• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK LUAR NEGERI FEDERASI RUSIA STUDI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIK LUAR NEGERI FEDERASI RUSIA STUDI (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK LUAR NEGERI FEDERASI RUSIA

STUDI KASUS: STRATEGI POLITIK LUAR NEGERI FEDERASI

RUSIA DALAM COMMENWEALTH OF INDEPENDENT STATES

TERKAIT ISU ENERGI DI KAUKASUS

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kawasan Eropa. Dosen Pengampu: Bapak Aswin Ariyanto Aziz, S.IP.,M.Dev.St.

Oleh :

Fadhila Luni Listyakirana (115120400111008) Gigih Taufan Herdianto (115120407111042)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Kawasan Eropa yang membahas tentang Politik Luar Negeri Republik Federal Rusia dengan judul studi kasus: Strategi Politik Luar Negeri Republik Federal Rusia dalam Commonwealth of Independent States Terkait Isu Kauskasus Makalah ini disajikan sesuai dengan ketentuan agar memudahkan pemahaman para pembaca terhadap isi dari makalah ini. Makalah ini dirangkum dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pembahasan. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca dan segala pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Malang, 6 Desember 2013 Hormat kami

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Federasi Rusia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar di dunia yang memiliki sejarah pembentukannya yang sangat panjang. Hal ini dikarenakan banyaknya bangsa-bangsa yang mendiami di wilayah yang sangat luas. Dari zaman tzar hingga saat ini berbentuk Federasi Rusia, pergolakan pemimpin menjadi suatu yang tidak sulit ditemukan yang kemudian berdampak pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemimpin salah satunya adalah kebijakan luar negeri.

Saat ini Federasi Rusia yang merupakan negara pecahan Uni Soviet terbesar diantara keempat belas negara merdeka lainnya yang dalam sistem dunia modern ini memiliki kapasitas dalam negeri yang memadai untuk menjadi negara super power di level internasional. Hal ini dapat dilihat dari kekuatan perekonomian, militer, politik, luas wilayah hingga jumlah populasi yang dimiliki oleh Rusia. Kekuatan sentral mereka dalam sektor perekonomian yang ditunjang dengan kekayaan hasil alam berupa minyak mentah dan gas alam yang menempatkan mereka menjadi salah satu negara pengekspor terbesar di dunia. Tidak heran negara ini memiliki bergainning position yang sangat kuat di level internasional saat ini terutama dalam kebijakan luar negeri Federasi Rusia terkait isu-isu spesifik termasuk kedudukannya di PBB yang menjadi salah satu dari negara yang memiliki hak veto serta salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

(4)

regionalisme di kawasan yang dahulunya merupakan wilayah Uni Soviet atau yang disebut juga dengan CIS atau Commonwealth of Independent States. Khusus untuk yang disebut terakhir, penyusun juga akan menganalisa bagaimana bentuk kebijakan luar negeri terkait dengan isu energi yang menjadi alasan utama dari integrasi yang dimotori oleh Rusia terkait isu energi di wilayah Kaukasus.

Penting untuk diketahui salah satu fokus dari national interest Rusia adalah terkait isu energi yang terdapat pada wilayah Kaukasus. Power Projection Rusia dalam hal ini adalah wilayah guna mengamankan akses terhadap sumber energi yang melimpah disamping juga belum banyaknya aktor yang muncul di wilayah tersebut. Dalam membahas hal tersebut, penyusun makalah mencoba menganalisa keterkaitan antara kepentingan Rusia pada regionalization CIS dengan kepentingan lainnya terkait dengan isu energi di Kaukasus.

Penggunaan beberapa teori-teori seperti teori regionalisme maupun level of analysis akan dipakai dalam menganalisa bagaimana kepentingan Federasi Rusia terkait dengan politik luar negerinya. Khusus untuk analisa dari studi kasus yang kami angkat, fokus kami adalah untuk menganalisa lebih jauh tentang peran dan tujuan politis Rusia di wilayah Kaukasus dalam regionalisasi CIS yang sesuai dengan pemetaan power projection oleh Rusia.

(5)

1. 2 Rumusan Masalah

Bagaimana strukutur pemerintahan Federasi Rusia?

Bagaimana sistem pengambilan keputusan di Federasi Rusia dan apa yang mempengaruhinya?

Bagaimana sejarah Foreign Policy Federasi Rusia dari masa ke masa?

Apa kepentingan Rusia di Kaukasus serta strateginya dalam forum CIS

atau Commonwealth of Independent States?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui struktur pemerintahan Federasi Rusia

 Untuk mengetahui skema pengambilan keputusan terkait dengan foreign policy di Rusia beserta dengan analisanya

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Struktur Pemerintahan Rusia

Sejatinya Fedrasi Rusia adalah suatu bentuk negara yang unik apabila dibandingkan dengan negara lainnya di Eropa. Hal ini tidak lain adalah karena faktor sejarah yang sangat berbeda. Dahulu, permulaan dari negara ini adalah dengan konflik yang bersejarah yang disebut dengan Revolusi Bolshevik dimana perjuangan sosialis komunis menjadi motor utama revolusi melawan bentuk kekaisaran tzar. Hasilnya bahkan hingga saat ini Federasi Rusia masih memiliki pemikiran-pemikiran serta pandangan yang identik dengan ideologi sosialis komunis.

Dengan mengadopsi sistem pemerintahan Uni Soviet yakni semi-presidensial federal. Dikatakan demikian karena Rusia memiliki Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan dan juga Perdana Menteri sebagai kepala negara. Secara umum kekuasaan Presiden sangat luas dengan kewenangannya yang dapat mengintervensi langsung tugas-tugas dari seorang Perdana Menteri.

