BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Trayu Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 5 pada SD Negeri Trayu Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang adalah 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa
perempuan dan 8 siswa laki-laki.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkan
metode problem solving dalam pelajaran IPA materi sifat cahaya. Pada kondisi
sebelum tindakan, diketahui bahwa dari total siswa yaitu 20 siswa, 12 siswa
dinyatakan belum lulus KKM (65) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas
baru mencapai 10 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 10
Distribusi Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Skor Kriteria Hasil
Belajar
Sebelum Tindakan
Jumlah Siswa (%)
< 65 Tidak Tuntas 12 60%
≥65 Tuntas 8 40%
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
tuntas sebanyak 12 siswa (60%). Hasil perolehan dari tabel tersebut disajikan diagram
batang berikut ini:
Gambar 3: Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak
lanjuti melalui penelitian tindakan kelas.Penilitian tindakan kelas ini telah disetujui
oleh guru kelas dengan menggunakan metode problem solving yang dilaksanakan
dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).
1.2.2. Siklus I a. Perencanaan
Sebelum dilakukan tindakan, maka hal – hal yang direncanakan adalah
sebagai berikut:
1. Memilih dan memutuskan metode pembelajaran yang perlu untuk digunakan
dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih metode problem
solving sebagai metode pembelajaran.
0 2 4 6 8 10 12
Tuntas Tidak T untas
Pra Siklus 8 12
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat peraga
yang direncanakan, termasuk lembar observasi pemelajaran untuk digunakan
dalam pembelajaran IPA.
3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai metode pembelajaran yang
dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran, maupun lembar observasi pemelajaran, termasuk menyepakati
tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing – masing siklus akan
dilakukan dalam 2 pertemuan.
4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan
mengecek kembali kelengkapan – kelengkapan baik RPP, media maupun alat
peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan nanti.
b. Pelaksanaan Pertemuan I 1. Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian
siswa, kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat
berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran.Setelah menjelaskan
tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu pelangi –
pelangi dan guru menjelaskan pembentukan warna pelangi. Guru menjelaskan
langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.
2. Kegiatan Inti
Setelah guru menjelaskan pembentukan warna pelangi pada kegiatan
apresepsi, siswa diajak untuk menyaksikan video tentang sifat – sifat cahaya, guru
memperlihatkan senter dan guru memberi kesempatan untuk bertanya tentang senter
dan cahaya yang dikeluarkan.Selanjutnya guru menjelaskan tentang sifat – sifat
cahaya dan menjelaskan sumber cahaya. Siswa dan guru dalam kesempatan ini
mengeluarkan cahaya dan manfaatnya, kemudian guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok dan menginstruksikan siswa berdiskusi. Guru mengarahkan siswa
untuk membuat perencanaan untuk melakukan penyelidikan demi membuktikan
hipotesis tentang sifat cahaya. Setelah waktu penyelidikan selesai, siswa diminta
mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil yang diperoleh dari hasil
penyelidikan tentang sifat cahaya. Kelompok lain diminta untuk memberikan
tanggapan mengenai presentasi kelompok. Setelah semua kelompok selesai
presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang materi sifat – sifat
cahaya, guru bersama siswa menyimpulkan hasil penyelidikan tentang materi sifat –
sifat cahaya.
3. Kegiatan Penutup
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan penguatan pada siswa dan
memberikan tugas individu.Setelah itu guru mentup pelajaran.
Pertemuan II 1. Kegiatan Awal
Pertemuan 2 diawali dengan memberikan salam, guru mengecek kehadiran,
selanjutnya guru mengkondisikan kelas dalam kondisi belajar dan guru
memperlihatkan senter kepada siswa.
2. Kegiatan Inti
Guru meminta siswa meningat materi pelajaran pada pertemuan pertama
siklus pertama dan guru meminta siswa menyebutkan isi dari materi pelajaran
pada pertemuan pertama siklus pertama. Selanjutnya guru menyampaikan judul
materi yang akan disampaikan yaitu tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai
cermin, pada kesempatan ini guru meminta siswa menyebutkan contoh cermin
pada benda disekitar lingkungan rumah dan sekolah. Kemudian guru membentuk
lembar diskusi tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai cermin.Setelah semua
kelompok selesai mengerjakan tugas kelompok dan guru meminta perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil kelompoknya.Setelah semua kelompok
presentasi, guru menegaskan hasil diskusi tentang sifat – sifat cahaya yang
mengenai cermin dan siswa mencatat hasil diskusi.Kemudian guru bersama
siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang sifat – sifat cahaya yang
mengenai cermin dan guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya
tentang sifat – sifat cahaya yang mengenai cermin.
