Kuasa dan Moral
Franz Magnis-Suseno
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 2001, 174 halaman
Pendahuluan: Masalah legitimasi Kekuasaan
Legitimasi kekuasaan yang paling kuno adalah legtiimasi religius, implikasi legitimasi religius adalah penguasa dalam menjalankan kekuasaannya berada diatas penilaian moral. Legitimasi religius didobrak, pendobrakan terjadi dalam tiga lingkungan masyarakat. Tiga lingkungan masyarakat itu adalah bangsa Israel, Masyarakat Yunani, dan masyarakat Roma.
Tiga sokoguru filsafah negara: Pertama, keyakinan yang pada hakikatnya bersifat religius. Kedua, negara dalam menjalankan tugasnya terikat oleh norma-norma etis, keadilan adalah dasar. Ketiga, kekuasaan negara harus berjalan melalui jalur-jalur suatu sistem hukum. Tiga tokoh filsafat politik yang membahas legitimasi kekuasaan:
1. Thomas Aquinas
Thomas membicarakan tiga macam hukum. Pertama, Lax Aeterna(“Hukum Abadi”) atau kebijaksanaan Ilahi. Kedua, Lex Naturali(“Hukum kodrat”) mendasarkan norma moral pada wewenang mutlak Sang Pencipta. Ketiga, Lex Humana (“Hukum buatan manusia”) hukum buatan manusia hanya berlaku apabila berdasarkan hukum kodrat: isinya sesuai dan memiliki wewenang berdasarkan hukum kodrat. Dalam buku kecil tentang “Pemerintahan Para Raja” dijelaskan perbedaan antara pemerintahan yang sah dan pemerintahan yang disebut despotik. Pemerintahan despotik adalah pemerintahan yang hanya berdasarkan kekuasaan saja; sedangkan pemerintahan sah harus sesuai dengan kodrat masyarakat sebagai masyarakat.
2. Niccolo Machiavelli
berdasarkan kebrutalan akan punah. Kedua, stabilitas kekuasaan tergantung dari apakah kekuasaan dipandang sebagai sah atau tidak oleh masyarakat.
3. Thomas Hobbes
Hobbes mengandaikan bahwa manusia adalah makhluk yang kelakuannya semata-mata ditentukan oleh nafsu dan emosinya. Hobbes melakukan peninjauan psikologis terhadap motivasi tindakan manusia. Hasilnya ialah naluri paling kuat dalam manusia adalah dorongan batin untuk mempertahankan nyawanya. Gagasan Negara Hobbes adalah, bahwa negara harus: (1) Kuat tanpa tanding (2) Menetapkan tatanan hukum. Dalam Negara Hobbes, hukum meraja dengan mutlak. Hobbes mengandaian manusia hanya ditentukan oleh emosi-emosinya, akal budi dan kemampuannya dianggap tidak tidak relevan. Dengan mendasarkan Negara pada rasa takut warga, Hobbit kehilangan apa yang dicarinya yaitu stabilitas.
Penutup
Pemikiran Hukum Kodrat Thomas Aquinas berkembang dengan paham Negara hukum konstitusional yang keberadabannya diukur kepada hak-hak asasi manusia. Dalam kesepakatan universal etika politik modern, kekuasaan politik memerlukan legitimasi demokrasi.
Martabat Manusia ciptaan Allah
A. Dasar Martabat manusia
Dari perspekti Allah ada tiga hal tentang manusia: (1) Manusia diciptakan Allah menurut citraNya. (2) Manusia telah berdosa. (3) Manusia diselamatkan oleh kerahiman Allah.
B. Beberapa Implikasi Normatif
1. Jika manusia merupakan ciptaan dan objek kasih sayang Allah, maka berlaku: mengormati manusia berarti menghormati kemahadaulatan Allah.
2. Jika manusia diciptakan Allah dan diselamatkan dari jurang dosa oleh kerahiman Allah, maka semua orang dihadapan Allah sama.
3. Karena manusia dihadapan Allah sama derajatya, maka tidak ada orang yang begitu saja berhak menguasai orang lain.
5. Allah menunjukan belas kasihanNya kepada manusia, maka manusia tidak boleh dibiarkan, apalagi membuatnya menderita.
C. Membangun Masyarakat yang Manusiawi
1. Pembangunan masyarakat yang dilandasi oleh sikap hormat terhadap manusia akan mempertahankan manusiawinya. Membangun suatu masyarakat yang manusia berarti menolak tiga kesesatan. Kesesatan itu adalah kolektivisme, totalitarisme, dan pendewaan negara.
