• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGI PRINSIP TATA RUANG AIR BERKELANJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SINERGI PRINSIP TATA RUANG AIR BERKELANJ"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGI PRINSIP TATA RUANG AIR BERKELANJUTAN DAN WANATANI DALAM UPAYA PENGELOLAAN DAS SERAYU HULU GUNA MENGATASI

MASALAH 3T :TOO MUCH, TOO LITTLE, TOO DIRTYUNTUK MENDUKUNG PEMBERDAYAAN EKOLOGI DAN EKONOMI

Aditya Pradana

Geografi Dan Ilmu Lingkungan, UGM

A. PENDAHULUAN

Pengelolaan lingkungan saat ini menjadi isu yang sangat penting diperbincangkan dalam rangka menyongsong agenda paska 2015 : Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu aspek penting pengelolaan lingkungan di Indonesia adalah pengelolaan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), yang didefinisikan sebagai ; suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan ( UU No 7 / 2004).

Salah satu Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional adalah Wilayah Serayu-Bogowonto (Kode WS = A3 - 17). Wilayah Sungai Serayu-Bogowonto berhulu di Kabupaten Wonosobo, salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan Sungai Serayu sendiri berhulu di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo tepatnya di mata air Tuk Bimolukar. Sebagai Kawasan hulu DAS Serayu, Dataran Tinggi Dieng yang sejatinya merupakan area lindung saat ini telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya pertanian, utamanya kentang. Hal tersebut kemudian memicu terjadinya degradasi lingkungan, akibat penerapan pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Sehingga, menyebabkan kerusakan di kawasan hulu DAS Serayu yang kemudian menyebabkan persoalan ekologi lain bagi kawasan dibawahnya.

(2)

“Sinergi prinsip tata ruang air berkelanjutan dan wanatani dalam upaya pengelolaan DAS Serayu Hulu guna mengatasi masalah 3T : too much, too little,

too dirty untuk mendukung pemberdayaan ekologi dan ekonomi “ .

Dengan harapan nantinya artikel ini dapat menyumbangkan suatu pemikiran positif, untuk pengelolaan terpadu kawasan DAS Serayu Hulu khususnya di Dataran Tinggi Dieng. Guna mendukung program pemulihan Dieng sebagai kawasan lindung hulu DAS Sungai Serayu dan DAS sungai lainnya, yang saat ini telah mengalami degradasi lingkungan akibat konflik kepentingan ruang antara manusia dan alam.

B.DESKRIPSI WILAYAH

Sungai Serayu merupakan salah satu sungai terbesar di Jawa Tengah, sungai ini melintasi beberapa kabupaten , diantaranya ; Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Daerah Aliran Sungai Serayu mencakup kawasan seluas 4375km2, dengan panjang sungai utama adalah 180 km dan memiliki

11 anak sungai. Hulu sungai berasal dari Kawasan Dataran Tinggi Dieng, melalui mata air Tuk Bimo Lukar, beberapa gunung seperti ; Gunung Prahu, Sindoro, Sumbing, Slamet serta kompleks Pegunungan Serayu Utara dan Selatan juga mengelilingi DAS Serayu., sungai ini bermuara ke Samudra Hindia. Secara klimatologis, DAS Serayu bercirikan iklim monsun tropis basah dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 4000 mm / tahun.

Daerah hulu DAS Serayu merupakan kawasan pegunungan berelief berbukit dan curam, yang memiliki rata-rata kemiringan lereng 40 % atau lebih dengan curah hujan lebih dari 4000 mm / tahun. Hal ini menyebabkan daerah hulu DAS Serayu sebagai kawasan rawan tanah longsor dan erosi tanah. Sungai Serayu banyak difungsikan untuk pengairan / irigasi pertanian, sumber air minum, industri serta pembangkit listrik, seperti PLTA Garung di Wonosobo dan PLTA Sudirman di Mrican, Banjarnegara.

C. KONDISI, PERMASALAHAN DAN SOLUSI DAS SERAYU HULU

(3)

kerusakan hutan dan pola budidaya pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi. Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan pestisida dan pupuk non organik berlebihan pada lahan pertanian kentang, serta teknik pengolahan tanah dan penanaman kentang yang salah (SLHD/ Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wonosobo, 2009). Peralihan fungsi ruang tangkapan air menjadi lahan pertanian kentang memicu terjadinya bencana tanah longsor dan tingginya tingkat erosi tanah, hal ini diakibatkan kesalahan pola pikir masyarakat karena perubahan orientasi dari masyarakat petani tradisional menjadi masyarakat petani komersil dengan komoditas ekonomi tinggi.