3. Kegiatan Penutup
Guru memberikan penguatan tentang materi sifat – sifat cahaya yang
mengenai cermin dan guru memberikan tugas individu pertemuan kedua pada siklus
pertama.
c. Observasi
Selama proses berlangsung, dilakukan juga pengamatan. Hal – hal yang
diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan metode problem
solving, termasuk akibat menerapkan metode problem solving dalam pembelajaran
IPA. Adapun hal – hal tersebut yaitu:
1. Kinerja Guru
Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode problem
solving dalam pelajaran IPA materi sifat – sifat cahaya.Berdasarkan hasil observasi
kinerja guru pada siklus I dalam metode problem solving dengan materi sifat – sifat
cahaya diperoleh skor 60 dengan presentase nilai kinerja sebesar 80% dikategorikan
baik.
Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar
observasi , mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan metode
problem solving. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga
sama sekali, diikuti 2 jika satu kategori yang muncul, 3 jika dua kategori yang
muncul, 4 jika tiga kategori yang muncul, dan pada skor yang baik 5 jika semua
kategori muncul.
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode problem
solving dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik 80% ≤ NR < 90% : Baik
70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang
0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang
Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam
menerapkan metode problem solving telah sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran problem solving, yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Merumuskan masalah
3. Merencanakan pengumpulan data
4. Mengumpulkan data
5. Presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi.
6. Membuat kesimpulan
Adapun skor dan pelaksanaan langkah ini mencapai 60 dari 100 atau
80%.Artinya dalam penerapan metode problem solving mencapai skor 3 pada skor
membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah –
langkah pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa, memberi penguatan, member
tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelejaran dan skor sangat
baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan
apresepsi, menuntun siswa dalam diskusi kelompok, menyimpulkan materi, member
penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam
kategori bai, dengan perolehan skor 60 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan
presentase yaitu 80%.
2. Hasil Belajar Siswa
Evaluasi dilakukan setelah setiap pertemuan dilakukan yaitu pertemuan I pada
siklus I dan pertemuan II pada siklus I. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat
perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan
tindakan dengan menerapkan metode problem solving. Berikut ini disajikan dalam
tabel perolehan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I:
Tabel 11
Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I
Skor Kriteria Hasil Belajar Siklus I
Jumlah Siswa Presentase (%)
< 65 Tidak Tuntas 5 25%
≥65 Tuntas 15 75%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi sifat – sifat cahaya setelah diberikan tindakan pada siklus 1, yang tidak
tuntas sebanyak 10 siswa (35,7%) dan siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (64,3%).
Gambar 4: Diagram Batang Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Jika hasil belajar tersebut dibandingkan dengan hasil belajar sebelum
tindakan, maka yang ditunjukkan oleh hasil belajar ini dipaparkan pada tabel dan
diagram perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada
siklus I.
Tabel 12
Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan dengan Siklus I Skor Kriteria Hasil
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hasil belajar sebelum tindakan dengan
40%.Jumlah dan presentase ini berubah setelah diberikan tindakan.Terjadi
peningkatan jumlah maupun presentase siswa yang tuntas belajar menjadi 15 siswa
dengan presentase 75%.Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun
ketuntasan belajar siswa yaitu 8 siswa diberikantindakan pada siklus I dengan
presentase peningkatan 35%.Sebaliknya, sebelum tindakan siswa yang belum tuntas
berjumlah 12 siswa dengan presentase 60%.Jumlah dan presentase ini mengalami
penurunan menjadi 5 siswa dengan presentase 25%.Dengan kata lain, terjadi
penurunan jumlah maupun presentase ketuntasan belajar siswa setalah diberikan
tindakan pada siklus I dibandingkan sebelum tindakan yaitu terjadi penurunan 7
siswa dengan presentase penurunan 35%.
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan
tindakan pada siklus I, mengacu pada indikator kinerja yang telah disebutkan pada
bab III, peningkatan presentase ketuntasan ini belum memberikan hasil sesuai dengan target yaitu 100% dari total kelas mencapai nilai kriteria ≥ 65.
d. Refleksi
Setelah dilakukan tindakan pada siklus Iguru sudah melaksanakan proses
pembelajaran tetapi masih belum sesuai dengan langkah-langkah problem solving.
ada beberapa siswa yang belum memenuhi nilai ketuntasan yaitu 5 siswa (25%). dan
ada beberapa siswa bermain dan beberbicara. Beroleh hasil refleksi maka guru
melakukan perbaikan pada siklus ke II.
4.2.3. Siklus II a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan siklus II, hal – hal yang direncanakan untuk
dilaksanakan sebagai perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:
Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan adalah mengupayakan dan
melakukan pengkondisian tertentu agar ketuntasan belajar siswa, minimal mencapai
target yaitu 100% dari total jumlah siswa, tuntas dalam KKM.
b. Pelaksanaan Pertemuan I 1. Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian
siswa, kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat
berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa yang mengalami kesulitan saat membaca?apa penyebabnya?apa alat yang diguakan untuk membaca saat mata sulit melihat?”. Mengacu pada kondisi siswa pada siklus I, kali ini guru mengorganisir dan meminta siswa meminta siswa yang belum berani
mengemukakan pendapat yang menjawab pertanyaan aprsepsi.Selanjutnya guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah – langkah pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Setelah menjelaskan langkah – langkah pembelajaran, selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa menyatakan ide – idenya secara bebas terkait
dengan materi menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan membuat suatu
karya/model. Guru memperlihatkan lub, dalam kesempatan ini guru meminta siswa
untuk bertanya tentang lub. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa
melalui gambar contoh benda yang dapat menerapkan sifat cahaya, dan guru meminta
siswa untuk dapat menyebutkan contoh benda yang dapat menerapkan sifat cahaya.
Guru membentuk siswa menjadi 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok untuk
mengerjakan lembar diskusi materi tentang menerapkan sifat cahaya dalam
meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.Setelah semua kelompok presentasi guru menegaskan dan siswa mencatat
hasil diskusi.
3. Kegiatan Akhir
Setelah selesai menyimpulkan, guru memberikan penguatan dan guru
memberikan tugas individu kepada siswa. Guru mengakhiri pelajaran.
Pertemuan II 1. Kegiatan Awal
Sama dengan pertemuan sebelumnya, kegiatan diawali dengan salam
pembuka, mengajak siswa berdoa .agar siap menerima pelajaran, guru
mengkondisikan siswa terlebih dahulu. Sebelum memulai pelajaran guru bertanya
kepada siswa tentang kesimpulan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah
siswa menjawab dengan benar apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai melalui pembelajaran tersebut, juga langka – langkah
pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Setelah menjelaskan pembelajaran selanjutnya guru memberikan kesempatan
kepada siswa menyatakan ide – idenya secara bebas terkait dengan materi
menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan membuat suatu karya/model. Guru
memperlihatkan lub dan meminta siswa kembali bertanya tentang lub. Kemudian
sama halnya dengan pertemuan I siklus II guru melakukan tanya jawab dengan siswa
melalui gambar contoh benda yang dapat menyebutkan contoh benda yang dapat
menerapkan sifat cahaya. Guru meminta siswa untuk membuat kelompok yang terdiri
dari 4 kelompok dan melakukan diskusi kelompok. Setelah semua selesai tiap
hasil diskusi kelompok.Setelah semua kelompok selesai, guru bersama siswa
membuat kesimpulan hasil belajar.
3. Kegiatan Akhir
Guru memberikan penguatan, kemudian guru memberikan tugas individu .
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga pengamatan.
Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan
metode problem solving, termasuk akibat menerapkan metode problem solving dalam
pembelajaran IPA. Adapun hal-hal tersebut yaitu:
1. Kinerja Guru
Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode problem
solving dalam pelajaran IPA materi menerapkan sifat cahaya dalam merancang dan
membuat suatu karya/modelberdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I
dalam metode problem solvingdengan materi menerapkan sifat cahaya dalam
merancang dan membuat suatu karya/model diperoleh skor 60 dengan persentase
nilai kinerja sebesar 80% dikategorikan baik.
Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar
observasi , mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan metode
problem solving. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga
tertinggi 5. Skor 1 adalah terendah yaitu skor yang tidak ada kategori yang muncul
sama sekali, diikuti 2 jika satu kategori yang muncul, 3 jika dua kategori yang
muncul, 4 jika tiga kategori yang muncul, dan pada skor yang baik 5 jika semua
kategori muncul.
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode problem
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik 80% ≤ NR < 90% : Baik
70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang
0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang
Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam
menerapkan metode problem solving telah sesuai dengan langkah – langkah
pembelajaran problem solving, yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Merumuskan masalah
3. Merencanakan pengumpulan data
4. Mengumpulkan data
5. Presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi.
6. Membuat kesimpulan
Adapun skor dan pelaksanaan langkah ini mencapai 60 dari 100 atau
80%.Artinya dalam penerapan metode problem solving mencapai skor 3 pada skor
yang cukup dan 4 skor pada skor baik. Hal ini baik adalah pada aktivitas guru
membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah –
langkah pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa, memberi penguatan, member
tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelejaran dan skor sangat
baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan
penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam
kategori bai, dengan perolehan skor 60 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan
presentase yaitu 80%.
2. Hasil Belajar Siswa
Evaluasi dilakukan setelah setiap pertemuan dilakukan yaitu pertemuan I pada
siklus II dan pertemuan II pada siklus II. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat
perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan
tindakan dengan menerapkan metode problem solving. Berikut ini tabel dan diagram
perbandingan hasil belajar siklus I dan setelah tindakan pada siklus II:
Tabel 13
Perbandingan Hasil Belajar pada Siklus I dengan Siklus II
Skor Kriteria Hasil
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar
adalah 15 siswa dengan persentase 75%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II
terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas menjadi 20 dengan presentase 100%,
dengan demikian terjadi peningkatan 25% dari siklus I ke siklus II, setelah diberikan
tindakan pada siklus II. Sementar siswa yang belum tuntas pada siklus I adalah 5
siswa dengan persentase 25%.Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi
penurunan menjadi tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya. Dengan hasil ini
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Trayu Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015 berhasil.
Berikut ini akan disajikan dalam tabel mupun diagram perbandingan hasil
belajar sebelum tindakan, setelah tindakan pada siklus I dan setelah tindakan pada
siklus II.
Tabel 14
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II
Skor Kriteria
Hasil
Belajar
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Jumlah
dengan persentase 60%. Setelah diberikan tindakan siklus I, terjadi peningkatan
jumlah yang tuntas menjadi 15 siswa dengan persentase 75% atau terjadi peningkatan
15%. Setelah diberikan tindakan siklus II terjadi peningkatan 20 siswa dengan
persentase 100% atau terjadi peningkatan 100%. Siswa yang belum tuntas sebelum
diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 12 siswa dengan
persentase 60% atau terjadi penurunan 35%. Setelah diberikan tindakan siklus II
terjadi penurunan lagi menjadi tidak ada atau mengalami penurunan lagi 75%.
a. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I,
jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah diberikan
tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa memperhatikan proses
dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama KBM berlangsung adalah
sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai hasil belajar dan ketuntasan
belajar yang diharapkan.
4.3. Pembahasan
Berdasarkanhasilobservasi, yang dilakukan sebelum tindakan diperoleh hasil
belajar IPA siswarendah.Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat
pada guru. Guru masih masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga
siswa jenuh untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.Dampak dari kondisi tersebut yaitu
hasil belajar IPA siswa rendah.
Berdasarkan hasil perolehan hasil belajar IPA siswa masih ada belum
mencapai KKM 65. Dari hasil tes sebelum tindakan siswa yang tuntas sebanyak 8
siswa(40%), dan siswa yang tidak tuntas 12 siswa(60%). Kondisi ini menyatakan
bahwa hasil belajar IPA belum mencapai indicator kinerja yang sudah ditetapkan
85%.
Oleh karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik.Siswa
akan lebih tertarik mrngikuti pelajaran dan pemahaman materi apabila siswa dapat
melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti
pelajaran IPA.
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modelProblem Solving. Guru
mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tunjuk jari.Dalam
kegiatan pembelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.Saat
pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatanhasilbelajar IPA.
Hasilbelajar IPA siswameningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta
melibatkan kemampuan yang dimiliki siswa.
Pada siklus I guru menggunakan pembelajaran Problem Solvinghasil belajar
siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 15 siswa atau 75% masih ada siswa yang
tidak tuntas sebanyak 5 siswa atau 25% serta indikator kinerja yang ditetapkan 80%
yang tercapai hanya 75%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.
Pada siklus II guru menggunakan metode Problem Solving hasil belajar siswa
lebih meningkat sudah mencapai indikator kinerja 80%, semua siswa hasil belajarnya
mencapai KKM yang telah ditetapkan khusus mata pelajaran IPA 65 ketuntasannya
menjadi 100%. Jadi, metode pembelajaran problem solving adalah metode
pembelajaran yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran
Problem Solving dapat lihat di lembar observasi sudah terlihat sangat baik, langkah –
langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan guru sudah menguasai metode
dengan baik. Menurut Sri Anitah W.,dkk (2009) dalam La Iru dan La Ode Safiun
Arihi (2012: 36 – 37) keunggulan metode Problem Solving dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan berpikir kritis karena dalam
proses belajarnya siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti
permaslahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah secara
terampil.
2. Mempelajari bahan pelajaran yang actual dan relevan dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat.
3. Jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan social
siswa.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Solving sangat
tepat digunakan oleh guru dalam pembelajaran.Untuk itu seyogyanya guru dapat
menggunakan metode pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Selain itu, metode pembelajaranProblem Solving, juga dapat diterapkan pada
mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa demi meningkatkan