PENGARUH PERSEPSI HARGA DAN PRIORITAS KEBUTUHAN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN TRANSAKSI ONLINE TRAVELOKA DI AREA KOTA
TARAKAN I. Latar Belakang
Era digital sudah merambah ke seluruh aspek kehidupan manusia. Sebagaimana kita alami dalam kehidupan sehari-hari, teknologi informasi saat ini menjadi kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan. Koneksi internet membuat kita dapat terhubung tanpa batas untuk mengakses kebutuhan mulai yang sederhana seperti makanan dan minuman, pakaian, kebutuhan sehari-hari, pulsa, tiket pesawat dan kereta api, hotel, pembayaran asuransi, tagihan listrik serta air dan telepon, pulsa listrik pra bayar, dan banyak lagi.
Kebutuhan akan teknologi informasi ini tentunya menjadi peluang bisnis pembangunan apliksi atau startup yang sangat menjanjikan untuk mempermudah konsumen mendapatkan produk-produk yang dibutuhkan. Perusahaan Traveloka merupakan salah satu perusahaan booking travel besar di Asia Tenggara yang membangun bisnisnya dengan berbasis teknologi informasi. Website ini semakin berkembang dalam menawarkan produk-produknya mulai dari tiket pesawat, hotel, tiket kereta api, pulsa & paket internet, pesawat & hotel, aktivitas & rekreasi, serta internet luar negeri.
Pada tahun 2014 perusahaan ini memiliki 120 pegawai dan menerima sekitar 250.000 pengunjung website setiap harinya (https://id.techinasia.com>resep-rahasia-kesuksesan-traveloka). Dan pada April 2016, perusahaan telah berkembang dengan 270
Tantangan Ferry Unardi sebagai Co-founder dan CEO Traveloka adalah keunikan Indonesia dengan kemajemukannya. Founder harus berpikir tentang perbedaan budaya, tingkat pendidikan yang berbeda sehingga menciptakan banyak segmen pasar, infrastruktur lokal yang tidak dapat diandalkan, dan tingkat kepercayaan pada bisnis e-commerce yang masih dibawah rata-rata (Leighton Cossebom, 2014). Sebagaimana disampaikan Leighton Cosseboom (https://id.techinasia.com, 2014), masalah utama yang dihadapi pebisnis teknologi di Indonesia adalah:
1. Dangkalnya sumber daya manusia;
Berdasarkan International Labour Organization (ILO), Indonesia semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja seiring dengan cepatnya laju globalisasi, perkembangan teknologi mutakhir, dan pola kerja dinamis.
2. Rumitnya birokrasi;
AFP mengungkapkan Indonesia merupakan salah satu negara terburuk bagi startup untuk urusan birokrasi. Situs startup.co.uk mengartikan birokrasi sebagai kode etik, hukum dan peraturan yang dibuat saat memulai bisnis baru. The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengatakan
rata-rata dibutuhkan lima hari dan lima prosedur untuk membangun entitas korporasi di negara seperti AS. Sedangkan di Indonesia membutuhkan sembilan prosedur dan waktu 47 hari.
3. Target konsumen yang sulit diraih;
dua kali lipat di tahun 2017. Namun yang perlu dicermati adalah bahwa kurang dari separuh pengguna internet di Indonesia menghabiskan tiga jam atau lebih untuk online dalam sehari, dengan kata lain cukup untuk menempatkan mereka dalam kategore ‘netizen’ yang tidak resmi. Terlebih jumlah pengguna internet rumahan sangat rendah karena jaringan internet kabel untuk rumah cukup lambat dan cenderung mahal. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor terbatasnya pembelian online di masyarakat. (Markplus Insight, 2014).
4. Logistik untuk e-commerce tidak dapat diandalkan;
Menurut MarkPlus Insight, hambatan lebih lanjut dalam ranah e-commerce di Indonesia adalah konsumen mengalami kesulitasn membayar barang pesanan dan mendapatkan jasa pngiriman. Persoalan ini membuat belanja online hanya “sedikit” lebih nyaman.
5. Konsumen yang ikut-ikutan.
Studi menunjukkan konsumen di Indonesia lebih tertarik pada produk dan jasa yang sudah memiliki nama besar di pasar.
Untuk menjawab tantangan yang disebabkan kendala utama di atas, Public Relation Manager Traveloka, Busyra Oryza menyatakan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah strategi Travelola untuk memenangkan persaingan.
“Kami tidak bertumpu pada kegiatan marketing, melainkan selalu fokus memberikan produk dan layanan terbaik pada seluruh konsumen,” kata Busyra pada Tech In Asia Indonesia. (2017). Dengan memberikan produk dan fitur yang inovatif, kata Busyra, pihaknya yakin mampu memberikan nilai tambah bagi para konsumen. Menurutnya hal itu akan meningkatkan kepercayaan konsumen dalam memilih Traveloka untuk memesan tiket perjalanan atau transaksi lainnya.
Dari uraian di atas kita ketahui bahwa strategi utama dari Traveloka adalah kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Menggarisbawahi penyataan Busyra bahwa produk dan fitur yang inovatif adalah fokus utama Traveloka. Dan pada produk apapun yang ditawarkan di pasar, harga merupakan aspek yang sangat penting mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan membeli.
Dalam situasi saat ini dimana daya beli masyarakat menurun, prioritas kebutuhan adalah aspek kedua yang akan menjadi pertimbangan konsumen untuk pengambilan keputusan pembelian.
Untuk mendukung pencapaian kepercayaan dan kepuasan pelanggan, dua variabel ini menarik untuk diteliti dalam sebuah penelitian.
II. Perumusan Masalah
Dari uraian dan data di atas, rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah:
2. Apakah produk yang ditawarkan oleh Traveloka adalah kebutuhan prioritas bagi pelanggan?
III. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi harga produk dan prioritas produk yang ditawarkan oleh Traveloka bagi pelanggan. B. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dasar menentukan harga produk
dan fitur yang bersaing dan menjadi kebutuhan prioritas konsumen, sehingga pelanggan situs Traveloka terus bertambah.