2. Sikap hormat akan terwujud dalam suatu pembangunan, apabila kita mencegah orang dalam masyarakat direndahkan. Pembangunan itu dilakukan harus secara dialogis dan partisipatif, karena setiap orang itu mempunyai pendapan, harapan, dan hak-hak yang tak tergantikan. Usaha pembangunan hanya dapat mempertahankan martabat manusia selama dalam pengabilan keputusan dan produksi ditentutakan oleh yang bersangkutan bukan dari atasan.
3. Menghormati martabat manusia secara kongkret berarti menjamin segi-segi hak asasi manusia, kewajiban-kewajiban asasi manusia terhadap masyrakat harus diimbangi dengan jaminan hak-hak asasinya. Dasar hak asasi manusia mengungkapakan martabat manusia sebagai makhluk yang bernilai pada dirinya sendiri, dan segi-segi kehidupan manusia yang perlu dihormati. Manusia ciptaan Allah, maka hormat terhadap matabat manusia merupakan hormat terhadap Allah.
4. Membicarakan harkat martabat itu percuma apabila kita tidak mengoprasionalisasikan ke dalam struktur masyarakat. Jadi, menentukan kadar manusiawi masyarakat itu bukan dari ucapan atau pun tujuan melainkan bagaimana perlakuan masyarakat itu secara kongkret. Maka yang perlu diusahakan adalah: melangkah menciptakan norma-norma, peraturan-peraturan, kebiasaan-kebiasaan perilaku terhadap masyrakat yang sesuai dengan martabatnya.
D. Penutup
Martabat manusia bukan sesuatu yang teoritis malaikan kita yang menentukan, bagaimana kita memperlakukan manusia itu sesuai dengan martabatnya.
INDONESIA: Antara Pluralisme dan Primordialisme
samakin menyusut, tapi situasi sekarang cukup bahaya karena cendrung anomi, bisa-bisa terjadi perang antar mereka.
1. Sebab Lebih Mendalam Tendensi ke Arah Disintegrasi Bangsa
Masyarakat Indonesia berada dalam proses transformasi menyeluruh, trasformasi masyarakat tradisional menjadi pasca tradisional tidak menjamin meningkatkan integrasi. Kebanyakan acaman lebih dominan bagi masyarakat: kebudayaan ambruk dan disorientasi mendalam. Di Indonesia destabilisasi sosial menjadi gawat dalam kekuasaan orde baru, karena depolitisasi dan pembangunan tidak memenuhi syarat minimum keadilan dalam pandangan masyarakat. Pemerintahan otoriter, masyarakat dituntut mengobankan tanah, rumah dan pekerjaan untuk pemerintah.
2. Negara Kebangssan Modern
Negara kebangsaan merupakan gejala modern. Negara kebangsaan adalah produk barat, produk yang dasyat dan juga problematis. Paham bang dan kebangsan yang dikemukakan di barat mampu memobilisasi perlawanan terhadap penjajah, dengan mengandalkan hak penentuan diri setiap bangsa. Salah satu cara menyatukan bangsa dengan rasa nasionalisme, berwawasan kebangsaan dan bangga atas kebangsaan sendiri. Kebangsaan hidup dari penghayatan, bukan teori melainkan identitas kolektif. Perasaan kebangsaan adalah rasa persatuan, solideritas untuk menyatuakan saudara-saudara sebangsa. Kebangsaan tidak harus menghilangkan identitas primordial mereka yang beragam. Jadi kesatuan bangsa dari banyak komponen tidak mungkin tercapai dengan meniadakan kemajemukan.
3. Ekskursus Antropologis
Identitas seseorang terletak pada keunikan, tetapi meraka hanya bisa mendeskripsikan diri dari ciri-ciri. Padahal dalam menentukan identitas seseorang yang lebih penting adalah sosialitasnya, identitas seseorang sebagai personal yang unik menjadi nyata lewat tubuhnya dan ketertanamannya dalam lingkungan sosial. Hakikat primordial jika orang tetap berakar dalam semua lingkungan sosialnya, termasuk primordial, jika sesuai dengan bobot dan tanggung jawabnya masing-masing itu bukan primordialisme. Primordialisme itu termasuk patologi psikis dan sosial, termasuk gejala penyakit dalam kemampuan sosial. Orang promordialis terkena autisme sosial parsial.
Wawasan kebangsaan dan wawasan kemanusian universal jangan dipahami sebgai pengganti wawasan-wawasan primordial, dua wawasan itu merelatifkan bukan meniadakan primordial. Untuk mencapai wawasan baru manusia perlu belajar,daan sederet pengalaman dari pengalaman-pengalaman itu akan menyatukan dan menyadarkan bahwa identitas mereka akan utuh jika mereka memahami diri mereka sebagai bangsa. Pembentukan bangsa merupakan hasil pengalaman sejarah bersama.
5. Pluralisme Modern dan Tantangannya
Pluralisme tradisional ditangani atas dasar ketidaksamaan, dan wawasan kemanusiaan pra-modern itu membagi manusia “kami” dan “orang asing”. Dalam pluralisme modern dua unsur itu berubah, kelompok-kelompok yang berbeda menuntut kesamaan hak dan kewajiban sebagai manusia dan warga negara. Tuntutan kesamaan itulah yang menjadi pluralism, mereka menuntut hak-hak asasi mereka sebgai manusia dan warga negara, menuntut agar diberi hak dan kekuasaan yang dimiliki kelompok dominan.
6. Paradigma Kemanusiaan Baru dan Keadilan
Paradigma kemanusiaan, dimana manusia dihayati sebagai manusia sesuai dengan martabat dan hak-hak dasar. Internalisasi paradigm kemanusiaan universal akan gagal bila pembantukan masyarakat modern pluralistik dialami sebagai ketidakadilan.
7. Jalan Keluar
Demokrasi dan keadilan sosial adalah syarat agar persatuan bangsa yang plurlis dapat dipertahankan dan dapat dikembangkan ke arah kehidupan masyarakat yang terbuka, seimbang, dinamis dan positif.
Penutup
Pluralitas komponen primordial bangsan tidak mesti jadi penghalang persatuan, keanekaan budaya, agama, suku dan lain-lain adalah kekayaan yang merupakan dasar nyata kebangsaan.
PEMBANGUNAN DAN MANUSIA:
Tugas adalah mempertahankan keselarasan dalam bahasa Thomas Aquinas mengusahakan perdamaian dan keadialan. Akan tetapi perkembangan manusia membuat tanggung jawab negara meluas, yaitu mengembangkan dan membangun manusia. Pola pembangunan berdampak besar terhadap kebahagian masyarakat, dan harus diertanggungjawabkan. Dan dari itu pembangunan memunculkan masalah etis.
A. Pembangunan Sebagai Masalah etis
1. Pembangunan Menjadi Masalah
Pembangunan menjadi masalah muncul bersamaan dengan liberalisme, kapitalisme, dan indistrialisasi. Ekonomi dibebaskan dari belenggu-belenggu tatanan sosial feodalisme, mesin uap memungkinan produksi indusri besar-besaran, kapitalisme membuat pertumbuhan modal menjadi prinsip dasar.
Dalam ekonomi liberalisme buruh yang tidak memiliki produktif, tergantung kepada pemilik, dan itu tidak adil. Ketidak adilan itu memuncukan sosialisme untuk melawan. Konflik liberalisme dan sosialisme melahirkan negara sosial modern. Perkembangan peran negara di bidang ekonomi megahasilkan kesadaran yaitu prosen perekonomian tidak boleh diserahkan kepada kekuatan-kekuatan pasar saja.
2. Peranan Ideologi-ideologi
Masalah etis pembangunan dipertajam oleh kondisi kelangkaan. Untuk membenarkan pebangunan dibutuhkan legitimasi, legitimasi itu yang diusahakan dengan berbagai ideologi. Ciri khas pembangunan ideologis adalah pola pembangunan dituntukan atas dasar suatu teori umum, yang oleh pihak berkuasa digunakan untuk menentukan pembangunan mana yang paling benar. Contoh ideologi liberalisme yang membenarkan nilai-nilai kebebasan, sosialisme dengan kesamaan, dan komunis dengan kepentingan masa depan. Pendekatan ideologis, tuntutan agar pembangunan dijalankan pragmatis.
B. Tujuan Pembangunan
1. Manusia dan Pemikiran Manusia Tentang Manusia
2. Manusia-manusia Nyata
Jelas letak sumber segala penyelewengan adalah pemikiran manusia. Maka kita harus menentukan kebijakan yang diambil berdasarkan pemikiran kita bukan pemikiran-pemikiran manusia secara kongkret dalam masyarakat. Manusia nyata harus dapat mengemukakan apa yang dikehendaki.
3. Prasarana-prasarana Kesejahteraan Masyarakat
Tugas negara adalah mensejahterakan umum, kesejah teraan adalah sesuatu yang hanya dapat terwujud dalam perasaan masing-masing orang. Negara menciptakan prasarana-prasarana yang diperlukan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraannya, yang tidak dapat dihasilkan oleh masyarakat sendiri. Negaralah yang menciptakan struktur-struktur ekonomis.
C. Prinsip-prinsip Etis Bagi Suatu Pembangunan
Sudah ditentukan manusia harus menjadi tujuan pembangunan. Tiga prinsip oprasionalisasi tujuan yang merupakan syarat mutlak agar pembangunan terarah pada manusia:
1. Pembangunan harus menghormati hak-hak asasi manusia.
2. Pembangunan harus demokrasi, arah ditentukan oleh seluruh masyarakat.
3. Prioritas pertama pembangunan harusnya menciptakan taraf minimum keadilan sosial.
MASALAH KEADIALAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
A. Pengantar
Masalah keadilan sosial muncul pertama kali sebagai masalah kaum buruh industry di Barat, dan ditanggapi oleh Karl Marx.Pada tahun 60-an, keadilan sosial tidak dilihat sebagai masalah kaum buruh industry saja, melaikan masalah global yang terjadi di negara-negara berkembang.
B. Apa Itu Keadilan Sosial?
tergantung dari struktur-struktur kekuasaan dalam masyarakat. Dan masalah keadilan sosial ialah bagaimana mengubah struktur-struktur kekuasaan yang seakan-akan sudah memastikan keadilan.
C. Keadilan Sosial di Zaman Feodalisme
Di zaman Feodal tidak muncul masalah keadilan sosial. Feodalisme adalah zaman dimana ketidaksamaan, hak para raja dan bangsawan mendapatkan pelayanan dari masyarakat itu dianggap wajar. Hanya keadilan individual yang muncul: maka raja dan bangsawan harus tahu diri. Pandangan feodal dilatarbelakangi keyakinan bahwa susunan sosial masyarakat itu bisa diterima.
D. Industrialisasi dan Kapitalisme
Hubungan antar golongan bisa ditentukan oleh cara mereka menjalankan produksi, dan susunan dalam masyrakat bisa diubah dengan cara revolusi industri. Setelah revolusi industri, produksi ditentukan oleh hukum untung rugi, dan kepentingan pemilik modal. Cara produksi kapitalis memberi efek muncul kelas buruh industri. Masalah sosial yang dialami para buruh industri di Eropa adalah mereka harus bekerja keras dengan upah yang minim. Berhadapan dengan situasi buruh di zaman kapilalisme muncul kesadaran upah rendah melanggar keadilan. Maka. timbul kesadaran bahwa kemiskinan terjadi karena adanya ketidakadilan dan semakin disadari prnderitaan buruk akibat struktur cara pruduksi kapitalis.
E. Keadilan Sosial Sebagai Masalah Internasional
1. Perspektif Negara-negara Industri
Dengan susah payah kesadaran bahwa masalah “perkembangan” tidak selurahnya lepas dari masalah keadilan yaitu bahwa negara-negara industri yang menjadi sumber pemasukan modal ke negara-negara berkembang justru melalui modal semakin menguasai arah perekonomian negara-negara dunia ketiga sehinggan negara industri selalu beruntung.
2. Perspektif Negara-negara berkembang
negeri, baik swasta ataupun negara. Modal itu membangun ketergantungan, sering dijuluki sebagai kolonialisme ekonomis atau neokolonialisme.
