• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN CALO TERHADAP KUNJUNGAN WISAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBERADAAN CALO TERHADAP KUNJUNGAN WISAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN CALO TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE DAERAH

POTENSI PARIWISATA KAWAH DARAJAT KABUPATEN GARUT

1Sinta Indriani; 2Dr.Siti Nurbayani K, M.Si; 3Mirna Nur Alia A, S.Sos, M.Si

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia 2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

3Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPSUniversitas Pendidikan Indonesia

e-mail: sindriani95@gmail.com

Abstract: The research of the existence of pander in the Darajat Crater attracts tourists to visit the location. But the location has not been established as a place of tourism. The goal of pennelitian is to know how the existence of pander against visits the crater as well as solutions for Darajat these problems and the development of local community-based tourism. This research was conducted a mixed method and strategy of triangulation of quantitative data collection triangulated kongkuren and qualitative can be performed together. The results of this research the presence of touts the effect on a visit to the crater Darajat because in the absence of them, visitors cannot visit the Darajat Crater. However, the location and the work of brokers is illegal, so the solution in response to these problems the Government should direct the touts to have legal jobs such as changing touts Darajat Crater into a tour guide, through training that provides a license for the sake of legality. So it created a social order and so society is becoming a nation of Indonesia adhering and enforcing the law

Key Word: Pander, Tourism, and Social Order

Abstrak: Penelitian ini mengenai keberadaan calo di Kawah Darajat yang menarik wisatawan untuk mengunjungi lokasi tersebut. Padahal lokasi tersebut belum diresmikan sebagai tempat Pariwisata. Tujuan dari pennelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keberadaan calo terhadap kunjungan Kawah Darajat serta solusi untuk permasalahan tersebut dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan metode campuran dan strategi triangulasi kongkuren yaitu pengumpulan data kuantitatif dan kualitatifnya bisa dilakukan dengan bersama-sama. Hasil dari penelitian ini keberadaan calo tersebut berpengaruh terhadap kunjungan ke Kawah Darajat karena tanpa adanya mereka, para pengunjung tidak dapat mengunjungi Kawah Darajat. Akan tetapi lokasi tersebut dan pekerjaan calo merupakan ilegal, sehingga solusi dalam menanggapi permasalahan tersebut pemerintah harus mengarahkan calo agar memiliki pekerjaan yang legal seperti mengubah calo Kawah Darajat menjadi Pramuwisata, melalui pelatihan yang memberikan lisensi demi legalitas. Sehingga tercipta keteraturan sosial dan dengan begitu masyarakat menjadi bangsa Indonesia yang mentaati peraturan serta menegakkan hukum yang berlaku.

Kata Kunci: Calo, Pariwisata, dan Keteraturan Sosial

PENDHULUAN

Ada banyak jenis objek wisata yang dimiliki oleh Indonesia, karena kekayaan alamnya yang beragam. Sehingga berbagai macam jenis objek wisata bisa dikelompokkan berdasarkan alasan motivasi serta tujuan wisatawan. Objek dan daya tarik wisata ada beberapa macam, yaitu objek wisata alam, objek wisata sosial budaya dan objek wisata minat khusus. Dalam objek wisata alam misalnya, Indonesia ini memiliki alam yang sangat indah dan eksotis,. Negara Indonesia yang dikelilingi oleh pegunungan dan lautan, misalnya di pulau jawa khususnya jawa barat, ada suatu daerah kabupaten yaitu Garut. Kabupaten Garut yang dikelilingi gunung-gunung ini setiap gunung-gunungnya memiliki keistimewaan masing-masing. Misalnya gunung

(2)

bersebelahan dengan gunung Papandayan, apabila pendaki menjelajah gunung Papandayan mereka bisa pula sampai ke gunung Darajat. Gunung ini tepatnya berlokasi di Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi. Gunung Darajat memiliki sumberdaya alam panas bumi yang dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Selain Gunung Darajat yang memiliki sumber daya alam panas bumi di kabupaten Garut, ada pula di daerah Kamojang yang sudah menjdi Taman Wisata Alam resmi yang dikenal dengan Kawah Kamojang, salah satu objek wisata yang menjadi cirri khas kabupaten Garut. Akan tetapi Gunung Darajat pun memiliki beberapa kawah yang tidak kalah indahnya dengan Kawah Kamojang, Keadaan alamnya yang unik, misalnya cuaca disana yang sering mendung yang disebabkan dari panas bumi yang menguap juga kondisi tanahnya yang mengeluarkan asap dan air belerang. Selain itu, pemandangan menuju kawasan Kawah Darajat masyarakat sekitar ingin memperkenalkan keindahan alam yang berada di Desa Karyamekar kepada para wisatawan yang mulai berdatangan sejak adanya objek wisata kolam berendam dan berenang pada tahun 2010. Masyarakat setempat memanfatkan keberadaan Kawah Darajat sebagai daya tarik objek wisata, maka dari itu masyarakat mulai mengajukan kekayaan alam yang berada di wilayah sekitar mereka, jangan hanya dimanfaatkan oleh perusahaan swasta saja. Tetapi untuk mewujudkan keinginan masyarakat tersebut tidaklah mudah, karena kawasan tersebut dikontrak oleh perusahaan swasta karena mereka memanfaatkan sumber daya alam dari kawasan tersebut untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Walaupun desa Karyamekar bisa meningkatkan sosial ekonominya melalui pengembangan potensi pariwisata di daerah terseut, tetapi masih banyak pertimbangan dari pemerintah bersangkutan. Mulanya pihak pengelola memberikan izin diperbolehkannya pengunjung memasuki Kawah Darajat saat hari libur nasional. Tetapi pada akhirnya, aktivitas calo terus berlanjut di Kawah Darajat hingga

saat ini, dengan menawarkan jasa antar dan menjelajahi Kawah Darajat. Di Indonesia, menurut Noris (2014, hlm.1) “pekerjaan sebagai calo seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang illegal dan negatif.Calo bekerja sebagai pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi seseorang secara tidak resmi”. Didukung oleh pernyataan Umar (2012) “pada awalnya motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena merasakan perlunya untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga motivasi masyarakat sekitar Kawah Darajat menjadi calo pun salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tempat tersebut dianggap sebagai kesempatan mendapatkan lapangan kerja, serta adanya rasa memiliki sebagai orang yang berada di daerah tersebut. Dalam hal ini memang kegiatannya akan membantu meningkatkan sosial ekonomi beberapa orang masyarakat yang menjadi calo, akan tetapi tanpa adanya pengelolaan dan izin resmi dari pihak berwenang derah yang berpotensi ini kurang mensejahterakan masyarakat sekitar. Disini lah pentingnya memberdayakan sumber daya manusia dalam pengembangan pariwisata. Dalam dunia pariwisata atau kawasan wisata, yang dibutuhkan adalah adanya Pramuwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Udoyono (2011, hlm.48) “Pramuwisata atau juga bisa disebut pemandu wisata (guide) sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam bisnis pariwisata”.

METODE

(3)

calo di Kawah Darajat, lalu yang kedua adalah gambaran kunjungan ke Kawah Darajat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Melalui metode deskriptif ini, peneliti diharapkan mampu mengidentifikasi, menganalisis bagaimana pengaruh keberadaan calo terhadap kunjungan Kawah Darajat. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis menggunakan teknik skala persentase, skala deskriftif, reduksi data (reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing verification). masyarakat di sekitarnya. Masyarakat menginginkan orang-orang mengetahui keindahan alam yang berada di desa Karyamekar, selain keindahan alamnya yang unik tempat ini merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, terdapat beberapa kawah yang merupakan letusan dari tanah yang awalnya mengeluarkan asap kemudian karena keluar air belerang dari dalamnya membuat tanah tersebut berair dan melebar sehingga tampak seperti danau kecil berair biru muda. Akan tetapi keinginan masyarakat untuk memanfaatkan kawasan tersebut sebagai Taman Wisata Alam mendapatkan pro kontra dari berbagai pihak karena memerlukan beberapa pertimbangan dikarenakan lokasi tersebut merupakan Objek Vital Nasional dan merupakan lokasi yang sudah disewa oleh perusahaan swasta dan sering dilakukan pengeboran dari pihak perusahaan swasta tersebut. Masyarakat yang membutuhkan lapangan pekerjaan terdesak oleh kebutuhan ekonomi sehingga memilih menjadi calo untuk menuju Kawah Darajat secara illegal. Untuk memasuki kawasan Kawah Darajat memerlukan perizinan melalui badan pemerintah terkait dan hanya diizinkan untuk orang-orang yang Pacific Indonesia juga PT.Indonesia Power. Kawasan tersebut memiliki potensi yang bagus, apalagi dimulai pada tahun 2010, di daerah tersebut mulai dibuat kolam berendam air belerang oleh masyarakat sekitar yang memiliki lahan disekitar kawasan perusahaan. Pada awalnya kolam berendam tersebut dibuat untuk para pegawai perusahaan ber-relaxasi, akan

