PEMERIKSAAN FESES
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme parasit yang hidup di dalam tubuh atau pada permukaan tubuh organisme lain yang menjadi tempat mendapatkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Parasit adalah organisme yang termasuk kelompok hewan yang membutuhkan mahluk hidup lain sebagai sumber makanan sehingga dapat merugikan kehidupan bahkan dapat menimbulkan kematian induk semang (hospes) tempatnya menumpang hidup.
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat
1. Aulia F Ramadhita J3P1160 1
2. Resya Zakiyyah J3P216055 2
3. Faris Nurrohman J3P1160 3
4. Faris Mufti H J3P1160 4
ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada, Pribadi dan Herry, 2000).
TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing pada feses kelinci.
METODE
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas, objek glass, cover glass, baki, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, saringan teh, sendok, spatula, timbangan digital, mikroskop, dan gelas beker. Sedangkan bahan yang digunakan adalah feses kelnci, air biasa, gula, dan garam.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/tgl. : Sabtu 17 Februari 2018 Tempat: Gg Klinik
Waktu : 07.00 – 11.00 WIB
3. Cara Kerja
1. Metode apung tanpa disentrifugasi
2. Metode natif atau langsung
Disiapkan alat dan bahan Diteteskan 1 tetes konsentrat tinja pada kaca benda bersih dan kering, Ditambah 1 tetes larutan eosin 2%, homogenkan Ditutup dengan kaca penutup Diamati pada perbesaran lensa objektif 10 x.
3. Metode filtrasi bertingkat
Tinja sebanyak 3 gram ditambahkan ke dalam 50 ml air dan diaduk sampai homogen. Setelah itu, larutan sampel disaring 2-3 kali. Sampel hasil saringan difiltrasi dengan saringan bertingkat, berturut-turut 400 μm, 100μm dan 45 μm. Sedimen dari saringan pertama disemprot dengan sprayer sehingga terkumpul pada saringan ketiga. Sedimen pada saringan ketiga dimasukkan ke dalam cawan petri hitung dengan cara menyemprotkan sprayer ke arah cawan petri hitung dengan posisi mulut saringan ke arah cawan. Selanjutnya sedimen dicampur air secukupnya, lalu diamati dengan mikroskop pada perbesaran 40×.
HASIL
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, digunakan metode natif, metode apung (tanpa disentrifugasi) dan metode filtrasi bertingkat. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yang digunakan dalam praktikum, yaitu:
1. Pada pemeriksaan identifikasi telur cacing metode natif atau langsung digunakan untuk pemeriksaan secra cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit. Cara pemeriksaan ini menggunakan larutan eosin 2 %. Penggunaan eosin 2 % bertujuan untuk membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode ini :
Kekurangan :
1) Dilakukan hanya untuk infeksi berat
2) Infeksi ringan sulit dilakukan
Kelebihan :
1) Mudah dan cepat untuk pemeriksaan telur cacing semua spesies
3) Peralatan yang digunakan sedikit
2. Metode Apung tanpa Sentrifugasi
a. Kelebihan
1) Dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat.
2) Telur dapat terlihat jelas.
b. Kekurangan
1) Menggunakan banyak feses.
2) Membutuhkan waktu yang lama.
3) Membutuhkan ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil preparat ulas vagina Pewarnaan preparat ulas
vagina
Pewarnaan preparat ulas vagina
Fiksasi preparat ulas
vagina Pembuatan ulas vaginamarmut
Pengukuran gigi marmut Pengukuran denyut