• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA . docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA- HARGA DIRI RENDAH

BAB I. TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai

ideal diri ( Keliat, 1998).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.

Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang

bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan

konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri

sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).

Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :

a. Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari

terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi

dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).

b. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar,

aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

c. Identitas Diri (Self Identifity)

(2)

Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja

d. Peran Diri (Self Role)

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang

tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh

individu (Stuart & Sundeen, 1998).

e. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan

yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,

tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998.

2. Etiologi

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat

adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap

perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana

seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami

stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).

Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif merupakan

kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah,

yaitu :

a. Factor Presdisposisi

Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua, penolakan orangtua

(3)

b. Factor Presipitasi

Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan bagian tubuh,

perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang

tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan

berharga.

Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan

melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri yang

negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah

karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena

dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

b. Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.

Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan

jiwa.

4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah

a. Mengejek dan mengkritik diri

b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri

(4)

d. Menunda keputusan

e. Sulit bergaul

f. Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas

g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi

h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya hidup

i. Merusak/melukai orang lain

j. Perasaan tidak mampu

k. Pandangan hidup yang pesimistis

l. Tidak menerima pujian

m. Penurunan produktivitas

n. Penolakan terhadap kemampuan diri

o. Kurang memerhatikan perawatan diri

p. Berpakaian tidak rapih

q. Berkurang selera makan

r. Tidak berani menatap lawan bicara

s. Lebih banyak menunduk

t. Bicara lambat dengan nada suara lemah. 5. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Pohon masalah pada gangguan konsep diri harga diri rendah adalah sebagai berikut :

Resiko perilaku mencederai diri Akibat

Harga Diri Rendah

Masalah utama Defisit Perawatan Diri

(5)

6. Penatalaksanaan

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah

dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih

manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :

a. Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat

2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil

3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun

gejala negative skizofrenia

4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti

5) Tidak menyebabkan kantuk

6) Memperbaiki pola tidur

7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi

8) Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep

dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,

Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,

Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.

b. Psikoterapi

Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita

lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan

permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).

c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan

(6)

listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).

d. Keperawatan

Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku

menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan

memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan

yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi

kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok

stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu

dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi

persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk

(7)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Pengkajian Pasien Harga Diri Rendah

a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor

rekam medic

b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor

psikologis, social budaya, dan factor genetic

c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu,

putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku

agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada

umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan

ansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek

pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive

g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:

MASALAH YANG PERLU DIKAJI

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1 Masalah utama : gangguan

konsep diri : harga diri rendah

Mengungkapkan ingin

diakui jati dirinya. Mengungkapkan tidak ada

lagi yang peduli.

Mengungkapkan tidak bisa apa-apa. Mengungkapkan dirinya tidak berguna. Mengkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu.

(8)

efektifnya koping individu ketidakmampuan dan melakukan aktivitas yang

seharusnya dapat memberi jawaban singkat

(ya/tidak) Menghindar

ketika didekati

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada

pasien sebagai berikut:

a. Harga Diri Rendah

b. Isolasi Sosial

c. Defisit Perawatan Diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien

Untuk mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tindakan keperawatan pada pasien :

a. Tujuan :

1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

(9)

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih

dimilikinya , perawat dapat :

a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti

kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan

lingkungan terdekat pasien.

b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang

negatif.

2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini

b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang

diungkapkan pasien

c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan keperawatan

yang dapat dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai

kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.

b. Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana

kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari

pasien.

4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih

b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien

(10)

Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :

a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan

b. Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan

d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.

SP 1Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :

“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.

”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah sakit.

Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”

”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20

menit ?

Kerja :

” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula

kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?

Menyapu ? Mencuci piring...dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.

T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua...sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih

bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.

(11)

latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.

Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,

lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah

atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan

sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa

disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?

Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah

satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang

mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan

pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

Orientasi :

(12)

”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih

ingat apa kegiatan itu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini” ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :

“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T

bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut

dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai

disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di

dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba T yang melakukan…”

“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya

Terminasi :

”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari

T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci

(13)

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

Untuk mengatasi masalah Iolasi Sosial Tindakan keperawatan pada pasien

Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

a. Tujuan khusus I: Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi: Setelah dilakukan dua kali interaksi, pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat, seperti: wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia

menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya.

Intervensi keperawatan:

1) Bina hubungan saling percaya

2) Beri salam setiap berinteraksi

3) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan

4) Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien

5) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

6) Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapinya

7) Buat kontrak interaksi yang jelas

8) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien.

b. Tujuan khusus II: Pasien mampu menyebutkan penyebab isolasi social

Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab

isolasi sosial, yang berasal dari: diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Intervensi keperawatan:

1) Tanyakan pada pasien tentang;

a) Orang yang serumah atau teman sekamar pasien

b) Orang yang terdekat dengan pasien di rumah atau di ruang perawatan

c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut

d) Orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah atau di ruang perawatan

(14)

f) Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.

2) Diskusikan dengan pasien penyebab isolasi sosial atau tidak mau bergaul dengan orang lain

3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.

c. Tujuan khusus III: Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, dan kerugian

dari isolasi sosial.

Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

sosial (misalnya: banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong), dan kerugian tidak berhubungan sosial dengan orang lain (misalnya: sendiri, kesepian, tidak bisa berdiskusi,

tidak memiliki teman). Intervensi keperawatan:

1) Tanyakan pada pasien tentang;

a) Manfaat hubungan social

b) Kerugian menarik diri.

2) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat berhubungan sosial, dan kerugian tidak berhubungan

sosial (menarik diri)

3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.

d. Tujuan khusus IV: Pasien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

bertahap, dengan: perawat, perawat lain, pasien lain, dan kelompok.

Intervensi keperawatan:

1) Observasi perilaku pasien saat berhubungan social

2) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan perawat, perawat

lain, pasien lain, dan kelompok

3) Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)

4) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien

bersosialisasi

5) Beri motivasi pada pasien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat

6) Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang

(15)

e. Tujuan khusus V: Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah melakukan hubungan social

Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menjelaskan perasaan setelah

berhubungan sosial, dengan: orang lain dan kelompok.

Intervensi keperawatan:

1) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan setelah berhubungan sosial, dengan: orang lain dan

kelompok

2) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.

f. Tujuan khusus VI: Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menyebutkan: manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, warna, dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek

terapi dan efek samping obat. Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, dan

pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter. Intervensi keperawatan:

1) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama obat, warna,

dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek terapi dan efek samping obat

2) Observasi pasien saat penggunaan obat

3) Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar

4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5) Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

g. Strategi pelaksanaan I pasien (SP I pasien): Membina hubungan saling percaya, membantu

pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, serta mengajarkan pasien berkenalan.

h. Strategi pelaksanaan II pasien (SP II pasien): Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang pertama misalnya seorang perawat).

i. Strategi pelaksanaan III pasien (SP III pasien): Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

Referensi

Dokumen terkait

Saudara ingat selang waktu dari saudara mengangkut korban sampai korban mati itu berapa lama tepatnya?--- Kan sampe SRSLY Coffee itu jam setengah 6 sore ya pak, terus di jalan

 Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Sebagai contoh, Jika sekarang adalah pukul 07.00 maka pukul berapa jam kemudian? Untuk menentukan 8 jam

Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau

Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau

Data obyektif klien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, klien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya

“Sesuai janji saya kemarin, Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara menggunakan atau meminum obat”. “Apakan bapak K pagi ini sudah minum obat ? nama obatnya apa saja

a) Citra tubuh yaitu : menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak

Bagaimana kalau nanti jam 12." 2 Tempat :”Tempatnyadi ruang makan sama seperti sekarang ini ya Bapak/ ibu.” 3 Topic :”Besok kita bisa berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol