• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ipa Metode Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Seme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar ipa Metode Problem Solving pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Seme"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono

Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 5 pada SD Negeri Trayu Kecamatan

Sumowono Kabupaten Semarang adalah 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa

perempuan dan 8 siswa laki-laki.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkan

metode problem solving dalam pelajaran IPA materi sifat cahaya. Pada kondisi

sebelum tindakan, diketahui bahwa dari total siswa yaitu 20 siswa, 12 siswa

dinyatakan belum lulus KKM (65) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas

baru mencapai 10 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 10

Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Skor Kriteria Hasil

Belajar

Sebelum Tindakan

Jumlah Siswa (%)

< 65 Tidak Tuntas 12 60%

65 Tuntas 8 40%

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

(2)

tuntas sebanyak 12 siswa (60%). Hasil perolehan dari tabel tersebut disajikan diagram

batang berikut ini:

Gambar 3: Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan

Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak

lanjuti melalui penelitian tindakan kelas.Penilitian tindakan kelas ini telah disetujui

oleh guru kelas dengan menggunakan metode problem solving yang dilaksanakan

dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).

1.2.2. Siklus I a. Perencanaan

Sebelum dilakukan tindakan, maka hal – hal yang direncanakan adalah

sebagai berikut:

1. Memilih dan memutuskan metode pembelajaran yang perlu untuk digunakan

dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih metode problem

solving sebagai metode pembelajaran.

0 2 4 6 8 10 12

Tuntas Tidak T untas

Pra Siklus 8 12

(3)

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat peraga

yang direncanakan, termasuk lembar observasi pemelajaran untuk digunakan

dalam pembelajaran IPA.

3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai metode pembelajaran yang

dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran, maupun lembar observasi pemelajaran, termasuk menyepakati

tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing – masing siklus akan

dilakukan dalam 2 pertemuan.

4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan

mengecek kembali kelengkapan – kelengkapan baik RPP, media maupun alat

peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan nanti.

b. Pelaksanaan Pertemuan I 1. Kegiatan Awal

Kegiatan diawali dengan guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian

siswa, kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat

berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran.Setelah menjelaskan

tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu pelangi –

pelangi dan guru menjelaskan pembentukan warna pelangi. Guru menjelaskan

langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.

2. Kegiatan Inti

Setelah guru menjelaskan pembentukan warna pelangi pada kegiatan

apresepsi, siswa diajak untuk menyaksikan video tentang sifat – sifat cahaya, guru

memperlihatkan senter dan guru memberi kesempatan untuk bertanya tentang senter

dan cahaya yang dikeluarkan.Selanjutnya guru menjelaskan tentang sifat – sifat

cahaya dan menjelaskan sumber cahaya. Siswa dan guru dalam kesempatan ini

(4)

mengeluarkan cahaya dan manfaatnya, kemudian guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok dan menginstruksikan siswa berdiskusi. Guru mengarahkan siswa

untuk membuat perencanaan untuk melakukan penyelidikan demi membuktikan

hipotesis tentang sifat cahaya. Setelah waktu penyelidikan selesai, siswa diminta

mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh dari hasil

penyelidikan tentang sifat cahaya. Kelompok lain diminta untuk memberikan

tanggapan mengenai presentasi kelompok. Setelah semua kelompok selesai

presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang materi sifat – sifat

cahaya, guru bersama siswa menyimpulkan hasil penyelidikan tentang materi sifat –

sifat cahaya.

3. Kegiatan Penutup

Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan penguatan pada siswa dan

memberikan tugas individu.Setelah itu guru mentup pelajaran.

Pertemuan II 1. Kegiatan Awal

Pertemuan 2 diawali dengan memberikan salam, guru mengecek kehadiran,

selanjutnya guru mengkondisikan kelas dalam kondisi belajar dan guru

memperlihatkan senter kepada siswa.

2. Kegiatan Inti

Guru meminta siswa meningat materi pelajaran pada pertemuan pertama

siklus pertama dan guru meminta siswa menyebutkan isi dari materi pelajaran

pada pertemuan pertama siklus pertama. Selanjutnya guru menyampaikan judul

materi yang akan disampaikan yaitu tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai

cermin, pada kesempatan ini guru meminta siswa menyebutkan contoh cermin

pada benda disekitar lingkungan rumah dan sekolah. Kemudian guru membentuk

(5)

lembar diskusi tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai cermin.Setelah semua

kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok dan guru meminta perwakilan

kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompoknya.Setelah semua kelompok

presentasi, guru menegaskan hasil diskusi tentang sifat – sifat cahaya yang

mengenai cermin dan siswa mencatat hasil diskusi.Kemudian guru bersama

siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang sifat – sifat cahaya yang

mengenai cermin dan guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya

tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai cermin.

3. Kegiatan Penutup

Guru memberikan penguatan tentang materi sifat – sifat cahaya yang

mengenai cermin dan guru memberikan tugas individu pertemuan kedua pada siklus

pertama.

c. Observasi

Selama proses berlangsung, dilakukan juga pengamatan. Hal – hal yang

diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan metode problem

solving, termasuk akibat menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran

IPA. Adapun hal – hal tersebut yaitu:

1. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode problem

solving dalam pelajaran IPA materi sifat – sifat cahaya.Berdasarkan hasil observasi

kinerja guru pada siklus I dalam metode problem solving dengan materi sifat – sifat

cahaya diperoleh skor 60 dengan presentase nilai kinerja sebesar 80% dikategorikan

baik.

Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar

observasi , mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan metode

problem solving. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga

(6)

sama sekali, diikuti 2 jika satu kategori yang muncul, 3 jika dua kategori yang

muncul, 4 jika tiga kategori yang muncul, dan pada skor yang baik 5 jika semua

kategori muncul.

Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode problem

solving dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik 80% ≤ NR < 90% : Baik

70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang

0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang

Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam

menerapkan metode problem solving telah sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran problem solving, yaitu:

1. Identifikasi masalah

2. Merumuskan masalah

3. Merencanakan pengumpulan data

4. Mengumpulkan data

5. Presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi.

6. Membuat kesimpulan

Adapun skor dan pelaksanaan langkah ini mencapai 60 dari 100 atau

80%.Artinya dalam penerapan metode problem solving mencapai skor 3 pada skor

(7)

membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah –

langkah pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa, memberi penguatan, member

tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelejaran dan skor sangat

baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan

apresepsi, menuntun siswa dalam diskusi kelompok, menyimpulkan materi, member

penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam

kategori bai, dengan perolehan skor 60 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan

presentase yaitu 80%.

2. Hasil Belajar Siswa

Evaluasi dilakukan setelah setiap pertemuan dilakukan yaitu pertemuan I pada

siklus I dan pertemuan II pada siklus I. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat

perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan

tindakan dengan menerapkan metode problem solving. Berikut ini disajikan dalam

tabel perolehan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I:

Tabel 11

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I

Skor Kriteria Hasil Belajar Siklus I

Jumlah Siswa Presentase (%)

< 65 Tidak Tuntas 5 25%

65 Tuntas 15 75%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA materi sifat – sifat cahaya setelah diberikan tindakan pada siklus 1, yang tidak

tuntas sebanyak 10 siswa (35,7%) dan siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (64,3%).

(8)

Gambar 4: Diagram Batang Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Jika hasil belajar tersebut dibandingkan dengan hasil belajar sebelum

tindakan, maka yang ditunjukkan oleh hasil belajar ini dipaparkan pada tabel dan

diagram perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada

siklus I.

Tabel 12

Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan dengan Siklus I Skor Kriteria Hasil

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hasil belajar sebelum tindakan dengan

(9)

40%.Jumlah dan presentase ini berubah setelah diberikan tindakan.Terjadi

peningkatan jumlah maupun presentase siswa yang tuntas belajar menjadi 15 siswa

dengan presentase 75%.Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun

ketuntasan belajar siswa yaitu 8 siswa diberikantindakan pada siklus I dengan

presentase peningkatan 35%.Sebaliknya, sebelum tindakan siswa yang belum tuntas

berjumlah 12 siswa dengan presentase 60%.Jumlah dan presentase ini mengalami

penurunan menjadi 5 siswa dengan presentase 25%.Dengan kata lain, terjadi

penurunan jumlah maupun presentase ketuntasan belajar siswa setalah diberikan

tindakan pada siklus I dibandingkan sebelum tindakan yaitu terjadi penurunan 7

siswa dengan presentase penurunan 35%.

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan

tindakan pada siklus I, mengacu pada indikator kinerja yang telah disebutkan pada

bab III, peningkatan presentase ketuntasan ini belum memberikan hasil sesuai dengan target yaitu 100% dari total kelas mencapai nilai kriteria ≥ 65.

d. Refleksi

Setelah dilakukan tindakan pada siklus Iguru sudah melaksanakan proses

pembelajaran tetapi masih belum sesuai dengan langkah-langkah problem solving.

ada beberapa siswa yang belum memenuhi nilai ketuntasan yaitu 5 siswa (25%). dan

ada beberapa siswa bermain dan beberbicara. Beroleh hasil refleksi maka guru

melakukan perbaikan pada siklus ke II.

4.2.3. Siklus II a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan siklus II, hal – hal yang direncanakan untuk

dilaksanakan sebagai perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

(10)

Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan adalah mengupayakan dan

melakukan pengkondisian tertentu agar ketuntasan belajar siswa, minimal mencapai

target yaitu 100% dari total jumlah siswa, tuntas dalam KKM.

b. Pelaksanaan Pertemuan I 1. Kegiatan Awal

Kegiatan diawali dengan guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian

siswa, kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat

berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang mengalami kesulitan saat membaca?apa penyebabnya?apa alat yang diguakan untuk membaca saat mata sulit melihat?”. Mengacu pada kondisi siswa pada siklus I, kali ini guru mengorganisir dan meminta siswa meminta siswa yang belum berani

mengemukakan pendapat yang menjawab pertanyaan aprsepsi.Selanjutnya guru

menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah – langkah pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Setelah menjelaskan langkah – langkah pembelajaran, selanjutnya guru

memberikan kesempatan kepada siswa menyatakan ide – idenya secara bebas terkait

dengan materi menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan membuat suatu

karya/model. Guru memperlihatkan lub, dalam kesempatan ini guru meminta siswa

untuk bertanya tentang lub. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa

melalui gambar contoh benda yang dapat menerapkan sifat cahaya, dan guru meminta

siswa untuk dapat menyebutkan contoh benda yang dapat menerapkan sifat cahaya.

Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok untuk

mengerjakan lembar diskusi materi tentang menerapkan sifat cahaya dalam

(11)

meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.Setelah semua kelompok presentasi guru menegaskan dan siswa mencatat

hasil diskusi.

3. Kegiatan Akhir

Setelah selesai menyimpulkan, guru memberikan penguatan dan guru

memberikan tugas individu kepada siswa. Guru mengakhiri pelajaran.

Pertemuan II 1. Kegiatan Awal

Sama dengan pertemuan sebelumnya, kegiatan diawali dengan salam

pembuka, mengajak siswa berdoa .agar siap menerima pelajaran, guru

mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Sebelum memulai pelajaran guru bertanya

kepada siswa tentang kesimpulan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah

siswa menjawab dengan benar apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai melalui pembelajaran tersebut, juga langka – langkah

pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Setelah menjelaskan pembelajaran selanjutnya guru memberikan kesempatan

kepada siswa menyatakan ide – idenya secara bebas terkait dengan materi

menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan membuat suatu karya/model. Guru

memperlihatkan lub dan meminta siswa kembali bertanya tentang lub. Kemudian

sama halnya dengan pertemuan I siklus II guru melakukan tanya jawab dengan siswa

melalui gambar contoh benda yang dapat menyebutkan contoh benda yang dapat

menerapkan sifat cahaya. Guru meminta siswa untuk membuat kelompok yang terdiri

dari 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok. Setelah semua selesai tiap

(12)

hasil diskusi kelompok.Setelah semua kelompok selesai, guru bersama siswa

membuat kesimpulan hasil belajar.

3. Kegiatan Akhir

Guru memberikan penguatan, kemudian guru memberikan tugas individu .

Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga pengamatan.

Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan

metode problem solving, termasuk akibat menerapkan metode problem solving dalam

pembelajaran IPA. Adapun hal-hal tersebut yaitu:

1. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode problem

solving dalam pelajaran IPA materi menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan

membuat suatu karya/modelberdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I

dalam metode problem solvingdengan materi menerapkan sifat cahaya dalam

merancang dan membuat suatu karya/model diperoleh skor 60 dengan persentase

nilai kinerja sebesar 80% dikategorikan baik.

Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar

observasi , mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan metode

problem solving. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga

tertinggi 5. Skor 1 adalah terendah yaitu skor yang tidak ada kategori yang muncul

sama sekali, diikuti 2 jika satu kategori yang muncul, 3 jika dua kategori yang

muncul, 4 jika tiga kategori yang muncul, dan pada skor yang baik 5 jika semua

kategori muncul.

Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode problem

(13)

Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik 80% ≤ NR < 90% : Baik

70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang

0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang

Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam

menerapkan metode problem solving telah sesuai dengan langkah – langkah

pembelajaran problem solving, yaitu:

1. Identifikasi masalah

2. Merumuskan masalah

3. Merencanakan pengumpulan data

4. Mengumpulkan data

5. Presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi.

6. Membuat kesimpulan

Adapun skor dan pelaksanaan langkah ini mencapai 60 dari 100 atau

80%.Artinya dalam penerapan metode problem solving mencapai skor 3 pada skor

yang cukup dan 4 skor pada skor baik. Hal ini baik adalah pada aktivitas guru

membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah –

langkah pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa, memberi penguatan, member

tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelejaran dan skor sangat

baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan

(14)

penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam

kategori bai, dengan perolehan skor 60 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan

presentase yaitu 80%.

2. Hasil Belajar Siswa

Evaluasi dilakukan setelah setiap pertemuan dilakukan yaitu pertemuan I pada

siklus II dan pertemuan II pada siklus II. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat

perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan

tindakan dengan menerapkan metode problem solving. Berikut ini tabel dan diagram

perbandingan hasil belajar siklus I dan setelah tindakan pada siklus II:

Tabel 13

Perbandingan Hasil Belajar pada Siklus I dengan Siklus II

Skor Kriteria Hasil

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar

adalah 15 siswa dengan persentase 75%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II

terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas menjadi 20 dengan presentase 100%,

dengan demikian terjadi peningkatan 25% dari siklus I ke siklus II, setelah diberikan

tindakan pada siklus II. Sementar siswa yang belum tuntas pada siklus I adalah 5

siswa dengan persentase 25%.Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi

penurunan menjadi tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya. Dengan hasil ini

(15)

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan

Sumowono Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 berhasil.

Berikut ini akan disajikan dalam tabel mupun diagram perbandingan hasil

belajar sebelum tindakan, setelah tindakan pada siklus I dan setelah tindakan pada

siklus II.

Tabel 14

Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II

Skor Kriteria

Hasil

Belajar

Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II

Jumlah

dengan persentase 60%. Setelah diberikan tindakan siklus I, terjadi peningkatan

jumlah yang tuntas menjadi 15 siswa dengan persentase 75% atau terjadi peningkatan

15%. Setelah diberikan tindakan siklus II terjadi peningkatan 20 siswa dengan

persentase 100% atau terjadi peningkatan 100%. Siswa yang belum tuntas sebelum

diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 12 siswa dengan

persentase 60% atau terjadi penurunan 35%. Setelah diberikan tindakan siklus II

terjadi penurunan lagi menjadi tidak ada atau mengalami penurunan lagi 75%.

a. Refleksi

Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I,

(16)

jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah diberikan

tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa memperhatikan proses

dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama KBM berlangsung adalah

sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai hasil belajar dan ketuntasan

belajar yang diharapkan.

4.3. Pembahasan

Berdasarkanhasilobservasi, yang dilakukan sebelum tindakan diperoleh hasil

belajar IPA siswarendah.Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat

pada guru. Guru masih masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga

siswa jenuh untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini

menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.Dampak dari kondisi tersebut yaitu

hasil belajar IPA siswa rendah.

Berdasarkan hasil perolehan hasil belajar IPA siswa masih ada belum

mencapai KKM 65. Dari hasil tes sebelum tindakan siswa yang tuntas sebanyak 8

siswa(40%), dan siswa yang tidak tuntas 12 siswa(60%). Kondisi ini menyatakan

bahwa hasil belajar IPA belum mencapai indicator kinerja yang sudah ditetapkan

85%.

Oleh karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan

hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik.Siswa

akan lebih tertarik mrngikuti pelajaran dan pemahaman materi apabila siswa dapat

melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang

menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti

pelajaran IPA.

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modelProblem Solving. Guru

mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif

dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tunjuk jari.Dalam

kegiatan pembelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.Saat

(17)

pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatanhasilbelajar IPA.

Hasilbelajar IPA siswameningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta

melibatkan kemampuan yang dimiliki siswa.

Pada siklus I guru menggunakan pembelajaran Problem Solvinghasil belajar

siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 15 siswa atau 75% masih ada siswa yang

tidak tuntas sebanyak 5 siswa atau 25% serta indikator kinerja yang ditetapkan 80%

yang tercapai hanya 75%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.

Pada siklus II guru menggunakan metode Problem Solving hasil belajar siswa

lebih meningkat sudah mencapai indikator kinerja 80%, semua siswa hasil belajarnya

mencapai KKM yang telah ditetapkan khusus mata pelajaran IPA 65 ketuntasannya

menjadi 100%. Jadi, metode pembelajaran problem solving adalah metode

pembelajaran yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran

Problem Solving dapat lihat di lembar observasi sudah terlihat sangat baik, langkah –

langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan guru sudah menguasai metode

dengan baik. Menurut Sri Anitah W.,dkk (2009) dalam La Iru dan La Ode Safiun

Arihi (2012: 36 – 37) keunggulan metode Problem Solving dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan berpikir kritis karena dalam

proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti

permaslahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah secara

terampil.

2. Mempelajari bahan pelajaran yang actual dan relevan dengan kebutuhan dan

perkembangan masyarakat.

3. Jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan social

siswa.

(18)

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Solving sangat

tepat digunakan oleh guru dalam pembelajaran.Untuk itu seyogyanya guru dapat

menggunakan metode pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Selain itu, metode pembelajaranProblem Solving, juga dapat diterapkan pada

mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa demi meningkatkan

Gambar

Tabel 10 Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan
Gambar 3: Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
tabel perolehan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I:
Gambar 4: Diagram Batang Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
+3

Referensi

Dokumen terkait

Aliran bit dan rekonstruksi sinyal ucapan menghasilkan sinyal rekonstruksi yang paling buruk pada kondisi kanal AWGN dengan SNR = 10 dB (plot hasil rekonstruksi

Results: Methanol extract showed better activity than ethyl acetate extract in DPPH, NO, lipid peroxidation by TBA, reducing power capacity assay, total phenol, total flavonoid

Makna hidup wanita lansia tanpa anak yang tinggal di Panti Werdha (Doctoral dissertation, Widya Mandala Catholic

Objective: T o investigate the in vitro antibacterial activity against human pathogenic bacteria and brine shrimp lethality bioassay of the marine actinobacterium.. Methods: F

No Nama NIM IPK Lama Studi Jurusan Pembimbing Skripsi Pembimbing

Nilai gaya yang didapat ini belum sesuai dengan teori walaupun nilainya sudah mendekati teori yaitu 39.00 N, 11.09 N, 7.10 N, hal ini mungkin disebabkan karena faktor alat

Dalam rangka melaksanakan tugas konstitusionalnya, anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Telkom University bersepakat untuk menyusun suatu kode etik

ANUNG untuk FIT III IAKMI 2017 Sulut 11 Peningkatan Edukasi Hidup Sehat Peningkatan Kualitas Lingkungan Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Penyediaan Pangan Sehat