Dalam pembagian wilayahnya, Rusia masih mengadopsi gaya dari Uni Soviet dengan pembagian format wilayah berdasarkan mekanisme “Uni Republik” yang memiliki negara bagian, oblast, okrug, rayon atau distrik, dan selsovet atau desa yang secara menyeluruh mengikuti model pemerintah tinggi tingkat nasional1.

Secara politik, Rusia adalah negara yang mencoba untuk mengupayakan demokrasi dari tahun 1991 hingga saat ini. Dapat dikatakan bahwa Rusia adalah model yang sangat pas untuk konsep baru bernama “illiberal democracy” hal ini dikarenakan Rusia memiliki perangkat serta prosedur secara demokrasi, namun dalam penerapannya, hal ini sangat rentan untuk dirubah secara mendadak oleh penguasa dan beberapa diantaranya juga terdapat pembatasan-pembatasan tertentu2. Maka yang terjadi pada

(7)

akhirnya adalah demokrasi masih menjadi gerakan secara umum saja dengan melihat konsolidasi power yang dimiliki oleh Presiden yang mampu untuk mengubah beberapa instrument demokrasi berupa kebijakan-kebijakan pada suatu skema presidensiil. Rusia selayaknya negara modern, memiliki tiga badan utama dalam pemerintahan yakni Eksekutif, Legislatif, serta Yudikatif.

Sistem yang diusung oleh Rusia dalam badan eksekutifnya adalah sistem semi-presidensil. Power di dalam badan eksekutif Rusia ini memang terbagi menjadi dua pihak, yakni Presiden dan Perdana Menteri. Namun, di Rusia, kekuasaan lebih condong dipegang oleh bagian kepresidenan yang memang menguasai setengah bahkan lebih kekuasaan di badan eksekutif3. Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui dan

direct popular vote. Presiden tersebut dapat terpilih selama dua kali masa pemilihan dan dalam satu masa pemilihan menjabat selama empat tahun.

Seperti yang sudah dikatakan di atas, bahwa kewenangan presiden Rusia sangatlah besar, di mana presiden lah yang berhak untuk memilih dan memberhentikan perdana menteri dan anggota-anggota kabinet lainnya. Namun hal tersebut tetap dalam persetujuan dari State Duma (the lower house of parliament). Selain itu, presiden adalah pihak yang menjamin konstitusi dan hak-hak warga negara dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kedaulatan Rusia.

Secara struktur, legislatif di Rusia bersifat bikameral yang terdapat yaitu majelis tinggi Federation Council dan majelis rendah atau State Duma. Selain itu kekuasaan diantara kedua relatif sama atau dengan kata lain symmetrical.

Federation Council terdiri atas dua perwakilan dari setiap region yang terdiri atas satu perwakilan eksekutif dan satu perwakilan legislative dari daerah yang bersangkutan yang dipilih lewat pemilihan di region yang bersenagkutan juga. Total terdapat 166 kursi yang ada pada Federation Council dengan segala kewenangan untuk dapat menyetujui suatu suatu rancangan kebijakan.

Kemudian kamar majelis rendah atau disebut juga dengan State Duma secara umum tidak berbeda jauh dengan majelis tinggi, hanya saja perwakilan yang duduk di State Duma harus dipilih melalui pemilu dan disetujui oleh deputi State Duma yang tugasnya hanya spesifik untuk urusan di lemabag tersebut tanpa boleh merangkap jabatan

(8)

untuk dapat menjabat di region yang diwakilinya. State Duma sendiri berisikan 450 kursi anggota dewan. State Duma memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan ketua Bank Sentral Federasi Rusia, Komisaris HAM, serta dapat memulai prosedur impeachment Presiden dengan suara 2/3 kuorum4. Selain itu, di Rusia

juga terdapat bdan yudikatif yang dimana fungsinya juga sama seperti yang lain guna menjalankan fungsi pengawasan dan mengadili.

Maka secara umum pemerintahan di Rusia dengan kekuasaan presiden yang sangat luas dan kuat, dapat digambarkan sebagai berikut:

Lines of control

Source:Patrick H. O’Neil, et al. Comparative Politics 2nd Edition, 2006.

2. 2 Sistem Pengambilan Keputusan Terkait Foreign Policy di Federasi Rusia

Secara mendasar, politik luar negeri Federasi Rusia sangat berhaluan konservatif, hal ini dikarenakan orientasi yang mereka gunakan adalah pandangan bahwa keberlanjutan sejarah atas kekuasaan mereka terdahulu sebgai pedoman untuk kembali mempersatukan bagian-bagian yang terpecah belah menjadi banyak negara. Oleh karena itu, identitas juga berpengaruh sangat penting dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri negara ini. Hal ini dapat dilihat dari isu politik Pan-Slavism yang berisikan atas

(9)

pandangan spetsifika atau keunikan identitas yang seolah-olah menjadi legitimasi mereka dalam keterlibatan di Balkan. Banyak negara mengambil contoh dari negara Barat sebagai pedoman dalam kebijakan luar negeri, namun Rusia berbeda dan asangat dipengaruhi gagasan atas identitas yang sama diantara negara pecahan Uni Soviet untuk kembali dipersatukan dan menempatkan Rusia sebagai pemimpinnya. Tentunya, hal ini juga berlaku di setiap wilayah yang menjadi power projection Rusia dengan kedok politis identitas yang berbeda seperti Eurasianism maupun kedok politis lainnya5.

Sistem politik yang digunakan di Rusia merupakan sistem yang sedikit berbeda dengan negara – negara lain. Sistem di Rusia ini sarat dengan adanya kekuatan presiden yang begitu kuat. Pada sistem demokrasi yang lazimnya terjadi di negara – negara lain, presiden merupakan calon yang dipilih dari partai politik yang nantinya akan berusaha memenangkan pemilihan di ranah nasional. Namun, di Rusia, sistem yang berjalan tidaklah seperti hal yang disebutkan sebelumnya mengenai demokrasi yang terjadi di banyak negara tersebut. Partai politik di Rusia justru muncul dari adanya pemimpin – pemimpin yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap Rusia. Hal tersebut mengakibatkan adanya ketergantungan yang sangat kuat dari partai politik terhadap pemimpin tersebut.

