ANALISIS KEBIJAKAN RANTAI PASOK INDUSTRI KECIL KOMPONEN
KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM DI
JAWA BARAT
Oleh: Ahmad Efendi NPM. 078312005
ABSTRAK
The main problem of small industry of automotive components that is the production inability of small industry of automotive components in West Java to meet the market demands as a reflection of the difficulties in getting access to the capital and human resource constraints that are ready and trained. In this study using a dynamic systems approach that attempts to explore different variables into the system forming small industry of automotive components. Through the dynamic systems approach, this study try to see what pattern is produced over time and build the policy scenarios to improve those conditions. From the simulation results known that by more training and low interest rates will impact significantly to the level of production. This has affected the increase of component supply for large industry which fulfilled quickly since the short distribution channels that is from small industry to large industry so that the large industry can fulfill its needs for automotive from consumer. The model is used to simulate several policy scenarios: 1) scenario in basic conditions, 2) a scenario that focuses on lending rates, 3) a scenario that focuses on improving labor productivity and 4) a combination scenario of interest rate and labor productivity.
Keywords: Supply Chain, Small Industry of Automotive Components, Systems Dynamics
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu kunci keberhasilan industri adalah keberadaan jaringan rantai pasok
(supply chain) yang kompeten. Rantai pasok
adalah jaringan fisik yaitu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir (Oliver dan Weber, 1982).
Menurut
Council of
Logistics Management, Supply Chain
Management is the systematic, strategic
coordination of the traditional business
function within a particular company and
across business within the supply chain for
the purpose of improving the long term
performance of the individual company and
the suplly chain as a whole.
Munculnya SCM ini dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif dan perubahan
lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat.
Pada dasarnya industri kecil dan menengah (IKM) merupakan industri padat karya, yaitu industri yang menyerap tenaga kerja karena masih banyak menggunakan manusia dibanding penggunaan mesin. Permasalahan utama yang dihadapi oleh industri kecil adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Pasar memiliki perilaku yang dinamis, dimana terjadi perubahan-perubahan yang begitu cepat di pasar. Hal ini juga berlaku pada industri kecil tidak terkecuali industri kecil komponen kendaraan bermotor dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di pasar. Hal ini tentu saja menuntut adanya kebijakan-kebijakan terutama kebijakan dalam rantai pasok pada industri kecil, sehingga dengan demikian rantai pasok dapat mendukung industri kecil.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana industri kecil komponen kendaraan bermotor merespon permintaan pasar berdasarkan kriteria rantai pasok?
b. Bagaimana strategi industri kecil komponen kendaraan bermotor dalam merespon dinamika permintaan pasar? c. Bagaimana tindakan atau keputusan
kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan kinerja dari rantai pasok pada industri kecil komponen kendaraan bermotor tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan model dinamika sistem guna mengetahui bentuk respon dari industri kecil terhadap permintaan pasar dan strategi yang digunakan.
a. Menganalisis kebijakan yang sebaiknya diambil guna meningkatkan kinerja dari rantai pasok pada industri kecil.
1.4. Pembatasan dan Asumsi
Pada dasarnya dalam pemecahan masalah atau suatu persoalan diperlukan adanya pembatas dan anggapan-anggapan (asumsi) sehingga tidak menyimpang dari tujuan semula. Jadi pembatasan dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini terbatas pada industri kecil di Jawa Barat.
b. Industri kecil yang akan diteliti adalah gabungan industri kecil komponen kendaraan bermotor.
c. Produk industri komponen kendaraan bermotor diasumsikan homogen dalam satuan rupiah.
d. Industri kecil yang mempunyai kompetensi berbeda-beda namun saling terkait dan mendukung dalam memenuhi order.
e. Mekanisme dalam menganalisis penelitian menggunakan metode model dinamika sistem. Metode dinamika sistem erat berhubungan dengan pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistem yang kompleks, yaitu pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem seiring dengan perubahan waktu. f. Berdasarkan sudut pandang dinamika
sistem, model dibuat untuk menjawab sejumlah permasalahan, jadi dalam hal ini yang dimodelkan adalah permasalahan yang dihadapi dan bukan sistem secara keseluruhan. Hal ini perlu ditekankan karena tujuan permodelan akan sangat membantu dalam melakukan formulasi model, penentuan batasan model, validasi model, analisis kebijakan dan penerapan model dalam dunia nyata.
