• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Peran Etnis Tionghoa dan Et

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbandingan Peran Etnis Tionghoa dan Et"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang dan tentunya akan membentuk suatu masyarakat yang heterogen dan terdapat pula kelompok-kelompok sosial di dalamnya. Dengan adanya kelompok sosial ini, maka akan terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata. Dalam Modul Belajar Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat, dinyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Lebih lengkap lagi batasan yang dikemukakan oleh Theodorson dkk. dalam Dictionary of Sociology mengenai pelapisan masyarakat yang berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanen yang terdapat di dalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat) di dalam hal pembedaan hak, pengaruh dan kekuasaan.

(2)

Di dunia ini, terdapat berbagai negara yang menempatkan variabel ekonomi sebagai pendorong utama laju pertumbuhan dan perkembangannya. Akhmad Ramdon (2010: 64) dalam tulisannya mengenai Sketsa dan Fragmen Ekonomi Politik Kota, menjabarkan catatan sejarah yang memperkirakan bahwa laju pertumbuhan serta perkembangan suatu negara melalui variabel ekonomi sebagai sektor utama tersebut dimulai dari peristiwa Revolusi Industri di benua Eropa, lalu kemudian disusul dengan berbagai penciptaan teknologi baru yang pada akhirnya menyeret arah pola perekonomian klasik ke arah perkembangan ekonomi kapitalistik dengan menjadikan modal sebagai sandaran utamanya. Arah perubahan menempatkan ekonomi sebagai motor utama dan secara otomatis merubah pola kekuasaan yang ada sebelumnya, dimana kekuasaan sebelumnya diletakkan di atas pondasi-pondasi nonekonomi, yakni politik. Guna menjalankan serta menggerakan roda perekonomian tersebut, tentunya terdapat beberapa kelompok dan individu yang memiliki lebih banyak kekuasaan dalam bidang ekonomi dibandingkan dengan yang lain, mereka inilah yang disebut para elite ekonomi, dan kemudian pada umumnya, elite-elite ekonomi tersebut adalah mereka yang memegang peran sebagai pemilik modal.

(3)

menghadapi banyak masalah dengan kenyataan negara agraris dan secara etnis dan status sosial terfragmentasi (Yuniarti, 2008: 1).

Masih dari sumber yang sama, dijelaskan bahwa sejalan dengan pendekatan neo-klasik dan pendekatan negara yang ramah pasar (market friendly approach)1, dalam proses industrialisasi di Malaysia diperlihatkan bahwa negara tidak sekedar menjadi penyedia fasilitas pasar (market facilitator) tetapi juga pelaku pasar yang menciptakan sistem pasar bebas. Peran negara sangat penting dalam menyatukan masyarakatnya yang terfragmentasi secara etnis dan kelas. Pembagian kerja yang diwariskan oleh pemerinah kolonial Inggris membagi masyarakat Malaysia kedalam tiga kelompok, yaitu China, India, dan Melayu dalam konteks sosial ekonomi.

Sari (2012) menjelaskan bahwa pada mulanya penduduk asli Malaysia hanyalah etnis Melayu. Namun, pada masa penjajahan Inggris di Malaysia antara tahun 1910-1918, Inggris membawa pekerja dari etnis Tamil di India Selatan untuk menjadi pekerja pada perkebunan karet dan pertambangan timah di Malaysia. Kemudian, di tahun 1919 sampai 1929 terjadi imigrasi etnis Tionghoa ke Malaysia. Etnis Tionghoa ini kemudian menetap di daerah perkotaan Kuala Lumpur dan banyak yang menjadi pedagang. Sejak saat itu, etnis Tionghoa di Malaysia menguasai perdagangan di Malaysia sekaligus menguasai sebagian besar kekayaan negara.2 Sedangkan untuk etnis India sendiri, secara keseluruhan, jaringan etnis India memang masih kalah besar jika dibandingkan dengan jaringan etnis Tionghoa. Meski demikian, jangkauan mereka jelas lebih ekstensif. Mereka tidak sampai mendominasi suatu kawasan seperti Tionghoa perantauan di Asia Timur. Namun, di tempat mana mereka ada, mereka selalu bisa menunjukkan keunggulannya, termasuk di negara maju.3

1.2. Rumusan Masalah

1 Pendekatan ini menekankan aspek keberhasilan ekonomi Asia yang stabil secara makro, bagian dalam pedagangan internasional yang diukur dalam GDP, investasi besar dalam sumber daya manusia, dan memiliki daya saing yang kuat diantara perusahaan.

