i
PENGARUH PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH
DAN ORANG TUA TERHADAP
KARAKTER ANAK
(Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis
Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
ZAHROTUL KHUSNA
NIM 11109109
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
▸ Baca selengkapnya: soal ujian madrasah diniyah 2023
(2)(3)(4)(5)(6)vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Kemuliaan seseorang bukanlah dilihat dari nasab atau keturunan melainkan dilihat dari ahklak yang di milikinya.
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji bagi Allah. Aku persembahkan skripsi ini, untuk yang tercinta suamiku Saifudin S.Fil dan putraku Azzan Izza Muhammad, serta kedua orang tuaku tercinta Bapak Marwazi S.Pd.I dan Ibu Chotim S.Pd.I yang telah memberikan do’a restunya tanpa tiada henti,
Adikku tercinta Naely Murodah yang senantiasa Membangkitkan motivasi di saat aku jenuh, dan dukungan dari temanku Hanum Jazimah terimakasih
atas semangat dan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendididikan Madrasah Diniyah dan Orang Tua terhadap Karakter Anak” (Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang) dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
3. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PAI.
4. Dr. M. Zulfa, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Ibu Muna Erawati, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
6. Bapak Juri Nasrudin, selaku kepala Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang
viii
7. Suamiku tercinta Saifudin S.Fil, yang telah ikhlas mencurahkan
pengorbanannya yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
8. Putraku tercinta Azzan Izza Muhammad, yang selalu menjadi penyemangat
hidup penulis ketika lelah.
9. Bapakku Marwazi S.Pd.I dan Ibuku Chotim S.Pd.I, yang senantiasa
memberikan do’a restu-Nya bagi keberhasilan studi penulis.
10.Adikku Naely Murodah, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
ketika penulis jenuh.
11.Temanku Hanum Jazimah P.A, terima kasih atas semangat dan bantuannya.
12.Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 25 September 2014
ix
ABSTRAK
Khusna, Zahrotul, 2014. Pengaruh Pendidikan Madrasah Diniyah dan
Orang Tua terhadap Karakter Anak (Studi Kasus di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa, M.Ag.
Kata kunci: Pendidikan madrasah diniyah, orang tua dan karakter anak.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak di Madrsah Diniyah Miftahul Ulum, Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: pertama, bagaimana pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter anak? Kedua, bagaimana pengaruh orang tua terhadap karakter anak? Ketiga, bagaimana pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak? Keempat, adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter anak? Kelima, adakah pengaruh orang tua terhadap karakter anak? Keenam, adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak?
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah 85 santri yang belajar di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum. Pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner yaitu dengan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah product moment dan regresi ganda.
x DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR LOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ...1
B. Rumusan Masalah ... ...5
C. Tujuan Penelitian ... ..6
D. Hipotesis Penelitian ... ..7
E. Manfaat Penelitian ... ..7
F. Definisi Operasional... ..8
xi
H. Sistematika Penulisan ... ..17
BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter Anak ... ..19
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... ..19
2. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter... ..21
3. Tujuan Pendidikan Karakter ... ..23
4. Proses Pembentukan Karakter... ..24
5. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Anak ... ..26
6. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter Anak ... ..26
B. Orang Tua... ..28
1. Makna Orang Tua ... ..28
2. Peran Orang Tua ... ..28
3. Tangggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak... ..30
C. Pendidikan Madrasah Diniyah ... ..31
1. Madrasah Diniyah ... ..31
2. Ciri-ciri Madrasah Diniyah ... ..32
3. Tujuan Madarash Diniyah ... ..33
4. Kedudukan Madrasah Diniyad dalam UU Sistem Pendidikan Nasional ... ..33
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ... ..35
xii
2. Letak Goegrafis ... ..36
3. Dasar dan Tujuan ... ..36
4. Kurikulum Pendidikan Madrasah ... ..38
5. Struktur Organisasi Kepengurusan ... ..43
6. Prestasi Madrasah... ..44
7. Profil Madrasah ... ..45
8. Keadaan Ustadz ... ..46
9. Tingkat Kelas dan Data Santri ... ..47
10.Sistem Pendidikan Madrasah Diniyah ... ..49
B. Penyajian Data ... ..49
C. Data Hasil Angket ... ..49
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif (Tiap-tiap Variabel) ... ..62
1. Karakter Anak ... ..63
2. Orang Tua... ..65
3. Pendidikan Madrasah Diniyah ... ..66
B. Pengujian Hipotesis ... ..68
1. ... Kore lasi antara X1 dengan Y ... ..71
xiii
3. ... Kore
lasi antara X1dengan X2 ... ..75
4. ... Men
cari Nilai Koefisien Korelasi Ganda ... ..76
C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... ..78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... ..80
B. Saran-saran ... ..82
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. ... Lata r Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter
sesungguhnya telah menjadi ruh dan semangat yang telah lama
dilaksanakan, bahkan sejak awal kemerdekaan Indonesia. Para pendiri
bangsa sejatinya telah begitu faham bahwa pendidikan tidak hanya
diarahkan untuk membentuk manusia yang cerdas, tetapi juga untuk
menjadikan manusia secara individu menjadi pribadi yang baik. Hal
tersebut misalnya dapat kita lihat dalam salah satu tulisan Soekarno
(Koesoema, 2012:1). Dalam tulisan tersebut, Soekarno telah secara
tegas menyatakan bahwa pendidikan adalah jalan menuju kebebasan
dan kemerdekaan, yang tidak bisa diwujudkan tanpa ruh dan semangat
dari manusia-manusia yang bebas dan merdeka. Manusia yang bebas
dan merdeka lah yang dapat menghasilkan perbuatan yang berhasil dan
bermutu. Pembebasan manusia dari egoisme diri yang hanya
mementingkan pribadi ataupun golongan, dan kemerdekaan bersikap
yang tidak bisa dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan lah yang
2 Dewasa ini, pendidikan karakter ramai dibicarakan tidak hanya
oleh kalangan praktisi pendidikan, semua orang seakan kembali sadar
bahwa sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan,ternyata tidak
hanya mempunyai tugas untuk menghasilkan manusia yang pandai.
Akan tetapi, sekolah seharusnya juga mencetak manusia-manusia
yang memiliki integritas, berkarakter baik, sehingga tidak hanya
mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya, tapi juga bagi
masyarakatnya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter pada
dewasa ini sesungguhnya adalah buah dari kegelisahan masyarakat
terhadap semakin karut marutnya tatanan masyarakat yang dirasa
sudah sampai pada tahap kritis. Bagaimana cara orang
menggambarkan keadaaan moralitas pada jaman ini telah sampai pada
kesimpulan bahwa saat ini telah terjadi krisis moralitas,krisis
integritas,krisis karakter. Tentunya cara pandang semacam ini tidak
lepas dari rasa frustasi masyarakat terhadap kondisi dalam masyarakat
itu sendiri. Pemerintah yang diharapkan menjadi teladan dan
pendorong bagi terwujudnya masyarakat yang bermoral ternyata malah
memperlihatkan hal yang sebaliknya, korupsi dimana-mana, dilakukan
oleh siapa saja, yang memiliki kesempatan. Anak-anak yang
seharusnya dibentuk menjadi manusia-manusia yang bermoral,
berkarakter, seakan-seakan justru diarahkan untuk meniru kehidupan
remaja”modern” yang berkiblat pada gaya hidup orang barat yang
3 anak-anak dan remaja sudah bukan lagi sekedar “kenakalan”, tetapi
sudah berujung pada tindakan kejahatan, perbuatan asusila yang jelas
membahayakan regenerasi kepemimpinan bangsa. Disinilah kemudian
masyarakat seakan di “tampar” untuk harus kembali sadar bahwa ada
yang salah dengan pendidikan kita.
Salah satu nilai penting dalam pendidikan karakter adalah nilai
agama. Nilai agama yang tercermin dalam mata pelajaran pendidikan
agama disekolah seharusnya menjadi salah satu fokus penting dalam
pendidikan karakter. Pendidikan agama mengajarkan dengan jelas
melalui salah satu pilar utamanya yaitu pendidikan akhlak, bahwa
manusia dalam menjalin hubungannya dengan manusia yang lain harus
didasarkan dalam nilai-nilai penghormatan, penghargaan terhadap
sesama berdasarkan nilai-nilai ke-Tuhanan. Pendidikan akhlak sebagai
salah satu pilar pendidikan agama sayangnya kurang diperhatikan
dalam materi pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama
seringkali hanya sebatas materi tentang ibadah kepada Tuhan.
Penekanan tentang arti pentingnya materi akhlak dalam matapelajaran
pendidikan agama dirasa kurang oleh banyak kalangan, terutama
orangtua. Bahkan jam pelajaran untuk pendidikan agama disekolah
pun jika dilihat dari urgensi pendidikan agama itu sendiri dirasa masih
jauh dari kata cukup. Hal ini tentunya tidak luput dari cara pandang
pengambil kebijakan tentang arti pendidikan, khususnya pendidikan
4 Kesadaran orangtua didik terhadap masih kurangnya materi
pendidikan agama inilah yang banyak mendorong sebagian orang tua
yang akhirnya memilih anaknya untuk bersekolah di madrasah diniyah
atau madrasah sore. Madrasah diniyah yang notabene jika dilihat dari
pengertian artinya saja dapat secara eksplisit dipahami sebagai
lembaga pendidikan agama, atau dengan kata lain sekolah agama, jelas
mengajarkan jauh lebih banyak, bahkan seluruhnya adalah pendidikan
agama. Para orangtua melihat bahwa madrasah diniyah adalah sebuah
solusi alternatif dan bahkan sebagian melihatnya sebagai utama untuk
mendidik anak-anaknya sehingga mereka tidak hanya pintar dalam
pengetahuan, tetapi juga paham agama.
Madrasah diniyah sebagai lembaga informal yang mengajarkan
materi pendidikan agama masih belum mendapatkan banyak perhatian
dari pemerintah. Keadaan ini seringkali dapat dilihat dari belum
adanya pembinaan oleh pemerintah pusat maupun daerah, baik melalui
kementrian agama maupun kementrian pendidikan. Berbagai macam
kebutuhan madrasah diniyah baik dari sisi infrastruktur, operasional
maupun dalam hal kurikulum masih terkesan apa adanya. Hal ini
seringkali menjadikan madrasah diniyah hanya sebagai “tambahan atau
alternatif” untuk pendidikan agama saja. Padahal pendidikan agama
adalah salah satu pilar utama pedidikan karakter yang notabene hari ini
sangat menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat secara
5 Selain sekolah maupun madrasah diniyah sebagai “alternatif”,
peran orang tua dalam pendidikan karakter juga sangat penting. Orang
tua merupakan teladan bagi anak-anaknya, seharusnya demikianlah
yang berlaku. Hal ini menjadi sangat penting karena waktu yang
dihabiskan anak disekolah biasanya jauh lebih kecil dibandingkan
disekolah ataupun madrasah. Luasnya waktu tersebut harusnya
dimanfaatkan betul oleh para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai
yang baik kepada anaknya. Selain itu, orang tua lah yang seharusnya
paling mengerti bagaimana watak dari anaknya. Sehingga penanaman
nilai-nilai yang baik dalam rangka pembentukan karakter anak akan
semakin mudah. Dalam pendidikan karakter, keteladanan orangtua
adalah salah satu kunci penting bagi pembentukan karakter anak.
Keteladan orang tua menjadi penting karena seringkali secara tidak
sadar anak meniru begitu saja apa yang dilakukan atau dikatakan oleh
orang tua.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin memahami lebih
jauh tentang “PENGARUH PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH
DAN ORANG TUA TERHADAP KARAKTER ANAK (Studi Kasus
di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis, Desa
Sangubanyu,Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang)”.
6 1.... Baga
imana pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter
anak?
2... Baga iman pengaruh orang tua terhadap karakter anak?
3.... Baga
iman pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua
terhadap karakter anak?
4... Ada kah pengaruh pendidikan madrasah diniyah terhadap karakter
anak?
5... Ada kah pengaruh orang tua terhadap karakter anak?
6.... Ada
kah pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap
karakter anak?
C. ... Tuj uan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.... Untu
k mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan madrasah diniyah
7 2.... Untu
k mengetahui bagaiman pengaruh orang tua terhadap karakter
anak.
3... Untu k mengetahui bagaiman pengaruh pendidikan madrasah diniyah
dan orang tua terhadap karakter anak.
4... Untu k mengetahui adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah
terhadap karakter anak.
5.... Untu k mengetahui adakah pengaruh orang tua terhadap karakter anak.
6... Untu k mengetahui adakah pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan
orang tua terhadap karakter anak.
D. ... Hip
otesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah
sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo
8 Pengujian hipotesa adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan
suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis
tersebut. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat
mengandung ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar dan bisa
salah, sehingga menimbulkan resiko. Dalam suatu penelitian, hipotesis
merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang
berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam
hipotesis tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penulisan ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi
semua kalangan pendidik, baik itu di lembaga sekolah formal maupun
non formal, dan juga memberikan manfaat bagi orang tua untuk lebih
memaksimalkan peran mereka dalam membentuk karakter anak sejak
dini. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain:
a. ... Man faat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan agar memperkaya khasanah
dalam studi pendidikan karakter, khususnya pendidikan
9 b.... Man
faat praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat, pemerintah
tentang arti pentingnya madrasah diniyah sebagai lembaga
pendidikan yang berperan penting terhadap terbentuknya
karakter anak.
b. Sebagaibahan masukan bagi orang tua terutama dalam
mendidik putra-putrinya sehingga bisa mencetak karakter yang
baik nantinya.
F.... Defi nisi Operasional
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu, bisa berupa
orang, benda dan sebagainya yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2007:849).
2. Pendidikan Madrasah Diniyah
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih
dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan
sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: pedagogi dan
pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan” sedangkan pedagogik
artinya “ilmu pendidikan”. Dalam pengertian yang sederhana dan
10 menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan (Ihsan, 2011: 1).
Madrasah berasal dari kata darasa (belajar) yang mempunyai
isim makan madrasah yang berarti tempat belajar atau sekolah (Warson, 1997:398).
Menurut departemen agama, madrasah diniyah adalah
madrasah yang seluruh mata pelajarannyaber-materi-kan ilmu-ilmu
agama,fiqh, tafsir, tauhid, hikmat tasyri’, dan ilmu-ilmu agama
lainnya (Depag, 2000:7).
Madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan yang
memberikan pendididkan dan pengajaran secara klasikal. Madrasah
diniyah bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan agama
Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima
pelajaran agama Islam di sekolahnya (Amin, 2004:39).
3. Orang Tua
Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak
sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam
keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru (Wibowo, 2012:
120).
11 Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
(Wibowo, 2012: 35).
Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilaikarakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut, dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif (Wibowo, 2012: 35).
G. ... Met ode Penelitian
Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada
bukti-bukti nyata dengan prosedur-prosedur jelas dan sistematis, serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan
berkaitan dengan metode penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.... Pend ekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang diterapkan oleh
peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Mengapa peneliti memilih
12 terdapat karakteristik yang cenderung di hasilkan dan di
kumpulkannya berupa angka-angka.
2.... Loka
si dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasikan di Madrasah Diniyah Miftahul
Ulum Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang,
Kabupaten Batangyang dilaksanakan pada BulanAprilsampai Mei
2014.
3... Popu lasi dan Sampel
a. ... Popu
lasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011: 80).
Dalam penelitian, yang menjadi populasi adalah semua
murid atau santri di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang
berjumlah 171santri. Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh
Jetis, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten
Batang.
13 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010: 174). Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,
2011: 81). Jumlah sampel yang peneliti ambil adalah 50% dari
jumlah populasi atau 85 santri.
4... Met ode Pengumpulan Data
a.Metode Angket
Metode angket adalah pengumpulan data dengan jumlah
pertanyaan untuk memperoleh data, beberapa jawaban, beberapa
responden (Koentjaraningrat, 1997: 173).
Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
mengenai pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan peran
orang tua terhadap karakter anakdi Madrasah Diniyah Miftahul
Ulum Dukuh Jetis, Desa Sangubanyu, KecamatanBawang,
Kabupaten Batang.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis (Arikunto, 2010: 201). Dalam penelitian
ini dokumen yang tertulis diantaranya struktur organisasi, staf
14 5.... Instr
umen Penelitian
Menurut Arikunto (1998: 151), instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan angket. Angket terdiri dari tiga yaitu,
yang pertamapendidikan madrasah diniyah, kedua peran orang tua,
dan yang terakhir yaitu karakter anak. Berikut ketiga tabel variabel
yang disarikan dari berbagai sumber:
TABEL I
PENDIDIDKAN MADRASAH DINIYAH
Variabel Indokator Butir
angket Pendidikan
madrasah
diniyah
1.Anak diajari untuk menghormati
kepada orang yang lebih tua dan
menyayangi kepada yang lebih
muda.
2
2. Anak diajari untuk bersikap
rajin dalam beribadah membaca
Al-Qur’an dengan benar.
2
3. Anak diajari untuk bersikap dan
bertutur kata dengan sopan.
15
Variabel Indikator Butir
angket
Peran
Orang Tua
1. Memberikan keteladanan pada
anak.
4
2. Membimbing dan mengarahkan
anak kedalam hal-hal yang baik.
3
3. Menanamkan nilai keagamaan
dan sosial pada anak.
3
TABEL III KARAKTER ANAK
Variabel Indikator Butir
angket
Karakter
Anak
1. Mampu menunjukkan sikap
jujur, disiplin, dan toleransi.
3
2. Mampu menunjukkan sikap
sopan dan santun terhadap semua
orang.
2
3. Mempunyai rasa peduli terhadap
orang lain.
16 4. Mampu menunjukkan sikap
religius.
3
5. Mempunyai sikap tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan
orang lain.
1
6.... Anal
isis Data
Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis
data yang di peroleh untuk mencari ada tidaknya pengaruh
pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak
di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis, Desa
Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Penulis menggunakan analisis persentase menggunakan
rumus:
F : Frekuensi yang sedang di cari prosentasenya
N : jumlah siswa atau siswi
100% : Bilangan Konstan
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh kompetensi
17 kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa adalah
menggunakan rumus product moment, sedangkan untuk
mengetahui adakah pengaruh pendidikan madrasah dan orang tua
terhadap karakter anak digunakan rumus regresi ganda, karena
dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 variabel yang yakni
pengaruh pendidikan madrasah diniyah (X1), orang tua (X2),
karakter anak(Y).
Adapun rumus product moment, berdasar ini Sugiono (2010: 255) memberikan teknik analisis melalui rumus:
a) Mencari pengaruh X1 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:
rX1Y =
Keterangan:
rX1Y = Angka indek Korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
X1Y = Jumlah hasil Perkalian antara skor X1 dan skor Y
X1 = Jumlah seluruh skor X1
Y = Jumlah seluruh Y
b) Mencari pengaruh X2 terhadap Y dengan cara sebagai berikut:
rX2Y =
Keterangan:
rX2Y = Angka indek Korelasi “r” Product Moment
18 X2Y = Jumlah hasil Perkalian antara skor X2 dan skor Y
X2 = Jumlah seluruh skor X1
Y = Jumlah seluruh Y
c) Mencari korelasi X1 dan X2
rX2Y =
d) Untuk menguji regresi ganda dengan mengkorelasikan ketiga
variabel dengan rumus sebagai berikut :
RX1X2Y =
Keterangan :
RX1X2Y = Korelasi ganda antara X1 X2 dan Y
rX1Y = Korelasi antara rx1y
rX2Y = Korelasi antara rx2y
rX1X2 = Korelasi antara rx1x2
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya
hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau
diperoleh nilai Ha(hipotesis alternative) dikonsultasikan pada tabel
pada taraf 5%.
Apabila nilai Ho diperoleh sama atau lebih besar dari nilai Ha
maka hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis
19 H. ... Siste
matika Penulisan
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan kajian
pustaka yang berisi variabel-variabel dan teori mengenai hubungan
antara variabel.
Bab III merupakan bagian dari hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum lokasi dan subyek meliputi sejarah singkat Madrasah
Diniyah Miftahul Ulum, letak geografis, struktur organisasi
kepengurusan, sistem pendidikan dan pengajaran, kelembagaan, sarana
dan prasarana Madrasah Miftahul Ulum.
Bab IV merupakan analisis data yang meliputi analisis deskriptif
(tiap-tiap variabel), pengkajian hipotesis dan pembahasan.
Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Karakter Anak
1. Pengertian Pendidikan Karakter
a. Makna Pendidikan
Istilah pendidikaan berasal dari kata didik yang memberinya
awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari
bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarati bimbingan yang diberikan kepada anak (Wibowo, 2012: 17).
Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
21 terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
negara.
b. Makna Karakter
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “karraso” yang berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti dalam sidik jari.
M Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009:
1) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti “dipahat” (Asmani, 2011: 27). Jika ditelusuri,
kata karakter dalam bahasaIndonesia berasal dari bahasa Inggris
character yang berasal dari bahasa Latin “kharassein”, “kharax” yang berarti membuat tajam, membuat dalam.
Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
(Wibowo, 2012: 35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
22 yang berarti sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap
pikiran dan tingkah laku;budi pekerti;tabiat.
Karakter anak yang dimaksud disini adalah suatu proses atau
usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan
membentuk tabiat, watak, sifat, kejiwaan, akhlak (budi pekerti),
insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan
tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
c. Makna Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut, dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif (Wibowo, 2012: 35).
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu
yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan(action). Menurut Thomas Lickona, tanpaketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan afektif (Azzet, 2013: 27).
2. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter
Para aktivispendidikan karakter melukiskan beberapa nilai penting
dalam pendidikan karakter yang kait-mengait yaitu; (1)Responsibility
(tanggung jawab), (2) respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), (4)
23 (kewarganegaraan), (7) self-discipline (disiplin diri), (8) caring
(peduli), dan (9) perseverance (ketekunan). Nilai-nilai dasar kemanusiaan tersebut harus dikembangkan dan dibangun sejak usia
dini mulai dari rumah, dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah
dan diterapkan secara nyata di lingkungan masyarakat (Maksudin,
2013: 51).
Berikut adalah deskripsi prilaku dari pada nilai yang tertera diatas:
a. Tanggung jawab: prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Biasa menyelesikan
tugas-tugas tepat waktu; menghindari sikap ingkar janji dan biasa
menyelesaikan tugas sampai selesai.
b. Rasa hormat: sering berupaya untuk bersikap hormat kepada orang
tua, saudara, teman dan guru, dan berupaya untuk menghindarkan
diri dari sikap tidak hormat.
c. Keadilan: sering berupaya untuk melakukan sesuatu kepada orang
lain secra proporsional, dan berusaha untuk tidak serakah dan
curang.
d. Keberanian: mencoba suatu hal yang baru yang bersifat positif,
mengerjakan tugas sampai selesai dan mau menerima tugas dari
24 e. Kejujuran: biasa mengatakan yang sebenarnya, apa yang dimiliki
dan di inginkan, tidak pernah bohong, biasa mengakui kesalahn
dan biasa mengakui kelebihan orang lain.
f. Kewarganegaraan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya
g. Disiplin diri: bila mengerjakan sesuatu dengan tertib,
memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang positif bagi diriya,
belajar secara teratur dan selalu mengerjakan seuatu dengan penuh
tanggung jawab.
h. Peduli: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
i. Ketekunan: tidak mudah bosan dalam belajar, baik di rumah,
sekolah, maupun di dalam kelompok, secara berkesinambungan,
dan menghindari sikap bosan baik dalam belajar maupun
membantu orang tua.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam sebuah penilitian, Daniel Goleman mengemukakan bahwa
keberhasilan seseorang dalam masyarakat justru lebih dipengaruhi oleh
kecerdasan emosinya (80%) dibandingkan kecerdasan otak (20%). Hal
ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi sebagai hasil dari pendidikan
karakter mendorong seseorang untuk lebih bisa bermanfaat dalam
25 mewujudkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Para tokoh dunia
pendidikan di Barat seperti Klipatrik,Lickona,Brooksdan Gooble
misalnya, mengemukakan bahwa pendidikan moral atau karakter
adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan (Majid &
Andayani, 2011: 30).
Dalam Undang-Undang Sisdiknas, baik pada Pasal 1 maupun Pasal
3 tahun 2003, jelas sekali disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan
nasional adalah membentuk manusia-manusia Indonesia yang tidak
hanya memiliki kepandaian, kecerdasan, tetapi juga memiliki
kepribadian dan berakhlak mulia.
Dalam konteks sekolah, pendidikan karakter bertujuan untuk
membentuk peserta didik yang terinternalisasi didalam dirinya
nilai-nilai kebajikan, sehingga mewujudkan perilaku yang baik (Wiyani,
2013:70). Pentingya penanaman nilai-nilai kebajikan dalam diri
peserta didik juga dapat dilihat dari tujuan pendidikan karaketer
sebagai berikut:
a. Membentuk peserta didik yang berpikir rasional, dewasa,
bertanggungjawab.
b. Mengembangkan sikap mental yang terpuji.
c. Membina kepekaan sosial anak didik.
d. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang
26
e. Membentuk kecerdasan emosional.
f. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar,
beriman, takwa, bertanggungjawab, jujur, adil dan mandiri (Hamid
& Saebani, 2013:39).
4. Proses Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan
nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa
diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak
mulia.
Karakter merupakan watak, sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran, tingkah laku dan budi pekerti
seseorang. Pembentukan karakter seorang anak sebenarnya sudah
terwakili ketika masih dalam kandungan. Ketika sang ibu sedang
mengandung bayi, ketika itu pula prosespembentukan karakter terjadi
pada jabang bayi atau anak sebelum ia terlahir kedunia. Dalam
membentuk karakter anak atau mendidik kejiwaan anak, tidak
semudah menanam bibit tanaman yang mana dengan hanya
menaburkan biji saja bisa tumbuh. Anak adalah aset dalam sebuah
keluarga, yang mana harus dijaga dengan sebaik mungkin.
Membesarkan fisik anak jauh lebih mudah dibandingkan dengan
membentuk (mendidik) karakter seorang anak, hanya dengan memberi
27 sedangkan karakter atau jiwa seorang anak haruslah di bentuk mulai
sejak kecil dengan cara meneladani anak pada hal-hal yang baik, salah
satu cara yang efektif membangun karakter adalah dengan teladan
orang tua dan disiplin. Hendaknya orang tua dapat memberikan
contoh/teladan dan perilaku yang baik sehingga anak akan
teridentifikasi berperilaku baik. Sehingga dengan adanya proses yang
panjang dan lama akan terbentuk karakter anak yang baik dan
memiliki sikap jujur, tanggung jawab, disiplin adil, peduli dan kerja
sama.
5. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Anak
Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hadjar
Dewantara memandang ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh
dalam pembentukan karakter anak, semua ini disebut “Tripusat
Pendidikan” atau “Trisentra” yaitu;
1) Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.
2) Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.
3) Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat
(Engku, Zubaidah, 2014: 111).
6. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter Anak
Salah satu pilar penting dalam pendidikan agama adalah
28 tersebut sesuai dengan tugas utama di utusnya Nabi Muhammad yaitu
untuk menyempurnakan akhlak. Sebagaimana telah kita ketahui dalam
diri pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung
yang menyatakan: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri
teladan yang baik”. Pendididkan agama sangatlah penting di berikan
kepada anak supaya dalam kehidupan masa depan bisa menjadi
manusia yang mempunyai watak, budi pekerti yang sopan dan santun.
Dalam mewujudkan karakter yang baik pada anak, hendaknya anak
diajarkan tentang bagaiamana cara berperilaku, bertuturkata, bergaul
dan bermasyarakat. Semua itu sudah terkumpul atau termuat menjadi
satu dalam pendidikan agama, baik itu pendidikan yang diperoleh
dirumah maupun disekolah. Pendidikan agama yang diberikan kepada
anak seperti; pendidikan akhlak, fiqih, Al-qur’an Hadits, dan tarikh
Nabi Muhammad SAW supaya kelak anak bisa meniru dari pada sikap
yang dimiliki Nabi Nya tersebut yaitu sikap siddiq, amanah, tabligh
dan fatanah yang dijadikan sebagia pedoman dalam kehidupannya.
Untuk membentuk karakter anak diperlukan penenaman nilai-nilai
agama yaitu nilai yang diajarkan berdasarkan pada ajaran agama Islam
yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap anak didik,
diantara sumber nilai-nilai agama yaitu:
a. Nilai Ilahiyah: yaitu nilai keagamaan berhubungan dengan
ketuhanan yang amat penting yang harus ditanamkan kepada setiap
29 sesungguhnya akan menjadi inti kegiatan pendidikan. Diantara
nilai-nilai yang sangt mendasar yaitu: iman, islam, ihsan, taqwa,
ikhlas, tawakkal, syukur, sabar. Tentunya masih banyak lagi nilai
keagamaan yang lainnya, akan tetapi nilai-nilai diatas cukup
mewakili nilai-nilai keagamman mendasar yang perlu ditanamkan
pada anak.
b. Nilai Insaniyah: yaitu nilai keagamaan berhubungan dengan
manusia yang mengajarkan tentang Silatu al-rahmi, Al-Ukhuwah,
Husnu al-dzan, Iffah atau Ta’affuf, dan lain-lain (Majid, Andayani,
2012: 97).
B. Orang Tua
1. Makna Orang Tua
Istilahorang tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua
adalah “ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai,
ahli), orang yang dihormati (disegani), pria dan wanita yang menjadi
ayah dan ibu seorang anak”. Orang tua adalah pihak yang paling dekat
dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang
terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru
(Wibowo, 2012: 120).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah.
30 keluarga, karena orang tua merupakan bagian dari keluarga yang
mempunyai keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.
2. Peran OrangTua
Orang tua yang menginginkan anaknya agar bisa tumbuh dan
berkembang dengan karakter yang baik, maka sebagai orang tua harus
bisa melakukan perannya yang sesungguhnya, yang mana orang tua
tidak boleh membiarkan para anak-anaknya berbuat suatu hal sesuka
hatinya yang bisa melanggar norma dan nilai ajaran agama, diantara
peran sebagai orang tua diantaranya yaitu:
a. Mendampingi Anak-Anaknya
Hendaknya orangtua dapat mendampingi anak-anaknya agar
bisa tumbuh dan berkembang dalam pantauan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya. Mendampingi bukan berarti mengekang
anak, “mendampingi” berarti menemani anak-anak tumbuh dan
berkembang sesuai dengan masa pertumbuhan dan
perkembangnya.
b. Membimbing Anak-Anaknya
Orangtua dapat membimbing anak-anaknya agar tumbuh dan
berkembang sesuai dengan harapan. Dalam membimbing anak
yang mest diberikan adalah petunjuk dan nasihat untuk menempuh
31 bersikap tebuka dan berkomunikasi yang baik dengan
anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anakakan senang hati untuk
terbuka kepada orang tuanya apabila sedang mengalami masalah.
c. Mendidik Anak-Anaknya
Mendidik anak sepenuhnya adalah tanggung jawab orang tua,
tetapi demi memenuhi kebutuhanpendidikan yang lainnya, orang
tua harus sadar untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke
sekolah yang formal. Dalam lingkungan sekolah anak bertemu
dengan guru yang mengajarkan banyak hal yang dirumah tidak di
dapatkannya.
d. Menjadi Teladan Bagi Anakya
Orang tua adalah faktor utama dalam keberhasilan pendidikan
karakter, teladan yang baik dari orang tua sebaiknya di tunjukkan
pada anak sedini mungkin, karena seorang anak akan dengan sadar
atau tidak, mereka akan mencontoh sikap, perilaku orang tuanya.
Sebagaimana dalam pribahasa “buah jatuh tak jauh dari
pohonnya” (Azzet, 2013: 53-55).
3. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap
Anak
Sebagaimana yang telah kita ketahui sebagai orang tua memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap anaknya yang tidak berwujudkan
32 kebutuhan yang di butuhkan oleh anak adalah tangggung jawab
daripada orang tuanya.
Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya diantaranya:
a. Memelihara dan membesarkannya,
tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan
perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya,
baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan
dirinya.
c. Mendidik dengan berbagai ilmu
pengetahuandan ketrampilan yang beruguna bagi hidupnya,
sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan
membantu orang lain (hablum minan nas) serta melaksanakan kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia akhirat
dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan
Allah sebagai tujuan akhir hidupmuslim. Tanggung jawab ini
dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah (Ihsan,
2011: 63).
33
1. Madrasah Diniyah
Madrasah diniyah atau dalam pengertiannya secara harfiah
“sekolah agama”, berasal dari istilah ‘madrasah’ dalam bahasa Arab yang pengertiannya umum, tempat belajar atau sekolah, yang tidak
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Kata ‘diniyah’ yang berarti agama memberikan penegasan bahwa apa yang diajarkan dalam
lembaga ini hanyalah ilmu agama. Berbeda dengan pengertian
“madrasah” tanpa kata “diniyah”, madrasah diniyah hanya
mengajarkan ilmu agama, sedangkan madrasah (seperti Madrasah
Ibtidai’iyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah) tidak hanya
mengajarkan ilmu agama, akan tetapi juga mengajarkan
ilmu-ilmu umum.
Madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan
yang diharapkan mampu secara menerus dapat memeberikan
pendididkan keagamaan yang tidak terdapat atua tidak terpenuhi di
sekolah-sekolah umum. Madrasah diniyah merupakan lembaga
pendidikan turunan dari pesantren atau yangsering disebut dengan
sekolah sore.
2. Ciri-Ciri Madrasah Diniyah
Adapun ciri-ciri dari pada madrasah diniyah diantaranya:
34
b. Madrasah diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat
diselenggarakan dimana saja.
c. Madrasah diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas
secara ketat.
d. Madrasah diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.
e. Madrasah diniyah waktunya relatif singkat.
f. Madrasah diniyah mempunyai metode pengajaran yang
bermacam-macam.1
3. Tujuan Madrasah Diniyah
a. Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang
sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan
martabat dan mutu kehidupanya.
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang diperluakan untuk
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan
ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi, dan
1http://kulliyatul.blogspot.com/2013/03/pengertian-madrasah-diniyah.html. diakses 20
35 c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah (TP 73 Pasal.2 ayat 2
s.d 3).
4. Kedudukan Madrasah Diniyah dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional
Dalam undang-undang dan peraturan pemerintahan yang mengatur
pendidikan islam sangat jelas pada UU No. 20 Tahun 2003. Di dalam
aturan tersebut setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan
Islam. Pertama, kelembagaan, diakuinya keberadaan lembaga
pendidikan madrasah, Pesantren Diniyah Raudhatul Athfal sebagai
lembaga yang diakui, dan diakui keberadaan madrasah sebagai
lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah. Kedua,pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, yakni diakuinya keberadaan pelajaran
agama Islam di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. Ketiga, nilai (value) terdapat seperangkat niali-nilai Islam dalam sistem pendidikan nasional (Daulay, 2012: 7).
Menteri Agama menegaskan, madrasah dan pondok pesantren telah
menunjukkan kiprah nyata dalam pembangunan karakter bangsa, baik
secara kelembagaan maupun personal bagi para alumninya. Dalam
perkembangannya, kedua pendidikan itu mengalami transformasi
kelembagaan. “ini merupakan konsekuensi logis dari semakin besarnya
36
pesantren”.2 Pada awalnya, pendidikan keagamaan Islam
diselenggarakan dalam bentuk layanan pendidikan informal di
lingkungan keluarga, rumah-rumah penduduk, dan masjid atau surau.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Islam, pendidikan keagamaan
merambah dalam bentuk nonformal dalam bentuk pesantren dan
madrasah diniyah. Pada pesantren, proses pembelajaran pada
umumnya dilakukan dengan sistem berasrama (boarding). Sedangkan
pada madrasah diniyah, pembelajaran dilakukan sore hari, yang pada
umumnya murid-muridnya adalah anak-anak yang pada pagi hari
mengenyam pendidikan umum/sekolah.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Madrasah Diniyah
Madrasah Diniyah Miftahul Ulum berdiri pada tahun 1985. Berdiri diatas
tanah seluas 200 m2 yang merupakan tanah wakaf, Madrasah Diniyah
37 Miftahul Ulum di dirikan atas keprihatinan masyarakat Dukuh Jetis karena
belum adanya madrasah diniyah di daerah mereka sendiri. Anak-anak
Dukuh Jetis yang ingin bersekolah madrasah sore harus pergi ke desa lain
seperti di desa tegal Bunder, Gupit dan lainnya yang jaraknya lebih dari 2
KM. Melihat kondisi tersebut, Bapak Juri Nasrudin salah seorang tokoh
masyarakat setempat, mempunyai niatan untuk membangun sekolah
madrasah di Dukuh Jetis, supaya anak-anak tidak sekolah di desa tetangga
yang memang jaraknya lumayan jauh.
Niatan Bapak Juri akhirnya terwujud, dan madrasah tersebut kemudian
di beri nama Madrasah Diniyah Miftahul Ulum. Nama Madrasah Mifahul
Ulum berasal dari kata Miftah yg berarti“ kunci” dan Ulum yang berarti “
ilmu”, sehingga Miftahul Ulum berarti kunci nya ilmu. Nama tersebut
membawa sebuah harapan supaya didalam menuntut ilmu, anak-anak
dapat memperoleh kunci ilmu.
Pada angkatan pertama, Madrasah Miftahul Ulum memiliki murid
sebanyak 25 anak. Setiap tahunnya jumlah murid bertambah, tahun ini
jumlah santri sudah mencapai 171. Madrasah Diniyah Miftahul Ulum juga
sudah terdaftar sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan lembaga
pendidikan Ma’arif NU sejak tahun 1988 sampai sekarang.
38 Madrasah Diniyah Miftahul Ulum terletak di Dukuh Jetis, Desa
Sangubanyu, Rt 05/ Rw o2 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, Jawa
Tengah.
3. Dasar danTujuan
a. Dasar
Dasar/pondasi pembelajaran adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Karena Al-Qur‘an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan
kepada Nabi Muhammad bagi seluruh umat Manusia. Al-Qur’an
merupakan kitab Allah SWT yang dijadikan sumber pendidikan yang
terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral
(moral), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian)
dan alam semesta. Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut
dan utuh (Ahid, 2010: 21).
Sedangkan Al-Hadits atau Al-Sunnah merupakan jalan atau cara
yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad dalam perjalanan
kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan
beliau dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu; Hadis Qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan dan persetujuan nabi Muhammad
saw, Hadis Fi’liyah yaitu berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi, Hadis Taqririyah yaitu yang meripakan persetujuan Nabi atas tindakan dan peristiwa yang terjadi (Ahid, 2010: 25). Dari
39 sumber pendidikan Islam yang utama seletah Al-Qur’an, yang
merupakan penjelas dari pada isi dalam Al-Qur’an yang masih
membingungkan dan membutuhkan penjelasan.
b. Tujuan
Pada dasarnya Madrash Diniyah Miftahul Ulum mempunyai tujuan
yang bersifat umum dan khusus.
a. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang bisa bermanfaatkan sebagai bekal
kehidupannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan keimanan, ketakwaan dan kesadaran serta
pengalaman keislaman dalam kehidupan kebergaman
beragama.
2) Memberikan fasilitas pendidikan agama sebagai sarana untuk
bekal dalam mengarungi kehidupan.
3) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu
Agama Islam.
4) Mengembangkan sikap beragama praktek-praktek beribadah.
5) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam madrasah dan
sekitarnya.
40 Adapun kurikulum yang diterapkan di Madrasah Diniyah Miftahul
Ulum adalah sebagai berikut:
Tabel IV
Kurikulum Pendidikan Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Kelas I-VI Periode
2013-2014
Kelas Pelajaran Semester I Semeseter II Kitab
I
Al-Quran Surat An-Nas sampai
An-Nasr
Surat Al-kafiruun
sampai Al-Fiil
Juz’Amma
(Hafalan)
Ahlaq ”BismilLah” sampai
“Ono Tamu”
”Sikap dan Laku”
sampai “Cita-cita
luhur”
Ngudi Susilo
Tauhid Sifat Wajib Allah
sampai Sifat Rasul
Al-Quran Surat Al-Hamzah
sampai Al-Qori’ah
Ahlaq Mulai lafadz”
BismilLah” sampai
Bab Sandangan
sampai Kewajiban
41
“Ngerekso awak” Wong Tuo
Tauhid Sifat Mustahil Allah Sifat Mustahil Rasul
dan Sifat Jaiznya
Tauhid Jawan
Awal
Fiqih Bacaan shalat sampai
Salam
Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq
sampai Al-Insyiroh
Ahlaq Muqodimah sampai
Nadhom 20
Nadhom ke-21
sampai Nadhom
ke-38
Alala
Tauhid Muqodimah sampai
iman kepada Allah
Fiqih Muqodimah sampai
42
Al-Qur’an Surat Al-Balad
sampai Al-Fajr
Surat Al-Ghosiyah
sampai At-Toriq
Juz ‘Amma
Tajwid Muqodimah sampai
Al-Ma’rifah
Ahlaq Muqodimah sampai
Ahlaq Iman kepada
Tauhid Muqodimah sampai
Iman kepada Allah
Fiqih Ahkamul Islam
sampai
Tarih Mulai “Sayyidina
43
Sorof Mulai Tsulatsi
Mujarrod Bab1-6
Al-Qur’an Surat Al-Buruj
sampai Al-Insyiqoq
Surat
Al-Muthoffifiin sampai
Al-Infithoor
Juz ‘Amma
Tajwid Mulai Ahkamul
Isti’adah sampai
Ahlaq Muqoddimah sampai
Bab 5
Bab 5 sampai Bab
10
Washoya
Tauhid Muqoddimah sampai
Ad Darsus Sabiq
Fiqih Usulul Islam sampai
44 Hijroh
Nahwu Bab Mubtada’ sampai
Bab Badal
Al-Mansubaat
sampai Mahfudhotul
Asma’
Jurumiyah
Sorof Bab Tsulasi Maziid
biharfi Waahid
Al-Qur’an Surat At-Takwiir
sampai Surat ‘Abasa
An-Naazi’at sampai
sampai An-Naba’
Juz ‘Amma
Tajwid Mahoorijul Huruf
sampai Sifaatul
Tauhid Mulai Muqoddimah
sampai Ad-Darsus
Fiqih Bab Thoharoh sampai
45
Tarih Mulai As-Sannatu
minal Hijroh sampai
Sorof Tasrif Lughoowi Fi’il
Madhi
5. Struktur Organisasi Kepengurusan
Adapun susunan kepengurusan Madrasah Diniyah Miftahul Ulum adalah
sebagai berikut:
Pelindung : Kepala Desa Sangubanyu
Penasehat : H. Muhlisin
Ketua : Ust. JuriNasruddin
Sekretaris : Khafidzin
Bendaharan : Rifa’i
Seksi-seksi :
Sarana dan Prasarana : 1. Muhyiddin
2. Surip
3. Turmudi
Kurikulum : 1. Maftuhin
46 3. Aminiddin
Humas : 1. Mas’ud
2. Said
3. Istinaroh
Pengawas : 1. Sajidin
2. Khamidah
6. Prestasi Madrasah
Prestasi yang dimiliki Madrasah Diniyah Miftahul Ulum dalam
mengukuti berbagai macam perlombaan diantaranya:
1. Juara II Cerdas cermat tingkat kecamatan tahun 2010.
2. Juara I Tahfidul Qur’an (putra) tingkat kecamatan tahun 2013.
3. Juara I Seni Baca Al-Qur’an/ Qiro’ (putra) tingkat kecamatan tahun
2013.
4. Juara I Hafalan Nadhom Aqidatul Awam (putra) tingkat kecamatan
tahun 2013.
5. Juara I Kaligrafi (putri) tingkat kecamatan tahun 2013.
6. Juara II PidatoBahasa Arab (putri) tingkat kecamatan tahun 2013.
7. Juara III Baca KitabKuning Safinah (putri) tingkat kecamatan tahun
2013.
8. Juara I Seni Baca Al-Qur’an/Qiro’ (putra) tingkat kabupaten tahun
2013.
9. Juara II Hafalan Nadhom Aqidatul Awam (putri) tingkat kabupaten
47 10.Juara Harapan I Seni Baca Al-Qur’an/Qiro’ (putra) tingkat propinsi
tahun 2013.
7. Profil Madrasah
Profil Madrasah Diniyah “Miftahul Ulum” Dukuh Jetis Desa
Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang:
1. Nama Madin : Miftahul Ulum
2. Alamat : Dukuh Jetis
3. Kode pos : 51274
4. No. hp : 085328919350
5. Desa : Sangubanyu
6. Kecamatan : Bawang
7. Kabupaten : Batang
8. Provinsi : Jawa Tengah
9. No.statistik : 311233250158
10.Nama Organisasi : Nahdlotul Ulama
11.Nama Ketua Yayasan : H. Muhlisin
12.Kegiatan Belajar : Pukul 13.30 – 17.30
13.Tahun Berdiri : 1985
14.Status Madrasah : swasta
15.Kurikulum yang digunakan : modifikasi
8. Keadaan Ustadz
Adapun tenaga pendidik madrasah diniyah terdiri dari lulusan
48 Daftar nama-nama pengajar madrasah diniyah dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel V
Nama Pengajar Madrsah Diniyah Miftahul Ulum
No Nama L/P Pendidikan / lulusan
2 Khafidzin L Pondok Pesantren Mamba’ul Huda,
Jawa Timur
6 Mas’ud L Pondok PesantrenDarussalam, Jepara 2000
7 Aminudin L Pondok PesantrenAl Hidayah,
12 Khamidin L Pondok PesantrenAsasul Huda,
Klawen-Batang
49
13 Turmudi L Pondok PesantrenAl Hidayah,
Plumbon
1988
14 Istinaroh P Pondok PesantrenDarussaalam,
Kaliwungu
2011
9. Tingkat Kelas dan Data Santri
a. Tingkat kelas
Madrasah Diniyah Miftahul Ulum memiliki 6 kelas yang
masing-masing kelas harus ditempuh dalam 2 semester (satutahun).
Tingkat awaliyah merupakan tingkat paling dasar dan terdiri dari 6
kelas, yaitu kelas satu sampai kelas enam. Pada tingkat ini anak
diajarkan berbagai ilmu keagamaan dasar seperti; tauhid, fiqih,
akhlaq, nahwu, sorof , tarikh dan lain-lain. Pada semua materi
pelajaran dalam satu minggu diajarkan 1jam kali satu pertemuan
setiap minggunya. Setelah selesai dari kelas satu sampai kelas
enam diadakan ujian sekolah dan diberi ijazah yang menunjukkan
bahwa sudah lulus tinggat awal/dasar.
b. Data santri
Santri yang belajar di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum ini
adalah anak-anak usia SD sampai SMP.
Adapun santri madrasah diniyah miftahul ulum pada periode 2014
50 Tabel VI
Data Santri Madrasah Miftahul Ulum Tahun Ajaran 2013/2014
Tingkatan Kelas Siswa Jumlah
L P
10.Sistem Pendidikan Madrasah Diniyah
Dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum
menggunakan metode bandongan. Metode bandongan merupakn metode
klasik yang biasanya digunakan dalam pembelajaran di madrasah sore,
pesantren.
51 Dalam penelitian ini, sampel yang diambil peneliti adalah 85 santri. Untuk
data yang akan dijadikan sampel dapat dilihat dalam lampiran skripsi.
C. Data Hasil Angket
Untuk memperoleh data tentang pengaruh pendidikan madrasah diniyah
dan orang tua terhadap karakter anak di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum,
peneliti menggunakan angket yang berisi10 pertanyaan tentang pendidikan
madrasah diniyah, 10 pertanyaan tentangperan orang tua dan 10 pertanyaan
tentang karakter anak dengan pilihan jawaban berupa opsi a, b, c, d. Adapun
bobot penilaian untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:
1) Alternatif jawaban A dengan skor 3
2) Alternatif jawaban B dengan skor 3
3) Alternatif jawaban C dengan skor 2
4) Alternatif jawaban D dengan skor 1
Adapun hasil angket yang diberikan responden akan disajikan pada tabel
di bawah ini.
TABEL VII
Hasil Angket Pendidikan Madrasah Diniyah
No Klasifikasi jumlah jawaan Jumlah Skor tiap Item Skor Nominas
54
84 6 3 0 1 18 9 0 1 28 A
85 2 2 4 2 6 6 8 2 22 C
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari
masing-masing responden,kemudian nilai itu diklasifikasikan pada
kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk
menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai
berikut:
Keterangan :
i : Interval
Xt : Nilai tertinggi
Xr : Nilai terindah
Ki : Kelas interval
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
55 1) Nominasi A adalah nilai 28-30 intensitas sangat tinggi
2) Nominasi B adalah nilai 25-27intensitas tinggi
3) Nominasi C adalah nilai 22-24 intensitas sedang
4) Nominasi D adaLah nilai 19-21 intensitas rendah
Dari data tersebut di atas pendidikan madrasah diniyahdapat
dikategorikan menjadi 4, sesuai dengan intervalnya:
1) Pendidikan madrasahdiniyah sangat tinggi ada 35responden
2) Pendidikan madrasahdiniyah tinggi ada 46 responden
3) Pendidikan madrasahdiniyah sedang4 responden
4) Pendidikan madrasahdiniyah rendah 0 responden
TABEL VIII
HasilAngket Peran Orang Tua
NO
KLASIFIKASI JUMLAH
JAWABAN JUMLAH SKOR TIAP ITEM
57 Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari
masing-masing responden kemudian nilai itu diklasifikasikan pada
58 kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk
menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai
berikut:
Keterangan :
i : Interval
Xt : Nilai tertinggi
Xr : Nilai terindah
Ki : Kelas interval
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
dalam kategori sebagai berikut:
1) Nominasi A adalah nilai 29-30 intensitas sangat tinggi
2) Nominasi B adalah nilai 27-28 intensitas tinggi
3) Nominasi C adalah nilai 25-26 intensitas sedang
59 Dari data tersebut di atas peran orang tua dapat dikategorikan
menjadi 4, sesuai dengan intervalnya:
1) Peran orang tua sangat tinggi ada 42 responden
2) Peran orang tua tinggi ada 28 responden
3) Peran orang tua sedang 14responden
4) Peran orang tua rendah 1 responden
TABEL IX
Hasil Angket MengenaiKarakter Anak
NO
KLASIFIKASI JUMLAH
JAWABAN JUMLAH SKOR TIAP ITEM
61
Nominasi tersebut didasarkan pada jumlah nilai yang didapat dari
masing-masing responden kemudian nilai tersebut diklasifikasikan
pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun untuk
menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai
62
Keterangan :
i : Interval
Xt : Nilai tertinggi
Xr : Nilai terindah
Ki : Kelas interval
Setelah diketahui lebar interval, maka ditetapkan klarifikasi
dalam kategori sebagai berikut:
1) Nominasi A adalah nilai 28-30 intensitas sangat tinggi
2) Nominasi B adalah nilai 25-27 intensitas tinggi
3) Nominasi C adalah nilai 22-24 intensitas sedang
4) Nominasi D adalah nilai 19-21 intensitas rendah
Dari data tersebut diatas karakter anak dapat dikategorikan
menjadi 4, sesuai dengan intervalnya:
1) Karakter anak sangat tinggi ada 3responden
63 3) Karakter anak sedang ada 29 responden
4) Karakter anak rendah ada 10 responden
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul sehingga
diketahui ada tidaknya pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang tua
terhadap karakter anak di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum Dukuh Jetis. Analisis
64 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan madrasah diniyah dan orang
tua terhadap karakter anak, maka data yang diperoleh akan dianalisis statistik dan
analisa kuantitatif. Dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan teknik
product moment dan regresi ganda sebagai berikut :
A. Analisis Deskriptif (Tiap-tiap Variabel)
Analisis pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui pendidikan madrasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak dengan menggunakan prosentase sebagai berikut:
P
Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi
N = Jumlah responden
1. Karakter Anak
Berdasarkan data dari hasil penelitian pada bab III tentang pengaruh pendidikan madarasah diniyah dan orang tua terhadap karakter anak diketahui rekapitulasiadalah sebagai berikut: