• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK BERDASARKAN UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK BERDASARKAN UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DALAM MEWUJUDKAN

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK BERDASARKAN UPAH MINIMUMKOTA BANDAR LAMPUNG

( Jurnal Ilmiah )

Oleh Nadya Dwi Putri

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEBUTUHAN

HIDUP LAYAK BERDASARKAN UPAH MINIMUM KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

NadyaDwiPutri, Elman Eddy Patra,S.H.,M.H Sri Sulastuti, S.H., M.Hum BagianHukumAdministrasi Negara FakultasHukumUniversitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri No.1 Bandar Lampung, 35145 Email :Nadyadwiputrii@yahoo.com

Di dalam pasal 1 ayat (30) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan , upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 tentang pengupahan, Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disebut KHL adalah Standar Kebutuhan seseorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik dalam 1 bulan Sejak diluncurkannya UU No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan Standart KHL sebagai dasar Penetapan Upah Minimum Propinsi seperti yang diatur dalam Pasal 88 ayat 4.

Masalah yang di teliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Isi Peraturan pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang pengupahan Terhadap Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan Upah Minimum di Kota Bandar Lampung? 2.Faktor-faktor Apakah yang Menjadi Penghambat dalam Mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 pengupahan Terhadap Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan Upah Minimum di Kota Bandar Lampung?

Penelitian ini menggunakan Pendekatan secara yuridis normatif dan Pendekatan secara yuridis empiris Data dan Sumber Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka dan studi lapangan.

Hasilpenelitian yang diperolehdalampenelitianTinjauan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Dalam Mewujudkan Kebutuhan Hidup Layak Berdasarkan Upah Minimum Kota Bandar Lampung adalah Faktor Penghambat dalam Penetapan Upah Minimum Kota yakni dalam proses tawar menawar antara pihak pengusaha dan pihak pekerja dalam proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK)

Bandar Lampung, adanya ketimpangan pihak yang lebih berat kepada pihak pengusaha oleh dewan pengupahan kota sehingga kesejahteraan para pekerja kurang diperhatikan, keseriusan dan perhatian pihak pengusaha maupun pihak yang terwakilki oleh dewan pengupahan masih rendah.

(3)

ABSTRACT

REVIEW OF JURIDICAL GOVERNMENT REGULATION NUMBER 78 YEAR 2015 CONCERNING WRITTEN IN MAKING THE NEED OF LIFE

LIFE UNDER THE MINIMUM WAGE OF THE CITY OF BANDAR LAMPUNG

By

NadyaDwiPutri, Elman Eddy Patra,S.H.,M.H Sri Sulastuti, S.H., M.Hum BagianHukumAdministrasi Negara FakultasHukumUniversitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri No.1 Bandar Lampung, 35145 Email : Nadyadwiputrii@yahoo.com

In Article 1 paragraph (30) of Law No. 13 of 2003 on Manpower, wages are the rights of workers / laborers received and expressed in the form of money as a reward under Government Regulation No. 78 of 2015 concerning remuneration, Decent Living Needs hereinafter referred to as KHL is the Standard Needs of a single worker / worker to be able to live physically fit within 1 month. Since the launch of Law No.13 of 2013 on employment, the Government has stipulated the KHL Standards as the basis for Provincial Minimum Wages as stipulated in Article 88 paragraph 4.

The issues in this research are: 1. How to Fill Government Regulation Number 78 Year 2015 About Wages Against Living Needs in Minimum Wage Estimation in Bandar Lampung City? 2. What Factors Become Inhibitors in Implementing Government Regulation Number 78 Year 2015 Wage Against Decent Living Needs in Establishing Minimum Wage in Bandar Lampung City?

This study uses a normative juridical Approach and Empirical juridical Approach Data and Source Data used are primary data and secondary data. Data collection procedures used in this study are Library Studies and field studies.

The results obtained in the research Review of Government Regulation Number 78 Year 2015 In Achieving Decent Living Needs Based on Minimum Wages Bandar Lampung City is Factor Hampers in Minimum Wage Determination of the City that is in the process of bargaining between employers and workers in the process of determining the Minimum Wage City (MSE ) Bandar Lampung, the inequality of the more tough parties to the entrepreneurs by the city wage council so that the welfare of the workers less attention, seriousness and attention of employers and parties represented by the wage council is still low.