Proses pemerintahan di Rusia sangatlah bergantung kepada pemerintahan, terutama eksekutif. Di pemerintahan sendiri, peran Presiden Rusia yakni Vladimir Putin sangat penting. Presiden yang merupakan kepala negara, pada masa Boris Yeltsin, Presiden Federasi Rusia yang pertama, posisinya sangat diperkuat oleh partai politik yang mendorongnya, Partai Komunis, dikarenakan partai tersebut dapat muncul dan menjadi besar karena pengaruh dari Boris Yeltsin juga. Sehingga pada saat itu muncul istilah yang disebut sebagai “partai kekuasaan” sebagai akibat dari adanya partai yang sangat menunjang posisi presiden di Rusia6.

Salah satu elemen penting yang ada di dalam sistem politik dengan “partai kekuasaan” adalah jumlah dari partai politik yang ada di negara tersebut sedikit dan terbatas. Secara idealnya, demokrasi dapat dijalankan dengan dua atau tiga partai politik

5 Bobo Lo, “Russian Foreign Policy in The Post Soviet Era Reality,Illusion, and Mythmaking”, 2002 (New York: Palgrave Macmilan) hal. 12-13

6 Mikkel Evald, “The Russian Party System”, http://www.ut.ee/ABVKeskus/? leht=prognoosid&aasta=2006&keel=en&dok=partysys,

(10)

dengan pengaruh yang berbeda – beda sehingga dapat memunculkan suatu kompetisi di pemilihan umum. Untuk mewujudkan hal tersebut, di mana “partai kekuasaan” tetap bisa menjadi penguasa dan terus muncul di ranah publik, terdapat empat cara yang dilakukan oleh Rusia. Pertama, melakukan manipulasi partai dan peraturan mengenai pemilihan sehingga dapat memperkecil kemungkinan partai – partai kecil untuk dapat berpartisipasi lebih di pemilihan. Kedua, afiliasi dan dukungan presiden terhadap partai politik tertentu di Rusia. Ketiga, memksa media massa, terutama media – media nasional, seperti stasiun televisi tertentu yang berbasis nasional. Dan yang keempat, adanya pengaturan terhadap kendala yang akan ditimbulkan di regional, artinya di sini, presiden berusaha untuk memilih sendiri gubernur – gubernurnya, dibandingkan harus melakukan pemilihan langsung terhadap gubernur – gubernur di Rusia.

Dari keempat kebijakan yang dilakukan Vladimir Putin di atas, terdapat beberapa perubahan signifikan yang terjadi. Salah satunya adalah jumlah partai politik di Rusia yang terus menurun jumlahnya. Pada pemilihan umum di tahun 2007, jumlah partai politik yang berpartisipasi hanya berjumlah 10 partai, dibandingkan di tahun 1995 dengan 43 partai, tahun 1999 dengan 26 partai dan tahun 2003 dengan 23 partai7.

Di Rusia saat ini, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peran elit sangatlah penting Dimitry Medvedev dan Vladimir Putin dalam hal ini merupakan aktor – aktor yang sangat penting di Rusia. Kedua aktor ini adalah pembuat kebijakan di Rusia dan kebijakan – kebijakan luar negeri Rusia banyak diantaranya yang bergantung kepada kerjasama antara kedua tokoh ini dan juga dengan kerjasama mereka dengan aktor lainnya. Beberapa foreign policy Rusia diantaranya berdasarkan kepada kepentingan negara terhadap perusahaan energi. Dengan hal tersebut, baik Dimitry Medvedev dan Vladimir Putin berusaha untuk bekerjasama dengan beberapa organisasi, terutama “Gazprom”. Organisasi ini merupakan organisasi pengimpor gas terbesar di dunia dan salah satu organisasi yang mengontrol uang dalam jumlah yang sangat besar8.

Kebijakan luar negeri suatu negara dapat dilihat dari kepentingan nasional negara tersebut. Kepentingan nasional yang dibentuk oleh Rusia merupakan suatu gabungan kepentingan dari individu, masyarakat, dan negara dalam hal ekonomi, politik

7Ibid

8 Vidyaykin Andrey, “The Process of Russian Foreign Policy”. http://www.bilgesam.org/en/index.php?

(11)

internasional, sosial, internasional, informasi, militer, ekologi, dan hal lain yang dapat mempengaruhi. Kepentingan nasional Rusia sendiri berada pada ranah internasional, dengan fokus untuk mengatur kedaulatan Rusia, menguatkan posisi Rusia di kancah dunia, dan menjadi pusat dari sistem dunia yang multipolar. Kepentingan Rusia juga dapat tumbuh dari adanya keuntungan –keuntungan yang dihasilkannya dengan hubungannya dengan negara – negara lain, dan yang paling terpenting adalah hubungan Rusia dengan CIS (Commonwealth of Independent States).

Dengan sistem yang dimiliki oleh Rusia saat ini, Presiden memilki hak untuk membuat keputusan – keputusan politik sendiri. Hal tersebut juga menjadikannya politikus yang sangat terkenal. Dengan adanya sistem yang diterapkan Rusia ini, yakni terdapat dua kekuatan yang sama – sama mempunyai pengaruh, presiden dan perdana menteri, Rusia memiliki sistem pemeriksaan yang bersifat doble check.

