• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS DAN UJI ORGANOLEPTIK ITIK JANTAN YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN LELE (Clarias sp) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN THE EFFECT OF FISH MEAL SUBSTITUTION BY THE WASTE CATFISH (Clarias sp) MEAL ON THE PRODUCTIVITY AND ORGANOLEPTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRODUKTIVITAS DAN UJI ORGANOLEPTIK ITIK JANTAN YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN LELE (Clarias sp) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN THE EFFECT OF FISH MEAL SUBSTITUTION BY THE WASTE CATFISH (Clarias sp) MEAL ON THE PRODUCTIVITY AND ORGANOLEPTI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN UJI ORGANOLEPTIK ITIK JANTAN YANG DIBERI

RANSUM MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN LELE (

Clarias sp

) SEBAGAI

PENGGANTI TEPUNG IKAN

THE EFFECT OF FISH MEAL SUBSTITUTION BY THE WASTE CATFISH

(

Clarias sp

)

MEAL ON THE PRODUCTIVITY AND ORGANOLEPTIC VALUE OF

LOKAL MALE DUCK

DINI WIDIANINGRUM

Dosen pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Majalengka Jln. K.H. Abdul Halim No. 103 Majalengka - 45415

dini.widianingrum39@gmail.com ABSTRACT

An experiment on the effect of fish meal substitution by the waste catfish meal on the productivity and organoleptic value of lokal male duck has been conducted seven weeks at the Study Programme of Animal Husbandry at Faculty of Agricultural in Majalengka University from September 1st 2017, to October 25, 2017. The experiment used completely randomized design with 125 lokal male ducks, wich were randomily and devided in five type of treatment, R0 (0%), R1 (5%), R3 (10%), R3(15%) dan R4 (20%) waste catfish meal and five group as replication. The kontrol of variable include af productivity (slaughter weight, carcass percentage, muscle percentage) and organoleptic value (muscle aroma and flavour. The result of experiment indicated that giving waste catfish meal can completely substitution fish without influence slaughter weight, but combination of waste catfish meal and fish meal to produce body weight that was higher significant differences (P<0,01) than the diet using catfish meal only and same with diet kontrol using fish meal. Another variable was not influence by diet treatment was gived.

Key Words : waste catfish meal, productivity, organoleptic value, lokal male duck.

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daging limbah ikan lele sebagi pengganti tepung ikan dalam ransum terhadap produktivitas dan uji organoleptic itik jantan lokal telah dilaksanakan di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Majalengka dari tanggal 1 September sampai dengan 25 Oktober 2017. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan ternak percobaan sebanyak 125 ekor itik jantan lokal yang dibagi secara acak ke dalam lima perlakuan ransum, yaitu R0 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 0%), R1 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 5%), R2 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 10%), R3 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 15%), dan R4 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 20%), setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Peubah yang diamati meliputi produktivitas (bobot potong, persentase karkas, persentase daging) dan nilai uji organoleptik (bau dan rasa daging). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian tepung daging limbah ikan lele sepenuhnya dapat menggantikan tepung ikan tanpa mempengaruhi bobot potong, namun pemberian tepung daging limbah ikan lele yang dikombinasikan dengan tepung ikan menghasilkan bobot potong yang sangat nyata lebih tinggi daripada ransum yang hanya mengandung tepung limbah ikan lele saja dan sama dengan ransum kontrol yang sepenuhnya menggunakan tepung ikan. Peubah lainnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan ransum.

Kata Kunci : tepung limbah ikan lele, produktivitas, uji organoleptic, itikk jantan lokal

PENDAHULUAN

Itik merupakan salah satu ternak ungags yang mempunyai potensi untuk diusahakan sebagai penghasil telur dan daging, maupu pupuk kandang. Itik yang

(2)

kurang diminati peternak karena dianggap merugikan, padahal jumlah itik jantan cukup banyak yaitu sekitar lima puluh persen dari hasil penetasan telur itik. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk memanfaatkan itik jantan tersebut dengan cara pemeliharaan yang intensif sebagai penghasil daging.

Keberhasilan pemeliharaan itik jantan untuk produksi daging ditentukan oleh tiga factor yaitu bibit, ransum dan tatalaksana pemeliharaan. Pemberian ransum yang berkualitas tinggi dengan jumlah yang cukup akan memberikan pengaruh yang baik terhadap performan itik seperti pertumbuhan dan produksi daging. Kualitas ransum ditandai dengan kandungan protein yang sesuai dengan kebutuhan itik.

Sumber protein ransum berasal dari protein hewani dan nabati. Sampai saat ini, kebutuhan protein hewani dalam ransum ungags diperoleh dari tepung ikan karena kandungan asam aminonya yang lengkap dan seimbang, tetapi harganya cukup mahal karena sebagian besar kebutuhan tepung ikan masih dipenuhi dari luar negeri. Oleh karena itu perlu dicari bahan pakan lokal yang dapat dijadikan bahan pakan pengganti tepung ikan.

Salah satu bahan pakan lokal yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan alternative pengganti tepung ikan adalah tepung limbah ikan lele (Clarias sp), karena mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, harganya lebih murah, dan tersedia cukup banyak. Ikan lele banyak terdapat di daerah di seluruh Indonesia antara lain pulau Jawa, Sumatera, Bali serta terdapat di Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Limbah ikan lele menjadi masalah bagi industri abon lele dan masyarakat karena dapat menimbulkan polusi lingkungan, sehingga perlu penanganan yang serius agar pengusaha dan masyarakat tidak dirugikan sekaligus dapat diambil manfaatkan. Salah satu alternative pemecahan masalahnya adalah dengan memanfaatkan limbah ikan lele menjadi pakan ternak.

Penggunaan limbah ikan lele dalam bentuk segar cepat membusuk karena mengandung bakteri yang merugikan seperti Pseudomonas vulgaris, Pseudomonas mirabilis dan Pseudomonas fluorescens. Ketiga bakteri demikian merupakan bakteri yang merugikan yang dapat merubah asam

amino menjadi amoniak. Bakteri demikian sangat berbahaya sehingga harus dihentikan aktivitasnya antara lain dengan cara pengeringan kemudian digiling menjadi tepung limbah ikan lele.

Penggunaan tepung limbah ikan lele sebagai sumber protein hewani dalam ransum itik pengganti tepung ikan belum banyak digunakan oleh peternak dan informasi mengenai pemberian tepung limbah ikan lele yang tepat sesuai dengan kebutuhan itik belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daging limbah ikan lele sebagi pengganti tepung ikan dalam ransum terhadap produktivitas dan uji organoleptik itik jantan lokal.

MATERI DAN METODE

Penelitian menggunakan itik jantan lokal sebanyak 125 ekor berumur satu hari yang diperoleh dari peternak itik di Desa Kroya Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon. Itik tersebut dimasukkan ke dalam 25 kandang sehingga setiap kandang berisi lima ekor itik. Koefisien variasi bobot badan itik 9,13 %.

(3)

yang sudah diperas kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu yaitu 65o C selama 5 jam. Limbah ikan lele digiling sampai halus kemudian dianalisis proksimat.

Metode penelitian secara eksperimental dengan pola rancangam acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan ransum R0 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 0,00%), R1 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 5,00%), R2 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 10,00%), R3 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 20,00%) dan R4 (ransum mengandung tepung limbah ikan lele 15,00%), setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali.

Data dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (Gaspersz, 1991) dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εij

Keterangan:

Yij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : Rata-rata umum

αi : Pengaruh perlakuan ke-i εij : Pengaruh komponen galat i : 1,2,3,4,5...

j : 1,2,3,4,... Peubah Yang Diamati 1. Bobot Potong (gram)

Bobot Potong diperoleh dengan menimbang bobot badan itik sesaat sebelum dipotong (Berg dan Butterfield, 1976)

2. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas diperoleh dengan cara membandingkan bobot karkas dan bobot potong (Berg dan Butterfield, 1976)

3. Persentase Daging (%)

Persentase daging diperoleh dengan cara membandingkan bobot daging karkas dengan bobot karkas (Berg dan Butterfield, 1976)

4. Uji Organoleptik

Uji organoleptic digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap daging yang menggunakan metode preference test dengan skala hedonic dan numerik. Metode ini memerlukan 15-25 orang panelis agak terlatih (Soekarto, 1985). Pada penelitian ini menggunakan duapuluh orang penelis agak terlatih yakni Mahasiswa Program Studi Peternakan Universitas Majalengka yang sudah diberi penjelasan bahan yang akan diuji yaitu baud an rasa daging. Teknik penyajian sampel yaitu sampel diberi kode sesuai jenis perlakuan dan disajikan secara acak kepada duapuluh orang panelis untuk memberikan kesan kesukaan baud an rasa yang ada pada kuisioner dengan lima skala. Skala hedonic dan numerik.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bobot Potong

Bobot potong hasil penelitian dicantumkan pada Tabel 1.

Table 1. Rataan Bobot Potong Itik Jantan Lokal Hasil Penelitian

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

……….………gram………..

1 807,4 776,9 865,5 808,4 783,3

2 816,2 844,7 784,9 806,1 797,0

3 755,4 864,1 885,3 847,3 726,4

4 789,7 827,1 787,7 810,1 755,4

5 804,1 829,6 855,7 835,2 715,7

Total 3972,8 4142,4 4179,1 4107,1 3777,8

Rataan 794,56 828,48 835,82 821,42 755,56

Tabel 1 menunjukan bahwa rataan bobot potong itik yang diberi ransum penelitian menunjukan hasil yang bervariasi antara 755,56-835,82 gram. Pengaruh perlakuan terhadap bobot potong diketahui

(4)

potong itik jantan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan,

dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong

Perlakuan Rataan Bobot Potong

(gram)

Signifikansi (0,01)

R2 835,82 a

R1 828,48 a

R3 821,42 a

R0 794,56 ab

R4 755,56 b

Table 2 menunjukan bahwa bobot potong itik yang mendapat perlakuan ransum mengandung tepung limbah ikan lele sebanyak 5% (R1), 10 % (R2), 15 % (R3) dan 0 % (R0) masing-masing sebanyak 828,48 gram, 835,82 gram, 821,42 gram dan 799,56 gram menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Demikian pula perlakuan ransum yang mengandung limbah ikan lele 20% (R4) dengan yang 0 % (R0) masing-masing menghasilkan bobot potong itik 755,56 gram dan 799,56 gram, menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal demikian menunjukan bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung limbah ikan lele dapat dilakukan sampai 20%.

Bobot potong itik yang tidak nyata antar perlakuan R0, R1, R2, dan R3 terjadi karena konsumsi ransum yang relative sama yaitu 2813,31 gram, 2901,34 gram, 2931,62 gram dan 2869,99 gram. Hal demikian menunjukan bahwa palatabilitas ransum yang mengandung tepung limbah ikan lele sampai tingkat 15 % relative sama dengan tepung ikan. Menurut Church dan Pond (1988), palatabilitas ransum merupakan factor penting yang turut menentukan konsumsi ransum, dan konsumsi ransum mempengaruhi bobot potong itik, serta palatabilitas meliputi bau rasa, sifat fisik dan kebersihan ransum.

Ada perbedaan yang sangat nyata (P<001), pada penggunaan tepung limbah ikan lele 20 % (R4), akan mengakibatkan penurunan bobot potong itik dibandingkan dengan yang mendapatkan perlakuan ransum

dengan kandunga tepung limbah ikan lele 5% (R1), 10% (R2) dan 15% (R3). Hal demikian terjadi kare konsumsi ransum pada perlakua R4 paling rendah yaitu 2762,49 gram. Hal demikian menunkukan bahwa peningkatan persentase tepung limbah ikan lele dalam ransum, akan menurunkan palatabilitas, yang pada akhirnya akan menurunkan konsumsi proteindan energy metabolis, sehingga pertumbuhan akan terhambat dan mempengaruhi bobot potong yang dihasilkan. Hal demikian sependapat dengan Arief (1974), bahwa semakin rendah konsumsi ransum, maka semakin rendah pula efisiensi penggunaaan ransumnya, sehingga mempengaruhi produksi yang dihasilkan.

2. Persentasi Karkas

Persentase karkas hasil penelitian dicantumkan pada Tabel 3.

Table 3 men

unjukan bahwa persentase

karkas

itik yang diberi ransum penelitian bervariasi antara 55,52-56,32 persen. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap persentase karkas maka dilakukan analisis statistika melalui sidik ragam. Hasilnya menunjukan bahwa pemberian ransum yang mengandung tepung limbah ikan lele sampai tingkat 15% tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas itik jantan local.

(5)

Table 3. Rataan Persentase Karkas Itik Jantan Lokal Hasil Penelitian

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

……….………..%………..

1 57,12 53,82 55,88 55,88 56,15

2 58,75 55,90 53,37 54,55 57,98

3 54,09 57,18 57,85 55,75 54,31

4 50,35 56,27 55,29 58,55 55,27

5 59,36 56,86 58,76 56,87 53,89

Total

Rataan 55,93 56,00 56,31 56,32 55,52

Persentase karkas itik yang tidak nyata pada setiap perlakuan (R0, R1, R2, R3 dan R4), bobot karkas yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan bobot potong itik. Hal demikian menunjukan bahwa bobot potong itik yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula, sedangkan bobot potong itik yang rendah akan menghasilkan bobot karkas yang rendah pula. Oleh karena itu perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong itik pada setiap perlakuan akan menghasilkan rataan persentase karkas yang relative sama yaitu

55,93 persen (R0), 56,01 persen (R1), 56,23 persen (R2), 56,32 persen (R3) dan 55,52 persen (R4), sehingga persentase karkas menjadi tidak berbeda nyata. Hal demikian sejalan dengan pendapat Hutabarat (1982), persentase karkas itik tidak berbeda nyata pada pemeliharaan dengan menggunakan ransum yang mempunyai kandungan protein dan energy metabolis yang sama.

3. Persentase Daging

Persentase daging hasil penelitian dicantumkan pada Tabel 4.

Table 4. Rataan Persentase Daging Itik Jantan Lokal Hasil Penelitian

Ulangan Perlakuan

R0 R1 R2 R3 R4

……….………..%………..

1 63,47 61,35 60,33 60,32 62,16

2 60,31 60,30 60,47 60,65 62,43

3 61,48 60,17 62,25 61,67 62,20

4 61,34 61,20 60,89 62,26 60,62

5 62,33 61,36 62,19 58,49 57,25

Total

Rataan 61,79 60,88 61,23 60,68 60,93

Table 4 menunjukan bahwa rataan persentase daging itik yang diberi ransum mengandung tepung limbah ikan lele 0% (r0), 5% (R1), 10% (R2), 15% (R3) dan 20% (R4) bervariasi antara 60,68-61,79 persen. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap persentase daging, maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian tepung limbah ikan lele sampai dengan 15% tidak berpengaruh nyata terhadap persentase daging itik jantan lokal.

(6)

karkas itik pada setiap perlakuan akan relative sama, yaitu 61,79 persen (R0), 60,88 persen (R1), 61,23 persen (R2), 60,68 persen (R3) dan 60,93 persen (R4), sehingga persentase daging menjadi tidak berbeda nyata. Hal demikian sejalan dengan pendapat Treat dan Goodwin (1973), bahwa berdasarkan bobot hidupnya, persentase karkas tidak berbeda nyata sehingga persentase daging yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata.

4. Uji Organoleptik a. Bau Daging

Kesan panelis terhadap bau daging itik hasil penelitian dicantumkan pada Tabel 5.

Table 5. Rataan Skala Hedonik Bau penelitian bervariasi antara 3,25-3,70 yaitu pada kisaran biasa dan tidak suka. Ada kecenderungan bahwa bau daging itik akan meningkat pada itik yang diberi ransum mengandung tepung limbah ikan lele sebanyak 15 persen (R3), 5 persen (R1) dan 10 persen (R2) dibandingkan dengan ransum kontrol (R0), tetapi bila persentase tepung limbah ikan lele dalam pakan ditingkatkan sampai 20 persen (R4), maka akan menurunkan nilai skala hedonic baud aging itik. Hal demikian menunjukan bahwa penggunaan tepung limbah ikan lele sampai tingkat 15 persen dapat meningkatkan tingkat kesukaan panelis, tetapi apabila diberikan ransum sampai tingkat 20 persen akan menurunkan kesukaan panelis terhadap baud aging itik. Hal demikian sejalan dengan pendapat Soeparno (1992), bahwa bau dan ras daging dipengaruhi oleh tipe ransum dan peresapannya ke dalam daging, sehingga kesukaan panelis terhadap bau daging dari perlakuan ransum yang mengandung tepung

limbah ikan lele sebanyak 20 persen cenderung menurun.

Hasil analisis statistika melalui Uji Friedman menunjukan bahwa pemberian tepung limbah ikan lele sampai 20 persen dalam ransum, tidak berpengaruh nyata terhadap baud aging itik jantan lokal. Hal demikian menunjukan bahwa peresapan bau yang terjadi dari tepung limbah ikan lele, sangat kecil pengaruhnya terhadap bau daging itik yang dihasilkan, sehingga penggunaan tepung limbah ikan lele dapat dilakukan sampai tingkat 20 persen dalam ransum.

b. Rasa Daging

Rasa daging itik menurut kesan panelis hasil penelitian dicantumkan pada Tabel 6.

Table 6. Rataan Skala Hedonik Rasa Daging Itik Jantan Lokal

Table 6 menunjukan bahwa rataan skala hedonic rasa daging itik yang diberi ransum penelitian bervariasi antara 3,35-3,95, yaitu pada kisaran biasa sampai agak suka. Ada kecenderungan bahwa rasa daging itik akan meningkat pada itik yang diberi ransum tepung limbah ikan lele sebanyak 5 persen (R1), 15 persen (R3) dan 10 persen (R2) dibandingkan dengan ransum kontrol (R0), namun bila persentase tepung limbah ikan lele dalam ransum ditingkatkan sampai 20 persen (R4) akan menurunkan nilai rataan skala hedonic rasa dari daging itik. Hal demikian menunjukan bahwa penggunaan tepung limbah ikan lele sampai tingkat 15 persen dapat meningkatkan kesukaan panelis, namun apabila diberikan sampai tingkat 20 persen akan menurunkan kesukaan panelis terhadap rasa daging itik.

(7)

persen dalam ransum, tidak berpengaruh nyata terhadap rasa daging itik jantan lokal. Hal demikian menunjukan bahwa peresapan rasa yang terjadi dari tepung limbah ikan lele, sangat kecil pengaruhnya terhadap rasa daging itik yang dihasilkan, sehingga penggunaan tepung limbah ikan lele dapat diberikan sampai tingkat 20 persen dalam ransum.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian tepung limbah ikan lele dapat sepenuhnya menggantikan tepung ikan tanpa mempengaruhi bobot potong, namun pemberian tepung limbah ikan lele yang dikombinasikan dengan tepung ikan menghasilkan bobot potong yang sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari pada ransum yang hanya mengandung tepung limbah ikan lele dan sama dengan ransum kontrol yang sepenuhnya menggunakan tepung ikan.

2. Pemberian tepung limbah ikan lele sebagai pengganti tepung ikan sampai 20 persen dalam ransum, tidak berpengaruh terhadap persentase karkas dan daging serta baud an rasa daging itik jantan lokal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dekan serta seluruh Sivitas Akademika Fakultas Pertanian Universitas Majalengka yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penalitian ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Tim Redaksi Agrivet Jurnal yang telah menerima artikel ini sehingga dapat dimuat dan dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

ARIEF, H.M., 1974. Pengaruh Kualitas Pemberian Ransum Terhadap Karkas Kelinci Lokal. Tesis. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

BERG, R.T., DAN BUTTERFIELD, 1976. Growth of Meat Animal. University Press, Sidney. 19-31, 218.

CHURCH, D.C, AND W.E POND, 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding, 3rd Ed, John Willi and Sons Inc., United State of America, 307.

SCOTT, M.L., MALDEN C.N. AND

YOUNG R.J. 1982. Nutrition of Chicken, Scott and Associates, Ithaca, New York.

SOEHARSONO, 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung 46.

SOEKARTO, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 23, 48-49, 60-65. SRIGANDONO, B., 1986. Ilmu Unggas Air.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

STEEL, G.D., AND TORRIE, J.H, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika dalam Suatu Pendekatan Biometrika, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 650-652.

TREAT, D.W., AND GOODWIN, T.L., 1973. Effect of Sex, Size, and Time of Cutting on Processing Yield and Tendermess of Broiler. Poultry Science, 52 : 1348-1353.

WAHYU, J., 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press,

Gambar

Table 1. Rataan Bobot Potong Itik Jantan Lokal Hasil Penelitian
Table 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Potong
Table 3. Rataan Persentase Karkas Itik Jantan Lokal Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok memiliki pengaruh terhadap perkembangan karakter kerja keras siswa menghadapi ujian di

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi mannitol, laktosa dan sukrosa mempengaruhi sifat fisik granul dan tablet hisap kulit akar senggugu yaitu kecepatan

Oleh yang demikian, untuk memastikan kelicinan penyerahan tapak bina yang boleh mempercepatkan kontraktor menyerah dokumen-dokumen berkaitan, perlulah disediakan

program aplikasi, peserta didik dapat menjelaskan berbagai kegunaan perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah grafis dengan tepat dan benar.  Disajikan seperangkat

Pada pelajaran ini kamu akan belajar tentang sikap gemar membaca, pantang menyerah, rendah hati dan hemat?. Semua sikap itu diperintahkan oleh Allah

Mengambil daftar identitas diri dan nomor rekam medis subjek yang memeriksakan diri di Bangsal Bougenville I (bangsal onkology), Poliklinik Kanker Terpadu “Tulip”, dan

Perangkat pembelajaran matematika SMP dengan pendekatan kontekstual budaya Lombok berorientasikan prestasi belajar matematika dan apresiasi nilai budaya bangsa siswa