(4)

I. PENDAHULUAN

Upah minimum adalah sesuatu yang luar biasa belakangan ini. Indonesia terkenal dengan tenaga kerjanya yang murah dan jumlahnya sangat banyak. Upah minimum diacu sebagai besarnya biaya yang ditanggung oleh pengusaha. Sudah pasti dan terbukti bahwa pengusaha atau perusahaan mencari peluang agar upah yang dibayarkannya tidak menyebabkan aktivitas produksinya terganggu dan menimbulkan kerugian lain.1

Upah telah menjadi hak bagi pekerja/buruh yang harus diberikan oleh pemberi kerja, sebab pada dasarnya upah merupakan imbalan prestasi yang dibayarkan oleh majikan kepada pekerja/buruh atas pekerjaan yang telah dilakukan.

Perihal besaran upah yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh didasarkan pada upah minimum yang menjadi salah satu kebijakan pengupahan dari pemerintah dan ditetapkan melalui mekanisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upah minimum sebagaimana dimaksud di atas diarahkan kepada pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan prinsip bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Sejalan dengan era otonomi daerah manifestasi kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah adalah Upah Minimum Kota (UMK).2

Adanya realitas yang menunjukkan bahwa masih terdapat pekerja/buruh di Indonesia yang berpenghasilan rendah, dan minimnya perlindungan terhadap para

1

H.Manulang,Sedjun.Pokok-Pokok Hukum Ketenaga Kerjaan Indonesia,Reineke

Cipta,1987.,hal.34.

2

Husni, Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

pekerja/buruh agar tidak menjadi korban sikap opportunis pengusaha, telah mendorong pemerintah memandang perlu diberlakukannya kebijakan penerapan upah minimum. Jika penetapan upah didasarkan pada mekanisme pasar, maka dapat dipastikan pekerja/buruh akan memperoleh upah yang sangat rendah, karena melimpahnya tenaga kerja di Indonesia. Dengan demikian, kebijaksanaan penentuan upah minimum dimaksudkan untuk menjamin penghasilan pekerja/buruh, meningkatkan produktivitas pekerja/buruh serta mengembangkan perusahaan dengan cara-cara yang lebih efisien3.

Mengacu pada ketentuan Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Undang-Undang Ketenagakerjaan) menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mencapai penghasilan layak bagi pekerja/buruh tersebut maka pemerintah memberikan kebijakan upah minimum sebagaimana disebutkan pada Pasal 88 ayat (3) huruf a Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan substansi kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh ialah upah minimum.

Jenis upah minimum sebagai kebijakan pengupahan yang melindungi

pekerja/buruh salah satunya adalah upah minimum berdasarkan wilayah kota atau yang disebut dengan Upah Minimum Kota (UMK). Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa upah minimum termasuk UMK diarahkan pada pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL). Kemudian, Pasal 89 ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan penetapan upah minimum dilakukan oleh Gubernur dengan

3

(5)

memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau

Bupati/Walikota.

KHL adalah standart kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk memenuhi kehidupannya tetapi juga tingkat pertumbuhan ekonomi, sehingga sering terjadi ketimpangan dalam survei. Filosopi dari upah minimum adalah sebagai jaring pengamanan. Berarti

pengusaha tidak boleh membayar upah buruh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan. Arti minimum berarti tarif paling bawah, kurang dari itu berarti timpang. Oleh karena itu ketika pengusaha membayar upah buruh dibawah upah minimum maka kehidupan buruh akan melarat. Penghitungan upah yang diatur dalam permen Nomor 21 tahun 2016 dimana dasar penetapan upah minimum di Indonesia adalah KHL. Namun Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan juga mengatur agak rinci mengenai masalah upah minimum. Menurut PP ini, Gubernur menetapkan Upah minimum sebagai jaring pengaman. Upah minimum sebagaimana dimaksud merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas:

a) Upah tanpa tunjangan; atau

b) Upah pokok termasuk tunjangan tetap, bunyi Pasal 41 ayat (2)

PP ini menegaskan, bahwa Upah minimum sebagaimana dimaksud hanya berlaku bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada Perusahaan yang bersangkutan. Sementara Upah bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan yang

bersangkutan. Menurut PP ini, penetapan Upah minimum sebagaimana

dimaksudilakukan setiap tahun

berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud, menurut PP ini, merupakan standar kebutuhan seorang Pekerja/Buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan, yang terdiri atas beberapa komponen jenis kebutuhan hidup.

Komponen Hidup Layak (KHL) terdiri dari komponen-komponen yang

merupakan jenis-jenis kebutuhan dasar bagi pekerja/buruh yang dapat memenuhi penghidupan yang layak bagi

pekerja/buruh. Arah pencapaian UMK terhadap KHL serta komponen dan jenis KHL tersebut telah diatur secara teknis dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai perubahan dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka guna memecahkan permasalahan pengupahan di Indonesia perlu dilakukan

penelitian hukum dengan judul “Tinjauan

Yuridis Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan Dalam Mewujudkan Kebutuhan Hidup Layak Berdasarkan Upah Minimum Kota Bandar Lampung”.

(6)

dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) atau kebijakan pengupahan di Indonesia, perlu dilakukan identifikasi terhadap

permasalahan sebagaimana dimaksud melalui perumusan masalah berikut ini :

1. Bagaimana Hasil Substansi Peraturan pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang pengupahan Terhadap Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan Upah Minimum di Kota Bandar Lampung?

2. Faktor-faktor Apakah yang Menjadi Penghambat dalam

Mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 pengupahan Terhadap Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan Upah Minimum di Kota Bandar Lampung?

II. METODE PENELITIAN 2.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan secara yuridis normatif Pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti.

2. Pendekatan secara yuridis empiris

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut. 2.2 Sumber dan Jenis Data

Penelitian hukum ini menggunakan data primer dan data sekunder, dengan rincian sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan hal yang penting dalam suatu penelitia, karena dalam penelitian hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan Data,

pada penelitian hukum ini guna

memperoleh bahan hukum yang relevan diperlukan pengumpulan bahan hukum dengan teknik studi kepustakaan atau studi dokumen (library research). Teknik

(7)

2) Studi Lapangan,

dilakukan melalui penelitian langsung dilapangan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan melakukan wawancara dan memberikan pertanyaan responden penelitian dengan pertanyaan yang telah di persiapkan.

2.3 Analisi Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriftif kualitatif. Analisis deskriftif kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan serta menggambarkan data dan fakta yang dihasilkan dari suatu penelitian di lapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi, dan pengetahuan umum. Data kemudian dianalisis dengan metode induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta–fakta yang bersifat umum dilanjutkan dengan

penarikan kesimpulan yang bersifat khusus untuk mengajukan saran-saran.

III. PEMBAHASAN

3.1 Minimum Kota Bandar Lampung Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan Dalam menetapkan Upah Mnimum dan kebutuhan hidup layaksesuai dengan Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 pemerintah kota bandar lampung mengkuti cara yang telah ditetapkan pemerintah pusat dengan memperhatikan beberapa hal antara lain :

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung Melakukan Peninjauan Kebutuhan Hidup Layak dengan melakukan survei bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat

Bandar Lampung yang tediri atas beberapa komponen.

2. Untuk menentukan komponen dan jenis kebutuhan hidup pemerintah kota bandar lampung meninjau harga pasar setiap 5 tahun dengan menghitung pertumbuhan ekonomi , tingkat inflasi dan daya beli masyarakat

3. Peninjauan sebagaimana yang telah disebutkan diatas dilakukan melaui dua (dua) tahapan yaitu pengkajian dan penentuan penetapan hasil peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat di kota Bandar Lampung dalam 1 bulannya

4. Dasar untuk menetapkan apa saja yang menjadi komponen kebutuhan hidup layak di kota Bandar Lampung dan kota lainnya di Indonesia ditetapkan oleh mentri tenaga kerja dengan memerhatikan usulan dari dewan pengupahan setiap provinsi di Indonesia

(8)

3.2 Substansi Dari Peraturan Pemeritah Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan

Di dalam Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 telah dijelaskan bahwa pemerintah kota bandar lampung wajib mengkuti cara yang telah ditetapkan pemerintah pusat dalam penetapan upah minimum kota yaitu dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1) Pemerintah Kota Bandar Lampung Melakukan Peninjauan Kebutuhan Hidup Layak dengan melakukan survei bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat Bandar Lampung yang tediri atas beberapa komponen.

2) Untuk menentukan komponen dan jenis kebutuhan hidup pemerintah kota bandar lampung meninjau harga pasar setiap 5 tahun dengan menghitung pertumbuhan ekonomi , tingkat inflasi dan daya beli masyarakat

3) Peninjauan sebagaimana yang telah disebutkan diatas dilakukan melaui dua (dua) tahapan yaitu pengkajian dan penentuan penetapan hasil peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat di kota Bandar Lampung dalam 1 bulann

4) Dalam menetapkan penghasilan yang layak pemerintah kota Bandar Lampung juga memperhatikan pendapatan non upah dengan contoh pemberian tunjungan hari raya yang di berikan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.

5) Pemberian pendapatan non upah juga diberikan kepada pekerja berupa bonus , uang pengganti fasilitas kerja , atau uang servis pada usaha tertentu Penetapan upah minimum kota selalu memperhatikan :

1) Kebutuhan Hidup Layak (KHL) 2) Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 3) Inflasi

4) Kemampuan Perusahaan 5) Produktifitas Karyawan

Tujuan ditetapkannya upah minimum kota adalah untuk menghindari dan mengurangi

kesalahpahaman dan “perang dingin”

antara pekerja dengan pengusaha, juga sebagai jaring pengaman sosial untuk terciptanya kesejahteraan rakyat yang harmonis dan berkesinambungan.

3.2.1Kebutuhan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2015 tentang pengupahan, Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disebut KHL adalah Standar Kebutuhan seseorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik dalam 1 bulan Sejak diluncurkannya UU No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan Standart KHL sebagai dasar Penetapan Upah Minimum Propinsi seperti yang diatur dalam Pasal 88 ayat 4.

(9)

Pokok-pokok pikiran yang mendasari perumusan komponen KHL adalah sebagai berikut :

1) Perlunya keseimbangan gizi antara karbohidrat dan protein.

2) Semakin banyaknya angkatan kerja wanita yang memasuki pasar kerja, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan khusus pekerja wanita.

3) Kondisi masyarakat Indonesia yang religius, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan perlengkapan ibadah yang juga memerlukan biaya.

4) Perlunya menambahkan beberapa jenis kebutuhan yang secara riil digunakan oleh masyarakat pada semua lapisan.

Dalam menetapkan upah minimum dewan pengupah mempunyai standar kebutuhan hidup layak yang biasa disingkat dengan (KHL). Di dalam penetapan standar kebutuhan hidup layak dewan pengupah menetapkan komponen-komponen sebagai tolak ukur dalam menetapkan upah minimum sesuai dengan apa yang diatur dalam UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Mengenai ketentuan KHL, diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Namun, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 direvisi oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 tentang Perubahan Penghitungan KHL.

Jumlah jenis kebutuhan yang semula 46 jenis dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 menjadi 60 jenis KHL dalam Keputusan Menteri Tenaga

Kerja No. 13 tahun 2012tuhan Hidup Layak

3.2.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

1) Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.

2) Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

(10)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4) Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dan sebagainya.

5) Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Badan Pusat Satatistik Mencatat perumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1 % , hal ini merupakan peningkatan yang luar biasa dibandingkan negara –

negara tetangga di ASEAN4.

3.2.3 Tingkat Inflasi

Inflasi atau proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus

4

www.BPS.go.id/informasi_publik/PDB@Indonesia .htmlakses tanggal 16 Maret 2018 pukul 23.22

berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumi atau bahkan spekulasi , sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara berkala dan terus menerus. Inflasi adalah juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

(11)

hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali.

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun) 2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)

3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun) Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

Indeks harga konsumen (IHK) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. Indeks harga produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.Indeks harga barang-barang modal Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah

untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

(12)

bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini didasarkan jenis-jenis kebutuhan yang ada dalam kebutuhan hidup layak juga merupakan jenis-jenis kebutuhan untuk menentukan inflasi. Dengan demikian penggunaan tingkat inflasi dalam perhitungan Upah minimum pada dasarnya sama dengan nilai kebutuhan hidup layak. 3.2.4 Produktifitas karyawan

Produktifitas Karyawan menjadi salah satu faktor dalam terciptanya upah minimum yang layak dikarenakan berbanding lurus dengan daya beli masyarakat , jika pencapaian target karyawan berbanding lurus dengan apa yang di kehendaki dengan pengusaha maka daya beli masyaraat akan bertambah dikarenakan pengusaha melihat pengupahan karyawan sebagai salh satu biaya produksi.

3.3 Penetapan Upah Minimum Kota Bandar Lampung Berdasarkan PP No 78 Tahun 2015

Dalam proses penetapannya Upah minimum kota bandar lampung mempunyai beberapa tahapan yaitu : 1) Dewan pengupahan provinsi lampung meninjau kebutuhan hidup layak di kota bandar lampung dengan meperhatikan beberapa komponen yang telah ditetapkan oleh mentri tenaga kerja dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

2) Gubernur Provinsi Lampung meninjau kebutuhan hidup layak yang di rekomendasikan oleh dewan pengupahan provini lampung ditetapkan oleh

gubernur lampung setiap tahun berdasarkan kebutuhan hidup layak dan memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.

3) Setelah ada kata sepakat menenai kebutuhan hidup layak yang di rekomendasikan oleh dewan pengupahan provinsi maka gubernur menetapkan upah minimum kota bandar lampung berdasarkan rumus perhitungan sebagai berikut :

Formula perhitungan Upah minimum:

UMn= UMt + {UMt x (Inflasit + % Δ

PDBt )} Keterangan:

UMn : Upah minimum yang akan ditetapkan.

UMt : Upah minimum tahun berjalan. Inflasit : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun yang lalu sampai dengan periode September tahun berjalan.

Δ PDBt : Pertumbuhan Produk Domestik

Bruto yang dihitung dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang mencakup periode kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode kwartal I dan II tahun berjalan.

Sehingga diteapkanlah melalui peraturan Gubernur lampung mengenai besaran upah minimum kota bandar lampung tahun 2018 yaitu sebesar RP.2.263.390, (Dua Juta Dua Ratus Enam Puluh Tigas Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Rupiah)

(13)

pihak pengusaha dengan pihak pekerja serta didampingi oleh pihak pemerintah sebagai pihak independen. Pihak pengusaha dan pihak pekerja biasanya mempunyai konsep besaran upah yang akan ditetapkan dalam prosesnya.

Berdasarkan wawancara penulis di sekretariat dewan pengupahan Kota Bandar Lampung, dengan narasumber Bapak Dermawan Setyabudi, SmHK. sebagai sekretaris dewan pengupahan Kota Bandar Lampung, dalam penetapan upah minimum ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat terjadinya penetapan upah minimum antara lain :

a. Daya tawar pekerja dalam proses tawar menawar di dewan pengupahan kota. Ini disebabkan karena serikat buruh tidak mempunyai kesamaan pendapat dan pandangan khususnya berkenaan dengan patokan faktor penentu upah dengan besaran upah minimum yang diusulkan oleh dewan pengupoahan. Daya tawar menawar pihak pekerja semakin melemah lagi jika terjadi kesepakatan dibawah tangan yang dilakukan antara pihak dewan pengupahan dan pengusaha.

b. Pihak dewan pengupahan memang lebih berat kepada pengusaha sehingga suara dari pihak pekerja sering diabaikan. Karena pengusaha mempunyai kemampuan ekonomi dan sosial yang mengakibatkan pihak pemerintah yang

duduk di dewan pengupahan bisa “dibeli”

oleh pihak pengusaha.

c. Keseriusan dan pemahaman pihak pengusaha terhadap aspirasi pihak pekerja masih rendah, keseriusan akan kesejahteraan pihak pekerja yang hidup berkecukupan ini masih kurang diperhatikan oleh pengusaha. Contoh

paling nyata adalah ketika dewan pengupahan mempunyai wewenang menetapkan upah minimum kota melalui voting dalam sidang seketika hal tersebut disahkan pihak pengusaha melakukan protes.

d. Pandangan Perbedaaan dua kubu dan saling mendelegasikan kekuatan masing-masing. Perdebatan antara serikat pekerja dan pengusaha dilihat dari kelompok serikat pekerja yang menghendaki keanikan upah minimum yang signifikan sementara kaum pengusaha melihat bahwa tuntutan ini bertentangan dan tidak relevan dan kompatibel dengan upaya pemerintah mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi dan gejolak ekonomi dunia sehingga terciptanya lapangan kerja yang ideal dengan upah yang layak.

e. Daya beli masyarakat mempengarui besar kecilnya penentuan upah minimum kota sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan peraturan pemerintah pihak pengusaha berat untuk melaksanakannya.

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagaiberikut :

(14)

Layak untuk Gubernur sebagai bahan untuk penetapan upah minimum

2. Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat dalam Mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 pengupahan Terhadap Kebutuhan Hidup Layak dalam penetapan Upah Minimum di Kota Bandar Lampung adalah Daya tawar pekerja dalam proses tawar menawar di Dinas Tenaga Kerja kota Bandar Lampung. Ini disebabkan karena serikat buruh tidak mempunyai kesamaan pendapat dan pandangan khususnya berkenaan dengan patokan faktor penentu upah dengan besaran upah minimum yang diusulkan oleh pihak Pemerintah. Pihak Pemerintah condong memihak lebih berat kepada pengusaha sehingga suara dari pihak pekerja sering diabaikan. Karena pengusaha mempunyai kemampuan ekonomi dan sosial yang mengakibatkan pihak pemerintah yang duduk di dewan

pengupahan bisa “dibeli” oleh pihak

pengusaha. Keseriusan dan pemahaman pihak pengusaha terhadap aspirasi pihak pekerja masih rendah, keseriusan akan kesejahteraan pihak pekerja yang hidup berkecukupan ini masih kurang diperhatikan oleh pengusaha. Contoh paling nyata adalah ketika dalam pengupahan pemerintah mempunyai wewenang menetapkan upah minimum kota melalui voting dalam sidang seketika hal tersebut disahkan pihak pengusaha melakukan protes Pandangan Perbedaaan dua kubu dan saling mendelegasikan kekuatan masing-masing. Perdebatan antara serikat pekerja dan pengusaha dilihat dari kelompok serikat pekerja yang menghendaki keanikan upah minimum yang signifikan sementara kaum pengusaha melihat bahwa tuntutan ini bertentangan dan tidak relevan dan

kompatibel dengan upaya pemerintah mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi dan gejolak ekonomi dunia sehingga terciptanya lapangan kerja yang ideal dengan upah yang layak . Daya beli masyarakat mempengaruhi besar kecilnya penentuan upah minimum kota sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup layak yang sesuai dengan peraturan pemerintah pihak pengusaha beratuntuk melaksanakannya.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telahg dijabarkan oleh penulis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Hendaknya dalam penetapan Kebutuhan Hidup Layak dan penetapan Upah Minimum Kota harus sesuai dengan ketentuan dan didasari oleh Pancasila dan UUD 1945, sehingga Kebutuhan Hidup Layak sesuai dengan kebutuhan hidup pekerja.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. (2000). Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.

Bandung; PT.Citra AdityaBakti.

Husni, Lalu, 2001 Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Manulang, Sendjun H, 2001 Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan

Di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Suparjan dan Hempri Suyatno, 2002 kebijakan upah minimum

yang akomodatif Yogyakarta; Aditya Media

HS Salim., 2003, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta Wijayanti, Asri, 2007, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Pasca Reformasi Sinar Grafika, Jakarta.

Kelsen, Hans, 2007, Teori Hukum Murni : Dasar-dasar Ilmu Hukum

Normatif, Penerbit:Nusamedia,Bandung Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum,

Bandung; MandarMaju

Sukirno, Sadono, 2014 Mikroekonomi Teori Penghantar Edisi Ketiga,Rajawali Press

Suryandono,widodo, 2014, Asas-asas hukum Perburuhan, Jakarta:Rajawali Zainudin,Ali. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Pekerja (Dalam Kajian UU No. 13 Tahun 2003).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar menganggap trend gaya busana di era modern yang ada saat ini memang

b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dsis

(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) untuk mengetahui gambaran pengelolaan tata letak laboratorium fisika berdasarkan standar sarana dan prasarana di SMAN kota

8.11 Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani hasil rapat sebagaimana dimaksud pada poin 8.1 (delapan titik satu), 8.2

Mengetahui korelasi antara status gizi berdasarkan MNA dengan kekuatan genggam tangan pada lansia di Griya Usia Lanjut Santo Yosef Surabaya. sehingga dapat digunakan sebagai

In additio n, it can be used to improve the students’ listening skill and to increase their motivation in learning English, to introduce the model of electronic learning