3. Segi Keadilan
Masalah keadilan terletak dalam ketimpangan prasyarat-prasyarat hidup yang tidak jarang merupakan akibat dari konstelasi. Perkembangan ekonomi sering kali menciptakan kemiskinan baru dan memperdalam kemiskinan sudah ada. Perkembangan tertentu memperkuat kemiskinan struktural. Perlu kita catat kenaikan produksi belum tentu menguntungkan rakyat miskin.
F. Ke Arah Pembongkaran Ketidakadilan Sosial
Pembangunan yang semata-mata untuk kepentingan pribadi menciptakan struktur-struktur yang tidak adil. Pasal 33 UUD 1945mrmuat dua ketentuan yang penting: suatu pembatasan hak milik pribadi mutlak terhadap alat-alat produksi, dan suatu penetapan tujuan dan tanggung jawab usaha ekonomi dalam pembnagunan ekonomi dijamin oleh negara. Jadi, pembangunan ekonomi harus demi kesejahteraan umum.
Maka timbul pertanyaan bagaimana struktur-struktur yang lebih adil bisa diciptakan?
1. Tingkat Minimum Keadilan Sosial
Rumuskan apa yang menjadi tujuan suatu usaha untuk menciptakan keadilan sosial. Keadilan sekurang-kurangnya menuntut agar diubahnya struktur-struktur yang memaksa orang tetap miskin, dan menjadi korban penindasan.
2. Pengndaian- pengandaian
Pertama, perlu diadakan penilaian kembali terhadap fungsi pertumbuhan ekonomi. Perlu diusahakan suatu pertumbuhan ekonomi di mana pembagian hasilnya lebih adil buakn yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Kedua, pikirkan kembaali apa yang harusnya menjadi tujuan pembangunan yang mau menciptakan prasara-prasarana bagi perkembangan anggota-anggota masyarakat sebagai manusia-manusia utuh “bercorak kepribadian Indonesia sendiri”. Ketiga, susun struktur-struktur politik, sosial, ekonomi, dan budaya sehingga menjamin kelestarian kekuasaan dan pemenuhan kepentingan golongan atas. Itu akan menjamin jalur-jalur penghisapan tenaga kerja golongan bawah.
G. Penutup
PRAGMATISME SEBAGAI IDEOLOGI PEMBANGUNAN
A. Manusia Pragmatis
Manusia Pragmatis adalah manusia yang sanggup untuk bertindak, yang tidak terjerumus dalam pertegkaran ideologis yang mandul, dan secara nyata berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Manusia pragmatis adalah manusia yang masih cukup manusiawi untuk tidak melupakan kebutuhan nyata orang-orang demi teori-teorinya.jadi, untuk mewujudkan kemakmura msyarakat berdasarkan pancasila, kita membutuhkan orang-orang pragmatis.
B. Pragmatisme
Pragmatisme bersifat dua, ia merupakan kritik terhadap pendekatan ideologi, dan prinsip pamecahan masalah.
C. Jembatan dan Colt
Pembangunan jembatan di sebuah desa yang terpencil agar hasil-hasil panen bisa di angkut oleh colt langsung ke kota itu merupakan tindakan pragmatis. Tetapi, dibalik itu para pemuda desa yang biasanya mendapat upah dari pengangukutan hasil panen kini kehilangan pekerjaan setelah adanya jembatan. Isolasi desa itu ternyata tida netral, ada kaum penuda yang kehilangan pekerjaaannya dan para pemilik colt makin banyak penghasilannya. Itu menjadi tidak adil. Pragmatisme mengutamakan tindakan nyata dari pada omong kosong, tidak ada maslah. Sedangkan, pragmatisme positivistik melarang diskusi tentang suatu tindakan, karena pragmatisme positivistik menganggap pertengkaran tentang nilai dan norma sebagai omong kosong. Dengan kata lain Pragmatisme adalah sebuah ideology terselubung, kaum teknorat dan para penguasa.
D. Pembangunan yang Ideologis
Suatu pembangunan ideologis berlawanan dengan martabat manusia karena mengorbankan kebahagiaan dan kebebasaannya demi suatu ide.
E. Nilai-nilai Dasar
Pendekatan ideologis dianggap tidak memadai menghadapi pragmatism, selanjutanya pendekatan pola pembangunan masyarakat yang dipertanggungjawabkan terhadap system nilai dan cita-cita yang dikemukakan secara eksplisit dan implisit termuat pembenaran arah pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Pragmatisme terselubung karena pragmatism tertutup hiasan nilai-nilai. Untuk mencegah pragmatism terselubung perlu dirumuskan prinsip-prinsip pengoprasionalisasian.
G. Pragmatisme dan Pancasila
Pembangunan yang pragmatisme-positivistik tidak sesuai dengan tuntutan pancasila. Pancasila adalah sistem nilai-nilai dasar dan kepribadian bangsa Indonesia. Pembangunan di Indonesia tidak boleh berdasarkan ideologi melainkan harus sesuai dengan pancasila.
KEDAULATAN RAKYAT DAN KEADILAN SOSIAL PEMBANGUNAN
EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ETIS
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan menyeluruh.
A. Pembangunan dan Undang-undang Dasar 1945
Pikiran-pikiran pokok dalam undang-undang Dasar 1945 terdapat dua tuntutan utama: “kedaulatan rakyat” dan “keadilan sosial”. Keadilan sosial, dan keadaulatan rakyat. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN) 1978 ditemukan istilah” manusia Indonesia seutuhnya”. Istilah itu menggarisbawahi bahwa pembangunan yang bertitik berat pada ekonomi dan karena itu langsung bersifat fisik, ditujukan pada manusia seutuhnya.
B. Menjamin Manusia dalam Keutuhannya 1. Tentang Keadilan Sosial
Menurut Undang-undang Dasar 1945 menciptakan keadilan sosial merupakan tujuan penting perekonomian Indonesia. Maka prasyaratan utama pembangunan mau menunjang keutuhan manusia adalah agar struktur-struktur yang menghasilkan ketidakadilan dibongkar. Ketidakadilan yang paling kasar adalah kemiskinan dan ketergantungan struktural. Masih banyak masyrakat yang menderita kemiskinan itu bukan masalah sosial melainkan suatu ketidakadilan sosial.
2. Tentang Kedaulatan rakyat
3. Sekitar hak-hak Asasi Manusia
Perumusan daftar hak-hak asasi manusia yang diberi hukum, bertujuan melindungi individu terhadap kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang semakin merajalela. Hak-hak asasi manusia menjadi sarana untuk menjamin agar martabat tetap terjamin dalam lingkungan masyarakat.
Agama dan Perubahan Sosial
A. Fakta Perubahan Sosial
Hubungan perubahan sosial dengan agama, perubahan sosial merupakan suatu fakta yang sedang berlangsung yang diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di luar kontrol kita. Perubahan sosial bukan untuk dihentikan tapi bagai mana kita sebagai orang yang beragama mengambil peranan dalam perubahan sosial itu.
B. Segi-segi dalam Perubahan Sosial
Segi-segi dalam perubahan sosial antara lain: kelompok-kelompok dan lingkungan hidup tradisional semakin pecah dan berakibat masing-masing orang harus menghadapi tantangan-tantangan kehidupan secara individual. Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan masyarakat tertutup menjadi masyarakat terbuka.
C. Penyebab Perubahan Sosial
Faktor penyebab perubahan sosial: pertambahan penduduk, pengaruh teknologi modern, dan kekuatan-kekuatan ekonomi internasional, seperti lalu lintas komunikasi internasional.
D. Sikap Positif Terhadap Perubahan
Sikap tepat agama terhadap perubahan-perubahan sosial bukanlah mengembalikan ke tempo dulu, melaikan agma dan nilai-nilai sejati mempertahankan diri menghadapi perubahan sosial dengan positif. Agamalah yang mesti mempelopori masyarakat terbuka.
E. Pembaharuan Diri
Agama harus memperbaharui diri agar bisa meneria tantangan-tantangan baru di zaman yang modern .
F. Pengaruh Agama dalam Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah hasil dari proses-proses yang amat kompleks, di mana semua faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor ekonomi dan sosial mempengaruhi system-sitem nilai dan keyakinan-keyakinan agama, sebaliknya agama dan sistem nilai budaya pun mempegaruhi faktor ekonomi dan sosial.
Bila agama telah melembaga dan berkeduduka kuat, agama bisa menentang segala perububahan. Agama juga bisa menjadi pendukung dari the ruling classes, dari estabilishment politisi dan ekonomis. Kepentingan agama identik denagan kepentingan penguasa karena agama bisa menenangkan masyarakat.
H. Agama da Arah Perubahan Sosial
Agama tidak bisa menghentikan perubahan dan mengembalikannya ke keadaan semula, tetapi agama dapat mempengaruhi perubahan sosial memperkuat struktur-struktur damengarah kepeniadaan struktur-struktur yang tidak adil.
I. Empat Gejala Negatif dalam Perubahan Sosial Dewasa Ini
a. Pembongkaran dari lingkungan sosial asli dan individualisasi proses kerja. b. Pola pembangunan telah menghasilkan keadaan yang semakin tidak merata.
c. Akibat dari individualisasi dan kemiskinan, masyarakat terpecah belah dalam lingkungan primordial.
d. Suatu pembongkaran nilai-nilai asli masyrakat Indonesia.
J. Penutup
Perubahan sosial tidak bisa dicegah, pintu kembali sudah tertutup. Agama haru mencari struktur-struktur yang mencegah gejala negatif dari perubahan sosial, menyadarkan masyarakat akan dehumanisasi, dan menginisiasikan kekuatan-kekuatan sosial yang dapat merintis suatu perubahan dalam perubahan sosial.
KEBUDAYAAN, AGAMA, DAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional akan bahaya jika tidak tercapainya integritas antara kebudayaaan dan agama. Karena kebudayaan dan agama, berdiri terpisah maka tentu akan ada ketegangan dan ketidakserasian itu akan melumpuhkan masyarakat.
A. Ketahanan Nasional
1. Apa itu Ketahanan Nasional
Dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978) ketahanan nasional didefinisikan sebagi” kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara”. Jadi, Ketahanan nasional adalah ketangguhan bangsa dalam mempertahankan diri, dalam melangsungkan hidupnya menurut cita-cita dan citranya sendiri.
Mempertahan kebangsaan dan negara itu penting karena apabila negaranya rapuh, bangsa itu tidak dapat mewujudkan hidupnya menurut cita-cita dan nilai-nilainya sendiri.
3. Ketahanan Nasional Indonesia
Daya tahan harus ditingkatkan agar tidak merosot. Khususnya di Indonesia ketahanan nasional tidak dapat dipisahkan dari sila ketiga Pancasila. Persatuan Indonesia itu perlu ruang dan wahana pelaksanaan kebangsaan Indonesia menurut cita-cita Pancasila. Dua unsur pentinga memberi ciri khas pada ketahanan nasional Indonesia: Indonesia lahir dari perjuangan untuk kemerdekaan, dan kita harus selalau menggunakan perspektif atau wawasan nusantara.
B. Kebudayaan dan Agama
Masalah agama dan kebudayaan itu merupakan sebagian dari masalah kebudayaan yang integral. Maka sebaiknya kita lihat masalah integrasi kebudayaan.
1. Integrasi Kebudayaan
Suatu kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang bersifat spontan dan bukan sesuatu yang dapat direncanakan. Yang menjadi masalah kebudayaan Indonesia tidak lagi bersifat homogen dan polos. Sekarang setiap kebudayaan terdiri atas sub-subkultur yang sering tidak terintegrasi satu sama lain. Integritas budaya penting dalam kesatuan kebudayaan nasional, itu akan menciptakan satu masyarakat yang kaya kebudayaan dan juga kuat.
2. Kebudayaan dan Agama
Jika kebudayaan kita pandang sebagai cara hidup menyeluruh, maka agama termasuk unsur kebudayaan. Namun agama mempunyai keistimewan: kalau kebudayaan dihayati begitu saja, maka agama memuat norma-norma yang disadari mutlak.
C. Ketahanan Nasional, Kebudayaan, dan Agama
1. Integrasi Itu Perlu
Ketahanan nasional akan kuat bila antara kebudayaan dan agama terdapat integritas.
2. Bukan Monolitisme
Monolisme menghilangkan segala yang khas bagi Indonesia dan mengandaikan suatu negara yang totaliter. Persatuan Indonesia harus tetap atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
3. Mengusahakan Integritas
4. Tahu Diri
Menyadari keterbatasan sendiri, memahami bahwa kita tidak perlu mencampuri urusan orang lain.
5. Pancasila
Keterbukaan terhadap kebudayaan dan tentang sikap tahu diri merupakan kepribadian bangsa Indonesia, masalah integrasi antar kebudayaan dan agama kita bisa tangani asal setia pada Pancasila.