bentuk-bentuk khusus dari keuntungan relatif (seperti keuntungan ekonomis, sosial dan sejenisnya) penting bagi para adopter. Walaupun, kharakteristik dari adopter potensial pula dalam mempengaruhi dimensi dari keuntungan relatif.

a. Faktor Ekonomi dan Kecepatan Adopsi

Beberapa produk baru yang menunjukkan kesuksesan kemajuan teknologi, berhasil menurunkan biaya produksinya, sehingga mengakibatkan turunnya harga jual. Bila harga suatu produk baru menurun secara dramatis selama proses difusinya, maka akan terjadi kecepatan adopsi yang tinggi. Pada beberapa inovasi, sifat-sifat inovasi seperti biaya yang tinggi, inovasi yang sangat menguntungkan, aspek-aspek ekonomi dari keuntungan relatif dan kesepadanan merupakan prediktor utama bagi kecepatan adopsi inovasi

b. Aspek Status dari Inovasi

Salah satu motivasi penting bagi hampir setiap individu untuk mengadopsi suatu inovasi adalah dengan tujuan untuk mendapatkan status sosial. Contoh inovasi yang dipandang memiliki status tinggi bagi adopter wanita adalah mode pakaian, mobil baru, dan bentuk potongan rambut. Motivasi akan status dalam mengadopsi kelihatannya menjadi lebih penting bagi inovator, adopter awal dan mayoritas awal serta kurang penting bagi mayoritas lambat dan orang-orang terbelakang.

c. Keuntungan Relatif dan Kecepatan Adopsi

(21)

kekuatan dari insentif dan hukuman yang dihasilkan dari adopsi inovasi. Sejumlah sub dimensi dari keuntungan relatif antara lain: tingkat keuntungan ekonomi,, beaya permulaan yang rendah, ketidaksenangan yang makin kurang, penghematan waktu dan usaha kesegaran sebagai akibat dari hadiah. Terkait dengan keuntungan relatif dari inovasi preventif untuk menghindari kemungkinan kejadian yang tidak dikehendaki, cenderung terdapat kesulitan bagi agen pembaru untuk mendemostrasikan kepada kliennya. Oleh karena itu, adopsi terjadi beberapa waktu kemudian karena kurang mampu diobservasi. Pada tabel 6-1 menunjukkan terdapat hubungan positif antara keuntungan relatif dari suatu inovasi dengan kecepatan adopsi.

d. Pengaruh Insentif

Banyak agen pembaharu yang menawarkan insentif atau subsidi kepada kliennya dengan maksud mempercepat pengadopsian inovasi. Salah satu fungsi insentif bagi adopter adalah menawarkan strategi difusi yang mempengaruhi sifat-sifat yang diterima tentang inovasi, terutama meningkatkan tingkat keuntungan relatif dari ide baru dan kemudian kecepatan adopsi inovasi. Insentif ini banyak dilaksanakan pada riset Keluarga Berencana dari pada bidang lainnya.

- Insentif vs penyebaran insentif: insentif mungkin dibayarkan langsung kepada adopter atau kepada individu lainnya untuk mendorong mendekati adoptor. Seorang penyebar insentif harus meningkatkan kemampuan observasi dari suatu inovasi dari pada keuntungan relatifnya.

- Insentif vs insentif sistem: insentif diberikan kepada adoptor individual atau agen-agen pembaru atau kepada sistem sosial yang dikuasai oleh penyebar insentif.

(22)

- Insentif keuangan vs non-keuangan: Seringkali insentif dalam bentuk pembayaran uang, namun juga berupa barang atau obyek yang ditentukan oleh penerima.

- Insentif segera vs tertunda: kebanyakan insentif dibayarkan pada waktu adopsi, namun lainnya diberikan beberapa waktu kemudian.

Berdasarkan riset dan pengalaman dengan inovasi KB, Rogers (1973) menarik kesimpulan bahwa insentif meningkatkan kecepatan adopsi dari suatu inovasi. Insentif meningkatkan jumlah adopter inovasi, namun kualitas keputusannya untuk mengadopsi mungkin relatif rendah. Para inovator dan adopter awal bisanya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih tinggi dan ciri-ciri lain yang membedakan mereka dari adopter-adopter kemudian. Namun jika diberikan insentif, maka individu yang sosioekonominya lebih rendah akan kelihatan lebih inovatif.

2. Kesepadanan (compatibility)

Kesepadanan adalah tingkat sejauhmana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan-kebutuhan adopter potensial. Sebuah ide makin sepadan, makin kurang ketidakpastiannya bagi adopter potensial. Sebuah inovasi dapat sepadan atau tidak dengan: (a). nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultural, (b). ide-ide yang diperkenalkan lebih dulu, dan (c). kebutuhan klien terhadap inovasi.

a. Kesepadanan dengan nilai-nilai dan kepercayaan.

b. Kesepadanan dengan ide-ide yang diperkenankan sebelumnya c. Kesepadanan dengan kebutuhan

d. Kesepadanan dan kecepatan adopsi e. Kelompok teknologi

f. Pemberian nama bagi sebuah inovasi g. Memposisikan inovasi

(23)

Kekompleksan adalah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dirasakan relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Generalisasi 6-3 adalah kekompleksan sebuah inovasi yang dirasakan oelh anggota sistem sosial, berhubungan secara negatif denga kecepatan adopsinya. Contohnya: komplesitas yang dirasakan oleh guru-gur ketika menyusun kisi-kisi untuk mempersiapkan sebuah tes obyektif. Akhirnya mereka melaksanakan tes dalam bentuk esey atau melakukan juga tes obyektif tanpa mempersiapkan kisi-kisinya.

4. Kemampuan Diuji Coba (trialability).

Kemampuan diuji coba adalah tingkat dimana sebuah inovasi boleh dicobakan berdasarkan basis yang terbatas. Inovasi yang dapat dicobakan akan diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba. Generalisasi 6-4 adalah kemampuan diuji coba inovasi seperti yang dirasakan oleh anggota-anggota sebuah sistem sosial, berhubungan langsung dengan laju adopsinya. Adopter awal (pemula) merasa dapat diuji cobakan adalah lebih penting dibandingkan dengan yang dirasakan oleh adopter-adopter belakangan.

5. Kemampuan Diobservasi (observability).

Kemapuan diobservasi adalah suatu tingkat dimana hasil inovasi kelihatan bagi orang-orang lainnya. Hasil=hasil dari beberapa ide mudah diobservasi dan mudah dikomunikasikan pada orang lain. Generalisasi 6-5 bahwa, kemampuan diobservasi sebuah inovasi, seperti yang dirasakan anggota-anggota sebuah sistem sosial, secara positif berhubungan dengan kecepatan adopsinya. Kebanyakan studi inovasi dalam riset difusi adalah berupa ide-ide teknologis. Teknologi mempunyai 2 komponen: aspek perangkat keras sebagai material atau fisik dan aspek perangkat lunak yang terdiri atas dasar informasi bagi alat tersebut. Biasanya perangkat lunak dari inovasi teknologi tidak begitu nyata untuk diobservasi, sehingga bila suatu teknologi perangkat lunaknya dominan, maka mempunyai kecepatan adopsi yang relatif lebih lambat.

(24)

Dampak atau konsekuensi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Ini adalah sub proses ketika dalam perubahan sosial, setelah penemuan dan difusi. Pada umumnya dampak inovasi hanya memperoleh perhatian dari agen pembaharu maupun peneliti difusi, karena mereka lebih cenderung memperhatikan keinovatifan.

Konsekuensi difusi diartikan sebagai tingkat pengaruh yang tumbuh secara kumulatif atas seorang individu untuk menerima atau menolak suatu inovasi, yg berasal dari kegiatan-kegiatan jaringan kelompok / komunikasi tentang inovasi dalam suatu sistem sosial. Contoh: Jika terdapat 5% dari individu-individu dalam sistem sosial yang mengadopsi inovasi, maka tingkat pengaruhnya akan jauh berbeda dibandingkan dengan keadaan 90% anggota sistem sosial telah mengadopsi inovasi. Dengan kata lain, efek difusi menunjuk pada sejauh mana norma-norma sistem sosial dalam kehidupan mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu setelah terjadi proses difusi inovasi.

Kecepatan adopsi inovasi berinteraksi dengan laju informasi pengetahuan tentang inovasi dalam sebuah sistem sosial. Bila laju informasi meningkat melampaui sebuah titik ambang tertentu, adopsi akan terjadi sebagai tekanan-tekanan jaringan yang tumbuh sendiri ke arah meningkatnya adopsi. Titik ambang terjadi pada pemimpin pendapat (tokoh masyarakat) dalam sistem sosial mulai bersikap senang terhadap inovasi. Titik ambang berbeda untuk tiap inovasi dan tiap sistem sosial. Jika titik ambang terlampaui, terjadi pertambahan prosentase kesadaran pengetahuan dalam sistem sosial, dan biasanya berhubungan dgn kenaikan prosentase dalam kecepatan adopsi. Hasil penelitian (Mendez, 1968); Guimares (1968), Yadav (1967); Coleman (1966) menunjukkan: pentingnya efek difusi dalam menjelaskan kecepatan adopsi. Adopsi yang lebih cepat terdapat di desa-desa yang lebih tinggi tingkat saling terhubungnya, dimana banyak jaringan interaksi antara penduduknya, melalui jaringan komunikasi yang memiliki efek/dampak difusi lebih kuat yg bersifat interpersonal.

(25)

Konsekuensi yang diinginkan adalah efek fungsional dari suatu inovasi terhadap suatu individu atau sistem sosial. Konsekuensi yang tidak diinginkan adalah efek dari tidak fungsional suatu inovasi terhadap inodividu atau sistem sosial.

(2). Langsung dan tidak langsung.

Konsekuensi langsung adalah perubahan-perubahan terhadap individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai respon dari inovasi. Konsekuansi tak langsung adalah peruahan terhadap individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung dari suatu inovasi.

(3). Diantisipasi dan tidak diantisipasi.

Konsekuensi yang diantisipasi adalah perubahan terhadap suatu inovasi yang diorganisir dan yang dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Konsekuensi yang tidak diantisipasi adalah perubahan terhadap suatu inovasi yang tidak diorganisir dan tidak dikehendaki oleh anggota suatu sistem sosial. Agen pembaharu dapat lebih mengenal bentuk dan fungsi suatu inovasi daripada mengantisipasi makna inovasi bagi kliennya.

Dalam menentukan kecepatan perubahan yang ideal, konsep keseimbangan harus dipertimbangkan. Keseimbangan yang stabil terjadi hampir tidak ada perubahan dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Keseimbangan dinamis terjadi jika kecepatan perubahan dalam sistem sosial sesuai dengan kemampuan untuk mengikutinya. Ketidakseimbangan terjadi jika kecepatan berubah terlalu cepat, sehingga sistem sosial tak bisa mengikutinya. Agen pembaharu pada umumnya ingin memperoleh kecepatan perubahan yang mengarah pada keseimbangan dinamis, salah satu tipe keseimbangan itu.

William Ogburn menjelaskan ada tiga bentuk efek sosial dari penemuan dan invensi, yakni:

(1). Dispersi atau efek beruntun dari sebuah invensi mekanik.

Contoh: invensi mobil berdampak pada: (a). waktu perjalanan singkat, (b). penyediaan pasar bahan bakar bensin, (c). pengadaan jasa bengkel mobil, (d). mengubah pola pergaulan rekreasi (week end).

(26)

Contoh: dampak penemuan mesin pemisah kapuk dengan bijinya adalah menyederhanakan proses pembuatan katun akan mengakibatkan katun menjadi lebih menguntungkan. Keberhasilan tersebut berdampak: (a). mendorong perkebunan kapuk diperluas sehingga semakin banyak budak, (b). semakin ketergantungan wilayah tehadap eksport katun, (c). mendorong meletusnya perang saudara, (d). mendorong perusahaan industri berskala besar dan monopoli perdagangan, (e). menunjang lahirnya undang-undang anti trust (menentang penggabungan beberapa industri)

(3). Konvergensi atau munculnya beberapa pengaruh dari beberapa invensi secara bersamaan.

Contoh: invensi mobil, pompa listrik dan tangki air anti hama memungkinkan terbentuknya daerah pinggiran kota yang modern.

Suatu masyarakat yang mengalami perubahan sosial seringkali menjadi masalah sosial. Masalah sosial merupakan bagian dari konsekuensi atau dampak perubahan sosial. Teknologi modern yang menyebar ke seluruh pelosok dunia mendorong modernisasi. Modernisasi mendorong lahirnya stratifikasi sosial baru dan menunjang peningkatan kompetisi. Kemajuan ini bercampur dengan petaka. Kebudayaan mengalami “disorganisasi” yang sangat parah. Perasaan aman, moral dan tujuan hidup pada penduduk menjadi tidak menentu. Perilaku mereka menjadi orang rapuh kepribadiannya (personally disorganized). Kerapuhan kepribadiannya ini dapat berlanjut pada sikap apatis, tanpa semangat hidup (demoralized).

Evaluasi:

1. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pernolakan dan penerimaan perubahan sosial.

2. Jelaskan variabel yang menentukan tingkat kecepatan adopsi inovasi

(27)

BAB IV

BENTUK PERUBAHAN SOSIAL

(28)

1. Menjelaskan bentuk perubahan sosial evolusi 2. Menjelaskan bentuk perubahan sosial revolusi 3. Menjelaskan perubahan sosial tak berencana 4. Menjelaskan perubahan sosial berencana

Materi

A. Pengantar

Masalah pokok yang menyangkut perubahan sosial selain terkait dengan obyek dan proses perubahannya, juga terkait dengan masalah bentuk perubahan. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi, perubahan revolusi, perubahan tak terencanakan dan perubahan terencanakan.

B. Bentuk Perubahan Evolusi

Perubahan evolusi adalah perubahan yang lama dengan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana. Perubahan sebagai akibat usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baruyang muncul mengikuti pertumbuhan masyarakat.

Inkeles (1965) menggolongkan teori evolusi menjadi tiga bentuk: (a). Unilinear theory of evolution.

Tokoh teori ini antara lain August Comte, Herbert Spencer Vilfredo Pareto dan Pitirim A. Sorokin. Mereka berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahapan tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudia bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Vilfredo Pareto mengemukakan

(29)

dasarnya adalah kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah panca indera manusia, dan tahap ketiga, dasarnya adalah kebenaran.

(b). Universal theory of evolution.

Teori ini menyatakan perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun susunannya.

(c). Multilined theories of evolution.

Teori ini berfokus pada hasil penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya hasil penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap kekeluargaan masyarakat yang bersangkutan.

C. Perubahan revolusi

Perubahan revolusi berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis, perubahan revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Perubahan terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin unsur-unsur kehidupan lama sudah tidak berguna lagi dan seringkali diawali oleh ketegangan atau konflik dalam lembaga kemasyarakatan.

Unsur-unsur pokok revolusi sebagai berikut:

(a). Ada perubahan yang cepat, ukuran kecepatan sangat relatif. (b). Perubahan menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.

Syarat terjadinya revolusi adalah:

(a). Ada keinginan untuk mengadakan perubahan;

(b). Ada pemimpin yang dinilai mampu memimpin masyarakat untuk menuju perubahan;

(c). Ada program dan arah bagi gerak masyarakat berdasarkan aspirasi masyarakat;

(30)

(e). Ada momentum untuk revolusi (pemilihan waktu yang tepat).

D. Perubahan tak terencanakan

Perubahan sosial yang tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.

Contoh perubahan sosial yang tak terencanakan adalah berkurangnya kemampuan berbahasa Jawa bagi generasi muda dari suku Jawa walaupun dalam kurikulum pendidikan sekolah selalu ada komponen muatan lokal mata pelajaran bahasa Jawa. Hal ini disebabkan intensifnya penggunaan bahasa nasional sebagai bahasa dalam pergaulan sehari-hari yang tidak pernah diprediksikan dampak negatifnya terhadap kelestarian budaya bahasa Jawa. Perubahan ini pada umumnya tidak dikehendaki oleh masyarakat suku Jawa.

E. Perubahan terencanakan

Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang matang oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan. Pihak ini disebut agent of change, yaitu seorang atau kelompok yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pimpinan lembaga kemasyarakatan.

Contoh perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan yang menyangkut bidang politik dan administrasi, yaitu suatu perubahan dari sistem pemerintahan sentralisme yang autokratis menuju ke pemerintahan desentralisasi yang demokratis.

Evaluasi

(31)

3. Jelaskan perbedaan dampak perubahan sosial yang terencanakan dengan perubahan yang tidak terencanakan.

BAB V

(32)

Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan teori perubahan sosial dari perspektif evolusioner 2. Menjelaskan teori perubahan sosial dari perspektif siklus 3. Menjelaskan teori perubahan sosial dari perspektif fungsional 4. Menjelaskan teori perubahan sosial dari perspektif konflik

Materi

A. Pengantar

Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa ada kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena kondisi-kondisi tersebut (misal: kondisi ekonomis, teknologis, geografis atau biologis) menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada yang menyatakan semua kondisi tersebut sama pentingnya, salah satu atau semuanya yang memungkinkan terjadinya perubahan.

Teori-teori yang berkaitan dengan arah perubahan sosial dapat diuraikan pada bagian berikut teori besar (grand theory) dari teori evolusioner, siklus, fungsional dan teori konflik

B. Teori Perubahan Sosial Perspektif Evolusioner (Evolutionary Perspective)

Teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat mengikuti pentahapan yang sama yang bermula dari tahap perkembangan awal menuju tahap perkembangan akhir. Jika tahap terakhir telah dicapai, maka saat itu perubahan evolusioner akan berakhir.

Auguste Comte (1798-1857) menjelaskan tiga tahap perkembangan masyarakat: (a). Tahap teologis (theological stage), masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai

alami (supernatural).

(33)

(c). Tahap positif atau ilmiah (positive or scientific stage), masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Herbert Spencer (1820-1903) tertarik dengan teori evolusi organis dari Darwin. Ia melihat ada unsur kesamaan dengan evolusi sosial, sehingga menerapkan konsep “kelompok yang terkuatlah yang akan menang” (survival of the fittest). Perkembangan masyarakat mulai dari tahap kelompok suku yang homogen dan sederhana ke tahap masyarakat yang modern dan kompleks.

Karl Marx (1813-1883) menjelaskan serangkaian tahap perubahan sosial yang disebabkan oleh kompleksitas teknologi yang semakin meningkat. Perkembangan masyarakat digambarkan dalam bentuk linear sebagai berikut:

Scientific communism

(masyarakat tak berkelas)

Borgeois communism (masy borjuis)  Feodal communism (masyarakat feodal)  Ancient communism (masyarakat budak)

Primitive communism (masyarakat primitif)

Kematangan Masyarakat Menurut Karl Marx.

Prinsip teori perubahan sosial dari perspektif evolusi ini adalah:

(a). Social evolution resembles biological evolution and result in the worls’ growing progressively better.

(b). Change has persistently moved society from homogenous and simple units toward progressively heterogeneous and interdependent units.

(c). Basic natural law: “strunggle of existence” and “survival of the fittest” (d). Society change: hunting and gathering, simple horticulture, advance

hoticulture agrarian, industrial (hybrid societies: fishing, maritime).

C. Teori Perubahan Sosial Perspektif Siklus (Cyclical Perspective)

(34)

terakhir yang sempurna, melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya.

Oswald Spengler (1880-1936), berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan.

Arnold Toynbee (1889-1975), juga menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus yang dimulai dari kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian.

Pitirim Sorokin (1889-19680, berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir:

(a) . Kebudayaan ideasional, didasari oleh nilai-nilai kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supernatural).

(b) . Kebudayaan idealistis, kepercayaan terhadap unsur adikodrati dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.

(c) . Kebudayaan sensasi, merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

Prinsip-prinsip perubahan sosial dari teori perspektif siklus adalah:

(a). Predict course of a civilization of society.

(b). Compare societies ina search for generalizations regarding their stages of growth and decline.

(c). Pessimistic individual who forecast the demise of every civilization.

(d) Culture passes through the same stages of growth and decline as individuals: a period of development, followed by maturity, eventual decline and death.

D. Teori Perubahan Sosial Perspektif Fungsional (Functionalist Perspective)

(35)

Prinsip-prinsip perubahan sosial dari teori perspektif fungsional adalah:

(a). Structure-function theorists is its tendency toward “equilibrium”.

(b). Broaden concept of equilibrium include developing properties id addition to those that are self-maintaining.

(c). The equilibrated social system respons adjustively to these disturbances, accommandating them within the functioning ctructure and estabblishing a new level of equilibrium.

(d). Even though society changes, it remains stable through new forms of social integration.

E. Teori Perubahan Sosial Perspektif Konflik (Conflict Perpective)

Teori konflik menilai bahwa yang konstan adalah konflik sosial, bukan perubahan. Konflik berlangsung terus menerus, maka perubahan pun juga berlangsung terus menerus. Perubahan merupakan akibat dari adanya konflik. Perubahan menciptakan kelompok baru dan kelas sosial baru. Setiap perubahan tertentu menunjukkan keberhasilan kelas sosial dalam mencapai tujuannya.

Prinsip-prinsip perubahan sosial dari perspektif konflik adalah:

(a) . Tension between competing groups are the basic source of social changes.

(b) . Class conflict is a particularly powerful source of change.

(c) . Marx theory: class conflict derives from the struggle between those who own the means of producting wealth and those who do not.

(d) . Social conflicts: conflict between nations, ethnic groups, religions, and economic interest groups.

Evaluasi:

1. Jelaskan pandangan teori evolusioner tentang perubahan sosial.

2. Jelaskan pandangan teori siklus tentang perubahan sosial dan berikan contohnya. 3. Jelaskan pandangan teori fungsional tentang perubahan sosial dan berikan

contohnya.

4. Jelaskan perbedaan pandangan tentang masyarakat dari teori konflik dan teori fungsionalisme.

(36)

TEORI PERUBAHAN SOSIAL ALIRAN KLASIK

Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan teori perubahan sosial dari tokoh Karl Marx, baik yang terkait dengan obyek, faktor penyebab, dan arah dinamikanya.

2. Menjelaskan teori perubahan sosial dari tokoh Max Weber, baik yang terkait dengan obyek, faktor penyebab, dan arah dinamikanya.

3. Menjelaskan teori perubahan sosial dari tokoh Emile Durheim, baik yang terkait dengan obyek, faktor penyebab, dan arah dinamikanya.

Materi A. Pengantar

Teori sosiologi klasik menjadi peletak dasar teori-teori sosiologi modern. Tiga tokoh sosiologi klasik adalah Karl Marx, Max Weber dan Emile Durheim. Pemikiran dan bangun teori dari ketiga tokoh ini pada awalnya memfokuskan kondisi masyarakat Eropa abad 19 yang merupakan peralihan dari masa feodal ke masa industri. Dalam perkembangannya ketiga tokoh teori klasik ini mencari relevansi dengan benua lain, sehingga sangat mewarnai sejarah perkembangan sosiologi terutama pada negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Ketika tokoh teori klasik ini melahirkan pemikiran hampir secara bersamaan, ketika terjadi proses industrialisasi pertama di Inggris, yakni ketika mesin-mesin industri mulai dimanfaatkan untuk menggantikan tenaga kerja manusia. Pada masa ini mulai terjadi perubahan peradaban manusia. Masyarakat mulai mengenal bagaimana manajemen untuk mengatur lembaga-lembaga bisnis di masyarakat.

B. Teori Perubahan Sosial dari Tokoh Karl Marx (1818-1883)

(37)

dua kelas fundamental yakni perjuangan kelas kaum borjuis dan proletar. Pemikiran Marx muda untuk membela kaum buruh dengan memberikan status (posisi) penting sebagai agen pembebas yang akan terjadi penggantian kepemilikan modal. Kaum borjuis dasar adalah kaum proletar yang telah memberikan sumbangan ekonomis terhadap kekayaan pelaku ekonomi kelas atas, namun mereka tidak diberikan tempat yang layak dalam politik maupun masyarakat.

Marx tua memfokuskan konsepnya kepada struktur, pembagian kerja dan modal serta mempridiksikan perubahan masyarakat. Masyarakat terus bergerak menuju kesempurnaan, yaitu dari primitif, perbudakan, feodal, kapital / borjuis menuju komunis atau masyarakat tak berkelas. Pemikiran Marx selanjutnya memaparkan tentang peradaban kapitalis yang menghalalkan segala cara dengan menyingkirkan tanpa peduli rasa kemanusiaan kepada kaum proletar.Pemikiran Marx tua ini bersumber pada asumsi tentang materialisme menguasai hajat hidup manusia.

Marx tua berpikiran kontradiksi dengan Marx muda. Pemikiran Marx muda disebut “Historis Idealisme”, dikatakan Marx tua bagaikan orang yang berjalan dengan kepalanya, sehingga kaki-kakinya tidak menyentuh bumi. Sebaliknya, Marx tua menampilkan pemikiran baru dengan sebutan “Historis Materialisme”, yaitu manusia yang sempurna karena hidup dalam realitas. Idea jauh dari bumi sedangkan materi menjejakkan kakinya di bumi. Faktor penentu perubahan masyarakat dari waktu ke waktu adalah materi (materialist perception of history) bukan idea. Idea merupakan bagian dari materi.

Model teori perjuangan kelas dari Karl Marx dikontruksi dalam 3 bangunan teori:

(a). Teori tindakan individu dengan asumsi individu dengan sesama individu lain dan individu dengan lingkungan;

(b). Teori perjuangan kelas dengan asumsi kelompok dengan bentuknya produk dengan tenaga kerja;

(38)

Kematangan masyarakat yang diramalkan Karl Marx melalui proses perubahan dimulai dari pergerakan masyarakat komunis primitif, ancient (masa perbudakan), feodalisme, kapitalisme (borgeois capital), sampai scientific communism (masyarakat tak berkelas). Pergerakan itu terus menerus ditandai oleh konflik yang disebabkan materi.

Dinamika perubahan sosial di lingkungan masyarakat berada dalam kondisi historis yang melekat pada perilaku manusia secara luas sbb:

(a). Perubahan sosial menekankan kepada kondisi materi, berpusat pada perubahan-perubahan cara atau teknik-teknik berproduksi material sebagai sumber perubahan sosial budaya. Teknologi tinggi tidak mendatangkan kesejahteraan manusia jika dimiliki oleh kelompok pekerja, teknologi malah mendatangkan malapetaka. Sebaliknya, teknologi mendatangkan kesejahteraan jika berada pada pemilik modal yang digunakan untuk mengeksploitasi tata kerja buruh.

(b). Perubahan sosial yang utama adalah kondisi-kondisi material dan cara-cara produksi di satu pihak, hubungan sosial serta norma-norma kepemilikan di pihak yang lain, mulai dari komunitas primitif sampai dengan bentuk kapitalis modern.

(c). Manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri untuk berjuang menghadapi lingkungan mateialnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial terbatas. Kemampuan manusia membentuk sejarahnya sendiri dibatasi oleh kepemilikkan alat-alat produksi, hubungan konflik kelas yang telah diciptakan sendiri.

C. Teori Perubahan Sosial dari Tokoh Emile Durheim (1858-1917)

(39)

lain. Ketika salah satu organ tidak berfungsi, maka akan menganggu organ yang lain.

Teori sistem banyak dipakai untuk menganalisis masalah pembangunan di pedesaan (modernisasi di pedesaan) dengan kerangka bangunan teori sbb: (a). The whole strukture: suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagiannya

secara totalitas yang menggambarkan suatu sistem yang utuh. (b). Consists of part: terdiri dari bagian-bagian memiliki fungsi sendiri.

(c). Interelation: saling berhubungan antara sub-sistem sehingga merupakan mekanisme kerja.

(d). Highly interdependent: saling bergantung antara hubungan berbagai sub-sistem atau organisasi sosial.

(e). As whole producing certain unieque product: setiap sub-sistem memiliki kontribusi tugas tersendiri sehingga membentuk jalinan fungsi tersendiri.

Perkembangan kematangan masyarakat akan tumbuh dari bentuk solidaritas mekanis ke arah masyarakat dengan solidaritas organis. Solidaritas menunjuk keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas mekanis yang terjadi pada masyarakat tradisional ditandai ciri-ciri sebagai berikut:

(a). Mempunyai bentuk tatanan sosial yang berdasarkan keyakinan dan perangkat kepercayaan serta sentimen bersama.

(b). Kontrol komunal (bersama-sama) yang ketat. (c). Solidaritas tergantung pada keseragaman bersama.

(d). Kesadaran individualistik tidak berarti, sebab gerak bergantung pada tipe kolektif.

Pada masyarakat modern kehidupannya sangat kompleks, ditandai dengan solidaritas organik, yang memiliki ciri-ciri antara lain:

(a). Adanya pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi pekerjaan, terjadi perbedaan peran.

(40)

(3). Meningkatnya ketergantungan yang fungsional karena akibat dari spesialisasi bidang kerja menurut pertukaran pelayanan.

(4). Lembaga institusional lebih jelas perbedaannya seperti keluarga, pendidikan, politik dan ekonomi.

Masyarakat dengan solidaritas organik berkembang melalui beberapa tingkatan yang disebut fase sebagai berikut:

Masyarakat Solidaritas Organic

Kelompok profesi (urban accupational group), tidak mengenal kelas Munculnya spesialisasi

Pembagian pekerjaan Penciptaan lapangan kerja baru

Persaingan (consensus) Lapangan kerja Angkatan kerja

Population denzity (frekuensi interaksi sosial)

Population growth

Masyarakat Solidaritas Mechanic

(41)

perkembangan berikutnya terjadi urbanization of accupation group (kelompok urbanisasi berdasarkan kelompok pekerjaan) yang memiliki kode etika profesional, sehingga kehilangan kolektivitasnya.

D. Teori Perubahan Sosial dari Tokoh Max Weber (1864-1920)

Pemikiran Weber bertolak dari bentuk model rasionalisme Barat yang mewarnai semua aspek kehidupan sosialnya. Rasionalisme menurut Weber meliputi “mean” (alat) yang menjadi sasaran utam setiap melakukan kegiatan dan “end”, yang meliputi kehidupan budaya. Orang Barat pada dasarnya hidup dengan pola pikiran yang rasional pada tingkat perangkat alat-alat yang dimiliki dan kebudayaan yang mendukung kehidupannya. Pola berpikir rasional dilakukan selangkah demi selangkah mulai dari menetapkan tujuan berdasarkan hasil penilaian terhadap potensi yang dimiliki, kemudian menetapkan strateginya dengan pendekatan teknologis. “End” menunjukkan ciri-ciri individu dapat bekerja secara efektif dan efisien. “Means” berarti mencari langkah-langkah yang dapat diandalkan untuk bekerja.

Seiring dengan perkembangan masyarakat modern, rasionalitas dapat menjelaskan problem subyektif inidividu beserta motivasinya. Pemikiran rasionalitas ini menjadi dasar pembentukan teori tentang tindakan sosial yang menempatkan diri dalam lingkup opersional teknis, akibatnya perilaku individu dapat diperbaiki secara terus menerus.

Kehidupan masyarakat dibagi berdasarkan tindakan rasionalitas dan non rasionalitas, sebagai berikut:

(a). Traditional Rationality

(42)

(b). Value Oriented Rationality

Rasional yang berorientasi pada nilai ini menempatkan kondisi masyarakat yang melihat nilai sebagai potensi hidup, sekalipun tidak aktual dalam kehidupan keseharian. Kebiasaan ini didukung oleh perilaku kehidupan agama (nilai agama) serta budaya masyarakat yang berurat dan berakar dalam kehidupan tradisi. Misal: (a). orang bekerja keras dengan membanting tulang dan hidup hemat selama setahun di tempat perantauan, kemudian pulang mudik lebaran ke daerah, menghabiskan tabungan bersama keluarga (sanak saudara). (b). Orang mengumpulkan materi (modal) bukan untuk pengembangan usaha, tetapi untuk upacara pembakaran mayat orang tua.

(c). Affective Rationality

Rasional dalam bersikap ini bermuara dalam hubungan emosi yang sangat mendalam, sebab ada relasi hubungan khusus yang tidak dapat diterangkan di luar lingkaran sistem tersebut. Contohnya: (a). hubungan suami-istri, (b). ibu-anak, (c). ketua-anggota kelompok

(d). Purposive Rationality atau instrumental rationality

Rasional yang bertujuan atau rasionalitas instrumental (alat) merupakan bentuk rasional yang paling tinggi dengan unsur pertimbangan rasional berdasarkan tujuan dan alat yang dipilihannya. Dalam kehidupan masyarakat banyak unsur rasionaltitas yang dimiliki, namun unsur rasionalitas yang paling populer banyak diikuti adalah rasionalitas ekonomi. Sepanjang sejarah kehidupan, unsur rasionaltitas ekonomi ini banyak menimbulkan perubahan sosial, mengubah perilaku individu secara kontekstual. Misal: masyarakat desa melakukan urbanisasi, peran ganda perempuan karena alasan ekonomi. Unsur material (ekonomi) yang tinggi penyebab perubahan pola hidup masyarakat yang mengarah pada konsumtif.

(43)

berorientasi pada nilai (value oriented rationality). Kedua, sebagai seorang muslim yang beriman individu juga memiliki relasi hubungan emosi yang kuat dirasakan dalam hubungannya dengan Tuhan (affective rationality). Ketiga, ibadah haji bagi seorangmuslim merupakan bentuk rasionalitas yang tradisional, yang harus dilakukan turun-temurun (traditional rationality).

C. Evaluasi

1. Bagaimanakah perbedaan konsep perubahan sosial menurut pemikiran Karl Marx, Emile Durheim dan Max Weber.

2. Bagaimanakah perkembangan masyarakat menurut Karl Marx, Emile Durheim dan Max Weber.

BAB VII

(44)

Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan hubungan modernisasi, industrialisasi dengan pembangunan 2. Menjelaskan modernisasi di pedesaan

3. Menjelaskan teori modernisasi dari Harrod Domar (tabungan dan investasi), Max Weber (etika protestan), David McClelland (dorongan berprestasi), Alex Inkeles dan David H. Smith (manusia modern), W. W. Rostow (lima tahap pembangunan) dan Bert F. Hoselitz: (Faktor-faktor Non Ekonomi).

Materi

A. Pengantar

Penerapan teori modernisasi pada awalnya dilakukan oleh kelompok negara maju yang berusaha membantu kelompok negara yang mengalami kekalahan pada masa Perang Duni II. Penerapan modernisasi dalam segala aspek kehidupan ternyata terganjal oleh kharakteristik kelompok Negara Berkembang, yang secara sosiologis dapat dilihat dari pendekatan mental dan pendekatan struktural. Pendekatan mental dijelaskan melalui teori modernisasi, sedangkan pendekatan struktural dijelaskan melalui teori ketergantunga. Pada bagian ini terlebih dahulu hendak diuraikan teori modernisasi.

B. Konsep Modernisasi, Industrialisasi dan Pembangunan Modernisasi mengandung empat makna secara simultan:

(a). Modernisasi menunjukkan seluruh jenis perubahan sosial yang bersifat progresif, yaitu apabila masyarakat bergerak maju menurut skala kemajuan yang diakui. Misalnya: perubahan kehidupan dari peradaban pertanian ke arah peradaban yang berbasis teknologi informatika

(45)

lain serta Amerika Serikat, sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan 20, sehingga disebut abad pencerahan (aufklarung).

(c). Modernisasi diartikan sebagai gerakan dari masyarakat pinggiran (peripherial) atau masyarakat yang tertinggal dari masyarakat yang paling maju untuk menuju pada inti masyarakat modern.

(d). Modernisasi sebagai model teori yang berlaku dalam ilmu sosial, bertujuan untuk memberdayakan kemajuan negara-negara terbelakang dengan menggunakan kemajuan peradaban yang telah dicapai di Barat.

Berdasarkan uraian di atas, teori modernisasi memaknai negara-negara terbelakang akan menempuh jalan kehidupan perkembangan masyarakat yang sama dengan negara maju di Barat. Negara yang sedang berkembang untuk mencapai sebagai negara yang maju atau modern harus melalui proses industrialisasi. Beling dan Totten (1980) mengartikan modernisasi sebagai hasil dari perubahan sosial yang berasal dari revolusi industri di Inggris (1760-1830) dan dari revolusi politik di Prancis (1789-1830).

Modernisasi, industrialisasi dan pembangunan sebenarnya memiliki tipologi pengembangan teori yang berbeda. Namun di negara berkembang penerapan ketiga konsep tersebut memiliki kesamaan atau kesetaraan. Modernisasi sebagai proses transformasi besar masyarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi teknik-teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern. Modernisasi ini sebagai konsep utama yang menjadi kunci pembuka untuk belajar industrialisasi dan pembangunan di berbagai bidang. Dengan demikian ketiga konsep ini (modernisasi, industrialisasi dan pembangunan) memiliki keterkaitan kuat dalam proses perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Tabel berikut menunjukkan keterkaitan diantara ketiga konsep tersebut.

(46)

Industrialisasi/ Modernisasi

High Low

High I (Highly-Development) III (Stagnant & Declining)

Low II (Developing) IV (Traditional or under development)

Sumber: Reinhard Bendix & David Apter, 1980 dalam Salim, 2002: 149).

Para ahli sosiologi dan antropologi mengartikan modernisasi berkaitan dengan “proses deferensiasi” yang menandai sendiri kehidupan masyarakat, seperti struktur masyarakat yang terkait dengan pekerjaan, lembaga pendidikan dan berbagai jenis komunikasi.

Teori modernisasi berlatar belakang penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan teknologi untuk dijadikan acuan bagi kemajuan masyarakat di negara berkembang. Tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat harus dieliminir oleh pola pikir rational. Kematangan (perkembangan) masyarakat menuju masyarakat industri memiliki bentuk transisi yang panjang dalam waktu yang lama dalam bentuk orientasi waktu masa sekarang (present oriented).

Ukuran masyarakat modern atau masyarakat berbudaya maju adalah: (a). nilai-nilai dan sikap hidup, (b). sistem ekonomi yang menghidupinya. Sedangkan ukuran manusia modern atau tradisional dilihat dari orientasi masa depan (future oriented). Teori modernisasi bertolak dari landasan material yang kuat, bentuk eksploitasi manusia dan alam lingkungan yang berorientasi pada kesejahteraan material.

o Modern industrial (future oriented)

o Transitional (to day-present oriented)

o Traditional agricultural (post oriented)

(47)

Masyarakat mengalami tahap-tahap modernisasi dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi.

(a). Modernisasi tingkat alat.

Masyarakat pada tahap ini hanya bisa memakai peralatan sesuai petunjuk manual yang ada, konsumsi berteknologi tinggi tanpa memperhatikan dampak negatif atas peralatan. Contoh keberadaan TV yang berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, namun berdampak terhadap waktu belajar anak terganggu, pola kebiasaan perilaku masyarakat berubah terutama di pedesaan, pada awalnya setelah sholat magrib banyak mengaji berubah menjadi pola kebiasaan nonton TV, penggunaan obat anti hama tanaman tanpa memahami dampak negatifnya terhadap kesuburan tanah.

(b). Modernisasi tingkat lembaga.

Masyarakat lokal pada tahap ini sudah memiliki jaringan sistem kerja modern. Misalnya: dalam bidang pertanian pendistribusian pupuk kepada petani melalui sistem organisasi yang terstruktur, dalam bidang pendidikan pelayanan pendaftaran peserta didik baru dengan sistem online. Modernisasi terjadi dengan masuknya kelembagaan birokrasi modern yang melayani kepentingan negara

(state). Contoh, di lingkungan perguruan tinggi digunakan manajemen BHP (Badan Hukum Pendidikan), tanggung jawab pembiayaan pendidikan mayoritas diusahakan secara kreatif dan produktif dari pihak perguruan tinggi sendiri, sehingga terjadi penurunan subsidi pendidikan (efisiensi) dari pemerintah. (c). Modernisasi tingkat individu,

Masyarakat modern pada tahap ini tidak hanya sebatas konsumsi, namun sudah mampu untuk memperbaiki, menyempurnakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Misal; Masyarakat sudah pandai merakit komputer, memproduksi sendiri dengan menambahkan peralatan tertentu sesuai dengan keperluannya, masyarakat membudidayakan pertanian dengan menerapkan IPTEKS, meningkatkan pengolahan pasca panen.

Gambar

Tabel Teori Dependensia (Hubungan yang Tak Seimbang)

Referensi

Dokumen terkait

When an excited atom returns to its ground state it gives off the energy it gained in the form of electromagnetic radiation. The glow of neon signs,is an example of

Kegiatan Usaha Penunjang telekomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Anak Perusa- haan, yang antara lain meliputi penyediaan, pengelolaan dan penyewaan

Tulisan Kingsbury di atas menjadi gambaran bahwa ternyata proses politik dan tata kelola pemerintahan juga turut menjadi faktor penentu yang

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem klasifikasi multi-label dengan menggunakan TAN, menganalisis pengaruh penggunaan MI dalam pemabngunan struktur TAN,

Penggunaan nilai prior probability yang murni didapatkan dari hasil training menghasilkan performa klasifikasi yang lebih baik dari nilai uniform probability. Hal ini

Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber

Sedangkan, seleksi atribut menggunakan metode MRMR dapat menghasilkan nilai akurasi yang lebih baik daripada menggunakan metode db4 karena, metode ini hanya mengambil

rebus air hingga mendidih, masukkan gula merah, gula pasir, garam, jahe, kencur yg sudah dicuci, asam jawa, daun pandan, masak hingga gula larut aduk aduk, matikan api.. pisahkan