(4)

merencanakan pengembangan pariwisata di desa tersebut, karena wilayah tersebut berpotensi dijadikan tempat pariwisata bahkan sebagian wilayah di desa Karyamekar sudah banyak dibangun fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan pariwisata.

Bagi masyarakat desa Karyamekar tempat tersebut perlu diperkenalkan kepada orang-orang bahwa daerah tersebut begitu indah dan merupakan kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Bagi masyarakat sekitar dengan menjadikannya Kawah Darajat sebagai objek wisata, selain membuka lapangan pekerjaan baru, hal tersebut merupakan cara menikmati kekayaan alam yang berada di wilayah sekitar mereka, jangan hanya dimanfaatkan oleh perusahaan swasta saja yang bahkan tidak ada karyawan ataupun pegawai keamanan yang berasal dri masyarakat sekitar. Hal ini pun disebabkan karena kurangnya tingkat pendidikan masyarakat setempat, sedangkan untuk bekerja di perusahaan tersebut membutuhkan keahlian serta pendidikan yang Dari data di atas dapat terlihat, dari 63 orang calo, kebanyakan yang menjadi calo adalah lulusan dari SMA, karena tidak mampu melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi hal ini yang menyebabkan terjadinya pengangguran di daerah tersebut sehingga mendorong orang-orang yang belum memiliki pekerjaan membuka lapangan pekerjaan dengan menjadi calo. Di Indonesia, menurut Noris (2014, hlm.1) pekerjaan sebagai calo seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang illegal dan negatif. Calo bekerja sebagai pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi seseorang secara tidak resmi. Calo di Kawah Darajat pun mereka menjual jasa antar menuju Kawah Darajat dengan cara yang tidak resmi karena tidak melalui perizinan. Selain itu mereka memungut biaya yang berlipat ganda apabila dibandingkan dengan tiket masuk ke Taman Wisata Alam lain seperti Kawah Kamojang. Orang-orang yang menjadi calo tidak ingin dirinya disebut calo, tetapi mereka menyebut pekerjaan mereka seperti tour guide yang merupakan warga asli penduduk sekitar

kawasan Kawah Darajat yang ingin memperkenalkan Kawah Darajat kepada pengunjung.

(5)

kecil-kecilan. Sedangkan usaha yang dilakukan guide mereka walaupun memang bekerja untuk uang tapi mereka pun memikirkan usahanya tersebut harus bisa bertahan lama dan menjaga kualitas pelayanannya. Sehingga tujuan dari memperkenalkan keistimewaan dari tempat pariwisata tersebut juga mempertahankan citra dari masyarakat setempat.

SIMPULAN DAN SARAN

Konsekuensi yang muncul jika masalah calo ini terus dibiarkan adalah, kelompok calo yang semakin marak akan merasa semakin bebas dan melanggar tata aturan sehingga mereka akan menggangu kepentingan perusahaan swasta apalagi perusahaan swasta tersebut sering membutuhkan perizinan untuk memasuki kawasan Kawah Darajat agar bisa menjadikan kawasan tersebut sebagai lapangan pekerjaan baru sebagai alternatif selain dari objek wisata berendam. Sedangkan masyarakat lainnya membutuhkan lahan di sekitar kawasan tersebut yang juga dekat dengan objek kolam renang/kolam berendam air belerang untuk berwirausaaha, berjualan kebutuhan bagi para pengunjung objek wisata. Kustiwan (1997, hlm.8) mengemukakan bahwa “diluar faktor-faktor yang bersifat alamiah sesungguhnya ada faktor kebijaksanaan pemerintah yang berpengaruh besar”. Maka dari itu, pemerintah perlu membuat kebijakan, memberikan pengarahan juga pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang membuat masyarakat bisa

mengembangkan serta meningkatkan

kesejahteraan sosial ekonominya dengan memanfaatkan desa yang memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata tersebut. Seperti menurut Martina (2014, hlm.31) yang menjelaskan bahwa “pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan”. Sehingga masyarakat yang menjadi calo tersebut bisa berubah menjadi tour guide/pramuwisata yang berasal dari daerah tersebut sebagai penduduk asli yang mengetahui betul keadaan wilayah tersebut. Agar masyarakat yang bekerja disana memiliki legalitas serta aturan yang memenuhi kriteria juga memberikan pelayanan yang baik serta memuaskan. Karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan pengembangan pariwisata. Seperti yang diungkapkan oleh Nandi (2008)

bahwa “pengelolaan dan pembiayaan kawasan wisata harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dengan melibatkan peran lembaga-lembaga pemerintah, stakeholder yang terkait serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kebijakan dan program yang akan diambil”. Misalnya dengan mengubah calo Kawah Darajat menjadi Pramuwisata.

Seperti yang diungkapkan oleh Udoyono (dalam Fajar, 2011. Hlm 341) “Pramuwisata atau juga bisa disebut pemandu wisata (guide) sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam bisnis pariwisata”. Apabila pemerintah ingin mengembangkan lokasi tersebut menjadi Taman Wisata Alam dan mengubah masyarakat yang menjadi calo lebih teratur, maka dibutuhkan pelatihan untuk menjadi pramuwisata, agar pariwisata terebut memiliki legalitas dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 52/Tahun 2012 tentang Standarisasi Kompetensi dan Standarisasi Profesi, Kartu Tanda Pengenal Lisensi Pramuwisata adalah tanda ijin operasional yang dikeluarkan oleh pemerintah setelah mengikuti pelatihan pramuwisata. Pelatihan tersebut mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pramuwisata yaitu serangkaian pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap profesi pramuwisata. Sehingga apabila pengembangan pariwisata dilakukan sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku, akan terciptalah keteraturans sosial di masyarakat. Selain itu, masyarakat yang diberikan pelatihan mampu bersaing dan meningkatkan sosial ekonomi daerah setempat. Walaupun tidak mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, tetapi keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang didapatkan selama pelatihan bisa menjadi modal untuk menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Fajar P Anggia. 2011. Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2008 Tentang Pramuwisata Di Kabupaten Badung. Universitas Udayana Tersedia:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/art icle/view/17538/11482 (diunduh pada 26 Mei 2016 pukul 09.47)

(6)

http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp- content/uploads/2014/02/VOL-8-NO-1-4.pdf (diunduh pada 13 Mei 2016 pukul 18.02)

Martina Sopa, Syarifuddin Didin. 2014. Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Terhadap Motivasi Dampaknya Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Di Lokawisata Baturraden. Bandung. Bina Sarana

Informatika Tersedia:

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.p hp/jp/article/viewFile/186/161

(diunduh pada 13 Mei 2016 pada pukul 19.50)

Nandi.2008. Pariwisata Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia

:http://ejournal.upi.edu/index.php/ge a/article/view/1689 (diunduh pada 13 Mei 2016 pada pukul 20.40) Umar Akmal. 2012. Upah Meningkatkan

Kinerja dan Motivasi Kerja para Pekerja di Industri Manufaktur di Kota Makassar. Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen Indonesia

(STIMI).Tersedia:

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/08% 20AKMAL

Gambar

Tabel 1.1perizinan pun tujuannya  harus jelas misalnya

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan, sikap sosial,

4 Tahun 1950 (tentang Dasar- Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah) diundangkan, madrasah dan pesantren sebagai pendidikan Islam tidak dimasukan sama sekali ke dalam

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

03 Sentra yang mendapatkan Pelatihan Manajemen, Pelatihan Teknis Produksi, Penguatan Kelembagaan dan Bantuan Mesin/Peralatan. 04 Daerah Pengembangan Industri

Pada tulisan ini yang akan dibahas adalah pengaruh pemasangan salah satu jenis peralatan FACTS yaitu Static Var Compensator (SVC) pada sistem transmisi tenaga

Penelitian ini membahas tentang kondisi tata kelola teknologi informasi di PT.Prudential Indonesia khususnya pada kantor keagenan Prufutureteam yang memiliki total 21

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh dukungan manajemen puncak, ukuran organisasi,

Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sifat-Sifat Tanah di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.. Tinjauan Penyebab Utama Kebakaran di Daerah Tangkapan Air