Terganggunya keseimbangan ekologi kawasan Dataran Tinggi Dieng berdampak pada kerusakan lingkungan DAS Serayu hulu yang dicerminkan oleh ke tidak -normalan imbangan air (water balance) antar musim serta pencemaran sungai oleh bahan kimia. Kondisi kuantitas dan kualitas air yang tidak normal tersebut, kemudian mencermikan terganggunya siklus hidrologi dan menimbulkan masalah klasik air berupa3T,yaitu ; too much(menimbulkan banjir bandang, erosi dan tanah longsor) , too little(menimbulkan kekeringan) dantoo dirty(menimbulkan pencemaran air oleh bahan kimia dan sedimentasi ).

Masalah berupa ekstensifikasi lahan kentang yang tidak dibarengi dengan reboisasi ataupun aforestasi, telah menyebabkan deforestasi besar-besaran yang selanjutnya menyebabkan degradasi lingkungan. Penebangan liar hutan telah menurunkan kualitas dan kuantitas air sungai serta meningkatkan potensi bencana. Kawasan hutan Dataran Tinggi Dieng semakin berkurang akibat adanya konversi lahan besar-besaran untuk pertanian, hal ini pula telah mengakibatkan kerusakan ekosistem dan berkurangnya tingkat biodiversitas di Dataran Tinggi Dieng. Padahal kawasan hutan memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya, sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemelihara kesuburan tanah.

Penanaman kentang yang salah dengan metode pertanian sejajar lereng banyak digunakan petani sehingga membuat air hujan lebih cepat mengalir kebawah dan mengangkut lebih banyak material sehingga mempercepat laju erosi. Saat musim penghujan, air hujan yang turun sulit untuk berinfiltrasi dan mengisi air tanah.

(4)

lanjutannya berupa turunnya produktivitas lahan, serta kemampuan tanah menahan air sehingga menyebabkan kawasan DAS Serayu hulu rawan tanah longsor dan banjir bandang. Bahkan banjir bandang besar pernah menerjang Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo ( Dataran Tinggi Dieng) ditahun 2011, banjir terjadi di aliran sungai Grobok ( anak sungai Serayu). Banjir bandang dari atas bukit yang menerjang desa menyebabkan kerugian harta benda dan kerugian jiwa, serta memaksa 75 keluarga mengungsi. Sementara tanah longsor, kerap terjadi setiap musim penghujan.

Sementara pada musim kemarau, air tanah yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akibat sedikitnya cadangan air yang disimpan saat musim penghujan. Dampak yang sudah dirasakan para petani adalah makin terbatas sumber air. Petani kini kesulitan mendapat air karena cadangan air di dalam tanah terus berkurang akibat kegundulan hutan.

Wajah Dieng dewasa ini adalah representasi problematika sosial, ekonomi dan budaya yang akut. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi (lebih dari 100 jiwa/km²) dengan pemilikan lahan yang rendah telah menyebabkan terjadinya tekanan terhadap kawasan lindung dan berakibat pengalihan fungsi lahan secara besar-besaran. Konversi lahan ini menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang parah, sekitar 7.758 hektare (4.758 hektare di Banjarnegara dan 3.000 hektare di Wonosobo) sudah menjadi tanah kritis. Kentang ditanam diatas tanah yang tipis akibat erosi, namun lahan kritis ini tetap bisa berproduksi karena tanaman kentang dipacu dengan pupuk kimia dan pestisida dalam dosis besar. Selain mencemari lingkungan, penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan juga meracuni tanaman kentang sehingga kentang banyak mengandung zat kimia. Penggunaan materi agrokimia ini kemudian merembes melalui pori-pori tanah, serta masuk menuju aliran sungai sehingga mencemari sungai-sungai di DAS Serayu hulu.

Kemiringan tanah kawasan Dieng bernilai antara 35% hingga lebih dari 45 % sehingga petani Dieng menggunakan sistem olah tanah terasering. Namun, pengolahan tanah berlebihan bahkan hingga mencapai puncak-puncak perbukitan, dengan sistem sejajar kontur ( bukan sabuk gunung ) tanpa adanya tanaman keras disekitarnya telah membuat kawasan pertanian Dieng juga menjadi rawan erosi. Tingkat erosi sudah mencapai 161 ton/hektare/tahun dan menyebabkan sedimentasi

(5)

tahun 1989. Pendangkalan di waduk ini telah mencapai 60,106 m3 atau 40% dari kapasitas waduk. Penambahan sedimen tertinggi terjadi selama tahun 2000 (7,106 m3) pada saat terjadi penggundulan hutan besar-besaran di dataran tinggi Dieng. Sedimentasi ini bahkan telah menurunkan produktivitas PLTA Sudirman (Banjarnegara) dan PLTA Garung (Wonosobo) sebagai suplier listrik Jawa-Bali.

Upaya pemulihan Dataran Tinggi Dieng dan DAS Serayu hulu bukanlah persoalan mudah karena bersifat multisektoral yang melibatkan banyak aspek. Pertanian menyumbang sebesar 48,96 % dari PDRB Kabupaten Wonosobo, pertanian kentang juga telah membuat taraf hidup petani Dieng utamanya di Kecamatan Kejajar meningkat. Pengelolaan DAS Serayu hulu seolah menjadi hal yang dilema, antara kepentingan ekologi maupun kepentingan ekonomi. Maka, dalam pengelolaan kawasan Dataran Tinggi Dieng harus digunakan prinsip yang menyeimbangkan kepentingan keduanya, selain itu diperlukan pula andil kepentingan sosial dalam hal ini adalah masyarakat sebagai insan lingkungan DAS Serayu hulu.

Tata ruang air berkelanjutan sebagai dasar pengembangan kawasan DAS sangat mungkin untuk diterapkan sebagai salah satu solusi pemulihan Dataran Tinggi Dieng. Tata ruang air dapat didefinisikan sebagai wujud struktur ruang air dan pola ruang air. Struktur ruang air adalah susunan pusat-pusat air dan sistem infrastuktur keairan. Pola ruang air adalah distribusi peruntukan ruang air dalam suatu wilayah, meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS), Cekungan Air Tanah (CAT) ataupun Wilayah Sungai (WS), yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung sumber daya air (daerah konservasi dalam DAS) dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya sumber daya air (daerah pendayagunaan sumber daya air dalam DAS) (Robert dan Roestam, 2010).

(6)

dipakai sebagai acuan penyusunan tata ruang karena seluruh daratan terbagi habis dalam suatu DAS.

Pengelolaan DAS Serayu khususnya kawasan hulu, dalam hal tata ruang air terlebih dahulu harus dipersiapkan dengan membuat one map policy terkait zonasi kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung dimaksudkan untuk mewujudkan kelestarian ekosistem, termasuk diantaranya lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %, kawasan suaka alam dan cagar budaya, hutan lindung dan kawasan resapan air. Sementara, kawasan budidaya meliputi lahan pertanian dan perumahan penduduk. Konflik kepentingan yang ada, menuntut diberlakukaannya zonasi kawasan Dataran Tinggi Dieng secara terintegrasi, sehingga dapat diketahui daerah mana saja yang boleh dilakukan budidaya dan daerah mana yang harus di lindungi dengan cara konservasi.

Prosedur zonasi kawasan, mempertimbangkan aspek fisik suatu kawasan, seperti; kelerengan topografi, bentukan relief, tutupan vegetasi, curah hujan, kondisi geologis serta tingkat biodiversitas. Dengan dilakukannya zonasi diharapkan perusakan lingkungan dapat diminimalisir lebih lanjut, sementara kawasan yang telah terlanjur dibudidaya harus segera dikonservasi, salah satunya melalui reboisasi. Dalam hal ini, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu berjalannya program pemulihan kawasan DAS. Pengembangan program pemulihan berbasis community based development yang membutuhkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, harus disosialisasikan dengan benar karena hal ini juga akan membawa dampak positif bagi masyarakat terkait kelestarian lingkungan.

Agar tata ruang air tersebut lebih kuat, maka perlu dituangkan dalam sebuah produk hukum berupa perda baik pada tingkat provinsi maupun kebupaten atau kota di DAS tertentu, sementara representasi visual data zonasi dituangkan dalam bentuk peta tata ruang air berbasis satu aturan. Harapannya, dengan adanya payung hukum tersebut dapat mengikat dan dipatuhi oleh semua masyarakat. Untuk dapat mewujudkan tata ruang air DAS diperlukan pembagian tugas yang jelas antar instansi pemerintah dan adanya pemberian hukum yang tegas kepada siapapun yang melanggar aturan tata ruang air tersebut.

