• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAN PENENTUAN JENIS TANAH DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT EVALUATION AND DETERMINATION OF LAND IN THE DISTRICT OF WEST SERAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI DAN PENENTUAN JENIS TANAH DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT EVALUATION AND DETERMINATION OF LAND IN THE DISTRICT OF WEST SERAM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI DAN PENENTUAN JENIS TANAH

DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

EVALUATION AND DETERMINATION OF LAND

IN THE DISTRICT OF WEST SERAM

Edwen D. Waas, Jacob Ayal, dan Sheny Kaihatu1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku

ABSTRACT

The research aims to identify the land in the district of West Seram Maluku Province, carried out in 2013 using Classification System Soil Taxonomy (Soil Survay Staff, 2010). From the results of the study found five orders of soil lowered as much as seven sub-orders, nine groups and 15 subgroups ground. Order of Entisol lowered three subgroups, namely Lythic Udorthents, Typic Udorrthents, and Typic Quartzipsamments. Order of Molisols down two subgroups, namely Lythic Hapludolls and Typic Hapludolls. Order of Inceptisol lowered seven subgroups, namely Fluventic Endoaquepts, Vertic Endoaquepts, Typic Endoaquepts, Lythic Dystrudepts, Typic Dystrudepts, Aquic Eutrudepts, and Typic Eutrudepts. Order of Alfisols lowered one subgroup, ie Typic Hapludalfs. Order of Ultisols down two subgroups, namely Typic Paleudults and Typic Hapludults. In general, the soils in the study area is the land has not been progressing and has solum soil horizon from shallow to deep. Ground color varies from yellow hinga reddish brown. Loamy to sandy texture, consistency until sticky, effective depth of shallow to deep, and very sour soil pH to slightly alkaline. Flat, hilly landform circumstances.

Key-words: evaluation, type of soil, Seram

INTISARI

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi tanah di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dilaksanakan pada tahun 2013 menggunakan Sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survay Staff, 2010). Dari hasil penelitian ditemukan lima ordo tanah menurunkan sebanyak tujuh sub-ordo, sembilan grup, dan 15 subgrup tanah. Ordo Entisol menurunkan tiga subgroup, yaitu Lythic Udorthents, Typic Udorrthents, dan Typic Quartzipsamments. Ordo Molisols menurunkan dua subgroup, yaitu Lythic Hapludolls dan Typic Hapludolls. Ordo Inceptisol menurunkan tujuh subgroup, yaitu Fluventic Endoaquepts, Vertic Endoaquepts, Typic Endoaquepts, Lythic Dystrudepts, Typic Dystrudepts, Aquic Eutrudepts, dan Typic Eutrudepts. Ordo Alfisols menurunkan satu subgroup, yaitu Typic Hapludalfs. Ordo Ultisols menurunkan dua subgroup, yaitu Typic Paleudults dan Typic Hapludults. Pada umumnya tanah-tanah di daerah penelitian merupakan tanah belum mengalami perkembangan horizon dan memiliki solum tanah dari dangkal sampai dalam. Warna tanah bervariasi dari coklat hinga kuning kemerahan. Tekstur liat sampai berpasir, konsistensi sampai lekat, kedalaman efektif dangkal sampai dalam, dan pH tanah sangat masam sampai agak alkalis. Keadaan landform datar hingga bergunung.

Kata kunci: evaluasi, jenis tanah, Seram.

1

(2)

PENDAHULUAN

Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dengan luas wilayah 661.072,64 ha, merupakan bagian dari kabupaten yang terletak di pulau Seram yang merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten induk, yaitu Maluku Tengah, dengan potensi sumberdaya alam sangat mendukung dan prospek pertanian di wilayah tersebut merupakan sentra produksi tanaman pangan lahan basa dan kering yang menunjang perekonomian di Provinsi Maluku dan daerah setempat (BPS Kabupaten SBB 2013).

Data sumber daya tanah mempunyai

peranan yang sangat penting dalam

mendukung program pembangunan daerah. Data tersebut hanya bisa diperoleh melalui suatu penelitian dan pemetaan sumber daya tanah yang dilakukan secara bertahap dan sistematis. Hasil yang diperoleh antara lain berupa informasi penyebaran jenis-jenis tanah dengan sifat-sifatnya, dan intepretasi data tanah, seperti kesesuiannya untuk berbagai komoditas tanaman. Data tanah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai basis

data untuk menyusun perencanaan

pembangunan daerah, khususnya di bidang pertanian.

