• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung jawab pada anak ilmuwan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanggung jawab pada anak ilmuwan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

ILMU, ILMUWAN DAN TANGGUNG JAWAB ILMUWAN

MAKALAH

http://serambima.blogspot.co.id/2014/08/ilmu-ilmuwan-dan-tanggung-jawab-ilmuwan.html Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Semester Genap tahun akademik 2013-2014

(Your Logo’s University)

Oleh:

Nama : RUDYANTO NIM :

DOSEN PENGAMPU

Bapak Muzhoffar Akhwan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2014

(2)

Kata Pengantar Assalamu’alaikum

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempermudahkan penulis untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Terlebih juga penulis memiliki maksud lebih dalam penulisan sehingga bukan hanya menyelesaikan namun juga mengembangkan keahlian karya tulis bagi penulis sendiri.

Penyelesaian tugas makalah dengan tema “Ilmu, Ilmuan dan Tanggung jawab sebagai Ilmuan” mengarah kepada nilai koheren antara ilmu dan ilmuwan itu sendiri. Secara eksplisit, seorang ilmuwan haruslah memiliki nilai dasar dan tujuan jelas (rasional) dan manusiawi sehingga dapat diterima sebagai karya yang positif bagi kehidupan manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberi pengarahan dalam proses penyelesaian tulisan ini. Sehingga dapat diselesaikan dengan penilaian tepat pada waktunya dan terlebih kepada bapak Muzhoffar Akhwan yang telah memberi pengajaran kepada penulis dalam masa pengajarannya.

Demikian dan sega dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan kepada yang lain. Wassalamu’alaikum

10 Juli 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pembuka

a. Latar Belakang b. Rumusan Masalah Bab II Isi

1.1.1 Ilmu

1.1.1 Pengertian Ilmu 1.1.2 Syarat-syarat Ilmu 1.2 Ilmuwan

1.2.1 Pengertian Ilmuwan

1.2.2 Kedudukan Ilmuwan atau Ulama 1.2.3 Tanggung Jawab Seorang Ilmuan Bab III Penutup

(3)

b. Saran c. Referensi

Bab I

a. Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Terbukti dengan berbagai penemuan sejarah bahwa manusia hidup dalam berkelompok. Cara hidup yang berbeda-beda membuat manusia memiliki nilai akreditas terbaik daripaa makhluk lain di bumi. Terbentuknya variasi semacam ini bukan hanya sekedar kebetulan semata, melainkan dibutuhkannya kecerdasan mental dalam pengolahan dan penyikapannya.

Kedua hal ini berkembang dan dinamakan sebagai ilmu bagi manusia. Namun, mengenai hakekat ilmu itu sendiri masih dipertentangkan apakah bersifat relatif ataukah absolut. Terlebih daripada itu, kebenaran esensi ilmu tersendiri timbul berdasarkan penyifatan yang telah

disepakati oleh manusia. Rasionalitas, manusiawi dan empirik adalah diantaranya sifat dalam ilmu itu sendiri.

Menjadi suatu pertanyaan besar oleh sebagian para peneliti barat maupun timur ialah “bagaimana dengan agama?” “apakah termasuk ilmu ataukah hal lain hanya sebagai pengetahuan yang bersifat ortodok ?” Maka penulisan di bawah ini akan lebih memperjelas mengenai Ilmu dan Ilmuan. Sehingga penemuan benar tidaknya mengambil satu pilihan berdasarkan argumen yang telah tersedia dalam tulisan.

b. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Ilmu, Ilmuwan?

b. Bagaimana tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap ilmu ?

BAB II 1.1 Ilmu

1.1.1 Pengertian Ilmu

Ilmu[1], sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[2] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu

memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[3]

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

(4)

dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

Secara etimologi, kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm ((4] "ملع] yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan jaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi ilmu menurut beberapa ahli[5]: # M. IZUDDIN TAUFIQ

Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya

# THOMAS KUHN

Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya

# Dr. MAURICE BUCAILLE

Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.

# NS. ASMADI

Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)

# POESPOPRODJO

Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris

# MINTO RAHAYU

Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji

# POPPER

Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi. # DR. H. M. GADE

Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia

# FRANCIS BACON

Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan

# CHARLES SINGER

(5)

1.1.2 Syarat-syarat Ilmu :

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.

[6]Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam

rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yke-umum-ang dikke-umum-andungnya berbeda dengke-umum-an ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

1.2 Ilmuwan[7]

1.2.1 Pengertian Ilmuwan

Secara terminologi, Ilmuwan ialah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh.[8] Sedangkan secara etimologi, ilmuwan diartikan sebagai seorang ulama. Secara bahasa, ulama berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui); berubah menjadi kata benda pelaku ‘alimun berarti orang yang mengetahui (mufrad/singular) dan ulama (jamak taksir/irregular plural). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada al-Quran. Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama” (Qs.Fathir 28).

Merujuk dari Nash yang jelas tentang lafadz al Ulama dalam al Quran di atas adalah hamba Allah yang takut melanggar perintah Allah dan takut melalaikan perintahNya dikarenakan dengan ilmunya ia sangat mengenal keagungan Allah. Ia bertahuid (mengesakan) Allah dalam rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat. Mereka sangat berhati-hati dalam ucapan dan tindakan karena memiliki sifat wara, khowasy dan ’arif.[9]

(6)

Rabb. Oleh karena itu, termasuk perkara yang sangat penting untuk kita ketahui dan pahami adalah manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka dan menempatkan mereka pada kedudukannya. Itulah tanda barakahnya ilmu dan rasa syukur kita dengan masih banyaknya para ulama di zaman ini.

1.2.2 Kedudukan Ilmuwan atau Ulama

1. Orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah.

Hal ini sebagaimana penegasan sekaligus janji Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Ulama’ dalam firmannya yaitu QS. al Mujaddalah Ayat 11, artinya:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengangkat ahlul ilmi dan ahlul iman beberapa derajat, sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman).”[10]

2. Orang Yang paling khasyyah/ Taqwa kepada Allah.

Sebagaimana dalam Q.S Fathir: 28 Allah memuji Ulama dengan firmannya yang berbunyi: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah memberikan gambaran akan kedudukan ulama’ sebagai pewarisnya yakni dalam hal khasyyahnya kepada Allah.

3. Orang yang paling peduli terhadap umat. Firman Allah:

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110)

Dalam Ayat ini sangat jelas kedudukan Ulama, sebagai Orang yang Sangat peduli Pada Umat, Karena Di dunia ini tiada Orang yang sangat getol mengumandangkan ‘Amar Ma’rur dan Nahi Mungkar selain para Ulama’.

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu berkata “Para Ulama itu lebih belas kasihan terhadap umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.” Ditanyakan kepadanya: “Bagaimana demikian?” Dia menjawab: “Bapak-bapak dan ibu-ibu mereka menjaga mereka dari api di dunia, sedangkan para ulama menjaga mereka dari api di akhirat.”[11]

4. Ulama’ adalah rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar.

Allah SWT berfirman, artinya: “Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. al-Anbiya’: 7)

Ini adalah pelajaran adab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya tentang sikap dan perbuatan mereka yang tidak pantas. Seharusnya, apabila datang kepada mereka berita penting yang terkait dengan kepentingan umat, seperti berita keamanan dan hal-hal yang menggembirakan orang-orang yang beriman, atau berita yang mengkhawatirkan/

(7)

beliau masih hidup) dan kepada ulil amri, yaitu orang yang ahli berpendapat, ahli nasihat, yang berakal (para ulama). Mereka adalah orang-orang yang paham terhadap berbagai permasalahan dan memahami sisi-sisi kebaikannya bagi umat, sekaligus mengetahui hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka. Apabila mereka melihat sisi kebaikan, motivasi yang baik bagi orang-orang yang beriman dan menggembirakan mereka bila berita tersebut disebarkan, atau akan menumbuhkan kewaspadaan mereka terhadap musuh-musuhnya, tentu mereka akan

menyebarkannya (atau memerintahkan untuk menyebarkan).Apabila mereka melihat

(disebarkannya berita tersebut) tidak mengandung kebaikan, atau dampak negatifnya lebih besar, maka mereka tidak akan menyebarkannya.

Selain Kedudukan Ulama sebagaimana penjelasan ayat dan hadis di atas, kedudukan mereka dalam agama berikut di hadapan umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian dari agama. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya, agama dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka adalah sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang dirahmati yaitu jalan yang lurus. Oleh karena itu, ketika seseorang melepaskan diri dari mereka berarti dia telah melepaskan dan memutuskan tali yang kokoh dengan Rabbnya, agama dan Rasul-Nya. Ini semua merupakan malapetaka yang dahsyat yang akan menimpa individu ataupun sekelompok orang Islam. Berarti siapapun atau kelompok mapapun yang mengesampingkan ulama pasti akan tersesat jalannya dan akan binasa.Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah dalam muqaddimah kitab Akhlaq Al-Ulama mengatakan[12]:

Para ulama adalah lentera hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, lambang sebuah negara, lambang kekokohan umat, sumber ilmu dan hikmah, serta mereka adalah musuh syaithan. Dengan ulama akan menjadikan hidupnya hati para ahli haq dan matinya hati para penyeleweng. Keberadaan mereka di muka bumi bagaikan bintang-bintang di langit yang akan bisa menerangi dan dipakai untuk menunjuki jalan dalam kegelapan di daratan dan di lautan. Ketika bintang-bintang itu redup (tidak muncul), mereka (umat) kebingungan. Dan bila muncul, mereka (bisa) melihat jalan dalam kegelapan.

Dari ucapan Al-Imam Al-Ajurri di atas jelas bagaimana kedudukan ulama dalam agama dan butuhnya umat kepada mereka serta betapa besar bahayanya meninggalkan mereka, Orang yang paling peduli terhadap umat.

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. al Mujadalah: 11)[13], artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang-orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

1.2.3 Tanggung Jawab Seorang Ilmuan

a. Tanggung Jawab Seorang Ilmuan Dalam Perspektif Agama Islam[14]

(8)

مموويم ددبوعم اممدمقم للوزلتم الم ممللمسموم ههيولمعم هلللملا ىللمصم ههللملا للوسلرم لماقم لماقم ،يلهمهلمسولما ةمزمروبم يبهأم نوعم

» :

:

kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia menghabiskannya, tentang ilmunya; dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya; dari mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang pisiknya; dalam hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Ini hadits hasan shahih”, hadits no. 2417).

Bagaimana cara mempertanggungjawabkan ilmu? DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:

1 -

ىقمبويم ىتلمحم ههظهفوحهوم ههتهنمايمصه نوعم لحووؤلسومم

، rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali

7. Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu diterima oleh Allah SWT.

b. Tanggung Jawab Seorang Ilmuwan Dalam perspektif selain Islam[15]

(9)

kegiatan dalam perkembangan ilmu pengetahun ini. Karena sekarang, kita harus menyasuaikan diri dengan kemajuan ilmu, bukan ilmu yang berkembang seiring perkembangan manusia. Ilmu pengetahuan banyak melupakan faktor manusia. Selain menimbulkan gejala dehumanisme juga mengubah hakikat kemanusiaan. Karena itulah peran dari para ilmuan dalam menyikapi hal ini sangat dibutuhkan.

Peran ilmuwan itu antara lain, mereka harus peka terhadap perubahan sosial dan berupaya mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Mereka juga bertanggung jawab terhadap hasil penelaahan penelitian agar bermanfaaat bagi masyarakat. Teori adanya

komunikasi antar warga dapat menjadi acuan untuk menerapakan masyarakat yang bebas juga dapat diterapkan. Seorang ilmuan harus membuka diri pada fakta-fakta baru dan mencoba berusaha memahaminya demi kebahagiaan umat manusia. Meraka juga harus mempunyai rasa iba yang merupakan implikasi dari rasa cinta yaitu berusaha untuk benar-benar memahami penderitaan agar mampu menyembuhkannya.

Ilmuwan harus bisa melibatkan diri, selain dalam proses spesialisasi juga dalam seluruh proses self-understanding masyarakat. Dalam rangka ini ilmuwan harus dapat mengintegrasikan kebudayaan teknik dengan kepribadian kultural. Tanggung jawab yang utama dari seorang ilmuan bagi dirinya sendiri, ilmuwan lain, dan masyarakat adalah menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang dibuatanya dan dapat dibuat oleh ilmuwan yang lainnya. Sebagai seorang yang dianggap lebih oleh masyarakat bahkan ilmuwan lain tidak boleh memberikan atau memalsukan data. Mereka hanya memberikan pengetahuan sumbangan pengetahuan baru yang benar yang sudah ada walaupun ada banyak tekanan untuk tidak

melakukan itu, karena tanggung jawab batiniahnya adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka, dan takhayul di kalangan manusia dalam alam semesta ini.

Context of discovery adalah menyangkut dimana ilmu pengetahuan itu ditemukan. Ilmu

pengetahuan selalu ditemukan dan berkembang dalam konteks waktu dan tempat tertentu. Ilmu pengetahuan tidak muncul begitu saja, ada hal yang melahirkannya. Ada perasaan, keinginan, kepentingan pribadi, sosial, budaya, politik yang ikut mewarnai dan mendorong penelitian dan kegiatan ilmiah. Hubungan antara tanggung jawab ilmuwan dan COD ini adalah kadang kala para ilmuwan mengembangkan penetahuannya bukan semata-mata hanya untuk ilmu itu sendiri, tetapi ada hal lain yang menyebabkan adanya ilmu pengetahuan itu. Salah satunya adalah karena keprihatinan para ilmuwan terhadap perkembangan kehidupan manusia. Mereka mengumpulkan masalah yang dihadapi masyarakat dan berupaya untuk mencari solusi dari permasalahan itu. Hal ini terjadi karena pada hakikatnya, ilmu pengetahuan itu berkembang dalam interaksi dan

ketertarikan dengan semua nilai dan semua hal lain diluar pengetahuan itu. Karena sadanya kesamaan sosial, perasaan dan lain sebagainya inilah yang kemudian melahirkan ilmu

pengetahuan baru yang menyangkut tanggung jawab seorang yang mempunyai ilmu lebih dari yang lainnya.

(10)

dalam memberikan pengetahuan kepada khalayak umum, para ilmuwan harus se-objektif mungkin sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Yang harus menjadi fokus utama dari seorang ilmuwan dalam menetapakan konteks mana yang penting dan harus diperhatikan adalah dengan melihat beberapa aspek dari konsekuensi setiap konteks. Namun yang paling harus diperhatikan oleh ilmuwan adalah context of discovery karena dalam konteks ini, diperhitungkan apakah ilmu itu berguna atau tidak. Sedangkan dalam context of justification, segala kriteria kebenarannya tidak bisa dibantah dan dianggap benar.

BAB III a. Kesimpulan

 Ilmu , sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum

sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

 Ilmuwan ialah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh

 Diantara tanggung jawab ilmuan, yaitu: Pertama, Bertanggung jawab dalam

menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu semakin luas. Kedua, Menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang dibuatanya dan dapat dibuat oleh ilmuwan yang lainnya.

b. Saran

Setiap pengkaryaan seseorang bersifat relatif, yang berarti akan ditemukan kesalahan atau memiliki kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun nilai tulisan ke depannya. Bisa melalui, email : rudyanto2133@yahoo.co.id.

c. Referensi

 http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, data diunggah pada bulan Juli 2014

 Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta. Apakah

 Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.

(11)

 Carapedia. Pengertian dan Definisi Ilmu Menurut Para Ahli.

http://carapedia.com/pengertian_definisi_ilmu_menurut_para_ahli_info515.html. Data diunggah pada bulan Juli 2014

 Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 8

 Koleksi Makalah Ms Zaky. Kedudukan Ilmuwan.

http://makalahzaki.blogspot.com/2012/10/kedudukan-ilmuwan.html. Diakses pada bulan Juli 2014

 http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmuwan. Diakses pada bulan Juli 2014

 Al-Ustadz Abul ‘Abbas Muhammad Ihsan, Kedudukan Ulama’ dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, 15/03/2009 In: http://belajaralislam.wordpres.com/

 Mohammad Jamaluddin, Ulama Pewaris Para Nabi, Minggu, 2007 Okt. 07 In: http://wong-cirebon.blogspot.com/

 Mukhtashar Nashihat Ahlil Hadits, hal. 168

 Ulama ahlus sunnah, Pewaris Para Nabi & Rintangan dalam Menuntut Ilmu, In: http://al-aisar.com

 Software Quran in word

 DPS PKS Banguntapan. Inilah Tanggung Jawab Ilmuwan Islam.

http://www.pksbanguntapan.com/2013/02/inilah-tanggungjawab-ilmuan- muslim.html diakses pada bulan Juli 2014

 Anditaa08’s Blog. Memahami Etika dan Tanggung Jawab Ilmuwan.

(12)

2

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

http://barorohnurul.blogspot.co.id/2014/10/filsafat-ilmu.html KATA PENGANTAR

ميحلا نمحرلا لا مسب

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul “Tanggung Jawab Ilmuan dalam Menggali dan Mengembangkan Ilmu”dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT ILMU. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. H. Ahmad Barizi, MA sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu

2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupan material. 3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi semuapihak yang berkepentingan.

Malang, 22 Oktober 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

(13)

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya

Ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya untuk selalu berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat juga memilik tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi.

Fungsi manusia sebagai khalifah/ wakil Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukuplah atau para ilmuwan dan para intelektual yang sanggup mengeksplorasi sumber alam ini. Akan tetapi para ilmuwan itu harus sadar bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya.

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara tiba-tiba, melainkan melalui proses bertahap dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas tertentu.

Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain: mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadi perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasionil. Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam sebagai objek penelitian dan pengkajian.

Oleh Karena itu, dalam makalah singkat ini, penulis akan memaparkan tentang Tanggung Jawab Ilmuan dalam Menggali dan Mengembangkan Ilmu. Hal ini merupakan sebatas akumulasi pengetahuan yang dipahami oleh penulis dan tidak menutup kemungkinan adanya khilaf dan keterbatasan literatur yang dipakai dalam menuliskan sekelumit makalah singkat ini.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya: 1. Apa saja yang menjadi tanggung jawab ilmuan terhadap ilmu?

2. Apa saja sikap yang harus dimiliki ilmuwan dalam menggali dan mengembangkan ilmu? 3. Bagaimana peran ilmuwan dalam pengembangan ilmu?

3. Tujuan

Tujuan dituliskannya makalah ini diantaranya: 1. Untuk mengetahui tanggung jawab ilmuan terhadap ilmu

2. Untuk mengetahui sikap apa yang harus dimiliki ilmuwan dalam menggali dan mengembangkan ilmu

(14)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmuwan

Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang diberikan masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan kehidupan social.

Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya.

B. Ciri Ilmuwan

Ciri yang menonjol pada ilmuwan terletak pada cara berpikir yang dianut serta dapat dilihat pula pada perilaku ilmuwan tersebut. Para ilmuwan memilih bidang keilmuan sebagai profesi, dengan demikian harus tunduk pada wibawa ilmu karena ilmu merupakan alat yang paling mampu untuk dimanfaatkan dalam mencari dan mengetahui kebenaran.

Seorang ilmuwan tidak cukup hanya dengan mempunyai daya kritis yang tinggi atau pun pragmatis, namun juga harus jujur, memiliki jiwa yang terbuka dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran, netral, yang tidak kalah penting adalah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu yang harus di junjung tinggi.

Seorang Ilmuwan dapat dilihat dari beberapa aspek :

1. Dari cara kerja; cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan metode sains yaitu:

mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan.

2. Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika seorang mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan ciri-ciri gajah, seperti: memiliki taring, badannya besar, kupingnya lebar.

3. Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi.

Sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan antara lain adalah: hasrat ingin tahu yang tinggi, tidak mudah putus asa, terbuka untuk dikritik dan diuji, menghargai dan menerima masukan, jujur, kritis, kreatif, sikap positif terhadap kegagalan, rendah hati, hanya menyimpulkan dengan data memadai.

C. Syarat Yang Harus Dipatuhi Sebagai Seorang Ilmuwan

(15)

(urutan-urutan logik) dari penulisan. Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?.

Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat diidentikkan dengan pencurian. Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang lazim disebut plagiat. Plagiat merupakan tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diaku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Karya ilmiah juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnya.

D. Peran dan Fungsi Ilmuwan

Selain memiliki ciri, sikap, dan tanggung jawab, ilmuwan tentunya mempunyai peran dan fungsi. Berikut adalah peran atau fungsi ilmuwan yang berkaitan langsung dengan aktivitasnya sebagai ilmuwan, meliputi:

1. Sebagai intelektual, ia berperan sebagai ilmuan sosial yang selalu berdialog dengan masyarakat dan terlibat didalamnya secara intensif dan sensitif.

2. Sebagai ilmuwan, ia akan selalu mencoba dan berusaha untuk memperluas wawasan teoritis, memiliki keterbukaan terhadap kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keilmuan.

3. Sebagai teknikus, ia akan tetap terus menjaga keterampilannya dan selalu menggunakan instrumen yang tersedia dalam disiplin ilmu yang dikuasainya.

4. Peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia (Daniel, 2003), sedangkan dua peran terakhir memungkinkan ia menjaga martabat ilmunya. Fungsi seorang ilmuawan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas (suriasumantri, 2001).

E. Tanggung Jawab sebagai Seorang Ilmuwan

(16)

Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Dan berikut ini akan di uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral dan etika.

a. Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, salah satunya, seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permalahan sosial yang sering terjadi dimasyarakat.

b. Tanggung Jawab Moral

Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat. Moral dan etika yang baik perlu kepekaan atas rasa bersalah, kepekaan atas rasa malu, kepatuhan pada hukum dan kesadaran diketahui oleh Tuhan. Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral untuk memberi contoh (obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar, berani mengakui kesalahan) dan mampu menegakkan kebenaran. Sehingga ilmu yang dikembangkan dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya sebagai seorang ilmuwan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dan secara integral tetap menjaga keberlangsungan kehidupan lingkungan di sekitarnya dan dapat tergajanya keseimbangan ekologis (Basuki, 2009).

c. Tanggung Jawab Etika

Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk. Misalnya saja tanggung jawab etika ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan karya ilmiah, maka kode etik pada penulisan karya ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut: OBYEKTIF,(berdasarkan kondisi faktual), UP TO DATE, (yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling akhir), RASIONAL, (berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik), RESERVED, (tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi),EFEKTIF dan EFISIEN, (tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tariktinggi).

F. Pelanggaran Etika Ilmiah

Pelanggaran etika ilmiah sering terjadi, hal ini terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pada umumnya pelanggaran etika ilmiah berkisar pada tiga wilayah, yaitu:

1. Fabrikasi data -- ‘mempabrik’ data atau membuat-buat data yang sebenarnya tidak ada atau lebih umumnya membuat data fiktif.

2. Falsifikasi data -- bisa berarti mengubah data sesuai dengan keinginan, terutama agar sesuai dengan kesimpulan yang ‘ingin’ diambil dari sebuah penelitian.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yg ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu, sedangkan menurut terminologi ilmuwan banyak sekali peneliti atau para cendikia yang mencoba untuk memberi definisi mengenai ilmuwan salah satunya adalah sebagaimana dalam pandangan McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Term, ilmuwan adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.

Dengan demikian orang yang disebut sebagai Ilmuwan harus memiliki ciri-ciri sebagai ilmuwan yang dapat dikenali lewat paradigma serta sikapnya dalam kehidupan sosial, memiliki daya kritis yang tinggi, jujur, bersifat terbuka, dan netral. Selain itu pula seorang ilmuwan harus patuh pada sistematika penulisan karya ilmiah serta syarat-syarat yang berkenaan dengan kode etiknya.

Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan, karena ilmuwan merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Selain itu, ilmuwan pula terbebani oleh tanggung jawab, tanggung jawab yang diemban oleh ilmuwan meliputi tanggung jawab sosial, moral, dan etika.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelanggaran etika ilmiah yang wajib dihindari oleh para ilmuwan adalah fabrikasi data, falsifikasi data, dan plagiarisme.

3.2 Saran

Saran yang dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan motivasi pada para pembaca khususnya bagi para ilmuwan-ilmuwan muda.

DAFTAR PUSTAKA

The, Liang Gie. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Syamsir, Elvira. 2009. Tanggung Jawab Ilmuwan.file:///E:/tanggung%20jwb %20ilmuwan/TANGGUNG_JAWAB_ILMUWAN.htm. Diakses pada 13 Januari 2010. 00.21 WIB.

(18)

http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/07/menggugat-moral-ilmuwan_bengpos050902.doc. Di akses pada 13 Januari 2010. 01.47 WIB.

http://developer.ning.com/profiles/blog/show?id=1185512%3A111905. Di akses pada 13 Januari 2010. 01.47 WIB.

Dhaniel, Dhakidae. 2003. Cendikiawan dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Gramedia. Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu: Sebuah Perngantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar

(19)

3

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ILMUAN

http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-jawab-ilmuan_5500d5018133111918fa7e8b

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-jawab-ilmuan_5500d5018133111918fa7e8b

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menulis dengan jelas dalam surah Al- Mudattsir ayat 38. Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya” (Qs. Al-Mudatsir:38) Dari kontek ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya memiliki “tugas” untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah SWT dan suatu saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta pertanggung jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah SWT. Dalam melakukan misinya, manusia diberi petunjuk bahwa dalam hidup ada dua jalan yaitu, jalan baik dan jalan yang buruk. Artinya: “ kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. ( kebaikan dan keburukan )”Q.S Al-Balad ( 90 ) ayat 10 Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan

kemampuan potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami “alam” yang telah diciptakan dan disediakan oleh Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika “ilmu” sudah dimiliki diharapkan manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus membina hubungan vertical dan horizontal. Manusia yang mau mengembangkan potensi akalnya dapat memanfaatkan

pengetahuannya tersebut untuk pencerahan dirinya dan memiliki tanggung jawab moral dan menyebarkan kepada sesama, mereka biasa disebut ilmuwan, cendikiawan atau intelektual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam tugas dan tanggung jawab ilmuan sebagai berikut: Ilmuwan dan Intelektual B. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Sosial C. Intelektual sebagai “ Change Maker “

(20)

BAB II PEMBAHASAN

A, Ilmuwan, dan Intelektual Upaya memberi perbedaan yang tegas dalam mendefinisikan istilah sarjana, ilmuwan, dan intelektual merupakan persoalan yang tidak mudah, sepintas terlihat sama tetapi ketiganya saling berkaitan. Untuk memahami fungsi dan tugas dari sarjana, Ilmuwan, dan intelektual kita lihat beberapa definisi :

a. Definisi Sarjana Dalam kamus besar Bahasa Indonesia hal. 785, Sarjana disebutkan sebagai orang pandai ( Ahli Ilmu Pengetahuan ) atau tingkat yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan terakhir di perguruan tinggi.[1]

b. Definisi Ilmuwan Ø Menurut kamus besar Bahasa Indonesia hal. 325, Ilmuwan adalah : · orang yang ahli, · orang yang banyak pengetahuan mengetahui suatu ilmu, · orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan · orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh.[2] Ø Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah seorang yang terlibat dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan ( ilmu ) Ø Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.[3]

c. Definisi Intelektual Ø Intelektual berasal dari bahasa Inggris : “ Having or showing good mental powers and understanding” ( memiliki atau menunjukkan kekuatan-kekuatan mental dan

pemahaman yang baik ) Ø Intelektual “the power of mind by which we know, reason and think” ( kekuatan pikiran yang dengannya kita mengetahui, menalar dan berfikir). Ø Intelektual adalah seseorang yang memiliki potensi secara actual Ø Intelektual adalah pemikir-pemikir yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah tertentu. Ø Menurut George A. Theodorson dan Archiles G.intelektual adalah masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinil dan terlibat dalam usaha intelektual kreatif. Ø Menurut Shils ( sosiolog barat ) intelektual adalah orang yang terpilih dalam masyarakat yang sering menggunakan symbol symbol bersifat umum dan rujukan abstrak tentang manusia dan masyarakat. Ø Menurut Prof. Ganjar Kurnia Intelektual adalah orang yang memiliki kesadaran tingkat tinggi, istilah Al-Qur’an Ulil Albab

B. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Sosial Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian

(21)

dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama. Oleh karena itu seorang ilmuwan harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya : a. Prosedur ilmiah b. Metode ilmiah c. Adanya suatu gelar yang berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh d. Kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan yang besar, ketertarikan pada perkembangan Ilmu Pengetahuan terbaru dalam rangka

profesionalitas keilmuannya.

e. Peran dan Fungsi Ilmuwan 1. Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap

mempertahankan dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan yang intensif dan sensitif. 2. Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya. 3. Sebagai teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat.

Tanggung Jawab Ilmuwan

Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi religious atau etis dan social. Pada intinya, dimensi religious atau etis seorang ilmuwan hendaknya tidak

melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial pengembangan ilmu mewajibkan ilmuwan berlaku jujur, mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya, mengakui temuan orang lain, menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati dalam dunia keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi, menjelaskan hasil-hasil temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain sebagaimana ia juga memperoleh bahan-bahan dari orang lain guna

mendukung teori-teori yang dikembangkannya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu.

“ Ilmu Pengetahuan tanpa Agama lumpuh

Agama tanpa Ilmu Pengetahuan Buta “

C. Intelektual sebagai “ Change Maker “

(22)

lingkungan. 3. Mengemban tugas sebagai artikulator 4. Memiliki tanggung jawab sosial untuk mengubah masyarakat yang statis menjadi masyarakat yang dinamis

Secara khusus, menurut Prof. Quraish Shihab intelektual muslim haruslah memiliki ciri-ciri : 1. Mengingat ( Dzikir ) kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi ( surah Fathir 28 dan Assyuaro 197 ) 2. Memikirkan / memperhatikan fenomena alam raya yang pada saatnya member manfaat ganda yaitu memahami tujuan hidup serta memperoleh manfaat dari alam raya untuk kebahagian dan kenyamanan hidup 3. Berusaha dan berkreasi dalam bentuk nyata dengan hasil-hasil dari buah pemikiran dan penelitian untuk mengubah kondisi masyarakat dari zero to hero.[4] Maka intelektual adalah pemikir yang tidak harus menghasilkan “sebuah” pemikiran tetapi juga dapat merumuskan dan mengarahkan serta memberikan contoh pelaksanaan dari sosialisasinya ditengah masyarakat agar segala persoalan – persoalan kehidupan baik pribadi, masyarakat nasional maupun

internasional dapat terpecahkan serta dapat menjawab tantangan-tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Peran “merubah” itulah yang menjadikan fungsi “change maker” seorang intelektual dapat berjalan dengan baik yang dimulai dari dirinya kemudian dimanfaatkan dan disebarkan kepada masyarakat . Allah SWT memberikan “ “ ( sumber alam ) kemudian diolah dengan “ “ ( teori dan pemikiran ) kemudian dibuktikan dengan “ “ ( karya ) nyata yang bermanfaat buat kehidupan manusia.

Kontribusi bagi kemajuan bangsa

Intelektual adalah golongan masyarakat tentang yang memiliki kecakapan yang kemudian bertugas merumuskan perubahan masyarakat yang akan membawa pada kemajuan bangsa yang maju dan bermartabat. Aspek-aspek yang membawa kemajuan bangsa sangatlah banyak diantaranya :

a. Aspek Idiologi

Intelektual berperan dalam : § Memelihara keyakinan dan kebudayaan bangsa § Berupaya membangun jaringan-jaringan yang kuat untuk memfilter budaya yang masuk akibat globalisasi § Memberikan pemahaman

b. Aspek politik

Kompleksitas masyarakat dan kepentingan-kepentingannya menuntut adanya pemikiran-pemikiran untuk membina dan membangun masyarakat agar tidak terjadi instabilitasi politik sehingga dalam bernegara para intelektual dapat memberikan solusi terhadap problem-problem yang terjadi.

c. Aspek ekonomi

(23)

memberikan solusi agar pertumbuhan tersebut berkesinambungan serta tercipta kesetiakawanan agar terhindar dari kecemburuan.

d. Aspek sosial dan budaya

Intelektual dituntut untuk mengerahkan segenap kemampuannya untuk membina masyarakat dan menciptakan harmoni sosial yaitu: § Saling menghormati § Saling menghargai § Saling membantu dan § Saling mengisi

e. Aspek pertahanan dan keamanan

Intelektual turut serta membantu masyarakat dalam menandai nilai-nilai dalam kehidupan agar : § Tidak mudah terprovokasi hal-hal yang negative § Tidak mudah terpengaruh pada faham-faham atau aliran yang menyesatkan. § Memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan bangsa dengan prinsip bahwa “ hari ini harus lebih baik dari hari kemarin “

BAB III KESIMPULAN

Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sarjana adalah orang pandai atau ahli ilmu pengetahuan karena sudah mencapai target terakhir dalam

pendidikannya di PT. 2. Ilmuwan adalah sebuah profesi atau gelar dalam cakupan professional karena sudah mengabdiakn dirinya pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta, fenomena fisika, matematis dan kehidupan social. 3. Intelektual adalah golongan atau kelas masyarakat yang mempunyai

kecakapan tertentu dan dengan kecakapannya mereka merumuskan perubahan masyarakat. Sebab itu intelektual dituntut secara terus menerus untuk mendefinisikan kebenaran dan tidak boleh memilih kepentingan-kepentingan praktis kecuali tegaknya kebenaran itu. 4. Sarjana, ilmuwan, dan intelektual memiliki komitmen yang tinggi untuk membina dan membangun masyarakat. Sebagian tanggung jawab moralnya terhadap keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab perannya sebagai bagian dari masyarakat ( social ) 5. Intelektual dengan kecakapan dan keterampilannya harus mampu merumuskan perubahan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik, aktif, dinamis dan bermartabat. Tugas yang diemban ini merupakan bukti bahwa mereka sebagai “change maker” atau orang yang membuat perubahan. 6. Sebuah bangsa dikatakan maju apabila memiliki ideology yang kuat sehingga tidak mudah goyah oleh serangan-serangan yang dating dari luar, kondisi politik yang sehat, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, kondisi social budaya yang kondusif serta memiliki stabilitas dalam pertahanan dan keamanan. Intelektual haruslah mempunyai peran yang penting dalam proses pembangunan bangsa supaya maju dan bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA Al Qur-an dan Terjemhannya, Depag, RI, 2006

(24)

Dr. M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an. Mirzan. 1992

Jalaluddin Rakhmat. Islam Alternatif. Mirzan. 1989

Ensiklopedia Islam. Jilid 2. PT. Ichtra Baru Van Hoeve. Jakarta. 1994. Hal 203

Gramsci, Anthonio. Prison Notebooks. Newyork : Penjuin Books.1991

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Mizan Pustaka. 2003

Murtadha Muthahhar. Ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan. Lentera. 2000

Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2010

[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal.785

[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal 325

[3] Ensiklopedia Islam. Jilid 2. Hal. 203 [4] Dr. M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an

(25)

Pendahuluan

Peranan ilmuwan dalam pemberdayaan masyarakat adalah aktivitas manusia yang sejak lahirnya pemiliki perhatian yang mendalam pada pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang lemah dan kurang beruntung seperti orang miskin, orang yang cacat, komunitas adat terpencil. Peranan ilmuwan dalam pemberdaya masyarakat mempunyai prinsip sosial seperti menolong orang agar mampu menolong dirinya sendiri, penentuan nasip sendiri, bekerja dengan masyarakat, bekerja untuk masyarakat, menunjukkan betapa peranan ilmuwan sangat dibutuhkan dan memiliki komitmen yang kuat terhadap pemberdayaan masyarakat. Ilmuwan adalah profesi populis dan tidak elitis. Oleh karena itu peranan ilmuwan dalam pemberdayaan masyarakat menyangkut pengertian pemberdayaan masyarakat, pengertian ilmuwan, strategi pemberdayaan, serta tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh ilmuwan tersebut dalam pemberdayaan masyarakat tersebut.

Pembahasan

Secara bahasa pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau pemberdayaan). Pemberdayaan secara istilah adalah sebuah proses dengan dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang yang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. (parsons, et.al., 1994). Dalam hal ini pemberdayaan dapat dikatakan sebagai suatu cara dengan dimana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya. Sedangkan tujuan dari pemberdayaan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

Dapat dikatagorikan sebagai orang-orang yang lemah atau tidak beruntung yakni : 1. Kelompok lemah secara struktual, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.

2. Kelompok lemah khusus seperti manula, anak-anak, remaja, penyandaang cacat, gay, lesbian, masyarakat terasingkan.

3. Kelompok lemah secara personal yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau masalah keluarga.

(26)

mereka seringkali merupakan akibat dari adanya kekurang adilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu. Solomon (1979) melihat bahwa ketidak berdayaan dapat bersumber dari faktor eksternal maupun internal. Menurutnya, ketidak berdayaan dapat berasal dari penilaian diri yang negative, interaksi yang negative dengan lingkungan, atau berasal dari blockade dan hambatan yang berasal dari lingkungan yang besar (Suharto, 1997: 213-214 ).

Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Dikatakan sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti peraya diri, mampu menyampaikan inspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Di dalam strategi pemberdayaan Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya tidak ada literature yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perorangan. Dalam konteks pekerja sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan yakni :

1. Aras Mikro yakni pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Yang tujuan utamanya adalah untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

2. Aras Mezzo yakni pemberdayaan yang dilakukan terhadap sekelompok klien. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras Makro. Dalam pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, prencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, menegement konflik, adalah beberapa strtegi dalam pendekatan ini.

Setelah strategi pemberdayaan dilakukan maka pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu : Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyongkongan, dan Pemeliharaan.

(27)

kemampuannya relevan dengan tuntutan problematika yang berkembang di masyarakat baik di tingkat nasional maupun kelas dunia.

Orientasipengembangan keilmuwan bukan hanya untuk kepentingan diri atau golongan atau kelompok tertentu, melainkan harus selalu diproyeksikan pada penyelesaian problematika masyarakat atau bangsa. Kerangka konseptual inilah yang harus selalu ditanamkan sejak dini, bukan saat mereka berada di jenjang pendidikan tinggi, melainkan sejak mereka mengenal pendidikan baik formal maupun nonformal. Dengan ketaqwaan ilmuwan akan memahami, empat hal; yaitu hakikat penciptaan manusia (1), hakikat penciptaan ilmuwan (2), tugas, fungsi dan peran ilmuwan (3) serta tanggung jawab ilmuwan (4), Jaminan keberhasilan seseorang.

Dari pengertian pemberdayaan masyarakat dan pengertian ilmuwan itu sendiri dapat kita ambil kesimpulannya secara garis besar mengenai peranan ilmuwan dalam pemberdayaan masyarakat yakni peranan seorang ilmuwan yang dapat memberikan suatu acuan atau arahan baik itu dalam bidang teori, penerapan dalam pemberdayaan, memotivasi, menjadikan mereka masyarakat yang aktif, kreatif dan inofatif, tidak bergantung kepada si pembangun proyek pemberdayaan sosial. dan hal lain sebagainya yang menyangkut dalam pemberdayaan itu sendiri, sehingga sebuah pembangunan atau kegiatan tersebut dapat di laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan karena adanya peran ilmuwan maka ilmuwan harus bisa memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap pembedayaan masyarakat tersebut.

Selain itu ilmuwan berperan sebagaimana para pemilik kepentingan yang dapat mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumberdaya yang berdampak pada mereka, selain menjadikan mereka masyarakat yang aktif, masyarakat juga dapat bersikap kreatif dan inovatif, tidak bergantung kepada si pemilik proyek pemberdaya. Jadi peranan ilmuwan tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif dan inovatif.

Adapun tugas ilmuwan dalam pemberdayaan masyarakat, Schwartz mengemukakan 5 tugas yang dapat dilaksanakan oleh ilmuwan yaitu :

1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang dihadapi mereka.

2. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat banyak ornag dan menbuat frustasi usaha-usaha orang untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-orang yang berpengaruh.

3. Member kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang tidak di miliki oleh masyarakat, tetapi bermanfaat kepada mereka dalammenghadapi realitas social dan masalah yang dihadapi mereka.

4. Membagi visi kepada msyarakat, harapan dan inspirasi ilmuwan merupakan investasi bagi interaksi antara orang, masyarakat, dan bagi kesejahteraan individu dan sosial.

(28)

mampu menciptakan kondisi yang membuat masyarakat dan ilmuwan menjalankan fungsinya masing-masing.

Penutup

(29)

TANGGUNG JAWAB ILMUWAN

Oleh: Nita Zakiyah, M.A

http://niethazakia.blogspot.co.id/2013/03/tanggung-jawab-ilmuwan.html

(30)

Dunia ilmu pengetahuan ialah dunia fakta, sedangkan life world mencakup pengalaman subjek-praktis manusia ketika ia lahir, hidup dan mati, pengalaman cinta dan kebencian, harapan dan putus asa, penderitaan dan kegembiraan, kebodohan dan kebijaksanaan. Dunia ilmu pengetahuan ialah dunia objektif, universal, rasional, sedangkanlife world adalah dunia sehari-hari yang subjektif, praktis dan situasional. Lebih dari itu, realitanya adalah bahwa manusia memang hidup di dalam dua dunia, yaitu: dunia ilmu pengetahuan dan dunia praktis. Ilmu pengetahuan menawarkan cara kerja rasional. Prinsip kausalitas misalnya menjadi prinsip rasional dari ilmu pengetahuan. Sementara itu kita juga tidak bisa melepaskan diri dari dunia sehari-hari dan tradisi dengan segala macam bentuk kepercayaan dan prakteknya. Berbicara tentang ilmu pengetahuan, maka sudah tidak asing bahwa orang yang bekerja dan mendalami dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam bidangilmu pengetahuan tersebut disebut dengan ilmuwan.

Ketika seseorang diberi ‘label’ sebagai ilmuwan, maka hal itu didasari dengan peran yang dilakukannya, ciri, serta tanggung jawabnya dalam ilmu atau hasil penemuannya. Tanggung jawab secara umum tidak hanya ada pada makhluk hidup namun terdapat juga pada bidang yang ditekuni oleh manusia, seperti negarawan, budayawan, ilmuwan dan sebagainya. Karena pada hakikatnya tanggung jawab merupakan hal yang lazim ada pada setiap makhluk hidup (Tarigan, 2004).

Kata ilmuwan ini muncul kira-kira tahun 1840 untuk membedakan ilmuwan dengan para filsuf, kaum terpelajar, kaum cendikiawan, dan lain sebagainya. Dewasa ini, kata ilmuwan tentu bukanlah hal yang asing. Secara sederhana ia diberi makna ahli atau pakar; dalam KBBI, kata ilmuwan sendiri bermakna: orang yg ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yg berkecimpung dalam ilmu pengetahuan (KBBI Online). Serta orang yang melakukan serangkaian aktivitas yang disebut ilmu, kini lazim disebut pula sebagai ilmuwan (scientist).

Sedangkan dalam buku Filsafat Ilmu, kata ilmuwan memiliki beberapa pengertian sebagaimana dalam pandangan McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Termadalah seorang yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu. Pandangan lain tentang ilmuwan dikemukakan oleh Maurice Richer, Jr., menurutnya ilmuwan adalah mereka yang ikut serta dalam ilmu, dalam cara-cara yang secara relatif langsung dan kreatif (The, 2000). Dari baberapa pemaparan pokok tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan bidang keilmuan.

(31)

material dan objek formal. Yang berkaitan dengan objek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu; objek material penelitian mencakup sifat kongkrit, abstrak, material, non material. Adapun objek formalnya adalah pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang dimiliki oleh objek materi dan berdasarkan kemampuan seseorang.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa ilmuwan merupakan seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu dan berkewajiban mengembangkan suatu bidang ilmu yang menjadi keahliannya dengan mengadakan penelitian demi menemukan hal-hal baru yang akan menjadi kontribusi ilmiah khususnya bagi bidang ilmu tertentu yang menjadi spesialisasi keahliannya dan umumnya bagi bidang-bidang ilmu lain, karena tidak dapat dipungkiri bahwa hakikatnya antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya memiliki keterkaitan, satu sama lainnya saling melengkapi. Selain itu pula Ilmu pengetahuan membawa berkah dan nilai kemakmuran bagi manusia tanpa meninggalkan tata nilai, etika, moral dan filosofi. Seorang ilmuwan memiliki kemampuan untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan analisis dan sintesis untuk mengubah kegiatan non produktif menjadi produktif. Namun tugas ilmuwan bukan hanya sekedar untuk mencari permasalahan yang bertujuan mencari kebenaran, akan tetapi seorang ilmuwan juga mengemban suatu tanggung jawab memecahkan permasalahan keilmuan serta mempertanggung jawabkan hasil temuannya dan mempublikasikan keseluruh dunia.

Berikut adalah kajian yang membahas tentang ilmuwan dan seluk beluknya yang berupa ciri-ciri, kode etik sebagai seorang ilmuwan, peran dan fungsinya, tanggung jawab yang diemban, dan hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari sebagai seorang ilmuwan yang berkaitan dengan karya ilmiah yang dihasilkan.

II. Ciri Ilmuwan

Ciri yang menonjol pada ilmuwan terletak pada cara berpikir yang dianut serta dapat dilihat pula pada perilaku ilmuwan tersebut. Para ilmuwan memilih bidang keilmuan sebagai profesi, dengan demikian harus tunduk pada wibawa ilmu karena ilmu merupakan alat yang paling mampu untuk dimanfaatkan dalam mencari dan mengetahui kebenaran.

(32)

mencari atau menunjukkan kebenaran, netral, yang tidak kalah penting adalah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu yang harus di junjung tinggi.

Seorang Ilmuwan dapat dilihat dari beberapa aspek :

1. Dari cara kerja; cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan metode sains yaitu: mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan.

2. Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika seorang mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan ciri-ciri gajah, seperti: memiliki taring, badannya besar, kupingnya lebar.

3. Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi. Sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan antara lain adalah:  hasrat ingin tahu yang tinggi

 tidak mudah putus asa

 terbuka untuk dikritik dan diuji  menghargai dan menerima masukan  jujur

 kritis  kreatif

 sikap positif terhadap kegagalan  rendah hati

 hanya menyimpulkan dengan data memadai.

III. Syarat Yang Harus Dipatuhi Sebagai Seorang Ilmuwan

(33)

memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?. Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judulKerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori , atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode.Jawaban terhadap

pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam

bagianTemuan atau Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan.

Dalam penulisan karya ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan atau pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari suatu sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat diidentikkan dengan pencurian. Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang lazim disebut plagiat. Plagiat merupakan tindak kecurangan yang berupa pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diaku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Dalam menulis karya ilmiah, rujuk-merujuk dan kutip-mengutip merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari. Kegiatan ini amat dianjurkan, karena perujukan dan pengutipan akan membantu perkembangan ilmu.

Atau dengan kata lain, karya ilmiah perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnya. Tata cara penulisan daftar pustaka perlu juga memberikan isyarat apakah karya ilmiah yang dirujuk itu berupa buku, jurnal, makalah seminar, laporan penelitian yang tidak dipublikasi, dokumen Web, dll. Oleh karenanya ada tata cara yang ditetapkan untuk menuliskan daftar pustaka. Namun demikian terdapat banyak versi tata cara penulisan daftar pustaka, bergantung pada tradisi yang dipegang oleh masyarakat keilmuan dalam masing-masing bidang. Namun Tata cara apapun dapat saja dipakai asalkan pemakaiannya konsisten. Namun demikian apabila karya ilmiah kita ingin dipublikasikan dalam jurnal tertentu, kita harus menyesuaikan diri dengan tata cara penulisan daftar pustaka yang ditetapkan oleh redaksi jurnal tersebut.

(34)

Selain memiliki ciri, sikap, dan tanggung jawab, ilmuwan tentunya mempunyai peran dan fungsi. Berikut adalah peran atau fungsi ilmuwan yang berkaitan langsung dengan aktivitasnya sebagai ilmuwan, meliputi:

Sebagai intelektual, ia berperan sebagai ilmuan sosial yang selalu berdialog dengan masyarakat

dan terlibat didalamnya secara intensif dan sensitif.

Sebagai ilmuwan, ia akan selalu mencoba dan berusaha untuk memperluas wawasan teoritis,

memiliki keterbukaan terhadap kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keilmuan.

Sebagai teknikus, ia akan tetap terus menjaga keterampilannya dan selalu menggunakan

instrumen yang tersedia dalam disiplin ilmu yang dikuasainya.

Peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia (Daniel, 2003), sedangkan dua peran terakhir memungkinkan ia menjaga martabat ilmunya. Fungsi seorang ilmuawan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas (suriasumantri, 2001).

V. Tanggung Jawab Ilmuwan

Pada bab ini akan kupas mengenai tanggung jawab ilmuwan. Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan adalah (1) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, professional dan mempublikasikan temuannya); (2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang sudah/akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengkomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan kemanusiaan, mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya dan mengembangkan kebudayaan nasional.

Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Dan berikut ini akan di uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral dan etika.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dalam rangka penyusunan

Penyelarasan kebijakan dilakukan dengan memetakan kebijakan firewall yang terdapat pada SOP Firewall DEPKOMINFO (DEPKOMINFO, 2010) dengan proses PCI DSS v.3.1 (PCI Security

Pada tahun 2017 terlibat dalam kegiatan UPSUS PAJALE dan SIWAB yang merupakan kerja sama Universitas Andalas dengan Kementerian Pertanian sebagai dosen pendamping

Hasil pengujian variabel keamanan dan kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahaan secara bersama-sama mempengaruhi minat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan kendala yang dialami Dinas Ketenagakerjaan dalam penyelesaian sengketa hubungan industrial serta mengetahui upaya

Ketersediaan udang yang sedikit pada siang hari digantikan oleh ikan-ikan demersal yang berukuran kecil dan memiliki distribusi diurnal yang sama dengan ikan S.. Pada penelitian

Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami) adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan baru. Bahkan, strategi adaptasi