(7)

agroforestry dapat digunakan sebagai salah satu solusi di Dataran Tinggi Dieng. Wanatani adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Dalam hal ini, wanatami menerapkan konsep keseimbangan alam antara pengelolaan lahan untuk budidaya dan sebagai area lindung.

Pengelolaan lahan perkebunan kentang dengan konsep wanatani haruslah dilakukan menurut zonasi yang telah ditetapkan. Kawasan yang benar-benar harus dilindungi, semisal lereng berkemiringan lebih dari 40 % tidak boleh digunakan sebagai area wanatani namun hanya diperuntukan untuk hutan lindung. Sementara, kawasan dibawahnya bisa diolah dengan prinsip wanatani yaitu memadukan perkebunan kentang dengan tanaman keras lain disekitarnya. Konsep ini sangat efisien untuk menghasilkan perkebunan yang menguntungkan secara ekologi dan ekonomi.

Secara ekologi, konsep wanatani dapat melindungi suatu lahan dari erosi oleh air hujan. Dataran Tinggi Dieng dengan curah hujan lebih dari 4000 mm / tahun, memiliki tingkat erosi tanah yang tinggi. Penanaman tanaman keras disekitar lahan perkebunan kentang yang terbuka dapat memperkecil laju erosi, karena tegakan pohon akan meminimalisir energi air hujan yang mengenai tanah, memperlambat laju surface run offdan memperbesar potensi infiltrasi serta intersepsi. Selain itu, tegakan pohon dapat bertindak sebagai windbreaker, untuk mencegah erosi oleh angin serta mencegah rusaknya lahan perkebunan saat hujan lebat disertai angin kencang.

(8)

Sebagai sistem yang dikelola dalam bentuk pengaturan spasial atau urutan tanaman pertanian dan pepohonan, wanatani juga mendukung pengembangan ekonomi masyarakat. Penanaman tanaman keras dengan komoditi tertentu, misalnya ; carica dan eukaliptus, yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah turut membantu peningkatan ekonomi masyarakat diluar sektor komoditas kentang. Prinsip wanatani membantu masyarakat mendapatkan keuntungan lebih, dengan dapat menjual produk lain, serta membantu menjaga kesuburan lahan perkebunannya, sehingga akan menurunkan penggunaan bahan agrokimia yang akan menurunkan biaya produksi. Hal ini juga mencegah kerugian apabila suatu saat kebun kentang gagal panen, maka masih terdapat komoditas lain yang dapat dipasarkan.

Pengembangan wanatani di Dataran Tinggi Dieng, harus lebih di fokuskan kepada pengembangan tanaman lokal berpotensi ekonomi dan ekologis. Pengembangan tanaman carica dan eukaliptus menjadi salah satu solusi tepat untuk mengatasi krisis lingkungan Dataran Tinggi Dieng. Langkah pemerintah Kabupaten Wonosobo yang menjadikan Carica sebagai tanaman dan buah asli Dieng, melalui Hak Paten dari Kementrian Hukum dan HAM RI sangat membantu pengembangan Carica. Carica (carica candamarcensis), yaitu tanaman sejenis pepaya dengan buah kecil berwarna kuning yang berasal dari Amerika Latin. Sebagai potensi daerah, Carica masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat Dieng dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan Carica sebagai produk khas Dieng hanya dijual kepasaran dalam keadaan mentah.

(9)

mendukung program pemulihan Dieng, untuk mengembalikan kelestarian lingkungan, mengurangi laju erosi dan limpasan, serta mengurangi tekanan lingkungan akibat pertanian kentang.

Selain carica, pohon eukaliptus yang saat ini banyak dikembangkan dikawasan Dataran Tinggi Dieng juga memiliki potensi ekologi dan ekonomi. Eukaliptus sebagai pohon kayu keras, memiliki fungsi untuk mengurangi erosi tanah dengan memperkecil laju surface run off dan memperbesar laju infiltrasi, sebagai windbreaker, memperkaya biodiversitas serta mengkonservasi tanah. Selain itu, secara ekonomi pohon eukaliptus dapat disuling minyaknya sebagai produk minyak atsiri, pengembangan eukaliptus sendiri sudah dilakukan dibeberapa desa di Kawasan Dieng. Selain carica dan eukaliptus, tanaman lain yang dapat ditanam untuk mendukung prinsip wanatani di Kawasan Dieng adalah terong belanda, cabai, dan tembakau.

Beberapa pihak menganggap bahwa konversi tanaman kentang ke tanaman komoditi berkayu keras secara keseluruhan harus dilakukan, namun banyak masyarakat yang masih bertahan dengan komoditas kentang. Maka, penerapan wanatani dilakukan sebagai jalan tengah dengan memastikan bahwa kawasan lindung tetap terjaga, sementara kawasan budidaya dapat diminimalisir kerusakan lingkungannya. Wanatani sebagai proses diversifikasi komoditas pertanian diharapkan dapat merubah “paksa” pola pikir masyarakat yang terpatri dengan masalah ekonomi dan dapat dimanfaatkan sebagai revitalistor pertanian kawasan Dieng, untuk meningkatkan daya dukung lingkungan yang semakin kritis namun tetap berbasis masyarakat.

D. PENUTUP

(10)

Serayu, maka prinsip wanatani (agroforestry) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi. Prinsip Wanatani akan mendukung pemberdayaan lingkungan namun juga tetap menguntungkan secara ekonomi. Pengelolaan DAS Serayu hulu oleh pemerintah, masyrakat dan stakeholder terkait harus dilakukan secara holistik di tiap komponen, baik ekonomi, ekologi dan sosial. Hal ini sangat menentukan dalam upaya pemulihan Dataran Tinggi Dieng dan DAS Serayu hulu.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Reni. 2007. Evaluasi Kawasan Lindung Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Semarang : Universitas Diponegoro (Karya Tulis tidak diterbitkan). Anonim. Banjir Bandang Dieng, Tiga Tewas. http : //kompas.com/ diakes Selasa, 28

Oktober 2014 pukul 21.15 WIB.

Anonim. Daerah Aliran Sungai dan Banjir. //bebasbanjir2025.wordpress.com/ diakes Senin, 27 Oktober 2014 pukul 20.00 WIB

Anonim.Mengapa Dieng harus diselamatkan.http : //savediengplateau. blogspot.com/ diakses Selasa, 28 Oktober 2014 pukul 21.00 WIB.

Anonim.Wanatani. http : //wikipedia.com/ diakes Senin, 27 Oktober 2014 pukul 18.50 WIB.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo. 2009.Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wonosobo. Wonosobo: BLH press.

Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Munir, Ahmad. 2009.Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Kondisi Fisik, Sosial serta Ekonomi. Jakarta : Universitas Indonesia (Karya Tulis tidak diterbitkan).

Noordianto, M. Hendy. 2009. Hubungan Tata Ruang dengan Sumber Daya Air. Jakarta : BPDAS Press.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2006 (11/A/PRT/M/2006) tentang Wilayah Sungai dan Daerah Aliran Sungai.

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketidakseimbangan tuntutan pekerjaan dengan aset pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai Bangi Kopitiam berdasarkan pada hasi preeliminari yang didapatkan peneliti,

Berdasarkan analisa dan evaluasi yang dilakukan dimana perencanaan tebal perkerasan dibagi atas dua jenis yaitu Tipe A (pondasi atas granular base A) dan Tipe B (pondasi atas

Sementara itu dampak yang tidak diharapkan terhadap keberadaan pasar modern diantaranya adalah: dampak yang terjadi pada ritel kecil, terutama ritel kecil yang

4. Koiran ominaisuuksia luonnehtiva nimi 5. Esikuvan mukaan annettu nimi 8.. Kuten Lehman, olen katsonut yhdeksi nimenantoperusteeksi koiralla jo käytössä olleen valmiin

Berdasarkan pada sumber yang di dapatkan pH optimum untuk bakteri tumbuh adalah pada pH 7, dan jika pH di atas 8 bakteri akan mati.. Berarti hasil

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang menyebabkan.. rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

Dengan telah ditetapkannya klasifikasi RSUD dari Kelas C menjadi Kelas B dan dalam rangka upaya optimalisasi kinerja serta untuk meningkatkan pelayanan dan keberadaan RSUD

(6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan