• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Sumberdaya Air di DAS Konaweha Propinsi Sulawesi Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Sumberdaya Air di DAS Konaweha Propinsi Sulawesi Tenggara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 3. Hal 208-218 ISSN: 2087-7706

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KETERSEDIAAN

SUMBERDAYA AIR DI DAS KONAWEHA

PROPINSI SULAWESI TENGGARA

Analysis of Land Use Changesand Water Resource Availability in

Konaweha Watershed Southeast Sulawesi Province

SITTI MARWAH

Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACT

Phenomena of depleting of water resources and increasing water demand have been occurring in Konaweha watershed. Combine with other degraded conditions, Konaweha watershed have been categorized as priority watershed in Southeast Sulawesi Province. Land use change is the main factor to influence water balance that indicated by the increasing maximum discharge in rainy seasons and decreasing minimum discharge in dry seasons. The objective of this research were (1) to analize the effects of land use changes on water resources of Konaweha watershed; (2) to analize the availability of water resources to meet water demand as well as minimum proportion of forest cover in the watershed to ensure sustainable water resources in Konaweha watershed. This research was conducted in Konaweha watershed for 7 months from July 2011 to February 2012. The result of this research showed that forest, swamp, plantation and bush area tended to decline exponentially year by year. The decline of forest area have significantly decreased minimum discharge of Konaweha River in dry seasons and increased maximum discharge in rainy seasons. These condition have caused a significant deficit of water resources in dry seasons since period of 2004 to 2010 eventhough there was no deficit of annual water resources.

Key Wor ds: w ater shed, land use change, w ater r esour ce availability

1

PENDAHULUAN

Fenomena ter kait dengan eksistensi sumber daya air adalah ter jadinya penur unan keter sediaan air , sementar a kebutuhan air meningkat ter us dari w aktu ke w aktu yang mer upakan konsekuensi logis dari per tambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi. Rata-rata keter sediaan air saat ini di atas dar atan Indonesia + 15.000 m3/ kapita/ tahun. Nilai

ter sebut r elatif sangat besar yaitu 25 kali rata-r ata keterata-r sediaan airata-r perata-r kapita perata-r tahun dunia yang besar nya 600 m3/ kapita/ tahun

(Ar if, 2003). Walaupun jumlah ketersediaan air di Indonesia sangat besar , namun tidak mer ata baik secar a spasial maupun tempor al. Wilayah Indonesia Bagian Bar at diberi ber kah dengan hujan yang sangat ber limpah,

*)Alamat korespondensi:

Email : siti.marw ah@ymail.com

sedangkan Wilayah Indonesia Bagian Timur mengalami hal yang sebaliknya. Ketersediaan air ter sebut masih belum mer ata sepanjang tahun, sehingga di suatu w ilayah ter jadi keker ingan pada musim kemar au dan banjir pada musim hujan. Penur unan keter sediaan air di Pr ovinsi Sulawesi Tenggar a, khususnya DAS Konaweha dapat disebabkan oleh per ubahan penggunaan lahan akibat eksploitasi lahan secar a ter us-mener us sehingga ter jadi penurunan kapasitas infiltr asi dan peningkatan alir an per mukaan. Oleh kar ena itu, jumlah air yang hilang ke laut akan meningkat pula yang pada akhir nya akan mempengar uhi ketersediaan air di dalam tanah.

Per ubahan penggunaan lahan dapat mengakibatkan ter jadinya penur unan debit minimum dan peningkatan debit maksimum. Fakta menunjukkan bahw a pada Mei 2000 ter jadi banjir dengan debit + 380 m3/ det yang

(2)

Vol. 4 No.3, 2014 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 209 w ilayah ir igasi Waw otobi ter endam banjir .

Pada tahun yang sama dar i September sampai November ter jadi kekeringan dengan debit minimum r ata-r ata 10,6 m3/ det yang

mengakibatkan lebih dari 5.000 ha sawah di w ilayah tersebut tidak mendapatkan pasokan air yang cukup. September 2003, debit minimum Sungai Konaw eha sebesar 27 m3/ det, tahun 2006 dan 2008 pada bulan yang

sama, debit minimum menjadi 23 m3/ det dan

20 m3/ det (Sub Dinas PU Pengair an Pr ovinsi

Sultr a, 2010). Jika kecender ungan penurunan ini ter us ber lanjut, maka diper kir akan akan ter jadi defisit air pada musim kemar au.

Kebijakan pemerintah pusat tentang pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) per tambangan yang dipusatkan di Pr ovinsi Papua, Papua Bar at dan Sulaw esi Tenggar a juga ber potensi member ikan dampak terhadap perubahan penggunaan lahan. Untuk tujuan ter sebut, pemer intah Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a telah mengusulkan per ubahan status hutan seluas 310.165 ha menjadi areal penggunaan lain (APL) melalui r evisi Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a tahun 2010 (Bappeda Pr ovinsi Sulawesi Tenggar a, 2010). Dari luasan ter sebut, terdapat sekitar 10 % ber ada di DAS Konaw eha, sehingga apabila usulan tersebut ter ealisasi, maka dikhaw atir kan akan semakin menurunkan ketersediaan air khususnya distribusi keter sediaan air bulanan.

DAS Konaw eha mempunyai fungsi str ategis kar ena mer upakan DAS ter besar di Sulaw esi Tenggar a dengan luas ± 697.841 ha dan secara administr asi meliputi empat daer ah otonom yakni Kabupaten Konaw e, Konaw e Selatan, Kolaka dan Kota Kendar i (BPDAS Sampar a, 2009). Salah satu per anannya yang sangat vital adalah sebagai sumber air bagi pemenuhan kebutuhan domestik, industr i dan ir igasi. Defisit air yang ter cermin dari penur unan debit minimum pada musim kemar au dan peningkatan debit maksimum pada musim hujan di Sungai Konaw eha, diduga disebabkan oleh per ubahan penggunaan lahan khususnya per ubahan luas hutan. Per ubahan penggunaan lahan khususnya penggunaan lahan hutan menjadi non hutan akan meningkatkan aliran per mukaan dan penur unan kapasitas infiltr asi tanah, sehingga sebagian besar air hujan menjadi alir an permukaan dan ter buang ke

laut. Pada saat yang sama maka jumlah air yang masuk dan ter simpan di dalam tanah juga ber kur ang akibat penur unan kapasitas infiltrasi tanah, sehingga akan mengur angi jumlah alir an dasar (baseflow). Alir an dasar ter sebut dihar apkan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air jangka panjang.

Penur unan kapasitas infiltr asi tanah dan peningkatan alir an per mukaan akan menyebabkan pola distribusi air yang tidak mer ata, ar tinya ada waktu-w aktu ter tentu ter jadi kelebihan air yang tidak ter manfaatkan, dan sebaliknya pada w aktu lainnya ter jadi kekur angan air . Kelebihan air yang ter jadi pada musim hujan sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh akan menjadi alir an permukaan dan hilang ke laut.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah ter sebut di atas adalah dengan mengoptimalkan jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah pada musim hujan melalui peningkatan kapasitas infiltrasi tanah. Upaya ini dihar apkan dapat menyimpan air hujan yang jatuh pada musim hujan kemudian air tersebut akan mengalir kembali secar a per lahan-lahan melalui alir an dasar pada musim kemarau.

Pada konteks hubungan antar a per ubahan penggunaan lahan dengan keter sediaan air , maka penataan penggunaan lahan secara pr opor sional diharapkan dapat menur unkan alir an per mukaan dan meningkatkan jumlah air hujan yang masuk dan ter simpan di dalam tanah, sehingga akan meningkatkan aliran dasar (baseflow) atau aliran sungai. Untuk itu, maka penelitian ini ber tujuan “mengkaji per ubahan penggunaan lahan dan pengar uhnya terhadap kondisi hidrologi dan keter sediaan sumber daya air di DAS Konaw eha”.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat :Penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan ter hitung sejak Juli 2011 sampai dengan Febr uar i 2012, di DAS Konaw eha Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. Kegiatan penelitian meliputi: pengumpulan data sekunder dan pr imer , pengelompokan data, tabulasi dan pengolahan data. Data yang diper oleh dari ber bagai sumber , antar a lain :

(3)

data cur ah hujan dan debit; peta penggunaan lahan, topogr afi, jenis tanah dan peta r upa bumi.

Pelaksanaan Penelitian. Penelitian dilakukan menggunakan metode sur vey secar a pr oporsional di seluruh w ilayah administr asi yakni Kabupaten Konaw e, Konaw e Selatan dan Kolaka. Kaw asan penelitian intensif memiliki data pengukur an cur ah hujan dan debit time ser ies. Data curah hujan diperoleh dar i 18 stasiun cur ah hujan yang ada di DAS Konaweha, sedangkan data debit diper oleh dari Bendungan Ir igasi Waw otobi.

1. Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Konaweha. Analisis perubahan penggunaan lahan secar a keseluruhan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan per ubahan penggunaan lahan di DAS Konaw eha umumnya dan DAS Konaw eha Hulu pada khususnya yang difokuskan hanya pada penggunaan lahan yang dominan yakni penggunaan lahan yang pr opor sinya lebih 1 % dar i total luas DAS Konaweha Hulu pada tahun 1991. Berdasar kan hal ini maka perubahan penggunaan lahan yang dianalisis adalah hutan, per kebunan, kebun campuran, dan semak belukar yang didasar kan pada keter sediaan data penggunaan lahan, sehingga unit w aktu analisis dibagi menjadi 4 per iode (masing-masing 5 tahun), yakni: per iode 1991-1995, per iode 1996-2000, per iode 2001-2005 dan per iode 2006-2010.

Mengingat keter batasan data penggunaan lahan dari tahun ke tahun, maka perubahan penggunaan lahan menggunakan data tahun 1991, 1993, 1995, 1999, 2001, 2004, 2005, 2006 dan 2008. Selanjutnya dilakukan analisis ker agaman (anova) untuk mengetahui pengar uh w aktu terhadap per ubahan penggunaan lahan hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak belukar di DAS Konaw eha Hulu. Untuk tujuan ini maka dir umuskan hipotesis :

Ho: Waktu tidak ber pengar uh nyata ter hadap

per ubahan luas masing-masing jenis penggunaan lahan. Sedangkan H1 : Waktu

ber pengar uh nyata terhadap perubahan luas masing-masing jenis penggunaan lahan.

Kr iteria keputusan yang digunakan adalah: ter ima Ho atau tolak H1 jika Fhitung< Ft abel pada

tar af kepercayaan 95 % atau ά = 0,05. Sebaliknya tolak Hodan ter ima H1 jika Fhitung>

Ftabel tar af keper cayaan 95 % atau ά = 0,05.

Jika H1 diterima maka dilakukan uji lanjutan

dengan menggunakan uji beda nyata ter kecil (BNT).

2.Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Kondisi Hidrologi. Analisis pengar uh per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi DAS Konaw eha Hulu menggunakan data penggunaan lahan, data curah hujan (Sub Dinas PU Pengair an Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a, 2009) dan data debit (Sub Dinas PU Pengair an Pr ovinsi Sulawesi Tenggar a, 2010) tahun 1999, 2001, 2004, 2005, 2006 dan 2008 dengan menggunakan kr iteria keputusan (decission criteria): debit maksimum (Qmax), debit minimum (Qmin) dan koefisien alir an per mukaan (C). Koefisien alir an per mukaan dihitung dengan menggunakan persamaan (Singh, 1992): C = (Q/ R)………(1)

dimana: C = koefisien alir an permukaan (%); Q = volume debit alir an sungai (m3) dan R=

volume curah hujan (m3).

Di dalam penelitian ini, koefisien alir an per mukaan (C) difokuskan pada nilai C tahunan dan musim hujan. Koefisien alir an per mukaan musim hujan ditentukan ber dasar kan jumlah volume alir an sungai musim hujan (curah hujan lebih dari 100 mm per bulan) dibandingkan dengan jumlah volume curah hujan pada musim tersebut.

Cur ah hujan r ata-r ata DAS Konaw eha dianalisis dengan metode poligon thiessen (Singh, 1992; Van der Weer t, 1994), sedangkan hidrogr af aliran selama satu tahun menggunakan analisis r ata-r ata aritmetik dan r ata-r ata peluang kejadian.

Pengar uh per ubahan luas hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak belukar ter hadap debit maksimum, debit minimum dan koefisien alir an permukaan dianalisis menggunakan analisis r egr esi dan analisis keragaman, dilanjutkan dengan uji BNT.

Pengar uh perubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi DAS Konaw eha Hulu dianalisis dengan menggunakan analisis r egr esi ber ganda (multiple regression) dengan menggunakan per samaan:

Qmax= βo+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+βnxn+έ ... (2)

Qmin = βo+β1x1+β2x2+β3x3+β4x4+β5x5+βnxn+έ ... (3)

(4)

Vol. 4 No.3, 2014 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 211 dimana x1, x2, x3, x4, x5 dan xn adalah pr oporsi

masing-masing jenis penggunaan lahan βo, β1,

β2, β3, β4, β5 dan βn adalah koefisien r egr esi

masing-masing var iabel x. Sedangkan έ adalah r esidual atau er ror yang diasumsikan ber distr ibusi normal dengan r ata-r ata mendekati 0 dan standar deviasi ter tentu (Ir iaw an dan Astuti, 2008).

Ketersediaan Air. Analisis ketersediaan air dilakukan atas dasar hasil analisis cur ah hujan dan analisis hidrogr af aliran bulanan selama satu tahun dengan menggunakan data debit Sungai Konaw eha tahun 1993-2009. Ketersediaan air dinyatakan dalam satuan m3/ detik dan satuan volume (m3).

Curah Hujan. Keter sediaan air hujan menunjukkan besar nya cur ah hujan r ata-rata suatu w ilayah. Pendugaan keter sediaan air hujan menggunakan metode Poligon Thiessen dengan per samaan (Singh, 1992; Soew ar no, 2000) :

= ∑ ....……(5)

Keter angan: Pa= cur ah hujan r ata-r ata w ilayah; Ai= luas poligon dar i stasiun ke-i; Pi=cur ah hujan r ata-r ata stasiun ke-i; An= luas w ilayah (luas selur uh poligon).

Debit Sungai. Analisis debit sungai dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan distribusi hidr ogr af alir an sungai sepanjang tahun (Januar i sampai dengan Desember ). Analisis hidrogr af alir an Sungai Konaw eha dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan r ata-r ata ar itmetik dan pendekatan r ata-r ata peluang kejadian yang menggunakan peluang kejadian 80 %. Sedangkan analisis hidrogr af alir an sungai dengan pendekatan r ata-r ata aritmetik menggunakan data debit bulanan rata-rata Sungai Konaw eha tahun 1993-2009. Per hitungan debit r ata-r ata dengan pendekatan r ata-r ata aritmetik menggunakan per samaan (Singh, 1992):

− = ( Q1 + Q2 + Q3 + + Qn)

Q ……. ( 6)

Keter angan: Qr ata-r ataadalah debit r ata-r ata bulanan pada bulan ter tentu Q1, Q2, Q3 dan Qnadalah debit r ata-r ata bulanan pada tahun 1, 2, 3 dan ke-n, sedangkan n adalah jumlah tahun pengamatan.

Analisis hidrogr af aliran sungai dengan pendekatan peluang kejadian dilakukan dengan car a menyusun data debit selama n tahun pengamatan ber dasar kan r anking mulai dar i debit ter tinggi per tama, kedua, ketiga dan

ke n untuk masing-masing bulan. Dari data debit dengan nilai ter tentu yang mempunyai ur utan ranking m, maka ditentukan per samaan matematis per iode ulang dan peluang kejadian yakni (Bosscher , 1984):

T = dan = ...(7)

Keter angan: T = periode ulang (tahun), P = peluang kejadian, n = jumlah pengamatan dan m = r anking dar i debit ter tentu.

Hasil analisis hidrogr af alir an sungai baik dengan pendekatan r ata-r ata aritmetik maupun pendekatan peluang kejadian digunakan untuk menentukan distribusi keter sediaan air bulanan di DAS Konaw eha dengan indikator penentu ketersediaan air adalah Qmin. Ketersediaan air yang ditentukan oleh besaran debit minimum diper oleh dar i hidrogr af alir an sungai yang dianalisis menggunakan Per samaan 6 dan 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan. Penggunaan lahan di DAS Konaw eha Hulu tahun 1991 masih didominasi oleh hutan dengan luas 225.000 ha (66,6 %) dari Konaw eha Hulu. Pada tahun 1999 luas hutan menurun menjadi 187.000 ha (55,3 %) dan pada tahun 2010 menurun menjadi 147.000 ha (43,6 %). Pada periode yang sama, ter jadi per tambahan luas per kebunan dar i 88.000 ha (26,0 %) pada tahun 1991, 117.784,6 ha (34,8 %) pada tahun 1999 dan menjadi 142.000 ha (42,0 %) pada tahun 2010. Luas kebun campur an 10.153,8 ha (3 %) pada tahun 1991, 12,861,5 ha (3,8 %) pada tahun 1999 dan menjadi 22.000 ha (6,5 %) pada tahun 2010. Demikian juga penggunaan lahan lainnya mengalami peningkatkan (Tabel 1).

Tabel tersebut menunjukkan bahw a menurunnya luas penggunaan lahan hutan disebabkan oleh ber tambahnya luas penggunaan lahan lainnya seper ti: per kebunan, kebun campur an, tegalan, saw ah, pemukiman dan penggunaan lahan lainnya meningkat dar i w aktu ke w aktu. Menurunnya luas hutan selama per iode 1991–2010 ber pengar uh ter hadap penutupan lahan (land cover), intersepsi potensial, kapasitas infiltr asi tanah, r un off dan koefisien r un off (C) DAS. Hal ini telah dikemukakan Alw i (2012) bahw a per ubahan penggunaan hutan ke non hutan (per kebunan, kebun campur an/ Agr ofor estr y, tegalan dan saw ah ber pengar uh ter hadap

(5)

sifat-sifat hidologis DAS (inter sepsi potensial, kapasitas infiltr asi tanah, r un off dan koefisien

r un off) dan debit alir an sungai. Tabel 1. Luas (%) masing-masing jenis penggunaan lahan di DAS Konaw eha per iode 1991-2010

Penggunaan Lahan 1991 1999 2010 Hutan 66,6 55,3 43,6 Per kebunan 26,0 34,8 42,0 Kebun Campur an 3,0 3,8 6,5 Semak Belukar 1,7 2,6 3,5 Tegalan 0,7 1,2 2,5

Lahan Ter buka 0,6 1,1 0,6

Pemukiman 0,6 0,9 1,3

Saw ah 0,2 0,4 0,8

Total 100 100 100

Ket er angan : Luas DAS Konaw eha Hulu : 337.992 ha Ber dasar kan analisis ker agaman (anova), maka per ubahan luas hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak belukar telah ter jadi secar a signifikan dar i per iode w aktu

lima tahunan (1991-2010). Hasil Uji BNT

r ata-r ata per ubahan luas hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak belukar dar i per iode w aktu lima tahunan (1991-2010) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji r ata-r ata per ubahan luas hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak bel ukar di DAS Konaw eha Hulu per iode lima tahunan (1991-2010)

Per iode Hutan (%) Per kebunan (%) Kebun Campur an (%) Semak Belukar (%)

1991-1995 66,6b 26.0a 3,0a 1,7a

1996-2000 55,3a 34,8b 3,8b 2,6b

2001-2005 50,7a 38,6c 4,3c 3,0c

2006-2010 48,3a 39,7c 5,0d 3,1c

BNT0,05 7,47 3,23 0,33 0,31

Ket er angan: Nilai r ata-r ata pada kolom sama dan diikut i hur uf yang sama tidak ber beda nyata pada tar af keper cayaan 95 %.

Hasil uji BNT menunjukkan bahw a luas hutan r ata-r ata pada per iode 1991-1995 (66,6 %) ber beda nyata jika dibandingkan dengan

luas hutan ketiga per iode ber ikutnya,

sedangkan luas hutan selama per iode

(1996-2010) tidak ber beda nyata pada tar af

keper cayaan 95 %. Selanjutnya luas per kebunan r ata-r ata per iode 1991-1995

adalah 26,0 %, ber beda nyata jika

dibandingkan dengan luas per kebunan

per iode 1996-2000, 2001-2005 dan 2006-2010. Selanjutnya dijelaskan bahw a luas

kebun campur an pada setiap per iode

menunjukkan per bedaan yang nyata pada tar af keper cayaan 95 %. Luas semak belukar r ata-r ata pada per iode 1991-1995 yakni 1,7 % ber beda nyata jika dibandingkan dengan luas semak belukar tiga per iode selanjutnya. Angka-angka ter sebut menunjukkan bahw a ter jadi penur unan luas hutan dar i tahun ke tahun diikuti dengan peningkatan luas

per kebunan, kebun campur an dan semak belukar .

Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kondisi Hidrologi. Analisis kondisi hidr ologi DAS Konaw eha Hulu selama

tiga tahun (2007, 2008 dan 2009)

menunjukkan bahw a distr ibusi debit har ian r ata-r ata (Q), debit har ian maksimum (Qmax) dan debit har ian minimum (Qmin) cukup ber var iasi. Hal ini dapat disebabkan oleh var iasi cur ah hujan di w ilayah ter sebut dan per ubahan penggunaan lahan yang dapat menyebabkan ter jadinya per ubahan r espon

hidr ologi DAS, sehingga ber pengar uh

ter hadap kondisi hidr ologi. Hasil analisis Q, Qmax dan Qmin dengan menggunakan data debit har ian (2007, 2008 dan 2009) melalui pendekatan r ata-r ata ar itmetik menunjukkan

pola distr ibusi bulanan masing-masing

cender ung sama dengan nilai ter tinggi ter jadi pada Bulan Mei dan nilai ter endah ter jadi pada

(6)

Vol. 4 No.3, 2014 Analisis Per ubahan Penggunaan Lahan 213

Bulan September (Gambar 1). Hal ini

menunjukkan bahw a distr ibusi har ian debit sungai r elatif mer ata, tetapi KRS antar a musim hujan dengan musim kemar au r elatif besar .

Ber dasar kan distr ibusi debit har ian, maka diketahui bahw a debit har ian r ata-r ata ter tinggi ter jadi pada Bulan Mei = 242 m3/ detik, debit har ian minimum sebesar 109

m3/ detik dan debit har ian maksimum sebesar 313 m3/ detik. Pada saat yang sama, debit har ian r ata-r ata ter endah ter jadi pada Bulan September = 32 m3/ detik, debit har ian minimum dan debit har ian maksimum pada bulan ter sebut masing-masing 16 m3/ detik dan 84 m3/ detik.

Gambar 1. Debit Har ian Rata-r ata, Maksimum dan Minimum Sungai Konaw eha Tahun 2007-2009 Pengar uh per ubahan penggunaan lahan

ter hadap kondisi hidr ologi DAS Konaw eha

Hulu difokuskan pada koefisien alir an

per mukaan (C), debit maksimum (Qmax) dan

debit minimum (Qmin) (Tabel 3). Tabel

ter sebut menunjukkan bahw a C dan

Qmax/ Qmin akan meningkat seir ing dengan

penur unan pr opor si luas hutan dan

peningkatan pr opor si penggunaan lahan lainnya.

Kar akter istik hidr ologi DAS Konaweha Hulu dipengar uhi oleh per ubahan penggunaan lahan di wilayah ter sebut khususnya oleh penggunaan lahan dominan yakni hutan, per kebunan, kebun campur an dan semak belukar . Analisis ker agaman penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan

ter hadap C, Qmax dan Qmin ber dasar kan hasil uji BNT pada tar af keper cayaan 95 % di DAS Konaw eha Hulu disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahw a penur unan luas hutan dar i 66,6 % pada per iode 1991-1995 menjadi 55,5 % pada per iode 1996-2000, dan peningkatan luas per kebunan dar i 26,0 % pada per iode 1991-1995 menjadi 34,8 % pada per iode 1996-2000 menyebabkan peningkatan koefisien alir an per mukaan dar i 31,4 % pada per iode 1991-1995 menjadi 36,3 % pada per iode 1996-2000. Pada kondisi ini, ter jadi peningkatan debit maksimum dar i 246 m3/ detik menjadi 252 m3/ detik. Sedangkan debit minimum menur un dar i 40 m3/ detik menjadi 36 m3/ detik.

Tabel 3. Pengar uh penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan t er hadap koefisien alir an per mukaan, debit maksimum dan debit minimum di DAS Konaw eha Hulu per iode lima tahunan (1991-2010)

Per iode Luas (%) C (%) Qmax(m3/ detik) Qmin(m3/ detik)

Hutan Per kebunan

(1991-1995) 66,6 26.0 31,4a 246a 40c

(1996-2000) 55,3 34,8 36.3b 252b 36b

(2001-2005) 50,7 38,6 43,1c 272c 33b

(2006-2010) 48,3 39,7 45,6d 284d 24a

BNT0,05 0,25 0,84 3,98

Ket er angan: Nilai r ata-r ata diikuti hur uf yang sama pada kolom sama tidak ber beda nyata pada tar af keper cayaan 95 %. 0 50 100 150 200 250 300 350

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan D ebit (m 3/ det ik )

Debit Harian Maksimum (m3/det) Debit Harian Minimum (m3/det) Debit Harian Rata-rata (m3/det)

(7)

Disamping itu, juga memper lihatkan bahw a komposisi luas hutan dan per kebunan per iode 1991-1995 menghasilkan nilai koefisien alir an per mukaan sebesar 31,4 % ber beda nyata jika

dibandingkan dengan koefisien alir an

per mukaan yang dihasilkan oleh komposisi kedua jenis penggunaan lahan ter sebut per iode 1996-2000, per iode 2001-2005 dan per iode 2006-2010.

Komposisi luas hutan dan per kebunan

per iode 1991-1995 menghasilkan debit

maksimum yang ber beda nyata jika

dibandingkan dengan debit maksimum yang dihasilkan oleh komposisi luas penggunaan lahan per iode lainnya. Lebih lanjut dijelaskan bahw a debit minimum yang dihasilkan oleh komposisi luas hutan dan per kebunan per iode 2006-2010 ber beda nyata jika dibandingkan dengan debit minimum yang dihasilkan komposisi luas penggunaan lahan semua per iode.

Komposisi luas hutan, per kebunan, kebun

campur an dan semak belukar juga

meningkatkan koefisien alir an per mukaan

musim hujan di DAS Konaw eha Hulu selama per iode 1991-2010. Analisis r ata-r ata koefisien alir an per mukaan musim hujan ber dasar kan data cur ah hujan dan data debit sungai dengan menggunakan Per samaan 3, ser ta analisis beda nyata ter kecil (BNT) selama per iode 1991-2010 menunjukkan bahw a koefisien alir an per mukaan musim hujan per iode 1991-1995 adalah 43,2 % meningkat menjadi 55,9 % pada per iode 2006-2010. Hasil analisis r ata-r ata beda nyata ter kecil disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahw a penur unan luas hutan dar i 66,6 % per iode 1991-1995 menjadi 55,3 % per iode 1996-2000 dan peningkatan luas per kebunan dar i 26,0 % per iode 1991-1995 menjadi 34,8 % per iode 1996-2000 menghasilkan koefisien alir an per mukaan musim hujan sebesar 43,2 %. Nilai ter sebut ber beda nyata pada tar af keper cayaan 95 % jika dibandingkan dengan koefisien alir an per mukaan musim hujan pada per iode 2001-2005 dan 2006-2010.

Tabel 4. Pengar uh penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan t er hadap koefisien alir an per mukaan pada musim hujan di DAS Konaw eha Hulu Per iode lima tahunan (1991-2010)

Per iode Luas (% dar i Luas DAS Konaw eha Hulu)

C Musim Hujan (%)

Hutan Per kebunan

(1991-1995) 66,6 26.0 43,2a

(1996-2000) 55,3 34,8 45,1a

(2001-2005) 50,7 38,6 53,5b

(2006-2010) 48,3 39,7 55,9c

BNT0,05 2,3

Ket er angan: Nilai r ata-r ata diikuti hur uf yang sama pada kolom sama tidak ber beda nyata pada tar af keper cayaan 95 %.

Penur unan luas hutan dar i 55,3 % pada tahun 1999 menjadi 51,3 % pada tahun 2001 menyebabkan penur unan koefisien alir an per mukaan meningkat dar i 36,3 % menjadi 42,4 %. Kondisi ter sebut mer upakan

pengar uh kumulatif peningkatan luas

per kebunan, kebun campur an dan semak

belukar . Koefisien alir an per mukaan

dipengar uhi secar a nyata oleh keempat jenis penggunaan lahan sesuai per samaan:

( %) = 64.0 − 0.9 H( %) + 0.5 K( %) − 0.8 Kc( %) + 2.4 Sb( %)... (8)

Ket er angan: C = koefisien alir an per mukaan (%), H = luas hutan, K = luas per kebunan, Kc = luas kebun campur an dan Sb = luas semak belukar masing-masing dalam satuan (%) dar i luas DAS Konaw eha Hulu.

Peningkatan debit maksimum ter sebut

mer upakan pengar uh kumulatif dar i

per ubahan keempat jenis penggunaan lahan, sehingga meningkatkan alir an per mukaan secar a nyata dar i tahun ke tahun mengikuti per samaan:

= 1713 − 20.1 H( %) − 10.1 K( %) − 45.4 Kc( %) +

47.5 Sb( %)...(9)

Keter angan: Qmax = debit maksimum (m3/ detik), H=

luas hutan K = luas per kebunan Kc = luas kebun campur an dan Sb = luas semak belukar masing-masing dalam satuan (%) dar i luas DAS Konaw eha Hulu. Analisis r egr esi dan ker agaman (anova) menunjukkan bahw a per ubahan penggunaan lahan DAS Konaw eha Hulu ber pengar uh nyata ter hadap debit minimum (Qmin). Penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan,

kebun campur an dan semak belukar

(8)

Vol. 4 No.3, 2014 Analisis Per ubahan Penggunaan Lahan 215 minimum Sungai Konaweha secar a konsisten

dar i tahun ke tahun. Analisis r egr esi dan ker agaman menunjukkan bahw a penggunaan lahan hutan dan per kebunan ber pengar uh positif ter hadap debit minimum, sedangkan penggunaan lahan kebun campur an dan semak belukar ber pengar uh negatif ter hadap debit minimum Sungai Konaw eha. Hal ini disebabkan kar ena kemampuan hutan dan per kebunan dalam hal menyer ap air hujan

lebih baik jika dibandingkan dengan

penggunaan lahan kebun campur an dan semak belukar . Akibatnya jumlah air yang ter simpan di dalam tanah yang ber vegetasi hutan dan per kebunan lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan lahan kebun campur an dan semak belukar . Air yang ter simpan di dalam tanah ter sebut akan menjadi alir an dasar (base flow) dan akan mengalir secar a per lahan-lahan ke sungai.

Hasil analisis r egr esi pengar uh penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan, kebun campur an dan semak belukar ter hadap debit minimum Sungai Konaw eha (Per samaan 10) menunjukkan bahw a penur unan luas hutan dan peningkatan luas per kebunan, kebun campur an dan semak belukar tahun

1999-2008 menyebabkan ter jadinya

penur unan debit minimum dar i 36 m3/ detik menjadi 20 m3/ detik. Angka penur unan debit minimum ter sebut cukup besar yakni hampir dua kali lipat dar i debit minimum tahun 1999. Ber dasar kan hal ini maka dapat disimpulkan bahw a penur unan debit minimum mer upakan fungsi dar i penur unan luas hutan dan

peningkatan luas per kebunan, kebun

campur an dan semak belukar mengikuti per samaan:

= 13 + 0.7 H ( %) + 0.6 K( %) − 3.4 Kc ( %) − 3.7 Sb( %)...(10)

Keter angan: Qmin = debit minimum (m3/ detik), H=

luas hutan K = luas per kebunan Kc = luas kebun campur an dan Sb = luas semak belukar masing-masing dalam satuan (%) dar i luas DAS Konaw eha Hulu. Analisis per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi difokuskan pada pengar uh per ubahan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan (C) dan debit minimum (Qmin) menggunakan data luas hutan per iode 1991-2010 dan data koefisien alir an per mukaan diper oleh penur unan luas hutan menyebabkan peningkatan koefisien alir an per mukaan dan penur unan debit minimum secar a eksponensial. Analisis pengar uh penur unan luas hutan ter hadap

koefisien alir an per mukaan (C) DAS

Konaw eha Hulu disajikan pada Gambar 2.

Gambar ter sebut menunjukkan bahw a

koefisien alir an per mukaan meningkat secar a

eksponensial yang dipengar uhi oleh

penur unan luas hutan. Peningkatan koefisien alir an per mukaan di DAS Konaw eha Hulu

mengikuti pola penur unan luas hutan

menur ut per samaan: y = 158,8 e-0,03X...(11)

Keter angan: y =koefisien alir an per mukaan (%), X = luas hutan (%)dan e = bilangan logar itma natur al yang ber nilai 2,7182818.

Ber dasar kan Per samaan 11, disimpulkan bahw a semakin luas hutan maka semakin kecil nilai koefisien alir an per mukaan. Oleh kar ena itu upaya-upaya penur unan koefisien alir an

per mukaan dapat dilakukan melalui

penambahan luas hutan. Penur unan luas

hutan akan menyebabkan ter jadinya

penur unan debit minimum Sungai Konaweha.

Gambar 2. Pengar uh penur unan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan DAS Konaw eha Hulu per iode 1991-2010

Gambar 3. Pengar uh penur unan luas hutan ter hadap debit minimum (Qmin) Sungai Konaw eha per iode 1991-2010 y = 158.8 e-0.03X R2 = 0.98 0 10 20 30 40 50 45 50 55 60 65 70

Luas Hutan (% Luas DAS Konaweha Hulu)

K oe fisi en A lir an P er m uka an (%) y = 18.6 e0.012x R 2 = 0.97 0 10 20 30 40 50 45 50 55 60 65 70

Luas Hutan (% Luas DAS Konaweha Hulu)

D eb it M in im um (m 3/ de tik)

(9)

Hasil analisis pengar uh per ubahan luas hutan dengan debit minimum menunjukkan bahw a debit minimum menur un secar a eksponensial mengikuti pola penur unan luas hutan (Gambar 3) mengikuti per samaan: y = 18,6 e0,01X...(12)

Keter angan : y = debit minimum (m3/ detik), x= luas

hutan (%) dan e = bilangan logar itma natur al yang ber nilai 2,7182818.

Ber dasar kan Per samaan 12, disimpulkan bahw a semakin luas hutan akan semakin besar debit minimum sungai, dan sebaliknya. Oleh kar ena itu, upaya peningkatan debit

minimum dapat dilakukan melalui

penambahan luas hutan.

Fenomena ter sebut di atas menunjukkan bahw a per ubahan luas penggunaan lahan khususnya hutan di daer ah-daer ah tr opis akan mempengar uhi siklus hidr ologi. Hal ini didukung pendapat Bonell and Br uijnzeel (2005); bahwa: (1) er osi meningkat dengan ter ganggunya hutan; (2) pr oduksi air (water yield) dalam hal ini ditr ibusi bulanan menur un seir ing dengan penur unan evapotr anspir asi vegetasi; (3) alir an air musiman khususnya alir an dasar (baseflow) akan menur un seir ing dengan penur unan kapasitas infiltr asi tanah dan peningkatan alir an per mukaan (Ler ner and Har r is, 2009); dan (4) alir an puncak (peak

flow) akan meningkat seir ing dengan

ber kur angnya penutupan tanah. Selanjutnya

Aylw ar d (2005) dan Gr egor y (1972)

mengemukakan bahwa dampak per ubahan penggunaan lahan ter hadap jumlah air meliputi : (1) hasil air tahunan; (2) alir an air musiman; (3) alir an puncak; dan (4) level air tanah.

Hutan mer upakan penggunaan lahan paling baik dalam fungsinya sebagai pengatur pr oses

hidr ologi dan melindungi tanah.

Penggundulan hutan menyebabkan

penur unan kapasitas infiltr asi tanah sehingga ter jadi peningkatan alir an per mukaan dan

per cepatan er osi tanah, bahkan dapat

menyebabkan per ubahan kar akter istik

pasokan air . Total hasil air (water yield) yang keluar dar i suatu DAS meningkat, begitu juga dengan per bedaan hasil air antar a musim kemar au dan musim hujan (Pur w anto dan Ruijter , 2004; Chandler dan Suyanto, 2004).

Analisis Ketersediaan Air

Analisis Curah Hujan. Cur ah hujan r ata-r ata tahunan di DAS Konaw eha selama 11

tahun (1999 – 2009) yang dir epr esentasikan dengan data cur ah hujan r ata-r ata tahunan 18 stasiun pengamat adalah 1.269 mm per tahun. Cur ah hujan r ata-r ata bulanan 18 stasiun hujan di DAS Konaweha sangat fluktuatif ber dasar kan r uang dan w aktu. Hal ini disebabkan oleh letak geogr afis masing-masing stasiun dimana daer ah-daer ah datar an r endah (daer ah hilir ) cender ung lebih ker ing dibandingkan dengan daer ah datar an tinggi (daer ah hulu). Var iasi cur ah hujan masing-masing stasiun juga kemungkinan disebabkan oleh topogr afi w ilayah yang cukup ber var iasi.

Hasil analisis cur ah hujan r ata-r ata

menunjukkan bahw a cur ah hujan r ata-r ata bulanan ter tinggi di DAS Konaw eha ter jadi pada Bulan Mei dengan cur ah hujan 169 mm, sedangkan cur ah hujan r ata-r ata bulanan ter endah ter jadi pada Bulan September dengan cur ah hujan sebesar 37 mm. Dar i data cur ah hujan r ata-r ata tahunan di DAS Konaw eha (1.269 mm), jika dikonver si dengan luas DAS Konaw eha hulu yaitu 697.841 ha, maka diper oleh keter sediaan air tahunan sebesar 8,86 x 109 m3 per tahun. Nilai ini sangat besar jika dibandingkan dengan total kebutuhan air tahunan di wilayah ini, yaitu kur ang dar i 0,9 x 109 m3 per tahun (La Baco, 2012). Hal ini menunjukkan bahw a total kebutuhan air tahunan hanya sekitar 10 % dar i total keter sediaan air yang ber sumber dar i cur ah hujan di DAS Konaw eha, bahkan hampir 50 % air hujan akan hilang menjadi alir an per mukaan. Jumlah air yang hilang

ter sebut akan semakin banyak jika

diakumulasikan dengan debit sungai yang tidak ter manfaatkan khususnya debit musim

hujan. Dengan demikian masih

memungkinkan optimalisasi pemanfaatan air hujan untuk memenuhi ber bagai kebutuhan air di wilayah ini.

Analisis Debit Sungai. Analisis debit Sungai Konaw eha dengan pendekatan r ata-r ata aata-r itmetik menggunakan Peata-r samaan 7 dan pendekatan peluang kejadian menggunakan Per samaan 8 menghasilkan hidr ogr af alir an bulanan r ata-r ata selama 12 bulan. Besar an

debit r ata-r ata yang diper oleh dar i

pendekatan r ata-r ata ar itmetik lebih besar jika dibandingkan dengan debit r ata-r ata peluang 80 %. Namun keduanya menunjukkan bahw a hidr ogr af alir an ter tinggi ter jadi pada Bulan Mei dan ter endah ter jadi pada Bulan

(10)

Vol. 4 No.3, 2014 Analisis Per ubahan Penggunaan Lahan 217 September (Gambar 4). Hidr ogr af alir an r

ata-r ata pada Bulan Septembeata-r sampai Mei mengalami peningkatan cukup signifikan, sebaliknya, hidr ogr af alir an dar i Mei sampai

September mengalami penur unan. Jika

menggunakan per hitungan dengan peluang kejadian ter tentu, maka debit bulanan dar i hasil per hitungan r ata-r ata ar itmetik mempunyai peluang kejadian sekitar 50 % dengan per iode ulang 4 tahun.

Hidr ogr af alir an r ata-r ata bulanan Sungai

Konaw eha yang mer upakan cer minan

keter sediaan air r ata-r ata di DAS Konaw eha dipengar uhi oleh cur ah hujan yang ter jadi di w ilayah ter sebut. Analisis cur ah hujan r ata-r ata bulanan DAS Konaw eha dan hidata-r ogata-r af alir an bulanan menunjukkan bahw a cur ah hujan r ata-r ata ber kor elasi positif dengan debit alir an sungai. Distr ibusi bulanan keter sediaan air dan cur ah hujan bulanan di DAS Konaw eha disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hidr ogr af alir an Sungai Konaw eha ber dasar kan r ata-r ata ar it metik dan peluang 80 % tahun 1993-2009

Gambar 5. Distr ibusi ket er sediaan air dan cur ah hujan bulanan di DAS Konaw eha tahun 1993-2009

Gambar 5 memper lihatkan keter sediaan air yang dinyatakan dengan debit r ata-r ata bahw a keter sediaan air maksimum ber dasar kan peluang kejadian 80 % adalah 236 m3/ detik dan minimum sebesar 24 m3/ detik.

Angka-angka ter sebut mer upakan gambar an

keter sediaan air aktual di DAS Konaw eha. Kecender ungan hidr ogr af alir an sungai yang memper lihatkan penur unan debit alir an sungai khususnya dar i Bulan Juli sampai Oktober dijadikan acuan dalam per encanaan alokasi sumber daya air .

Ber dasar kan ur aian-ur aian diatas, maka hidr ogr af alir an r ata-r ata bulanan Sungai Konaw eha dipengar uhi oleh cur ah hujan r ata-r ata bulanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Litte et al. (2009) bahw a alir an sungai mer upakan hasil inter aksi yang kompleks antar a faktor ter estr ial yang meliputi geomor fologi DAS, tipe tanah, vegetasi dan

penggunaan lahan dengan faktor -faktor

atmosfer ik seper ti cur ah hujan, temper atur , kelembaban udar a, angin dan lain-lain dimana cur ah hujan mer upakan faktor dominan penyebab var iasi keter sediaan air bulanan, musiman dan tahunan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Per ubahan penggunaan lahan di DAS Konaw eha yang ter jadi adalah penur unan luas hutan secar a eksponensial (y = 71.26 e-0.02x) diikuti per tambahan luas per kebunan (y=10.2Ln (x) + 10.3), kebun

campur an (y=1.67x0.36) dan semak

belukar (y = 0.88x0.44), dimana y= luas jenis penggunaan lahan, x= per iode w aktu lima tahunan, dan e=bilangan logar itma (2,7182818).

2. Penur unan luas hutan menyebabkan peningkatan koefisien alir an per mukaan mengikuti per samaan: y = 158,8 e-0,03X

dan penur unan debit minimum mengikuti per samaan: y = 18,6 e0,01X, dimana y

adalah koefisien alir an per mukaan (%) dan debit minimum (m3/ detik), e adalah bilangan logar itma natur al yang ber nilai 2,7182818 dan x adalah luas hutan (%) luas DAS Konaweha Hulu.

0 50 100 150 200 250 300

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan D ebit (m 3/ det ik )

Rata-rata Aritmetik (m3/detik) Peluang 80 % (m3/detik) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan K et er se di aa n A ir (m3 /d et ik) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 C ur ah H uj an ( mm) Debit (m3/detik) Curah Hujan (mm)

(11)

3. Per ubahan penggunaan lahan hutan menjadi non hutan di DAS Konaw eha hulu telah mempengar uhi keter sediaan air di DAS Konaw eha seper ti: penur unan debit

maksimum dan minimum Sungai

Konaw eha, selanjutnya mempengar uhi

keter sediaan air khususnya distr ibusi bulanan yang tidak mer ata, yakni pada musim hujan akan ter jadi debit yang

ber lebihan, sedangkan pada musim

kemar au debit alir an sungai minimum r endah sehingga ter jadi defisit air .

Saran. Penur unan fungsi hidr ologi akibat per ubahan penggunaan lahan DAS Konaweha

akan mempengar uhi keber lanjutan

sumber daya air sehingga diper lukan upaya

yang ditujukan untuk mengendalikan

per ubahan penggunaan lahan khususnya penur unan luas hutan. Upaya-upaya ter sebut antar a lain koor dinasi dan pengaw asan yang ketat ter hadap eksploitasi hutan, standar ketat konver si hutan, dan r eor ientasi pr ior itas pembangunan daer ah.

DAFTAR PUSTAKA

Alw i L, 2012. Dinamikan Penggunaan Lahan di DAS Wanggu ter ahadap Sedimentasi di Teluk Kendar i, Sekolah Pascasar jana. Institut Per tanian Bogor . Bogor .

Ar if SS. 2003. Menuju Pengelolaan Sumber daya Air Yang Ber kelanjutan. National Pr oject Coor dinator on Wat er Resour ces Management . Pr osiding Seminar FAO-Bappenas, Jakar ta. Aylw ar d D. 2005. Land use, hydr ological function

and economic valuation. In: For est, Wat er and People in the Humid Tr opics. Ed. M. Bonell and L.A. Br uijnzeel. Published by Cambr idge Univer sity Pr ess.

Badan Per encanaan Pembangunan Daer ah Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. 2005. Pr ogr am Pembangunan Daer ah (Pr opeda) dan Pr ogr am Pembangunan Tahunan Daer ah (Pr opetada) Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a Tahun 2006. Kendar i.

Badan Per encanaan Pembangunan Daer ah Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. 2010. Dr aft Rencana Tata Ruang Wilayah Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. Kendar i.

Bonnell M,. Br uijnzeel LA. 2005. For est, w ater and people in the humid tr opics. Published by Cambr idge Univer sity Pr ess. Bosscher , A. 1984. Basic Hydr ology and Water Resour ce Development. Lectur e Note. Int er national Institut e for Aer ospace Sur vey and Ear th Sciences.

BPDAS Sampar a. 2009. Rencana Pengelolaan Ter padu DAS Konaw eha. Badan Pengelolaan Daer ah Alir an Sungai Sampar a Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. Kendar i.

Chandler FJC, Suyanto. 2004. Pengakuan dan Pember ian Imbalan bagi Penyediaan Daer ah Jasa Daer ah Alir an Sungai (DAS). Pr osiding Lokakar ya di Padang Singkar ak, Sumater a Bar at. Wor ld Agr ofor estr y Cent r e.

Gr egor y GR. 1972.Forest Resource Economics. John Wiley and Sons. New Yor k., USA.

Ir iaw an N, Astuti SP. 2008.Mengolah Data dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Pener bit: Andi, Yogyakar ta.

La Baco, 2012. Analisis Alter natif Penggunaan

Lahan untuk Menjamin Keter sediaan

Sumber daya Air di DAS Konaw eha Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. Sekolah Pascasar jana. Institut Per tanian Bogor . Bogor .

Little C, Lar a A, McPhee J, Ur r utia R. 2009. Revealing the impact of for est exotic plantation on w at er yield in lar ge skale w ater shed in South Cent r al Chile. Jour nal of Hydr ology. 374:162-170.

Pur w anto E, Ruijter J. 2004. Hubungan antar a Hutan dan Fungsi Daer ah Alir an Sungai. Pr osiding Lokakar ya di Padang Singkar ak, Sumater a Bar at. Wor ld Agr ofor estr y Centr e.

Singh VP. 1992. Elementary Hydrology.

Depar tement of Civil Engineer ing Louisiana State Univer sity, Pr entic Hall, Englew ood Cliffs, New Jer sey, USA.

Sub Dinas PU Pengair an Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. 2009. Rekapitulasi Data Cur ah Hujan Bulanan Stasiun Cur ah Hujan Sulaw esi Tenggar a. Kendar i.

Sub Dinas PU Pengair an Pr ovinsi Sulaw esi Tenggar a. 2010. Debit Rata-Rata Sungai Konaw eha Tahun 1993–2009. Kendar i.

Gambar

Tabel 1. Luas (%) masing-masing jenis penggunaan lahan di DAS Konaw eha per iode 1991-2010
Gambar 1. Debit Har ian Rata-r ata, Maksimum dan  Minimum Sungai Konaw eha Tahun 2007-2009
Tabel 4 menunjukkan  bahw a  penur unan luas  hutan  dar i  66,6  %  per iode  1991-1995 menjadi  55,3  %  per iode  1996-2000  dan peningkatan  luas  per kebunan  dar i  26,0  % per iode  1991-1995  menjadi  34,8  %  per iode 1996-2000  menghasilkan  koef
Gambar 2. Pengar uh penur unan  luas  hutan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati dan disebut hipnosoit sebagai suatu fase dari siklus hidup parasit yang dapat

Abstrak : Penelitian ini dilakukan di Wilayah Karees Kotamadya Bandung untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah medis yang dihasilkan dari

Merancang sebuah film animasi yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan tata cara atau adab makan dan minum yang benar dalam Islam kepada anak-anak, sehingga

Tehnik ini yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos

Pustaka yang kedua yang digunakan adalah Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan. Prospeknya yang dituis oleh

Silikon dioksida terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat, serta memiliki struktur lokal yang jelas: empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom

Menurut Brierly, “Hukum ada dalam setiap masyarakat; dan tidak akan ada masyarakat tanpa adanya suatu sistem hukum yang mengatur hubungan diantara setiap anggota

Konsep mediasi penal sebagai salah satu bentuk ADR dapat dimungkinkan sebagai kebijakan ius constituendum dalam upaya memberikan perlindungan terhadap korban