Sampai saat ini data dan informasi sumber daya tanah dan lahan di pulau Seram, khususnya Kabupaten SBB, masih terbatas. Informasi terakhir dari Puslittanak (1998), menyatakan bahwa data sumber daya tanah dan lahan semi detail di Provinsi Maluku terbatas hanya 13 lokasi dan umumnya terpusat pada lokasi transmigrasi atau daerah prioritas seperti di pulau Buru, Makariki, dan Wahai (Puslittanak 1996), dan Kairatu (Puslittanak 2000). Keadaan ini menjadi hambatan bagi pemerintah daerah Maluku, khususnya pemerintah Kabupaten

SBB, untuk menyusun perencanaan

pengembangan wilayah melalui pemilihan daerah-daerah potensil untuk pengembangan pertanian.

Bagi daerah otonom, peranan tanah atau lahan akan menjadi penting dan merupakan tumpuan bahkan dianggap sebagai indikator utama dalam menilai keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Berkaitan dengan pengembangan daerah-daerah berpotensi untuk sektor pertanian, keragaman sifat tanah atau lahan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta tingkat produktivitasnya (Djainudin et al 2002). Hal ini berkaitan pula dengan persyaratan dari suatu tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (BBPPSLP. 2011). Berdasarkan hal tersebut BPTP Maluku telah melakukan kegiatan penelitian tanah (survai) di Kabupaten SBB. Tujuan survai tersebut adalah untuk menginformasikan keadaan tanah di kabupaten tersebut meliputi jenis

tanah, karakteristik tanah, dan

lingkungannya. Gambaran keadaan tanah dan penyebarannya pada Kabupaten SBB disajikan dalam bentuk peta skala 1:50.000. Sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem taksonomi tanah (Soil Survey Staff 2010).

METODE

Peta tanah Kabupaten SBB disusun berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah wilayah tersebut oleh BPTP Maluku dan Universitas Pattimura tahun 2013. Peta penunjang yang digunakan adalah foto udara

pankromatik skala 1:250.000 dengan

(3)

(Oldeman 1980), Peta RBI skala 1:250.000, Peta Atministrasi Skala 1:250.000, peta

kawasan hutan dan penggunaan lahan (Land

Use) skala 1:250.000, dan citra satelit untuk pulau Seram tahun 2000. Peta geologi tersebut memberikan gambaran mengenai formasi geologi dan jenis batuan dalam kaitannya dengan bahan induk tanah.

Gambaran sifat-sifat tanah dan fisik lingkungan di Kabupaten SBB dibedakan pada satuan-satuan lahan peta tanah (soil maping units). Batas setiap satuan peta diperoleh dari analisis beberapa data yang bersumber dari peta-peta penunjang, peta

topografi, dan peta geologi melalui

pendekatan fisiografi. Melalui analisis fisiografi, keadaan permukaan dan bentuk lahan (landform) dapat diklasifikasikan ke dalam unit-unit yang lebih spesifik berkaitan dengan keadaan tanahnya.

Isi dari setiap satuan peta tanah terdiri dari jenis tanah dominan yang terdapat pada satuan peta tanah tersebut (tingkat subgroup), satuan lahan fisiografi atau landform, satuan relief (lereng), satuan

bahan induk (litologi), dan proporsi

penyebaran jenis-jenis tanah tersebut.

Macam satuan peta tanah skala 1:50.000 ini berupa konsosiasi, asosiasi atau kompleks tergantung dari proporsi dan ketergantungan sebaran dari masing-masing grup tanahnya (van Wambeke & Forbes 1986). Klasifikasi tanah yang digunakan berdasar pada Key to Soil Taxonomy (Soil Survay Staff 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Tanah. Peta tanah semi detail skala 1:50.000 Kabupaten SBB dan legendanya telah memberikan informasi mencakup penyebaran jenis-jenis tanah, nomor satuan peta tanah (SPT), komposisi tanah (terdiri dari beberapa satuan tanah pada tingkat subgroup), dan luasan masing-masing SPT

dinyatakan dalam hektar dan persentasenya terhadap luas total.

Legenda peta tanah dibedakan dalam 31 satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari lima satuan peta tanah yang berkembang dari bahan alluvium, kolovium, aluvium marin pasir pantai dan badan air serta delapan satuan peta tanah yang terbentuk dari batu gamping, batu pasir atau batu liat, batu pasir atau Nepal, Skis atau gnesia atau filit atau kuarsit, batuan metamorfik atau batu gamping, basal dan ultrabasik atau sepertin. Legenda Peta disajikan di lampiran 1.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan ditunjang dengan data hasil analisis kimia dari laboratorium, tanah-tanah di Kabupaten SBB diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2010)

menjadi lima Ordo, yaitu: Entisols,

Mollisols, Inceptisols, Alfisols, dan Ultisols serta menurunkan 15 Subgrup tanah. Klasifikasi tanah pada tingkat Subgrup disajikan pada (Tabel 1).

Entisol. Entisol adalah tanah mineral yang belum mempunyai perkembangan profil. Entisol yang berkembang dari bahan endapan pasir marin mempunyai tekstur pasir dengan warna kelabu gelap (5 YR

4/1-3/1), drainase cepat, subgroup yang

dijumpai adalah Typic Quartzipsamments. Adapun tanah Udorthens terbentuk dari bahan induk sedimen (batuan liat, batu pasir, batu lanau), batu gamping atau kapur atau volkan (lava, breaksi, basalt, andesit, dan

lainya). Kedalaman tanah umumnya

(4)

Tabel 1. Klasifikasi Tanah di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Ordo Sub Ordo Grup Sub-Grup

Entisol Orthents Udorthents

Lythic Udorthents Typic Udorthents

Psamemnts Quartzipsamemnts Typic Quartzipsamments

Mollisols Udolls Hapludolls Lythic Hapludolls

Typic Hapludolls

Inceptisol

Aquepts Endoaquepts

Fluventic Endoaquepts Vertic Endoaquepts Typic Endoaquepts

Udepts

Dystrudepts Lithic Dystrudepts

Typic Dystrudepts

Eutrudepts Aquic Eutrudepts

Typic Eutrudepts

Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs

Ultisols Udults Paleudults Typic Paleudults

Hapludults Typic Hapludults

Lyithic Udorthents. Tanah ini mempunyai ciri kedalaman tanah dangkal (25 hingga 50 cm), belum mengalami perkembangan. Warna tanah coklat gelap (10YR 3/2 ); liat berdebu, konsistensi lapisan tanah lapisan lekat, dan agak plastis; drainase tanah baik; tingkat kemasaman tanah agak masam (6,5 hingga 6,8). Kandungan hara P sangat rendah sampai tinggi, Kandungan hara K rendah sampai sedang, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas Tukar Kation sedang sampai tinggi. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 9, 10, 12, 15, 17, 18,19, dan 25).

Typic Udorthents. Tanah ini mempunyai ciri kedalaman tanah dangkal (25 hingga 50 cm), belum mengalami perkembangan. Warna tanah lapisan atas coklat hingga

coklat tua (7,5YR 4/4 dan (7,5 YR 4/6); tekstur lapisan atas lempung berliat dan tekstur tanah lapisan bawah liat berpasir, konsistensi lapisan tanah lapisan atas agak lekat dan konsistensi tanah lapisan bawah agak lekat dan agak plastis; darainase tanah baik; tingkat kemasaman tanah agak masam (6,5 hingga 6,8). Kandungan hara P sangat rendah sampai tinggi, Kandungan hara K rendah sampai sedang, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas Tukar Kation sedang sampai tinggi. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 11).

(5)

sampai dalam (>100 cm), belum mengalami perkembangan struktur. Warna tanah kelabu gelap sampai kelabu sangat gelap (5 Y 4/1 dan 5 Y 3/1); konsistensi tanah lapisan atas dan konsistensi tanah lapisan bawah tidak lekat dan tidak plastis; drainase tanah cepat, tingkat kemasaman tanah agak masam (6,1).

Kandungan hara P sangat rendah,

Kandungan hara K sedang, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 13).

Mollisols. Tanah ini terbentuk dari berbagai

bahan induk, dominan dari batu

gamping/kapur dan alluvium. Di daerah alluvial, tanah terbentuk dari bahan induk endapan halus dan kasar, di daerah marin tanah berkembang dari batu gamping,

sedangkan di daerah tektonik tanah

berkembang dari batu gamping dan tuf pasir berkapur. Mollisol merupakan tanah yang mempunyai perkembangan profil yang dicirikan oleh adanya epipedon molik dan horizon B-kambik. Epipedon molik umumnya tipis sampai sedang (20 hingga 30 cm). Sifat-sifat morfologi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk dan relief/posisi. Pada daerah lahan kering berlereng sifat morfologi tanah lebih banyak dipengaruhi oleh posisi/letak dan tingkat erosi. Ordo Mollisols menurunkan Lithic Hapludolls dan Typic Hapludolls.

Lithic Hapludolls. Tanah ini bersolum dangkal dan terbentuk diatas bahan induk batu gamping di daerah datar hingga perbukitan tektonik, umumnya berdrainase baik. Kedalaman tanah dangkal 25 hingga 50 cm. Tanah lapisan atas coklat tua kelabu (10 YR 2/2), dan tanah lapisan bawah coklat muda kekuningan (2,5 Y 6/4); Tekstur lapisan atas liat sampai lempung liat

berdebu, lapisan bawah liat. Struktur gumpal, reaksi tanah netral (6,0 – 6,5). Kandungan hara P sedang sampai sangat tinggi, Kandungan hara K rendah sampai sedang, Kejenuhan basah sedang sampai sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 8, 9, dan 10).

Typic Hapludolls. Tanah ini menempati jalur aliran sungai dan dataran kolovial

umumnya berdrainase baik dan

memperlihatkan stratifikasi bahan endapan. Kedalaman tanah bisa mencapai >100 cm. Tanah lapisan atas berwarna kelabu gelap kemerahan (10YR 3/1), Tekstur lempung berdebu. Tanah lapisan bawah colat gelap (10YR 4.0/3), tekstur lempung berdebu sampai lempung berliat berdebu, struktur gumpal, reaksi tanah netral (6,0 – 6,6). Kandungan hara P sangat rendah sampai sangat tinggi, Kandungan hara K sangat rendah sampai sangat tinggi, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah sampai rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 5 dan 7).

Inceptisol. Inceptisol adalah tanah mineral, dengan perkembangan pada tahap awal dicirikan oleh terbentuknya karatan dan struktur yang lemah. Tanah ini pada daerah survai merupakan yang paling dominan. Inceptisol berkembangan dari bahan endapat marin, alluvial dan batu liat, batu pasir dan vulkan. Tanah yang berkembang dari endapan laut subresen mempunyai solum tanah agak dalam tekstur halus reaksi tanah agak netral, mempunyai susunan horizon Bg-Cg pada lahan basah (lowland) dengan drainase agak terhambat sampai terhambat

(6)

Endoaquepts, Tipyc Endoaquepts dan Vertic Endoaquepts.

Fluventic Endoaquepts. Kedalaman tanah dalam (100 cm hingga 150 cm), terdapat lahan bawah cekungan atau pelembahan sungai, tanah mempunyai stratifikasi lapisan akibat bahan pengendapan yang berbeda dan telah mengalami sedikit perkembangan, warna tanah lapisan atas kelabu gelap (10 YR 4/1) dan lapisan bawah warna kelabu (10 YR 5/1 dan 5 Y 4/1) terdapat karatan warna coklat kekuningan (10 YR 5/6), tekstur tanah lapisan atas liat berdebu, tekstur tanah lapisan bawah liat, dan lempung berpasir; struktur tanah lapisan lemah pejal; konsistensi tanah lapisan atas agak lekat dan agak plastis dan konsistensi tanah lapisan bawah lekat dan plastis; drainase tanah terhambat, kemasaman tanah masam (4,5hingga 5,0). Kandungan hara P sangat rendah sampai tinggi, Kandungan hara K sangat rendah sampai sedang, Kejenuhan basah rendah sampai sangat tinggi dan Kapasitas tukar kation sangat rendah sampai sangat tinggi. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 1, 2, 3 dan 5).

Tipyc Endoaquepts. Kedalaman tanah dalam (100 cm hingga 150 cm), terdapat

pada lahan bawah cekungan atau

pelembahan sungai, karena sering tergenang maka terjadilah gleisasi secara kontinyu,

tanah telah mengalami sedikit

perkembangan; tanah lapisan atas berwarna abu-abu tua (5 YR 3/1) dan lapisan bawah kelabu terang (5 YR 7/1) terdapat karatan berwarna kelabu kekuningan (5 YR 5/6); tekstur tanah lapisan atas liat berdebu dan tekstur tanah lapisan bawah liat berdebu; struktur tanah sedang; konsistensi tanah lapisan atas dan konsistensi tanah lapisan bawah lekat dan plastis; drainase tanah agak

terhambat; tingkat kemasaman tanah netral (6,1 hingga 6,6). Kandungan hara P sangat rendah sampai tinggi, Kandungan hara K sangat rendah sampai rendah, Kejenuhan basah rendah sampai sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation rendah . Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 6, dan 14).

Vertic Endoaquepts. Kedalaman tanah dalam (100 cm – 150 cm), terdapat pada daerah rendah dan datar sering mengalami fluktuasi air genangan/tanah sehinga terjadi oksidasi reduksi menyebabkan terjadinya karatan yang banyak, tanah ini sedikit mengalami perkembangan; tanah lapisan atas warna kelabu gelap kelabu (2,5 YR 4/2 dan tanah lapisan bawah berwarna kuning olive (2,5 YR 6/6) terdapat karatan berwarna kuning kemerahan (7,5 YR 7/8); tekstur lapisan atas liat berdebu dan tekstur lapisan bawah liat dan lempung berpasir; strukturr tanah sedang; konsistensi tanah lapisan atas lekat dan plastis dan lapisan bawah lekat dan plastis; drainase tanah terhambat; tingkat kemasaman tanah netral (6,4 hingga 6,6). Kandungan hara P sangat tinggi, Kandungan hara K tinggi, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 7).

Sedangkan Inceptisol yang

berkembang dari bahan alluvial, batu liat ataupun batu pasir yang mempunyai solum tanah dalam, tekstur halus, reaksi tanah netral, mempunyai susunan horizon

A-Bw-C pada lahan kering (upland) dengan

(7)

menurunkan subgroup Lithic Dystrudepts dan Typic Dystrudepts.

Lithic Dystrudepts. Tanah ini mempunyai ciri kedalaman tanah dangkal (25 hingga 50

cm), telah mengalami perkembangan

dicirikan dengan horizon penciri kambik dan mempunyai kejenuhan basah <50 persen; warnah tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap (10 YR 3/3 dan 10 YR 3/4) dan tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan (10 YR 4/6 dan 10 YR 5/6); tekstur tanah lapisan atas liat berdebu sampai lempung berdebu dan tekstur tanah lapisan bawah liat sampai liat berpasir; struktur tanah lemah pejal; konsistensi tanah lapisan atas agsak lekat dan plastis dan konsistensi tanah lapisan bawah lekat dan agak plastis; drainase tanah agak terhambat; tingkat kemasaman tanah masam (pH 4,5-5,5).

Kandungan hara P sangat rendah,

Kandungan hara K sangat rendah,

Kejenuhan basah rendah sampai tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 16, 17, 18, 19 dan 28).

Typic Dystrudepts. Tanah ini mempunyai kedalaman dalam (100 hingga 150 cm),

tanah telah mengalami perkembangan

dicirikan dengan adanya horizon penciri kambik dan mempunyai kejenuhan basa <50 persen; warna tanah lapisan atas berwarna coklat kemerahan (5 YR 5/3) dan tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan; tekstur tanah lapisan atas lempung berliat dan tekstur tanah lapisan bawah liat dan liat berpasir; struktur tanah lemah pejal; konsistensi tanah lapisan atas sangat lekat dan plastis dan konsistensi lapisan bawah sangat lekat dan sangat plastis; drainase tanah agak terhambat; tingkat kemasaman tanah netral (6,6 hingga 6,8). Kandungan hara P sangat rendah sampai sedang,

Kandungan hara K sangat rendah sampai sangat tinggi, Kejenuhan basah sedang sampai sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah sampai rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 15, 16, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 dan 28).

Inceptisols yang berkembang dari bahan alluvium di daerah kering (upland), batu liat berkapur dan batu pasir berkapur yang mempunyai solum tanah sedang

sampai dalam, warna coklat gelap

kekuningan (10 YR 4/4-6/6), tekstur halus sampai sedang, reaksi tanah netral A-Bw-C, konsistensi lekat dan plastis (basah) dan gembur sampai teguh (lembab), dengan asumsi kejenuhan basa lebih dari 50 persen. Tanah ini diklasifikasikan ke dalam Aguic Eutrudepts, dan Typic Eutrudepts.

Aguic Eutrudepts. Tanah ini mempunyai kedalaman dalam (100 hingga 150 cm),

tanah telah mengalami perkembangan

(8)

Typic Eutrudepts. Tanah ini mempunyai ciri kedalaman tanah sedang (50 hingga 100 cm) dalam (100 hingga 150 cm), telah mengalami perkembangan dicirikan dengan horizon penciri kambik dan mempunyai kejenuhan basah <50%; warnah tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap kekuningan (10 YR 3/3) dan tanah lapisan bawah coklat kekuningan (10 YR 4/4); tekstur tanah lapisan atas liat berdebu dan tekstur tanah lapisan bawah liat dan liat berpasir; struktur tanah lemah pejal; konsistensi tanah lapisan atas agak lekat dan agak plastis dan konsistensi tanah lapisan bawah lekat dan plastis; drainase tanah agak terhambat; tingkat kemasaman tanah netral (pH 6,4 hingga 6,6). Kandungan hara P

sangat rendah sampai sangat tinggi,

Kandungan hara K sangat rendah sampai tinggi, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 4, 5, 6, 7, 8, 29 dan 30).

Alfisols. Alfisols adalah tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil

dengan susunan horizon A-Bt-C,

mempunyai horizon okhrik dan horizon B argilik akumulasi liat pada tanah lapisan bawah. Tanah ini terbentuk dari bahan induk

batu gamping. Kedalaman bervariasi

dangkal sampai dalam dan mempunyai drainase sedang sapai baik.

Alfisols mempunyai kemasaman tanah agak masam (5,5 hingga 6,5) sampai netral (6,5 hingga 7,0). Alfisols di daerah survai pada tanah lapisan atas berwarna coklat (10 YR 5/3) dan lapisan bawah berwarna coklat kemerahan (5 YR 4/6), penampang tanah sedang sampai agak dalam, tekstur tanah lapisan atas lempung liat berpasir, lapisan bawah liat, konsistensi teguh (lembab), lekat dan plastis (basah).

Tanah yang dijumpai aadalah Typic Hapludalfs.

Typic Hapludalfs. Tanah inni mempunyai kedalam sedang (50 hingga 100 cm) dalam (100 hingga 150 cm), tanah telah mengalami perkembangan lebih lanjut yang dicirikan dengan adanya horizon penciri argilik dan mempunyai kejenuhan basa >50 persen; warna tanah lapisan atas berwarna coklat dan coklat gelap (10 YR 3/3) dan tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan (10 YR 4/6); tekstur tanah lapisan atas liat berdebu sampai lempung liat berdebu dan tekstur lapisan bawah liat; struktur tanah sedang sampai kuat, gumpal atau gumpal bersudutr; konsistensi tanah lapisan atas agak lekat dan agak plastis dan konsistensu tanah lapisan bawah lekat dan plastis; drainase tanah agak terhambat; tingkat kemasaman tanah sagak masam sampai netral (pH 5,5 hingga 7,5). Kandungan hara P sedang, Kandungan hara K rendah,

Kejenuhan basah sangat tinggi, dan

Kapasitas tukar kation rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 8, dan 21).

Ultisols. Ultisols adalah tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil lanjut dengan susunan horizon A-Bt-C, mempunyai horizon okhrik dan horizon B argilik akumulasi liat pada tanah lapisan bawah, dan kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) sebesar kurang dari 35 persen. Tanah ini terbentuk dari bahan induk skis, geneis, filit, kuarsa, batu metamorfik dan batu gamping. Kedalaman tanah umumnya dangkal sampai dalam dan mempunyai drainase sedang sampai baik.

Ultisols di daerah survai

(9)

bawah berwarnah coklat kemerahan (5 YR 5/3), penampang tanah sedang sampai dalam, tekstur tanah lapisan atas liat berlempung liat berpasir, lapisan bawah liat, konsistensi teguh (lembab), lekat dan plastis (basah). Tanah yang dijumpai adalah Typik Paleudults dan Typic Hapludults.

Typik Paleudults. Tanah ini ditemukan pada daerah bergelombang samapia perbukitan, kedalaman tanah sangat dalam (> 150 cm), terdapat peningkatan liat pada horizon dibawahnya. Warna tanah lapisan atas coklat gelap (10 YR 4/3) dan tanah lapisan bawah berwarna coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4); bertekstur liat, struktur cukup kuat, gumpal agak bersudut; konsisitensi teguh lekat dan plastis; darainase tanah baik; tingkat kemasaman tanah sangat masam (pH 4,1hingga 4,5). Kandungan hara P sedang, Kandungan hara K rendah, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT 21, 22, dan 23).

Typic Hapludults. Tanah ini ditemukan pada daerah perbukitan, kedalam tanah dalam (100 hingga 150 cm), terdapat peningkatan liat pada horizon di bawahnya. Warna tanah lapisan atas coklat gelap coklat (10 YR 4/3, 10 YR 3/4) dan tanah lapisan bawah berwarnah coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4, 10 YR 5/4); tekstur liat, struktur cukup kuat, gumpal agak bersudut; konsistensi teguh lekat dan plastis; drainase tanah baik; tingkat kemasaman tanah sangat masam (pH 4,1 hingga 4,5). Kandungan hara P rendah sampai sedang, Kandungan hara K rendah sampai sedang, Kejenuhan basah sangat tinggi, dan Kapasitas tukar kation sangat rendah. Tanah ini ditemukan di landform berbukit hingga bergunung (SPT ,15, 16, 20, 22, 23, 26 dan 27).

KESIMPULAN

1. Tanah-tanah di Kabupaten SBB

dapat diklasifikasikan dalam lima ordo tanah, yaitu ordo Entisol, Molisols, Inceptisol, Alfisols dan Ultisols. Dari ordo tanah dapat menurunkan sebanyak sebanyak tujuh subordo, sembilan grup dan 15 subgrup tanah.

2. Ordo Entisol menurunkan tiga

subgroup, yaitu Lythic Udorthents,

Typic Udorrthents dan Typic

Quartzipsamments. Ordo Molisols menurunkan dua subgroup, yaitu

Lythic Hapludolls dan Typic

Hapludolls. Ordo Inceptisol

menurunkan tujuh subgrup yaitu

Fluventic Endoaquepts, Vertic

Endoaquepts, Typic Endoaquepts,

Lythic Dystrudepts, Typic

Dystrudepts, Aquic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts. Ordo Alfisols menurunkan satu subgroup, yaitu Typic Hapludalfs. Ordo Ultisols menurunkan dua subgroup, yaitu

Typic Paleudults dan Typic

Hapludults.