2 http://politik.kompasiana.com

(4)

Dengan batasan masalah dari penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada, yakni: “Bagaimanakah perbandingan peran elite ekonomi dari kalangan etnis Tionghoa dengan elite ekonomi dari kalangan etnis India dalam perekonomian di Malaysia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Melalui masalah pokok yang telah disebutkan, secara garis besar penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengkaji, menelaah serta memahami bagaimana elite-elite ekonomi dapat menjalankan, menggerakan serta berpartisipasi dalam memajukan perekonomian suatu negara.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan bahwa penelitian ini dapat dikembangkan secara lebih mendalam guna kepentingan ilmu pengetahuan serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat yang belum mengetahui secara lebih jauh mengenai peran penting dari kelompok atau individu-individu yang terkategori sebagai elite ekonomi, khususnya terkait dengan peran etnis Tionghoa dan etnis India dalam perekonomian Malaysia.

1.5. Teori Elite Ekonomi Karl Marx

(5)

dalam masyarakat, atau dalam arti khusus, orang-orang yang terkemuka dalam bidang-bidang tertentu dan khususnya memegang kekuasaan tertinggi dalam perekonomian serta lingkungan di mana pemegang kekuasaan itu berada. Konsekuensinya adalah mengangkat preposisi bahwa kekuasaan ditegakkan oleh ekonomi dan aset-aset ekonomi yang terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, sudah menjadi konsekuensi yang logis apabila kemudian setiap orang cenderung memperebutkan sejumlah peran utama (elite) dalam kerangka itu, untuk kemudian menciptakan atau mendapatkan fasilitas dalam kerangka mengakumulasi berbagai kapital (modal). Maka yang akan dilakukan oleh setiap subyek yang berusaha dan telah mendapatkannya adalah kecenderungan untuk mempertahankannya dalam waktu yang relatif lama (Ramdhon, 2010).

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Etnis Tionghoa sebagai Elite Ekonomi dalam Perekonomian Malaysia Data dari Population and Housing Census of Malaysia 2000 mengemukakan bahwa pada abad ke 19 dan ke 20, masyarakat China (sekarang dikenal dengan nama Tiongkok) hijrah secara beramai-ramai ke Malaysia. Pada umumnya mereka berasal dari Tiongkok Selatan terutamanya dari daerah Fujian, Guangdong, Guangxi ,dan Hainan. Mereka menempati wilayah di negara bagian Perak, Selangor dan Negeri Sembilan terutama di pabrik-pabrik bijih timah untuk bekerja sebagai buruh pabrik dengan dukungan pihak British. Selain itu, mereka juga menetap di Negeri-Negeri Selat seperti Singapura dan Pulau Pinang.

Masyarakat Tionghoa-Malaysia sejak sekian lama mendominasi perekonomian Malaysia, tetapi semenjak adanya NEP (New Economic Policy) yang diperkenalkan dan diberlakukan oleh kerajaan Malaysia untuk memberi kesempatan dan pemerataan bagi etnis Melayu (Bumiputra) agar bisa turut andil dalam ekonomi negara, dominasi etnis Tionghoa pun menyusut. Walaupun demikian, mereka masih tergolongan etnis mayoritas yang berpendapatan menengah ke atas di Malaysia. Hingga 2004, mereka menjadi etnis terkaya dan tersukses di Malaysia dengan penguasaan 40.9 % dari ekonomi negara (Frankham dalam Malaysia-Singapore 6th Footprint’s Travel).