g. Asumsi utama dari konsep dinamika sistem adalah bahwa struktur pembentuk sistem merupakan suatu kumpulan dari struktur kausal yang melingkar dan tertutup.
h. Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi secara eksternal.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri
1. Industri besar, yakni industri dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri menengah/sedang, yakni industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang atau lebih.
3. Industri kecil, yakni industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
4. Industri rumah tangga, yakni industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang.
Secara umum industri komponen kendaraan bermotor terbagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Product-base industry, yaitu industri yang memproduksi komponen jadi yang bisa langsung dipakai oleh end user. Contohnya, busi, filter, motor wiper dan dinamo.
b. Process-base industry, yaitu industri pembuat komponen yang akan dikirim ke industri berikutnya untuk dirakit dengan produk process-based lainnya guna djadikan produk akhir berupa kendaraan bermotor roda dua ataupun roda empat. 2.2. Manajemen Rantai Pasok
Rantai pasok adalah jaringan
perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (Pujawan, 2005). Definisi
manajemen rantai pasok menurut Council of
Logistics Management(Pujawan, 2005):
Supply chain management is the systematic, strategic coordination of the traditional business function within a particular company and across business within the supply chain for the purpose of improving the long term performance of the individual company and the supply chain as a whole.
Tujuan utama dalam manajemen rantai
pasok adalah menciptakan nilai untuk
konsumen akhir oleh dalam jaringan rantai
pasok. Perusahaan dalam jaringan rantai
pasok harus mengintegrasikan proses aktivitas internalnya dengan perusahaan lain yang terdapat dalam jaringan. Proses integrasi merupakan koordinasi dan sharing informasi serta sumber daya untuk me-manage proses secara bersama-sama.
2.3. Dinamika Sistem
Dinamika sistem melihat sistem atau proses sebagai suatu sosok yang terdiri dari elemen-elemen dimana masing-masing elemen saling berinteraksi. Elemen yang berinteraksi ini yang akan menentukan kinerja system secara keseluruhan.
Menurut Maani dan Mainzer sebuah simulasi dinamika sistem akan dapat mempelajari bagaimana sistem berkembang, prilaku sistem dimasa datang dapat diprediksi atau diramalkan serta dapat menentukan bagaimana mempengaruhi perilaku masa depan tersebut. Fokus utama dari metodologi dinamika sistem adalah pemahaman atas sistem sehingga langkah-langkah pemecahan masalah memberikan umpan balik pada pemahaman sistem.
Sesuai namanya dinamika sistem dikaitkan dengan kecenderungan dinamika yang kompleks, pola seperti apa yang dihasilkan seiring dengan berjalannya waktu. Enam tahapan dalam pemecahan masalah dinamika sistem adalah:
1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi sistem
3. Formulasi model
4. Simulasi dan validasi model 5. Analisis kebijakan dan perbaikan 6. Implementasi kebijakan
Asumsi utama paradigma dinamika sistem bahwa kecenderungan muncul dari struktur sebab akibat internalnya dari kendala fisik dan tujuan sosialnya, imbalan dan tekanan-tekanan yang menyebabkan secara kumulatif menghasilkan kecenderungan dinamik yang dominan pada sistem secara keseluruhan. Model system dinamik dibentuk oleh banyak lingkar umpan balik yang dihubungkan bersama-sama, yang menggambarkan system tertutup. Sebagian besar variable terjadi dalam hubungan umpan balik dan endogen, bila ada faktor-faktor yang mempengaruhi system dari luar tanpa dipengaruhi dirinya sendiri, factor tersebut dipertimbangkan sebagai variable aksogen dalam system.
Proses umpan balik tidak segera beroperasi, pengaturan waktu (timing) perilaku system bergantung adanya elemen system yang menciptakan kelambatan
(delay). Elemen yang merupakan faktor
Variabel/parameter ini didefinisikan untuk membentuk struktur umpan balik. Lingkar umpan balik dibedakan menjadi 2 yaitu positif dan negatif. Lingkar umpan balik positif jika jumlah tanda negatif ( - ) dalam loop berjumlah genap. Tanda ( + ) dibentuk dari hubungan antara 2 parameter. Lingkar umpan balik negatif jika jumlah tanda ( - ) dalam loop berjumlah ganjil.
Pemahaman atas sistem melahirkan identifikasi dan definisi atas permasalahan yang terjadi dalam sistem tersebut. Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan atas dasar permsalahan yang didefinisikan. Ini akan menimbulkan pemahaman-pemahaman yang lebih mendalam atas sistem yang selanjutnya mungkin akan menimbulkan redefinisi masalah sampai konseptualisasi sistem dinyatakan dapat diterima.
Didasari atas konseptualisasi sistem ini, selanjutnya model diformulasikan secara detail dalam persamaan matematis yang juga akan menimbulkan tambahan pemahaman akan sistem. Formulasi terus berlangsung dengan tujuan mendapatkan model logis yang dapat mempresentasikan sistem nyata.
3. MODEL PEMECAHAN MASALAH
3.1. Tahapan Pemecahan Masalah
Sutau penelitian merupakan rangkaian proses yang terkait secara sistematis. Tiap tahap merupakan bagian yang menentukan tahapan berikutnya, sehingga harus dilakukan secara cermat. Adapun tahapan-tahapan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagaimana terlihat pada gambar 3.1.
Metoda pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dinamika sistem. Langkah-langkah metodologi dinamika sistem adalah sebagai berikut (tampak pada gambar 3.2):
1. Identifikasi dan mendefinisikan masalah Hal ini merupakan langkah pertama dalam menyelesaikan masalah menggunakan metodologi dinamika sistem. Point-point yang ditunjukkan dalam konteks ini adalah berorientasi pada masalah, menunjukkan secara holistik, merancang kebijakan, dan horizon waktu yang lama.
2. Menggambarkan sistem
Sistem yang digambarkan meliputi sebagai berikut yaitu batasan model, identifikasi hubungan timbal balik, dan gambaran kebijakannya.
3. Formulasi model
Sistem yang telah digambarkan didefinisikan secara jelas formulasi model yang meliputi lingkaran pengaruh timbal balik, aliran fisik dan informasi, variabel dan parameter-parameter. Untuk mengembangkan model maka data yang diambil dari berbagai sumber dan perilaku sistem yang menjelaskan secara endogenus.
4. Simulasi dan validasi
Model dinamika sistem disimulasikan untuk menghasilkan perilaku dari masalah-masalah pada sistem nyata. Untuk beberapa kegunaan secara praktis dari model adalah untuk melakukan validasi kasus dalam dinamika sistem dengan beberapa prosedur.
5. Analisis dan pengembangan kebijakan Secara keseluruhan maksud utama dari pembelajaran dan pemodelan ini adalah untuk mendesain pengembangan kebijakan sebagai suatu perbaikan terhadap perilaku sistem.
Kebijakan didesain berdasarkan pada pemahaman dari pemodelan yang dibuat. Kebijakan baru yang diambil berdasarkan intuisi dan hasil pengujian yang baik. 6. Implementasi
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
Gambar 3.2 Metodologi Dinamika sistem (Sushill, 1993)
3.2. Model Awal
Pergerakan produk diawali dari adanya informasi order kepada industri, dimana kemudian industri merespon permintaan tersebut dan mengirim produk kepada distributor dan selanjutnya sampai ke tangan konsumen. Adanya pergerakan produk dan informasi, maka setiap industri dituntut untuk menyampikannya secara cepat dan tepat. Oleh karenanya, maka boundari sistem dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Hubungan antara Industri dan Pasar
4. ANALISA MODEL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hipotesa Model
Salah satu tahapan yang perlu dilakukan dalam proses dinamika sistem adalah tahapan dalam memformulasikan hipotesa dinamis. Hipotesa dimulai dengan membuatCausal Loop Diagram.
Hipotesis dari model yang dibangun adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis 1: Rendahnya delay pengiriman mengakibatkan pemenuhan PO produk oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor menjadi lebih cepat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor adalah besarnya delay pengiriman yang terjadi, dimana rata-rata delay pengiriman yang terjadi pada industri kecil komponen kendaraan bermotor antara 2 minggu sampai dengan 1 bulan. Keterkaitan aktivitas satu dengan yang lainnya di dalam sub-sistem pasar terdiri dari rangkaian loop
feedback negatif (B1) yang ditunjukkan
adalah sebesar Rp 32 Triliun. Purchase
Order (PO) Produk yang masuk pada
industri kecil akan dipenuhi dari persediaan yang tersedia dengan segera melakukan pengiriman. Berkurangnya persediaan produk jadi pada industri dapat menimbulkan adanya delay
pengiriman. Delay pengiriman yang terjadi dapat mempengaruhi waktu pemenuhan PO Produk yang bisa dijanjikan terhadap konsumen.
Gambar 4.1 Causal Loop Diagram Sub-Sistem Pasar (Hipotesis 1)
b. Hipotesis 2: Tingkat produksi yang baik akan menjamin ketersediaan produk jadi komponen kendaraan bermotor.
Delay timbul karena buruknya pengiriman yang dilakukan dan merupakan dampak dari rendahnya tingkat produksi yang dihasilkan oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor di Jawa Barat. Proses produksi pada industri kecil komponen kendaraan bermotor di gambarkan pada causal loop diagram
(CLD) sub-sitem industri yang terbentuk dari tiga rangkain loop feedback negatif (B2, B3 dan B4) yang ditunjukkan dengan adanya tanda dalam jumlah ganjil serta rangkaian loop feedback
positif (R1) yang ditunjukkan dengan adanya tanda dalam jumlah genap.
Gambar 4.2 Causal Loop Diagram Sub-Sistem Industri Kecil Komponen Kendaraan
Bermotor (Hipotesis 2)
c. Hipotesis 3: Ketersediaan bahan baku yang baik dapat mendukung kelancaran proses produksi.
Proses produksi yang akan dijalankan membutuhkan bahan baku yang akan digunakan. Kebutuhan bahan baku harus direncanakan agar sesuai dengan banyaknya bahan baku yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi pemborosan bahan baku, bila terjadi pemborosan berarti dapat menimbulkan biaya.
Gambar 4.3 Causal Loop Diagram Sub-Sistem Industri Kecil Komponen Kendaraan
4.2. Skenario Kebijakan
Skenario kebijakan yang akan dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu menentukan kebijakan yang sebaiknya diambil guna meningkatkan kinerja dari rantai pasok, maka kebijakan yang dipilih adalah kebijakan yang memberikan dampak pada peningkatan produksi.
a. Skenario 0
Pada skenario awal ini tidak dilakukan intervensi-intervensi untuk meningkatkan jumlah pinjaman yang berdampak pada meningkatnya jumlah modal yang digunakan industri kecil komponen kendaraan bermotor melalui uapay menurunkan tingkat suku bunga maupun itervensi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Gambar 4.1 Perilaku Persediaan Bahan Baku, Tingkat Produksi, Persediaan Produk Jadi dan
Kapasitas Produksi pada Skenario Dasar Kondisi yang terjadi pada skenario dasar masih belum stabil terutama pada awal minggu dimana bahan baku yang mengalami proses produksi masih jauh di bawah kapasitas produksi yang ada dan terjadi fluktuasi pada persediaan bahan baku, tingkat produksi dan persediaan produk jadi serta belum maksimalnya penggunaan kapasitas produksi, maka diperlukan intervensi-intervensi terhadap sistem guna mengurangi fluktuasi yang terjadi sehingga sistem lebih stabil dan memaksimalkan kapasitas produksi yang ada dengan meningkatkan jumlah modal dengan cara menambah jumlah pinjaman melalui kebijakan penurunan tingkat suku bunga karena tingkat suku bunga yang berlaku sekarang dirasakan tidak berpihak pada industri kecil.
b. Skenario 1
Pada skenario ini dilakukan untuk
mengatasi
permasalahan
terhadap
rendahnya modal yang dimiliki industri
kecil komponen kendaraan bermotor
dimana tingkat suku bunga yang berlaku
sekarang tidak berpihak pada industri
kecil sehingga skenario ini dilakukan
dengan menurunkan tingkat suku bunga
pinjaman dari 16% menjadi 10%.
Skenario 1
h 1 Tk_ProduksiPersediaan_BB
2
Gambar 4.2 Perbandingan antara Perilaku Skenario 1 dengan Skenario Dasar Kondisi yang terjadi pada skenario 1 terlihat adanya peningkatan baik dari kapasitas produksi, tingkat produksi, persediaan bahan baku maupun persediaan produk. Peningkatan ini terjadi karena pinjaman bertambah akibat dari dari penurunan tingkat suku bunga hingga modal mencapai Rp 480.000.000 yang meningkatkan rencana kebutuhan bahan baku sebesar 55% dengan penggunaan modal untuk peralatan guna menambah kapasitas produksi sebesar 8,8% dan penggunaan modal untuk bahan baku sebesar 91,2%.
c. Skenario 2
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja
dengan meningkatkan jumlah
pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh tenaga kerja
industri kecil komponen kendaraan
bermotor.
Pelatihan teknis yang
diselenggarakan pemerintah sebanyak 1
hingga 2 kali tanpa adanya pelatihan
mental kerja ditingkatkan menjadi 3 kali
untuk pelatihan teknis (
hard skill
) dan 2
Gambar 4.3 Perbandingan antar Perilaku pada Skenario 2 dengan Skenario Dasar
Peningkatan produktivitas tenaga kerja sebagai akibat dari peningkatan jumlah pelatihan yang dilakukan pada pelatihan teknis dan pelatihan mental kerja berdampak pada perilaku tingkat produksi dan persediaan produk jadi yang menunjukkan peningkatan namun terhadap kapasitas produksi dan persediaan bahan baku tidak terjadi perubahan perilaku yaitu perilaku keduanya sama dengan perilaku pada
kondisi dasar. Meningkatnya
produktivitas tenaga kerja hanya memberikan perubahan yang signifikan pada tingkat produksi hingga mencapai diatas Rp 1,5 Milyar di akhir tahun. Dengan meningkatnya tingkat produksi akan diikuti dengan peningkatan pada persediaan produk jadi yang didiringi dengan tingkat pemeriksaan sebesar
95% atau pemeriksaan yang dilakukan secara longgar.
Pencapaian skenario 2 diakhir tahun atau minggu ke-50 yaitu persediaan bahan baku Rp 467.698.453 sama dengan kondisi dasar dan kapasitas produksi sebesar Rp 500.000.000 juga sama dengan kondisi dasar. Sedangkan untuk tingkat produksi mencapai Rp 1,72 Milyar dengan tingkat persediaan produk jadi sebesar Rp 886.535.506.
d. Skenario 3
Menggabungkan (mixed) yang dibangun dengan mengkombinasikan antara skenario 1 dan skenario 2 yaitu industri kecil berupaya untuk meningkatkan modal kerja industri kecil komponen kendaraan bermotor dengan kebijakan mengurangi tingkat suku bunga menjadi dan juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan meningkatkan jumlah pelatihan baik yang bersifat hard
skill maupun yang bersifat soft skill.
Skenario ini diikuti dengan seringnya ekspansi pasar yang dilakukan oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor.
peningkatan ini diikuti dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja sebesar 4 kali lipat dari nilai bahan baku dan pemeriksaan yang dilakukan secara longgar yang menghasilkan 95% produk
good dan scrap sebesar 5%.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini juga menurunkan delay kirim yang terjadi hingga di bawah 1 minggu yaitu
delay kirim yang terjadi hanya sebesar
0,8 minggu sehingga waktu pemenuhan produk yang dijanjikan pada konsumen hanya selama 2,8 minggu.
Dari hasil skenario kebijakan mixed
(gabungan) diatas memperlihatkan bahwa seluruh persoalan yang terjadi relatif dapat diatasi. Skenario ini terjadi peningkatan tingkat produksi dari awal minggu hingga akhir minggu dimana tingkat produksi pada minggu ke-50 mencapai Rp 3,45 Milyar lebih yang diiringi dengan ekspansi yang sering dilakukan oleh industri kecil sehingga kondisi persediaan produk jadi pada minggu ke-50 sebesar Rp 1,2 Milyar. Sedangkan persediaan bahan baku yang masuk pada proses produksi di akhir tahun atau minggu ke-50 sebesar Rp 956.526.960 dimana bahan baku masuk dalam proses produksi terakomodir oleh kapasitas produksi dari minggu ke-15 hingga minggu ke 50 karena kapasitas produksi mencapai Rp 1,09 Milyar pada minggu ke-50 sedangkan bahan baku yang tidak dapat diakomodir oleh kapasitas produksi terjadi pada awal minggu hingga minggu ke-15.
4.3. Analisa Skenario Kebijakan
Dari hasil simulasi berbagai skenario yang telah dilakukan maka skenario yang terpilih adalah skenario 3 karena memberikan nilai pada tingkat produksi yang tinggi. Selain hal tersebut, kapasitas produksi juga ikut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah modal kerja yang digunakan industri kecil komponen kendaraan bermotor. Skenario 3 merupakan upaya perbaikan sistem industri kecil komponen kendaraan bermotor secara menyeluruh dimana perbaikan yang dilakukan meliputi upaya untuk meningkatan produktivitas tenaga kerja, menurunkan
delay kirim yang terjadi, dan upaya untuk
meningkatkan kapasitas produksi guna mendukung proses produksi yang dilakukan oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor sehingga tingkat produksi dapat meningkat.
Sebagian dari skenario ini sebenarnya bukanlah hal baru bagi industri kecil komponen kendaraan bermotor karena pernah dilakukan oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor. Namun, pelatihan-pelatihan yang bersifat soft skill
masih sangat jarang diadakan padahal pelatihan seperti ini sangat bermanfaat bagi tenaga kerja industri kecil komponen kendaraan bermotor. Sedangkan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi terpasang sangat jarang dilakukan karena kondisi permodalan yang dihadapi industri sebagai akibat penerapan tingkat suku bunga yang tidak berpihak pada industri kecil sehingga modal digunakan seluruhnya untuk keperluanpurchase order(PO) bahan baku.
Untuk meningkatkan produktivitas dan peningkatan kapasitas produksi pada industri kecil komponen kendaraan bermotor sebaiknya menjadi perhatian yang lebih dari pelaku industri dan pemerintah. Pelaku industri juga dituntut untuk berusaha meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberikan masukan pada pemerintah (dinas terkait) tentang pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh pekerja industri kecil komponen kendaraan bermotor. Sehingga dengan demikian industri kecil komponen kendaraan bermotor yang ada dapat bersaing dan dapat menjaga kelangsungan hidupnya.
Tabel 4.1 Matriks Capaian Setiap Parameter pada Skenario 1,2, dan 3
Skenario Dasar Skenario 1 Skenario Dasar Skenario 2 Skenario Dasar Skenario 3
Waktu Pemenuhan Produk 1 Bulan 1 Bulan 1 Bulan 2,8 Minggu 1 Bulan 2,8 Minggu Delay Kirim 2 Minggu 2 Minggu 2 Minggu 0,8 Minggu 2 Minggu 0,8 Minggu Produktivitas Tenaga Kerja 2,29 Kali 2,29 Kali 2,29 Kali 4 kali 2,29 Kali 4 Kali Rencana Keb Bahan Baku 26% 55% 26% 26% 26% 59% Modal untuk Bahan Baku 100% 91,2% 100% 100% 100% 91,8% Modal untuk Peralatan 0% 8,8% 0% 0% 0% 8,8% Pemeriksaan Ketat Ketat Ketat Longgar Ketat Longgar Presentase ProdukGood 82% 82% 82% 95% 82% 95% PresntaseScrap 18% 18% 18% 5% 18% 5% Persediaan Bahan Baku Rp 447.032.974 Rp 900.399.321 Rp 447.032.974 Rp 447.032.974 Rp 447.032.974 Rp 956.526.960 Tingkat Produksi Rp 1.01 Milyar Rp 2,05 Milyar Rp 1.01 Milyar Rp 1,72 Milyar Rp 1.01 Milyar Rp 3,45 Milyar Kapasitas Produksi Rp 500.000.000 Rp 1,02 Milyar Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 Rp 1,09 Milyar Persediaan Produk Jadi Rp 415.121.008 Rp 837.433.042 Rp 415.121.008 Rp 886.535.506 Rp 415.121.008 Rp 1,2 Milyar
Skenario
Dengan memiliki tenaga kerja yang terampil berarti tenaga kerja memiliki skill baik dan percepatan kerja yang tinggi sehingga hal ini berdampak pada produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan juga tinggi. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat memberikan dampak yang baik terhadap tingkat produksi yang dilakukan sehingga output yang dihasilkan industri kecil komponen kendaraan bermotor juga ikut meningkat karena tingkat produk scrap yang dihasilkan dapat ditekan sehingga secara otomatis produk dengan kondisi good dapat meningkat yang diiringi dengan penurunan delay kirim sehingga waktu pemenuhan yang dijanjikan pada pelanggan juga ikut menurun.
Peningkatan performa dapat dicapai oleh industri kecil komponen kendaraan bermotor jika didukung dengan adanya kebijakan-kebijakan yang berpihak pada industri kecil. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan performa dari industri kecil tersebut termasuk industri kecil komponen kendaraan bermotor. 5. KESIMPULAN
1. Industri kecil merespon permintaan pasar dengan melakukan peningkatan terhadap kuantitas produksi melalui perencanaan produksi yang dilakukan juga menetapkan ketersediaan produk jadi untuk merespon permintaan pelanggan atau konsumen. Dan juga penurunan tingkat delay yang terjadi terutama delay
kirim yang timbul sehingga dengan demikian waktu pemenuhan yang dapat dijanjikan pada konsumen menjadi lebih singkat atau cepat atau terjadi penurunan tingkat ketidakpastian yang terjadi. Selain hal tersebut juga terjadi peningkatan dalam hal keterampilan tenaga kerja yang dimiliki oleh industri kecil guna mendukung proses produksi yang dilakukan dalam memenuhi permintaan pasar sehingga menghasilkan output produksi dengan tingkat produk good
yang tinggi dan scrap yang rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan tingkat kepercayaan yang terjadi antara industri kecil dengan para konsumennya.
2. Dalam merespon dinamika pemintaan pasar tentu saja diperlukan strategi-strategi yang dapat diambil oleh industri kecil yaitu meliputi:
a. Strategi dalam penggunaan dana dimana jika dana pinjaman kecil maka peruntukkannya hanya pada modal kerja dan bila dana pinjaman besar maka peruntukannya untuk modal kerja dan pengembangan kapasitas produksi (investasi).
b. Peningkatan produktivitas tenaga kerja yang dimiliki oleh industri kecil guna mendukung proses produksi dimana bila dengan produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat meningkatkan hasil produksi serta mempercepat proses produksi yang dilakukan oleh industri kecil dengan tingkatscrapyang rendah.
3. Setelah melakukan serangkaian simulasi dengan 4 skenario (skenario dasar, skenario 1, skenario 2 dan skenario 3) maka yang terpilih adalah skenario 3 yaitu skenario yang dibangun dengan mengkombinasikan antara skenario 1 dan skenario 2 guna meningkatkan modal kerja industri kecil dan peningkatan produktivitas tenaga kerja yang dimiliki melalui kebijakan tingkat suku bunga rendah sehingga jumlah peminjaman yang dilakukan industri kecil dapat lebih besar guna meningkatkan modal kerja. Dan juga kebijakan dalam peningkatan jumlah pelatihan yang dapat diikuti para tenaga kerja industri kecil baik yang bersifat hard skill maupun soft
skill yang dilakukan secara intensif.
Kebjiakan ini diambil guna mendukung strategi industri kecil dalam menghadapi permintaan pasar dan meningkatkan kinerja rantai pasok industri kecil.
6. REFERENSI
1. Agarwal, Ashis, Ravi Shankar, Purnendu Mandal., 2007: Modelling Integration and
Responsiveness for Supply Chain ,
International Journal System Dynamics and Policy Making.
2. Bernhard J. Angerhofer, Marios C. Angiledes, 2000: Journal System Dynamics Modelling in Supply Chain
Management: Research Review
Proceedings of the 2000 Winter Simulation Conference.
4. Anwar, Lidya, 2006, Analisis Bullwhip Effect Dalam Struktur Jaringan Rantai Pasok Melalui Pendekatan Dinamika Sistem (Studi Kasus Produk Teh PTPN8) . Thesis, Program Pascasarjana Teknik Manajemen Industri, Universitas Pasundan, Bandung.
5. Anatan, Lina dan Lena Ellitan., 2008: Supply Chain Management Teori dan Aplikasi, Alfabeta, Bandung.
6. BPS, 2010: Jumlah Perusahaan Menurut
Subsektor 2001-2007,
http://www.bps.go.id(28 April, 2010)
7. Christopher, Martin, 2005: Logistics and Supply Chain Management Creating Value-Adding Networks, Prentice Hall, New Jersey.
8. Chopra, Sunil and Peter Meindl., 2001:
Supply Chain Management (Strategy,
Planning, and Operation), Upper Saddle
River, New Jersey.
9. Departemen Perindustrian., 2005: Kebijakan Pembangunan Industri, http://www.depperin.go.id (20 April 2009).
10. ., 2005:
Rancangan Undang-Undang Industri,
http://www.depperin.go.id(20 April 2009).
11. ., 2007:
Statistika Industri Indonesia,
http://www.depperin.go.id(4 Mei 2009).
12. Insidewinme, 2008: Permasalahan Indonesia Pasca Krisis, http:// insidewinme.blogspot.com (20 April 2009).
13. Infoukm, 2008: Komparasi Karakteristik Dasar UKM, http://www.wordpress.com (7 Mei 2009).
14. ., 2008: Kinerja UKM di Indonesia, http://www.wordpress.com (16 Juni 2009).
15. Kuncoro, Mundrajad., 2007: Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru, CV Andi Offset, Yogyakarta.
16. M. Nurman Helmi., 2006: Analisis Bullwhip Effect dalam Struktur Jaringan Rantai Pasok Melalui Pendekatan Dinamika Sistem , Procceding Seminar Nasional Logistik 2006, Universitas Pasundan, Bandung.
17. ., 2006: Model
Dinamika Sistem Penerapan Clean Development Mehanism pada Produksi Semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk , Procceding Seminar Nasional Logistik 2006, Universitas Pasundan, Bandung.
18. Oktaviaranto, Surakhmad., 2009: Analisis
Automotive Glass Manufacture Melalui
Pendekatan Sistem Dinamis, Thesis, Program Pascasarjana Teknik Manajemen Industri, Universitas Pasundan, Bandung.
19. Pardede, Pontas. M., 2011: Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan (Pedoman Utama Pembuatan Rencana Strategik atau Renacana Pembangunan Jangka Panjang), Mitra Wacana Media, Jakarta.
20. Pujawan, I Nyoman., 2001: Supply Chain Management, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.
21. Rinks B. Dan., 2002: Journal Systems Dinamics in Supply Chain , Information
system and decision science, E.J. Ourse
College of Business Administration. 22. Simatupang, Togar. M., 1994:
Pemodelan Sistem, Nindita, Klaten. 23. Sterman J.D., 2000: Business Dynamics:
Systems Thinking and Modeling for a
Complex World, McGraw-Hill, USA.
24. Sushil., 1993: System Dynamics A Practical Approach for Manajerial
Problems, Wiley Eastern Limited, New