3. Tanah-tanah di daerah penelitian

memiliki solum dangkal sampai dalam, warna tanah bervariasi dari coklat, coklat terang, coklat gelap, coklat kekuningan, kelabu, kelabu terang, abu-abu tua, abu-abu, coklat zaitun, coklat zaitun terang, merah kuning, kuning kemerahan, dan kuning, tekstur liat sampai berpasir, konsistensi lepas sampai lekat,

kedalaman perakaran efektif

dangkal sampai dalam dan pH tanah sangat masam sampai agak alkalis.

4. Penyebaran tanah-tanah terdapat

(10)

meander, dataran alluvial, dataran antar perbukitan, dataran karst, perbukitan karst, pegunungan karst, dataran tektonik, dataran pasang surut, pesisir pantai, perbukitan

tektonik, pegunungan tektonik,

perbukitan volkan tua, pegunungan volkan tua instrusi volkan.

5. Pengunaan lahan berupa hutan

mangrove, kebun kelapa, semak belukar, kebun campuran, hutan sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Maluku dan Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. 2000. Laporan Survai dan

Pemetaan Tanah Semidetail Daerah

Kairatu. Bagian Proyek ARMP II Maluku.

BPS Kabupaten Seram Bagian Barat. 2013.

Seram Bagian Barat Dalam Angka Tahun 2013.

Djainudin, D.Y. Sulaiman, & A.

Abdulrachman. 2002. Pewilayaan

Komoditas Pertanain Menurut

Pedo-Agroklimat di Kawasan Timur Indonesia.

Jurnal Litbang Pertanaian Vol. 21 (1) : 1-10.

BBPPSLP. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk komuditas Pertanian. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya lahan Pertanian. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 166 hal.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

1996. Daftar Peta tanah, Puslittanak,

Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1998. Indeks Peta tanah Indonesia, Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil

Taxonomy. A Basic System of soil

classification for Making and Interpreting Soil Surveys, 2th edition 1999. Nasional Resources Conservation Service, USDA.

Van Wambeke and T. Forbes. 1986. Guidelines for using soil taxonomi in the

name of map unit. SMSS Technical

(11)

Lampiran Rincian Satuan Peta Tanah Kabupaten Seram Bagian Barat

No.

SPT Simbol

KLASIFIKASI TANAH

PROPORSI LANDFORM BHN INDUK RELIEF LERENG

Luas

Endoaquepts D Dataran

aluvial Aluvium Agak datar 1-3

11,653.72 1,76

Aeric Enduaquepts F

Typic Fluvaguents M

3 Au15.n0

Aquic Eutrudepts D

Jalur aliran

sungai Aluvium Agak datar 1-3

8,169.33 1,24

Fluventic Eutrudepta F

Fluventic

Endoaquepts M

4 Au22.n0

Aquic Eutrudepts D

Lahan

Koluvial Koluvium Agak datar 1-3

3,683.51 0,56

Aeric Endoaquepts F

Typic Eutrudepts M

5 Au22.u1

Typic Eutrudepts D

Lahan

Koluvial Koluvium Berombak 3-8

487.19 0,07

Fluventic

Endoaquepts F

Typic Hapludolls M

6 Au23.n0

Typic Eutrudepts D Dataran

antar perbukitan

Aluvium Agak datar 1-3

1,890.37 0,29

Aquic Eutrudepts F

Typic Endoaquepts M

7 Kc2.n1

Vertic Endoaquepts D

Dataran

Karst Batugamping Agak datar 1-3

3,903.16 0,59

Typic Hapludolls F

Typic Eutrudepts M

8 Kc2.r2

Typic Hapludalfs D

Dataran

Karst Batugamping Bergelombang 8-15

12,988.54 1,96

Typic Eutrudepts F

Lithic Hapludolls M

9 Kc2.u1

Lithic Eutrudepts D

Dataran

Karst Batugamping Berombak 3-8

19,108.68 2,89

Lithic Udorthents F

Lithic Hapludolls M

10 Kc3.c2 Lithic Hapludolls D Perbukitan

Karst Batugamping Berbukit kecil 15-25

11,609.48 1,76

Lithic Udorthents F

11 Kc3.h2

Typic Udorthents D Perbukitan

Karst Batu gamping Berbukit 25-40

Typic Udipsamments F

14 Mu2.f0

Typic Endoaquepts D

Dataran

pasang surut Aluvium marin Datar 0-1

5,889.59 0,89

Sulfic Endoaquepts F

Sulfic Fluvaquents M

15 Tqf11.r2

Typic Dystrundepts D

Dataran Tektonik

Batupasir dan

batuliat Bergelombang 8-15

24,553.53 3,71

Typic Hapludults F

(12)

Keterangan : D. Dominan, F. Cukup dominan, M. Agak Dominan.