2. 3 Sejarah Foreign Policy Federasi Rusia

Federasi Rusia dalam sejarahnya memiliki bentuk kebijakan luar negeri yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan masa kepemimpinan penguasa dan juga bentuk-bentuk negara terdahulu. Sesungguhnya, politik luar negeri Rusia sudah ada bahkan sebelum negara Rusia berdiri dan masih dalam bentuk kekuasaan monarkhi yang disebut Tzardom atau kekaisaran. Kemudian bentuk selanjutnya adalah kekuasaan Russian Empire yang merancang dibentuknya dewan perwakilan yang kini dikenal dengan State Duma. Periode selanjutnya adalah berbentuk negara menjadi Uni Soviet yang dimana merupakan hasil dari Revolusi Bolshevik dan menempatkan sosialis komunis sebagai ideology negara dan motor utama pergerakan revolusi. Dimasa ini pula Uni Soviet kemudian muncul sebagai salah satu super power disamping Amerika Serikat di era Perang Dingin. Dan yang selanjutnya adalah era Federasi Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet yang terbesar yang tetap eksis hingga saat ini.

(12)

kelompok elit tertentu yang dapat mempengaruhi pemimpin di lingkup lingkungan kerajaan. Politik luar negeri yang muncul di era ini bersifat ekspansionis serta konfliktual dengan competitor mereka yang berasal dari Kekaisaran Ottoman, Imperium Mongol Khan. Dalam periode ini, kekuasaan pada masa Ivan IV sangat terkenal hingga mendapat julukan Ivan The Terrible. Hal ini dikarenakan pada masa Ivan IV, ia berhasil menaklukan sebagian besar wilayah seperti Astrakhan, Volga, Laut Kaspia dan daerah-daerah strategis lainnya yang membuat Rusia kini menjadi negara yang multietnis9.

Kemudian dimasa Russian Empire (1721-1917), Rusia mengalami pergantian bentuk pemerintahan dari Tzardom ke Russian Empire yang sama-sama berbentu monarkhi absolute yang menempatkan kaisar sebagai pemimpin sekaligus pemilik kekuasaan terbesar. Dimasa ini pembentukan sistem perwakilan mulai digagas dengan kemudian memunculkan State Duma sebagai lembaga legislatif pada kala itu dimasa pemerintahan Nikolov II di tahun 190510. Politik luar negeri yang terkenal pada masa ini

adalah “Politik Air Hangat” yang bertujuan untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan yang tidak membeku dikala musim dingin dengan cara menganeksasi hamper seluruh wilayah Manchuria agar dapat melakukan kegiatan ekonomi dimasa musim dingin akibat dari membekunya laut-laut dipelabuhan diwilayah Rusia, hasilnya adalah pencaplokan Vladivostok di tahun 186011.

Kemudian di masa Uni Soviet (1922-1991), negara menjadi salah satu super power disamping Amerika Serikat pasca Perang Dunia Kedua. Negara meneruskan ideology sosialis komunis yang menjadi ideology dasar negara sejak Revolusi Bolshevik. Politik luar negeri Uni Soviet yang paling terkenal adalah pada masa Perang Dingin yang disebut dengan doktrin Brezhnev dikala Uni Soviet dipimpin bersama Leonid Brezhnev sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei Kosygin selaku Perdana Mneteri, dan Nikolay Podgorny yang menjabat Ketua Presidium. Brezhnev Doctrine berisikan strategi untuk aktifasi negara satelit sebagai tameng terhadap pengaruh barat dan juga menginvasi Czechoslovakia yang dikenal dengan Czechoslowakia disease oleh Alexander Dubcek.

9 Frederick Engels, “Foreign Policy of Russian Tsardom”,

www.marxist.org/archive/marx/works/1890/russian-tsardom. Diakses pada 30 November 2013 10Anonymous, www.duma.gov.ru/about/history/information/. Diakses pada 30 November 2013 11Anonymous, “The Russia Quest for Warm Water Ports”,

(13)

Dan yang terakhir adalah masa Federasi Rusia yang saat ini dipimpin oleh Vladimir Vladimirovich Putin dan dibantu oleh Perdana Menteri Dimitry Medvedev yang akan dibahas secara komprehensif pada bagian relasi Rusia terhadap Uni Eropa, Amerika Serikat dan studi kasus strategi politik luar negeri Federasi Rusia pada CIS.

2. 4 Hubungan Diplomatik Antara Russia-Amerika Serikat dan Russia–Uni Eropa

Relasi Federasi Rusia – Uni Eropa

Hubungan antara Rusia dengan Uni Eropa merupakan hubungan yang sangat penting, baik bagi Rusia mupun Uni Eropa. Banyak yang berasumsi bahwa Uni Eropa banyak mengatur strategi dalam menjalin hubungan dengan Rusia. Salah satu cara Uni Eropa membangun hubungan dengan Rusia adalah dengan menjadikan Rusia sebagai partner strategisnya.

Hubungan Rusia dengan Uni Eropa cenderung kepada bidang ekonomi dan energi. Selain sebagai negara yang dianggap tetangga yang wilayahnya paling besar bagi Uni Eropa, Rusia juga merupakan partner perdagangan ketiga terbesar bagi Uni Eropa dengan presentase impor minyak dan gas yang sangat besar ke negara – negara anggota Uni Eropa12.

Secara keseluruhan, memang hubungan Rusia dengan Uni Eropa didasari atas bidang ekonomi dan energi. Rusia sendiri merupakan negara yang menyediakan lebih dari seperempat dari total minyak dan gas yang dimilikinya kepada Uni Eropa. Dengan hal ini, beberapa negara anggota Uni Eropa ada yang memiliki ketergantungan secara hampir keseluruhan terhadap energi yang disupply oleh Rusia. Ketergantungan akan energi yang dialami oleh Uni Eropa terhadap supply dari Rusia diperkirakan akan berlangsung dan akan terus meningkat hingga 20 tahun ke depan. Hal tersebut membuat kecenderungan Rusia untuk menggunakan pasokan energinya sebagai salah satu instrumen kebijakan luar negerinya yang akhirnya mengkhawatirkan bagi negara – negara Uni Eropa.

(14)

Dengan hubungan energi antara kedua belah pihak, Rusia dan Uni Eropa, terdapat dua arah yang terbentuk, yakni di samping Rusia sebagai penyedia energi yang krusial bagi Eropa, Rusia juga membutuhkan Uni Eropa sebagai pasar yang sangat penting baginya. Dalam hal perdagangan dan investasi, Uni Eropa bahkan menjadi partner yang lebih penting lagi bagi Rusia. Sebaliknya, Rusia juga menjadi partner perdagangan yang penting bagi UE, di mana seperti yang telah disebutkan, bahwa Rusia merupakan partner dagang ketiga terbesar UE setelah Amerika Serikat dan China. Uni Eropa dengan Rusia hingga tahun 2012 telah menjalankan perdagangan dengan total hingga 336 milyar pound sterling13.

Hubungan antara Uni Eropa dengan Rusia baru – baru ini juga diperkuat dengan adanya perjanjian antara kedua belah pihak, yakni Energy Roadmap 2050. Kesepakatan ini ditandatangani di bulan Maret 201314. Perjanjian ini membuat Rusia dan Uni Eropa

terlibat dalam sebuah hubungan kerjasama jangka panjang yang memprioritaskan pada sektor energi dan juga termasuk di dalamnya jaringan pasar yang terbuka dan transparan. Perjanjian tersebut merupakan bentuk kesepakatan kembali anatara kedua belah pihak setelah sebelumnya, Rusia sempat merasa kecewa terhadap Uni Eropa terkait kebijakan Uni Eropa di tahun 2012 mengenai penyelidikan harga minyak dan gas Rusia oleh European Commission di delapan negara anggota Uni Eropa.

Relasi Federasi Rusia – Amerika Serikat

Hubungan Amerika Serikat dengan Rusia, sejak Federasi Rusia berdiri hingga masa kepemimpinan George W. Bush sangatlah tidak stabil bahkan sangat tinggi intensitas tensi di antara keduanya. Pada 1990, kedua negara sempat setuju menempatkan satu sama lain sebagai kemitraan strategis maisng – masing. Dengan adanya peristiwa 9/11, kedua negara semakin meningkat tingkat sensitivitas sehingga pada saat itu, Rusia lebih memilih untuk banyak membangun kerjasama ekonomi dengan negara – negara Barat. Sehingga pada masa ini, hubungan keduanya memperlihatkan hubungan yang tidak terlalu baik.

13 Nichol, Jim. Russian Political, Economic, and Security Issues and U. S. Interests. 2013. Congressional Research Service. Hlm 39.

(15)

Hingga akhirnya, di tahun 2009, Barrack Obama muncul sebagai Presiden Amerika Serikat dan berusaha untuk membangun kembali hubungan baik antara Amerika Serikat dengan Rusia. Hubungan ini banyak dikenal sebagai re-set relationship between US and Russia. Kedua negara saling “berinteraksi” kembali pada 1 April 200915 di

London dengan adanya opening nuclear weapons talks dan juga membicarakan hubungan antara Rusia dengan Amerika Serikat. Pada pertemuan selanjutnya, di tahun yang sama di bulan Juli bertempat di Moskow, Obama memulai hubungan kedua negara atas dasar kepentingan bersama dan menganggap kedua negara mempunyai peran yang sama. Hal ini dikarenakan baik Rusia maupun Amerika Serikat merupakan negara superpower yang memiliki kapabilitas di bidang nuklir. Selain itu, Obama juga menegaskan bahwa Amerika Serikat bukan sebagai negara yang berusaha untuk mengintervensi kebijakan suatu negara dalam menyelesaikan masalah global, namun perannya lebih untuk menjadi partner dengan negara lain sehingga dapat menyelesaikan permasalahan global secara bersama – sama, dan dalam konteks ini adalah Rusia.

Salah satu kerjasama yang berusaha dibangun oleh Rusia dan AS adalah U.S. – Russia Bilateral Presidential Commission (BPC). Kerja sama ini berusaha untuk menguatkan diplomasi diantara kedua negara dan kerja sama ini pula berfungsi sebagai elemen dasar dari “re-setting relationship” di antara keduanya. Dalam BPC ini, kedua presiden akan menjadi co-chairs, dan Sekretaris Negara dan juga Menteri Luar Negeri yang bertindak untuk mengkoordinasikan pertemuan.

Pada periode kedua Obama menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, terdapat isu yang beredar bahwa Administrasi Obama akan banyak merubah kebijakan Rusia. Namun, isu itu tidak terlalu terbukti, karena keduanya masih berusaha untuk mempertahankan sebisa mungkin hubungan kerjasamanya di berbagai sektor.

Salah satunya, Presiden Obama dan Putin melakukan pertemuan pada 17 Juni 2013. Keduanya membahas mengenai hubungan bilateral, kerjasama anti terorisme, dan juga cyber security. Hasil dari pertemuan tersebut diantaranya:

1. Mempertahankan hubungan di antara keduanya yang masih dalam bidang yang sama seperti pada periode Obama sebelumnya, yakni mengenai pengawasan senjata, non proliferasi, perdagangan dan investasi, dan anti

(16)

terorisme. Selain itu, dialog antara perdana menteri Rusia, Medvedev, dan wakil presiden AS, Biden akan semakin diperlias dengan pembahasan utam yakni perdagangan dan investasi. Lalu, akan ada dialog “two plus two” yang akan melibatkan Sekretaris Negara, Menteri Pertahanan, dan juga Menteri Luar Negeri.

2. Keduanya berusaha untuk melawan terorisme dan memperkuat kerjasama melalui pertukaran informasi antar badan – badan intelijen dan juga saling menghormati hak untuk kebebasan berekspresi.

3. Kedua negara berusaha bersama – sama untuk menjaga keamanan cyber untuk melindungi teknologi informasi dan komunikasi, kriminalitas, dan ancaman terorisme.

Presiden V. Putin menganggap bahwa hubungan antara Amerika Serikat dengan Rusia ini merupakan hubungan yang sangat sulit dimengerti karena adanya perbedaan budaya yang mendasar. Apabila identitas Amerika Serikat lebih mengarah kepada keinginan individual, rasisme, genosida, dan tingkat kekerasan yang tinggi, sedangkan di Rusia, identitasnya lebih kepada hal – hal yang berhubungan dengan spiritualitas. Putin juga beranggapan bahwa hubungan AS – Rusia yang berusaha dibangun kembali ini menghadapi banyak tantangan. Hal ini dikarenakan AS terlalu menganggap dirinya sebagai negara superpower dan berperilaku seperti ”ruling elite”.

STUDI KASUS

(Strategi Politik Luar Negeri Federasi Rusia Dalam Commonwealth of Independent

States Terkait Isu Energi di Kaukasus

)

(17)

sangat berorientasikan pada pengamanan akses kepada sumber-sumber energi seperti minyak mentah dan gas alam yang memanfaatkan mobilitas dari MNCs mereka untuk dapat berekspansi dan mengeksplorasi di wilayah yang sarat akan sumber daya alam berupa minyak mentah dan gas alam. Pemerintah Rusia paham betul atas potensi salah satu wilayah yang memiliki nilai strategis berupa kekayaan sumber daya alam berupa minyak mentah dan gas alam yang terkandung di daerah yang terletak di wilayah Kaukasus Selatan. Kaukasus dibagi menjadi dua bagian yakni Kaukasus Utara dan Kaukasus Selatan, Kaukasus Utara adalah wilayah yang seluruhnya merupakan yurisdiksi Federasi Rusia, sedangkan Kaukasus Selatan adalah wilayah yang terletak di dekat Laut Kaspia yang didiami oleh tiga negara yakni Georgia, Azerbaijan, dan Armenia.

(18)

besar daripada di Laut Utara Alaska dan hal ini membuat kawasan tersebut memiliki nilai strategis serta menjadikannya isu sentral dalam politik pasca Perang Dingin. Selain itu yang menarik untuk disimak adalah keterlibatan Rusia dan Barat untuk dapat menguasai wilayah tersebut. Sebagai contohnya adalah keterlibatan militer Rusia dalam konflik Chechnya, sengketa Ossetia, serta perselisihan yang terjadi diantara Armenia dan juga Azerbaijan yang secara keseluruhan adalah guna memperebutkan titik-titik tertentu yang dianggap sebagai sumber minyak mentah dan juga gas alam16.

Kepentingan Rusia

Rusia memiliki kepentingan dalam mengamankan akses terhadap sumber minyak mentah di wilayah tersebut. Hal ini sebagai salah satu power projection mereka yang tentu saja tidak lepas dari keterkaitan mereka atas wilayah itu dan menganggap bahwa kekayaan alam berupa sumber minyak mentah yang terdapat di Kaukasus Selatan sebagian adalah merupakan hak mereka yang perlu diberdayakan Disamping itu, Rusia juga memiliki strategi untuk memastikan bahwa pihak barat tidak ikut campur atas hal ini maupun permasalahan yang terjadi di regional tersebut.

Namun yang paling penting adalah aset Rusia berupa pipa minyak dan gas bumi yang menyebar keseluruh kawasan tersebut yang menuju Eropa. Pipa tersebut selain sebagai alat transportasi hasil dari pertambangan minyak mentah dan gas bumi yang beberapa diantaranya bahkan sudah ada dari era Uni Soviet yang kemudian diakuisisi oleh pemerintah Rusia. Hal ini berkenaan dengan fungsinya sebagai pemasok minyak tersbut ke pasar Eropa yang tentunya menghasilkan devisa yang sangat besar bagi negara.

16 Ariel Cohen, “The New“Great Game”: Oil Politics in the Caucasus and Central Asia”,

(19)

Strategi Foreign Policy Federasi Rusia Terkait Isu Kaukasus Selatan

Rusia sebagai negara yang dikatakan sebagai contoh negara yang illeberal democracy tentunya sangat berpedoman sesuai dari titah Presiden dalam hal ini adalah Vladimir Putin sebagai pemimpin negara dan juga pemerintahan serta memiliki kekuasan yang bersifat overlap dan dapat mengintervensi urusan kenegaraan apapun tidak terkecuali urusan politik luar negeri Rusia. Hal ini tidak lepas dari pengaruh politik pada masa Uni Soviet yang menempatkan presiden sebagai pemimpin utama negara yang memiliki kekuasaan yang sangat besar. Oleh karena itu, pendekatan untuk menganalisa politik luar negeri Rusia sangat cocok apabila menggunakan Level of Analysis level Individu.

(20)

Vladimir Putin adalah presiden Rusia saat ini. Ia lahir di Leningrad 1952 dan menempuh pendidikan hukum di universitas disana. Setelah ia lulus ditahun 1975, ia bergabung dengan KGB dan menjadi salah satu pejabat elit yang ditugaskan di Jerman Timur. Karier Putin terus meningkat dan ia telah banyak melewati masa dimana kekuasaan Uni Soviet sangat superior hingga pada masa dimana Uni Soviet runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara. Jabatan Ketua Partai United Russia pernah disandangnya sebelum menjabat sebagai presiden Rusia menggantikan Boris Yeltsin tahun 2000 hingga kini ia menjabat prseiden Rusia dan dibantu oleh Dimitry Medvedev setelah sebelumnya pernah bertukar posisi selama satu periode. Pribadi Putin adalah seorang yang berpandangan bahwa Russia harus bisa bangkit seperti sedia kala masa Uni Soviet dengan mempersatukan kembali negara yang terpecah belah. Ia juga pernah dijuluki siloviki atau “men of power”. Kecenderungannya ia untuk mempercayai militer diyakini sejumlah peneliti bahwa ia akan membawa negara ke arah yang cukup berbahaya dengan menekankan ketertiban dan kontrol atas demokrasi17.

Putin juga dilatarbelakangi oleh paham konservatif dimana ia cenderung ingin menyatukan kembali semua negara bekas Uni Soviet kedalam satu kesatuan dalam kepemimpinan dengan Rusia sebagai pemimpinnya. Namun hal ini tentu sudah tidak relevan mengingat banyak negara sudah merdeka seperti Ukraina, Latvia, Lithuania, Armenia dan lainnya. Oleh karena itu output dari tujuan tersebut adalah pembentukan suatu regionalisme di kawasan tersbut yang terdiri atas negara pecahan Uni Soviet yang disebut dengan Commonwealth of Independent States atau CIS.

(21)

Commonwealth of Independent States (C I S)

Commonwealth of Independent States atau CIS adalah bentuk regionalisme yang pada dasarnya dilatarbelakangi pada situasi yang bersifat security dilemma. Hal ini dikarenakan pasca merdeka dari Uni Soviet, negara-negara baru yang tergabung dalam CIS membutuhkan sebuah pengakuan atas persamaan eksistensi kedaulatan dan mengindari keberlanjutan konflik terkait atas hak dan kewajiban serta tuntutan-tuntutan sebagai negara pecahan Uni Soviet. Hal ini dapat dimaklumi karena hubungan antar negara pecahan Uni Soviet pada kala itu memang dihadapkan pada posisi tidak aman seperti contoh dimana negara seperti Ukraina dulunya adalah wilayah Uni Soviet yang sarat akan senjata yang kemudian negara seperti Moldova memerlukan kepastian bahwa Ukraina tidak menyerang mereka begitupula negara-negara lainnya dikawasan ini.

CIS didirkan pada 8 Desember 1991 atas gagasan dari negara Belarusia, Rusia, dan Ukraina yang kemudian diikitu oleh negara seperti Azerbaijan, Armenia, Kazakhstan, Kyrgizstan, Turkmenistan, Tajikistan, Moldova, Uzbekistan untuk dapat melakukan kerjasama politis terkait dengan harmonisasi hubungan lewat politik luar negeri masing-masing negara18.

Yang menarik salah satu kesepakatan dalam deklarasi pembentukannya diantara negara anggota CIS adalah terdapat poin yang menyatakan bahwa kewajiban dari setiap negara anggota untuk menjamin perdamaian, keamanan dengan cara melakukan langkah-langkah efektif untuk mengurangi persenjataan dan belanja militer serta melucuti persenjataan pemusnah massal dan nuklir. Hal tersebut mencerminkan bahwa

(22)

hubungan antara negara pecahan Uni Soviet memang konfliktual sehingga diantara negara-negara anggota CIS tersebut menyepakati pembentukan suatu skema aliansi Collective Security Treaty Organization atau CSTO ditahun 1994 namun hanya bertahan selama 5 tahun karena terdapat negara yang justru malah berafiliasi dengan barat..

Hingga saat ini, CIS telah mendeklarasikan berbagai kerjasama sektor ekonomi hingga budaya dengan memiliki badan-badan khusus yang spesifik dalam bidang tertentu. Namun, tetap saja CIS merupakan regionalisme yang masih bersifat regionalization yang bersifat top-down yang pembahasannya masih pada kalangan elit politik pejabat tinggi negara tanpa mengikutsertakan masyarakat level grassroots. Oleh karenanya, CIS dapat dilihat sebagai kendaraan politis untuk meraih kepentingan nasional yang sangat berhaluan politik dengan embel-embel kerjasama integrasi semua sektor diantara negara-negara pecahan Uni Soviet. Perlu disadari bahwa tidak semua negara pecahan Uni Soviet bergabung dalam regionalisme ini. Seperti halnya Latvia, Lithuania yang dari awal pembentukan memang tidak bergabung dan Georgia yang memisahkan diri setelah sebelumnya sempat bergabung akbiat dari hubungan politik yang memanas dengan Rusia selain dengan pergantian rezim dikala pengunduran diri Georgia dari CIS.

Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa Rusia dibawah pimpinan Vladimir Putin sangat berambisi untuk mengamankan wilayah-wilayah yang dianggap sarat akan potensi minyak mentah di wilayah Kukasus Selatan tersebut. Rusia menyadari pentingnya wilayah tersebut untuk dikuasai dengan menambah intensitas daya pengaruh Rusia di wilayah tersebut.

Tujuan Rusia untuk mengontrol wilayah itu begitu kuat oleh karenanya Rusia mencoba menggunakan strategi seperti “memerintah” di wilayah tersebut, dengan kontrol langsung dari Rusia atas wilayah Kaukasus Selatan yang dianggap sebagai mitra. Selain itu Rusia juga mendukung rezim separatis, seperti munculnya negara kecil seperti Abkhazia, dan konflik Ossetia Selatan bertujuan untuk melemahkan secara langsung tiga negara yakni Georgia, Armenia, dan Azerbaijan.

(23)

kebijakan Rusia didasarkan pada prinsip yang telah menjadi kekuatan regional dan memiliki hegemoni atas wilayah tersebut untuk menjamin keinginan imperialistik ini, negara-negara Kaukasia harus menjadi anggota Commonwealth of Independent States, di bawah kuasa pemimpin Rusia. Hal inilah yang menjadi legitimasi atas masuknya pasukan bersenjata Rusia di daerah-daerah tertentu dengan misi yang berasal dari komando pusat, dalam hal ini tentunya pemimpin Rusia yang memiliki kewenangan yang luas.

Kebijakan luar negeri Putin terhadap CIS didorong atas dasar untuk membangun kembali “Rusia yang besar”. Rusia telah menyadari bahwa tidak mungkin untuk membangun kembali Uni Soviet tetapi berusaha untuk membangun kembali setidaknya daerah di mana Rusia memiliki kuasa atas suatu wilayah tertentu yang dahulu merupakan bagian dari Uni Soviet19.

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Federasi Rusia sebagai negara terbesar di dunia yang sekalugus merupakan pecahan dari Uni Soviet dalam melakuka kebijakan luar negerinya sangat berorientasi pada identitas awal mereka sebagai negara super power di masa Uni Soviet. Hal ini terbukti dari adanya jargon politis seperti Pan Slavinism dan melegitimasi atas keikutsertaan mereka di negara Balkan. Selain itu, Federasi Rusia memiliki tipikal model “illiberal democracy” dimana negara ini telah memiliki instrumen untuk demokrasi namun hal tersebut tertutupi oleh kekuasan Presiden yang memiliki kewenangan yang luas bahkan dapat mengintervensi tugas dari aparatur nagara tingkat manapun,

(24)

Kebijakan luar negeri Federasi Rusia tidak lepas juga dari figur seorang pemimpin. Dari masa ke masa, Pemimpin memiliki tampuk kekuasaan penuh untuk menentukan arah dari kebijakan luar negerinya baik dari era Tzar hingga Federasi Rusia saat ini. Beberapa contoh hubungan luar negeri Rusia seperti antara Rusia - Uni Eropa dan Rusia – Amerika Serikat dapat dilihat sebagai refleksi atas kebijakan luar negeri Rusia secara kumulatif. Begitupun politik luar negeri Rusia terkait power projection ke arah Kaukasus yang menjadi tujuan dari kepentingan nasional demi mengamankan akses terhadap sumber energi dengan mengandarai “kendaraan” politik bernama Commonwealth of Independent States atau CIS untuk memuluskan langkah Federasi Rusia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

 Patrick H. O’Neil, Karl Fields, dan Don Share, Comparative Politics 2nd Edition,

(New York and London: W. W. Norton & Company, 2006)

 Bobo Lo, “Russian Foreign Policy in The Post Soviet Era Reality,Illusion, and

Mythmaking”, (New York: Palgrave Macmilan, 2002)

 Inu Kencana, dan Andi Azikin, Perbandingan Pemerintahan, (Bandung: Refika

(25)

 Nichol, Jim. Russian Political, Economic, and Security Issues and U. S. Interests.

2013. Congressional Research Service.

 Salome Gogberashvili,”Why Does the Caucasus Matter For the EU and Russia”

(Master Thesis, Institute of European Studies at Tbilisi State University, Tbilisi, Juni

2010)

 Nuraeni S, Deasy Silvya, Arfin Sudirman, Regionalisme Dalam Studi Hubungan

Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Situs Internet:

Anonymous, “The State Duma of The Federal Assembly of The Russian Federation”.

www.politika.su/e/fs/gd.html. (diakses pada 31 Oktober 2013)

 Mikkel Evald, “The Russian Party System”, http://www.ut.ee/ABVKeskus/?

leht=prognoosid&aasta=2006&keel=en&dok=partys.Diakses pada 1 Desember 2013.

 Vidyaykin Andrey, “The Process of Russian Foreign Policy”.

http://www.bilgesam.org/en/index.php?

option=com_content&view=article&id=314:the-process-of-russian-foreign-policy-formation&catid=104:analizler-rusya&Itemid=133. Diakses pada 1 Desember 2013.

 Frederick Engels, “Foreign Policy of Russian Tsardom”,

www.marxist.org/archive/marx/works/1890/russian-tsardom. Diakses pada 30

November 2013

Anonymous, www.duma.gov.ru/about/history/information/. Diakses pada 30

(26)

Anonymous, “The Russia Quest for Warm Water Ports”,

www.globalsecurity.org/military/world/russia/warm-water-port.htm. Diakses pada 1

Desember 2013

 European Union External Action, “EU Relations with Russia”,

http://eeas.europa.eu/russia/. Diakses pada 1 Desember 2013.

 Ariel Cohen, “The New“Great Game”: Oil Politics in the Caucasus and Central Asia”,

www.heritage.org/research/report/1996/01/bg1065nbsp-the-new-great-game. Diakses

pada 2 Desember 2013

Anonymous, “About Commonwealth of Independent States”,

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan y ang ada maka perlu dipikirkan j alan keluar untuk meningkatkan tarap hidup mas y arakat dengan menggali potensi y ang dimiliki oleh mas y arakat desa

Maka dari itu, untuk memudahkan pengguna jasa ramalan akan di buat Aplikasi ramalan Bintang yang sifatnya interaktif yang dengan mudah pengguna dapat menyimpannya didalam

Para awak pesawat siap mengganti pesanan anda jika tidak sesuai dengan apa yang anda pesan. 4 Awak pesavvat siap mengganti pesananjika anda mencmukan ada kotoran di

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Likuiditas (Current Ratio) dan Aktivitas Perusahaan berpengaruh positif

Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu

Nataga at napatay ni Tata Selo ang Kabesa sa kadahilanang pinaalis ito Nataga at napatay ni Tata Selo ang Kabesa sa kadahilanang pinaalis ito sa kanyang lupang sinasakahan

Rumah tangga sasaran (target group) Program Jalin Kesra Bantuan RTSM adalah RTSM (tidak mencakup strata miskin dan hampir miskin), sebagaimana klasifikasi yang telah ditetapkan

hubungan yang baik dengan customer Sistem manajemen yang kokoh dan berkesinambungan Memiliki resource yang handal sebagai pendorong Leadership Mekanisme seleksi pimpinan yang