(7)

di sektor umum. Mereka yang memiliki pekerjaan di bawah naungan pemerintah (kerajaan) biasanya merupakan ahli politik atau bergerak di bidang pendidikan. Dikarenakan partisipasi yang aktif dalam roda ekonomi Malaysia, etnis Tionghoa-Malaysia menempati salah satu posisi mayoritas dengan pendapatan menengah ke atas di Malaysia. Pendapatan rumah tangga etnis Tionghoa merupakan yang tertinggi di antara 3 kumpulan etnis di atas Bumiputra dan India. Menurut Sulaiman Mahbob, pada Desember 2007, pendapatan rumah tangga bulanan mereka rata-rata berada di 4437 RM4 yang pada akhirnya menunjukkan bahwa etnis Tionghoa menjadi penyumbang dana terbesar di pemerintahan Malaysia.

2.2. Etnis India sebagai Elite Ekonomi dalam Perekonomian Malaysia Seperti halnya bangsa Tionghoa, India adalah bangsa dengan kepemilikan tradisi yang sangat tua. Bangsa ini sudah memiliki peradaban besar sejak 5000 tahun silam. Pengaruh budayanya malah lebih besar ketimbang Tionghoa. Seluruh bangsa Asia Tenggara memperoleh akar kebudayaannya dari negara itu. Bahkan bangsa Tionghoa dan Jepang pun terkena pengaruh tersebut dalam bentuk agama Budha, misalnya. Tradisi belajar dan berdagang mereka sudah tercipta sejak entah berapa ribu tahun lalu. Dengan latar belakang seperti itu, tidak aneh jika etnis India sangat kuat memegang tradisi. Mereka amat menghargai ikatan keluarga dan agama. Dari ikatan semacam itulah mereka membangun jaringan bisnis. Demikian pula para pedagangnya. Melalui jaringan keluarga itu, orang India menguasai bisnis perdagangan peralatan olahraga dunia, termasuk di Malaysia bahkan Indonesia.5

Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara. Pada mulanya, penduduk asli Malaysia adalah etnis Melayu. Namun, pada masa penjajahan Inggris di Malaysia antara tahun 1910-1918, Inggris membawa

(8)

pekerja dari etnis Tamil dari India Selatan untuk menjadi pekerja pada perkebunan karet dan pertambangan timah di Malaysia.6 Etnis India (khususnya kalangan Tamil) juga memang memilih pindah dan hijrah ke negara lain dikarenakan sistem kasta di negara asal dirasa mempersulit kehidupan mereka dan orang-orang India yang miskin tersebut menginginkan adanya perubahan guna mencapai kehidupan yang lebih baik (Catatan Perkuliahan Jepang dan Negara-negara Industri Baru). Pada awalnya, kesejerahteraan etnis India di Malaysia sangat rendah bila dibandingkan dengan etnis Melayu dan etnis Tionghoa. Sebab sejak dulu etnis India hanya diperbolehkan menempati posisi pada kelas bawah. Sejak diberlakukannya NEP, etnis India di Malaysia semakin miskin dan menderita karena standar kehidupan mereka sangat rendah.7

Walaupun demikian, kelebihan lain etnis India sebagai salah satu bangsa bekas jajahan Inggris, mereka lebih dulu mengenal peradaban modern (Barat) termasuk sistem pendidikan dan bahasanya. Karena itu tak aneh jika bangsa ini, meski yang masih tinggal di negaranya sangat miskin, memiliki tingkat pendidikan yang sangat bagus. Hasilnya, banyak orang pintar berasal dari negara ini seperti ilmuwan pemenang nobel, sastrawan, maupun negarawan. Di hampir semua negara di mana mereka ada, etnis India selalu unggul dalam pendidikan dibanding kelompok lain di negara tersebut. Maka jangan heran kalau mereka sangat menonjol di bidang profesi dan banyak dipakai sebagai manajer oleh perusahaan-perusahaan multinasional.8

Yuniarti (2008: 1) menerangkan bahwa sampai akhir tahun 1967, perekonomian Malaysia yang sebelumnya didasarkan hampir seluruhnya pada produksi komoditi primer, terutama karet dan timah, dan tergantung sepenuhnya pada pasar Inggris, namun hanya dalam tiga dekade berikutnya, Malaysia berhasil bertransformasi menjadi ekonomi industri berorientasi ekspor yang berkembang cepat, dengan kebijakan ekonomi dan manajemen

6 http://politik.kompasiana.com 7 www.kompas.com

(9)

industri yang tepat sebagai jalan setapak menuju pembangunan yang cepat. Malaysia mampu mendudukkan dirinya sebagai salah satu negara industri baru (NICs / New Industrializing Countries). Seiring dengan berjalannya waktu, etnis India yang berada di Malaysia pun secara perlahan mulai unjuk kemampuan, khususnya di sektor perdagangan, baja, teknologi modern seperti teknologi komunikasi dan informasi, pengolahan baja, dan kini mereka malah sudah mengembangkan industri permesinan dan komponen otomotif.9 Dengan kemampuan tersebut mereka juga berpartisipasi dalam membangun Malaysia sebagai negara industri yang sekarang mulai disegani oleh dunia.

2.3. Perbandingan antara Elite Ekonomi dari Etnis Tionghoa dengan Etnis India

Etnis Tionghoa dan etnis India adalah dua bangsa besar yang masing-masingnya memiliki peran penting dalam roda perekonomian dunia. Jika dilihat dari keadaan di negara asli, yakni Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan India sendiri, kedua negara besar ini memiliki banyak persamaan dan kemiripan. RRT dan India yang berada di benua Asia sama-sama memiliki wilayah negara yang besar dan luas dan termasuk dalam kategori 5 negara dengan jumlah populasi terpadat di dunia. Kedua bangsa ini juga memiliki latar belakang sejarah yang sangat tua dan panjang dalam peradaban manusia di berbagai sektor kehidupan, seperti ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan sosial-budaya (IPOLEKSOSBUD).

Akan tetapi, dibalik kehebatan-kehebatan bangsa Tionghoa dan India di masa lalu, untuk menjadi bangsa yang besar dan sukses seperti saat ini, kedua bangsa tersebut juga memiliki sejarah dan konflik-konflik kelam dimasa lalu yang bahkan menyebabkan sebagian masyarakatnya pergi keluar dari negara asalnya dan merantau ke negara lain guna menemukan kesempatan untuk dapat hidup di taraf yang lebih baik dari yang sebelumnya. Di Malaysia sendiri, kedua etnis tersebut dengan jumlah

(10)

populasi yang tergolong minoritas, berhasil membangun kekuatan dan bahkan mendorong perekonomian Malaysia sehingga bisa sesukses seperti saat ini.

Namun tetap saja kedua etnis ini memiliki perbedaan-perbedaan mendasar dalam menjalankan peran masing-masing sebagai elite ekonomi di negara Malaysia. Seperti yang sudah dibahas pada sub-bagian sebelumnya, etnis Tionghoa lebih terfokus pada sektor industri perdagangan dan pendidikan daripada sektor industri teknologi dan pabrik-pabrik baja serta otomotif yang lebih dilirik oleh etnis India. Kedua etnis ini bisa dikatakan memiliki spesialisasi masing-masing, jadi sangat minim sekali untuk berpotensi bersaing yang tidak sehat.

(11)

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Terdapat relasi yang signifikan antara kekuatan ekonomi dengan tegaknya eksistensi kekuasaan. Konsekuensi dari paparan tersebut menghasilkan sebuah kategori yang sederhana yaitu menempatkan mereka dalam kerangka relasi antara elite, kelas menengah dan kelas bawah. Kesadaran dari elite, bahwa mereka tidak bisa berdiri sendiri tanpa ditopang oleh pelaku yang lain, menjadikan mereka membangun kekuatan bersama dalam rangka mengokohkan kekuasaan itu. Sejak awal pembangunan ekonomi Malaysia, negara telah menjadi aktor utama dalam menggerakkan perekonomian nasional melalui industrialisasi untuk mencapai status sebagai negara maju.

Dalam rangka ini pencapaian tujuan ini, pemerintah terus memperbaiki dan memperkuat landasan ekonomi untuk industrialisasi yang sedang berjalan dan daya saing negara sebagai pemain global dalam industri dan perdagangan global dengan penekanan pada pembangunan sumber daya manusia, teknologi dan penguatan infrastuktur. Pada tahap awal industrialisasi, tujuan utama yang ditetapkan oleh pemerintah Malaysia adalah menciptakan keadilan sosial ekonomi antar etnis. Ketidakpercayaan pada kapitalisme menyebabkan pemerintah melihat bahwa ketimpangan sosial ekonomi yang timbul dalam masyarakat setelah kerusuhan etnis ini dianggap pemerintah sebagai bentuk besarnya peran swata (etnis Tionghoa dan India) dalam perekonomian, sehingga melalui NEP, pemerintah selain berusaha meningkatkan peran serta dan kesempatan yang luas bagi etnis Melayu di setiap sektor ekonomi juga untuk membatasi aktivitas ekonomi etnis Tionghoa, dan kebijakan ini merupakan bentuk intervensi negara dalam ekonomi yang besar.

(12)

Buku:

Chilcote, Ronald H. 2003. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA

Mas’oed, Mochtar & MacAndrews, Colin. 2008. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi. Bantul: KREASI WACANA

Jurnal dan Dokumen:

Suryati, Rengsina. 2014. Catatan Perkuliahan Jepang dan Negara-negara Industri Baru; Pembangunan Ekonomi dan Industrialisasi Mode Malaysia

Dept. of Statistics: "Population and Housing Census of Malaysia 2000", Table 4.1; p. 70, Kuala Lumpur: Department of Statistics Malaysia, 2001

Frankham, Steve. Malaysia-Singapore-6th-Footprint-Travel,

- ISBN 978-1-906098-11-7 diakses pada 25 November 2014, pukul 13.00 WIB

Modul Pelapisan Sosial dan Persamaan Derajat

-

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab6-pelapisan_sosial_dan_persamaan_derajat.pdf diakses pada 26 November

2014, pukul 14.00 WIB

Ramdhon, Akhmad. 2010. Jurnal Sosiologi ‘DILEMA’ Vol 25 No. 2; Sketsa dan Fragmen Ekonomi Politik Kota

- http://eprints.uns.ac.id/807/1/SKETSA_ELIT_DAN_FRAGMEN.PDF

diakses pada 18 November 2014, pukul 11.40 WIB

Yuniarti. 2008. Jurnal Sosial Politika Vol.15 No.2; Peran Negara Dalam Pembangunan Industri di Malaysia. Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Mulawarman.

- http://portal.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/07/PERAN

%20NEGARA%20DALAM%20PEMBANGUNAN%20INDUSTRI%20DI

%20MALAYSIA%20(07-31-13-01-13-24).pdf diakses pada 18 November

(13)

Malaysian Indians richer than ethnic Malays diakses pada 25 November 2014, pukul 15.45 WIB

Rahman, Abdul. 1995. Etnis Perantauan Tersukses dari Asia

- http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/11/25/0011.html diakses pada 1

Desember 2014, pukul 11.00 WIB

Sari, Diah Ayu Intan. 2012. Diskriminasi Etnis India di Malaysia

http://politik.kompasiana.com/2012/03/31/diskriminasi-etnis-india-di-malaysia-446451.html#_ftn1 diakses pada 1 Desember 2014, pukul 10.15 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kemungkinan berpartisipasi yang lebih terbuka bagi umat dalam perayaan sakramen, dari satu sisi kita bisa membuat upacaranya lebih hidup; dari lain pihak, dan ini tugas

Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat stres dan usia ibu saat mengalami

Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan

Menyikapi hal ini penulis mencoba untuk melakukan sebuah analisis rasio keuangan terhadap kinerja keuangan perusahaan pada PT Bintang Kaltim Perkasa di Samarinda karena

Kriteria 2. 1.  Keberadaan dan penerapan sistem penelusuran bahan baku (termasuk kayu impor) dan hasil 

Sehingga jenis-jenis ikan yang terdata pada terumbu buatan Biorock hampir sama dengan habitat sekitarnya seperti ikan dari famili Pomacentridae dan

Jadi siswa berkemampuan literasi level-1 belum melakukan evaluasi atau penilaian pada cara berpikirnya sendiri; (2) Proses berpikir kritis siswa yang berkemampuan literasi

Peningkatan kadar kolesterol ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan yang memberikan jus lidah buaya dengan dosis 3 ml/200grBB/hari selama 4