Lanjutan

Keterangan : D. Dominan, F. Cukup dominan, M. Agak Dominan

No. Typic Dystrundepts F

Lithic Dystrundepts M

17 Tqf12.c2

Lithic Dystrundepts D

Perbukitan

Tektonik Batupasir dan batuliat Berbukit kecil 15-25

6,843.24 1,03 Lithic Hapludults F

Lithic Udorthents M

18 Tqf12.h3

Lithic Dystrundepts D

Perbukitan

Tektonik Batupasir dan batuliat Berbukit 25-40

19,511.80 2,95 Lithic Hapludults F

Lithic Udorthents M

19 Tqf12.m3

Lithic Dystrundepts D

Pegunungan

Tektonik Batupasir dan batuliat Bergunung >40

7,354.87 1,11 Lithic Hapludults F

Lithic Udorthents M

20 Tqk12.h2

Typic Hapludults D

Perbukitan

Tektonik Batupasir dan napal Berbukit 25-40

5,913.24 0,89 Typic Dystrundepts F

Typic Hapludalfs M

21 Ty11.r2

Typic Hapludalfs D

Dataran tektonik Skis, gneis, filit, kuarsit Bergelombang 8-15 4,997.54 0,76 Typic Dystrundepts F

Typic Paleudults M

22 Ty11.u1

Typic Paleudults D

Dataran tektonik Skis, gneis, filit, kuarsit Berombak 3-8 1,147.56 0,17 Typic Hapludults F

Typic Dystrundepts M

23 Ty12.c2

Typic Hapludults D

Perbukitan tektonik Skis, gneis, filit, kuarsit Berbukit kecil 15-25 51,961.34 7,86 Typic Dystrundepts F

Typic Paleudults M

24 Ty12.h3

Typic Dystrundepts D

Perbukitan

Tektonik Skis, gneis, filit, kuarsit Berbukit 25-40

51,644.07 7,81 Typic Hapludults F

Lithic Hapludalfs M

25 Ty12.m3 Lithic Udorthents D Pegunungan

tektonik Skis, gneis, filit, kuarsit Bergunung >40

312,632.17 47,29 Typic Dystrundepts F

26 Tyc11.r2

Typic Hapludults D

Dataran tektonik Bt metamorfik, batugamping Bergelombang 8 - 15 1,738.68 0,26 Typic Dystrundepts F

Typic Hapludalfs M

27 Vab32.c2

Typic Dystrundepts D

Perbukitan volkan

tua Andesit-basalt Berbukit kecil 15-25

9,276.93 1,40 Typic Hapludults F

Typic Hapludox M

28 Vab33.m3

Lithic Dystrundepts D

Pegunungan

volkan tua Andesit-basalt Bergunung >40

20,645.56 3,12 Typic Dystrundepts F

Typic Hapludox M

29 Vb32.c2 Typic Eutrudepts D Perbukitan volkan tua Basalt Berbukit kecil 15 - 25 11,300.74 1,71 Typic Hapludalfs F

30 Vs4.h3

Lithic Eutrudepts D

Intrusi Volkan Ultrabasik/serpentin Berbukit 25-40 14,069.56 2,13 Typic Eutrudepts F

(13)

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Tanah di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis epifit dan tumbuhan penopang, serta mengetahui jumlah jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi dengan

Untuk memaksimalkan dan memfokuskan perhatian terhadap penanggulangan masalah keragaman yang mempengaruhi kualitas, maka ruang lingkup masalah akan dibatasi terhadap hal-hal

Analisis per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi difokuskan pada pengar uh per ubahan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan (C) dan

Pertemuan kedua, hasil dari lembar observasi aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah- langkah

Menurut Monroe dan Krishnan (1985) dan Zeithaml (1988) dalam Amir Nasermoadeli, Kwekachaoon Ling, dan Farshad Maghnati (2013) menyatakan bahwa produk yang baik nilai

Pada sub iterasi kedua piksel bernilai 1 akan diperiksa dan jika memenuhi syarat penghapusan maka piksel diberi nilai 0 dan nilai UBAH ditambah satu kemudian setelah keluar dari

Desa Di Jawa Barat berbeda dengan manfaat dari Direktori Buku Telepon, akan tetapi secara umum direktori ini bermanfaat bagi masyarakat dalam mencari. informasi mengenai

Penelitian yang dilakukan oleh Foster (2016) dan Hendra (2017) menunjukkan hasil yang sama yaitu brand image tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap