ANTARA PEMIMPIN BESAR & RAKYAT JELATA
Petikan Pidato Presiden Sukarno di Surabaya, 24 September 1955:
"Hai.., engkau pemuda-pemuda, pernah engkau mendengar nama kerajaan Mataram? Kerjaaan Mataram yang membuat candi-candi Prambanan, candi Borobudur? Kerajaan mataram kedua di waktu itu dibawah pimpinan Sultan Agung Hanjokrokusumo? Tahukah saudara-saudara akan arti perkataan Mataram?
Jikalau tidak tahu maka aku akan berkata kepadamu “Mataram berarti Ibu”. Masih ada persamaan perkataan MATARAM itu, misalnya perkataan METTER di dalam bahasa Jerman adalah: Ibu. MOTHER dalam bahasa Inggris adalah: Ibu. MOEDER dalam bahasa Belanda adalah: Ibu. MATER dalam bahasa Latin adalah: Ibu. MATARAM berarti Ibu.
Demikian kita cinta kepada Bangsa dan Tanah Air dari zaman dahulu mula, sehingga negeri kita, negara kita, kita putuskan Mataram.
Rasa kebangsaan, bukan rasa baru bagi kita. Mungkinkah kita mempunyai kerajaan seperti kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dahulu, jikalau kita tidak mempunyai rasa kebangsaan yang berkobar-kobar di dalam dada kita?
Yaaah.., kata pemimpin besar yang bernama Gajah Mada. Sang Maha Patih Ihino Gajah Mada. Benar, kita mempunyai pemimpin besar itu. Benar, Pemimpin besar itu telah bersumpah satu kali, tidak akan makan kelapa jikalau belum segenap kepulauan Indonesia tergabung di dalam satu negara yang besar. Benar, kita mempunyai pemimpin yang besar itu. Tetapi apakah pemimpin ini yang sebenarnya pencipta dari pada kesatuan kerajaan
Majapahit? Tidak!!!
Pemimpin besar sekedar adalah SAMBUNGAN LIDAH daripada rasanya RAKYAT JELATA. Tidak ada satu orang pemimpin besar, walaupun besarnya bagaimanpun juga, bisa membentuk negara yang sebesar majapahit – ialah satu negara yang besar, yang wilayahnya dari Sabang sampai ke Marauke, bahkan sampai ke daerah Philipina sekarang.
Katakanlah Bung Karno pemimpin besar atau pemimpin kecil, pemimpin gurem atau yang bagaimana, tetapi jikalau ada yang berkata:
“Bung Karno yang mengadakan Republik Indonesia.“ Tidak Benar! Jangan pun satu Soekarno, sepuluh Soekarno, seratus Soekarno, seribu Soekarno tidak akan bisa membentuk negara Republik Indonesia, jikalau segenap rakyat jelata Republik Indonesia tidak berjuang mati-matian!”
Kemerdekaaan adalah hasil dari segenap perjuangan rakyat.
Maka itu pula menjadi pikiran saya, negara Republik Indonesia ini bukan milik satu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai ke marauke!
Hikmah yang bisa kita petik di sini adalah:
1. Perempuan yang pertama kali kita temui adalah IBU di dalam keluarga kita, lalu kakak/ adik perempuan kita, selanjutnya kakak atau adik perempuan ibu/ bapak kita, lalu istri kita.
Perempuan yang menjadi BENCANA bagi setiap laki-laki adalah WIL (Wanita Idaman Lain). Jagalah IBUmu, jagalah istrimu, jagalah adik/ kakak perempuanmu dan jagalah kakak/ adik perempuan ayah/ ibumu serta jagalah sepupu-sepupu perempuanmu agat TIDAK MENJADI BENCANA baik bagi dirimu sendiri maupun bagi laki lainnya (Ayahmu, Adik/ Kakak laki-lakimu, Kakak/ Adik Iparmu dll).
"Yang repot adalah bila anjing tidak lagi memiliki pengikat talinya lagi kan?"
2. Sadarlah wahai Partai Politik dan Pimpinan Partai Politik... Apakah kalian SUDAH LEBIH HEBAT dari dari Gajah Mada ataupun Soekarno???
Kamilah RAKYAT INDONESIA YANG MENJADI PEWARIS TURUN TEMURUN NEGERI INI, BUKAN KALIAN!!!
Cibubur, 3 Maret 2015. Dodi Ilham.