• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA

KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI

Skripsi

Oleh:

Winda Fitrifitanofa

K2308060

PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA

KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI

Oleh:

Winda Fitrifitanofa

K2308060

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan P. MIPA

Universitas Sebelas Maret

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I,

Drs. Sutadi Waskito, M.Pd NIP. 19500522 197603 1 001

Pembimbing II,

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 2 November 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota II

:

:

:

:

Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc

Drs. Pujayanto, M.Si

Drs. Sutadi Waskito, M.Pd

Dra. Rini Budiharti, M.Pd

( )

( )

( )

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Winda Fitrifitanofa. PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada (2 ) Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (3) Menyusun item tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (4) Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Developmental Research), dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif pada penelitian merupakan hasil telaah soal oleh ahli, yaitu oleh Drs. Sutadi Waskito selaku ahli materi, Dra. Rini Budiharti, M.Pd sebagai ahli evaluasi, dan Brata,M.Pd serta Drs. Subandrio selaku guru mata pelajaran Fisika Program Akselerasi. Data kuantitatif didapatkan melalui uji coba tes kepada siswa sebanyak 2 kali, yaitu uji kelompok kecil dan uji kelompok besar. Uji kelompok kecil dilakukan dengan subyek coba 24 orang siswa Program Akselerasi SMA N 1 Karanganyar dan uji kelompok besar dilakukan dengan subyek coba 56 orang siswa Program Akselerasi SMA N 3 Surakarta. Hasil tes kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel.

(6)

commit to user

vi

tergolong sangat tinggi. Daya beda yang diukur menggunakan indeks diskriminasi menunjukkan hasil semuanya diterima, yaitu berkisar D > 0,3. Taraf kesukaran semua soal sedang yaitu 0,3 ≤ P ≤ 0,7, dan pengecoh yang masuk kriteria baik.

Dari hasil penelitian didapatkan instrumen tes formatif yang disusun berdasarkan Kompetensi Dasar “ Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor “ untuk materi Kinematika dengan analisis vektor, Kompetensi Dasar “Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton“ untuk materi Gravitasi, dan Kompetensi Dasar “Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan “ untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dan semua kompetensi dasar tersebut merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi “Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan benda titik”. Dari pengembangan tes Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi dihasilkan 3 perangkat soal yang seluruhnya berjumlah 64 soal yang berkualitas baik, karena telah memenuhi standar telaah kualitatif, dan telaah kuantitatif mengenai reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan efektifitas distraktor. Selain itu instrumen tes formatif yang disusun mendukung penilaian otentik yang digunakan pada Program Akselerasi.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Winda Fitrifitanofa, THE DEVELOPMENT OF PHYSIC FORMATIVE TEST INSTRUMENT FOR THE ODD SEMESTER XI GRADE OF ACCELERATION PROGRAM. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. November. 2012.

This research’s aims to (1) develop a multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program corresponding to the existing Standard Competency and Basic Competency, (2) to develop the outline of multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, (3) to develop the multiple choice item of for formative test of the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, and (4) validating the result of formative test instrument development for the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object either qualitatively and quantitatively.

(8)

commit to user

viii

index indicating that all results were supported, D > 0,3. The difficulty level of item fell into moderate category 0,3 ≤ P ≤ 0,7, and confounding coefficient functions well. From the development of physics test of the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program, 64 items were obtained with good quality.

(9)

commit to user

ix MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7)

 “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya………….”. (QS. Al Baqarah : 286)

“Be The First, Be Different, Be The Best “ “Do Your Best to get The Best “

 “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai

penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar”. (Q.S. Al Baqarah 153)

“Siapa yang bersungguh – sungguh, dia akan berhasil”.(Man Jadda Wa Jadda)

 Bukan karena mudah maka aku yakin bisa, tapi karena aku yakin bisa

semuanya menjadi mudah. Bukan karena dunia tersenyum maka aku bahagia,

tapi karena aku bahagia maka dunia tersenyum.

 Orang sukses adalah orang yang meskipun GALAU, tapi tetap melangkah.

(Mario Teguh)

(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

 Allah SWT. yang selalu melimpahkan rahmatnya.

 Bapakku Drs.H.Mukhson,M.Pd dan Ibuku Hj. Murdani, S.Pd.

 Adik-adikku Faisal Muhammad Hasan, Hafeid Rozaq Rais, dan Azzam Ibrahim

 My advisors R. Wahyu Suryanto dan Arkan Hoeda Dediana

 Sahabat-sahabatku All B-One Crew, KPKC, HRD 2010, PHT 2010

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta..

5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd Selaku Pembimbing I atas bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

6. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

7. Keluarga dan sahabat yang selalu menyemangati dan mendoakanku

8. Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar, dan Bapak Drs. Subandrio Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam penelitian.

9. Adik-adik kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

hal.

HALAMAN JUDUL... I

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

ABSTRAK………... v

HALAMAN MOTTO………... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN………... x

KATA PENGANTAR………... xi

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR TABEL ………... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Spesifikasi Produk Yang dikembangkan ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan……….. 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A .Tinjauan Pustaka ... 9

1. Sekolah Program Akselerasi………... 9

a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi ... 9

b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi ... 21

c. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi ...32 2. Karekteristik Mata Pelajaran Fisika………... 3. Pengukuran, Assesmen, dan Evaluasi...

35

(13)

commit to user

xiii

a. Pengukuran……….. 37

b. Assesmen………... 38

c. Evaluasi ...41

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar ...44

B. Kajian Penelitian yang Relevan ...54

C. Kerangka Berfikir ...57

D. Pertanyaan Penelitian ...59

BAB III METODE PENELITIAN...60

A. Model Pengembangan ...60

B. Prosedur Pengembangan ...61

C. Uji Coba Produk ...66

1. Desain Uji Coba ...66

2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian...67

3. Jenis Data ...71

4. Instrumen Pengumpulan Data ...71

5. Teknik Analisa Data ...71

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data. ... 77

B. Hasil Penelitian………... 78

1.Studi Pendahuluan…... 78

2.Merencanakan Penelitian. ... 80

3.Pengembangan Desain……….. 80

4.Melakukan Uji Kualitatif……….. 82

5.Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif……… 83

6.Melakukan Uji Coba Kelompok Kecil………. 84

7.Melakukan Revisi Hasil uji Kelompok Kecil………... 8.Melakukan Uji Coba Kelompok Besar………... 91 91 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 100 A. Kesimpulan ... 100

B. Keterbatasan Penelitian……… 101

(14)

commit to user

xiv

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

hal. Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa 30

Tabel 2.2 Hasil Analisis Penelitian 56

Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes 78

Tabel 4.2 Hasil Keputusan Telaah Kualitatif Desain Soal 83 Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 85 Tabel 4.4 Hasil Analisis tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok

Kecil

86

Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 88 Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok

Kecil

89

Tabel 4.7 Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 90 Tabel 4.8 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 92 Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok

Besar

93

Tabel 4.10 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 94 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok

Besar

96

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

hal.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 58

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal. Lampiran 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA 103

Lampiran 2 Silabus SMA kelas XI Semester Gasal 104

Lampiran 3 Dokumen Hasil Observasi SMA Program Akselerasi 113

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes 125

Lampiran 5 Desain awal Instrumen Tes 158

Lampiran 6 Deskripsi Telaah Kualitatif 188

Lampiran 7 Lembar Penelaahan Ahli 200

Lampiran 8 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Kecil 227 Lampiran 9 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 276 Lampiran 10 Revisi Soal Hasil Uji Kelompok Kecil 322 Lampiran 11 Lembar Penelaahan Ahli sebelum Uji Kelompok Besar 340 Lampiran 12 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Besar 345 Lampiran 13 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok besar 409

Lampiran 14 Dokumentasi Pelaksanaan Tes 434

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas. Menghadapi persaingan global akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kebutuhan mendesak bagi suatu negara agar dapat sejajar dengan warga dunia lainnya. Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang proaktif, kreatif, inovatif, mandiri dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk menghadapi persaingan global.

Salah satu upaya untuk mengantisipasi kondisi persaingan tersebut adalah melalui pengembangan pendidikan yang berdimensi keunggulan. Pendidikan yang berdimensi keunggulan dalam hal ini adalah pendidikan bagi anak-anak Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI). Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada

perhatian untuk memberikan layanan pendidikan bagi CIBI hal ini terbukti mulai tahun 2000 yakni pada saat Mendiknas dipimpin oleh Yahya Muhaimin Indonesia meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal program akselerasi pada SD, SMP, dan SMA (Rusman, 2008 : 929).

(19)

commit to user

masih terdapat 13,5 % sampai 20% siswa SMP mengalami underachievement (Rusman, 2008 : 928-929).

Negara-negara maju dan berkembang seperti Amerika, Singapura, Cina, dan Korea sudah mulai melihat potensi anak-anak CIBI. Negara tersebut mulai menarik perhatian anak CIBI dengan memberikan beasiswa di perguruan tinggi yang bagus dan bahkan menjamin pekerjaan hingga usia 55 tahun, negara-negara tersebut yakin bahwa anak CIBI mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dan mempunyai komitmen serta kerja keras yang tinggi, ini merupakan keunggulan yang dibutuhkan oleh banyak negara di tengah semakin tingginya persaingan perekonomian. Demikian pentingnya pendidikan yang berdimensi keunggulan dalam menjawab tantangan masa depan, maka sangat beralasan apabila pengembangan CIBI di Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, sekolah dan orang tua siswa, agar CIBI tidak mengalami underachiever.. Seperti yang kita ketahui underachievement mengakibatkan tidak maksimalnya kemampuan yang CIBI miliki. Harapannya dimasa yang akan datang CIBI dapat mewakili bangsa Indonesia pada era globalisasi sekaligus dapat

memenangkan persaingan global yang semakin tinggi.

Seperti halnya pada program sekolah reguler, pada sekolah akselerasi pun pembelajaran juga dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan (preparation), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Pada tahap persiapan (preparation) adalah tahapan dimana seorang guru mempersiapkan Bahan Ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus dan Media Pembelajaran. Tahap Implementasi adalah tahapan penggunaan segala sesuatu yang sudah dipersiapkan guru pada tahap persiapan. Sedangkan tahap evaluasi adalah tahapan dimana seorang guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik.

(20)

commit to user

instruksional dan hasil belajar siswa, dan tentu saja harus melalui suatu pengalaman belajar (proses belajar mengajar).

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui suatu kegiatan penilaian. Kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan – tujuan instruksional telah dapat dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperilhatkannya setelah peserta didik menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar) (Suharsimi,2009:34). Untuk melakukan suatu kegiatan penilaian dan melihat apakah hasilnya sudah sesuai tujuan instruksional atau belum, maka diperlukan suatu instrumen tes. Instrumen tes diperlukan agar didapatkan suatu hasil penilaian yang memiliki akurasi tinggi dalam mengukur kemampuan siswa, oleh karena itu diperlukan suatu instrumen tes yang baku.

Instrumen tes baku adalah suatu instrumen tes yang telah melalui beberapa percobaan dan telah diuji akurasinya baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Suharsimi, 2009 : 35). Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru pada setiap bidang studinya. Sekolah jarang

menggunakan tes baku karena meskipun tes baku lebih baik daripada tes buatan guru, namun jumlahnya di dunia pendidikan masih sangat jarang. Hal ini menyebabkan kurang akuratnya penilaian guru terhadap kemampuan siswa dalam memahami suatu materi. Serupa dengan hal tersebut pada program akselerasi, rata-rata guru juga memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu instrumen tes yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu tes karena belum melalui serangkaian uji tes.

(21)

commit to user

gurunya akan sulit dikerjakan siswa, ternyata dianggap mudah oleh siswa yang diberikan tes tersebut. Tes yang mudah dan ditujukan kepada sekelompok subjek yang kemampuannya tinggi, tidak akan menghasilkan akurasi karena tidak sesuai dengan levelnya. Begitu juga sebaliknya, tes yang sulit tidak akan cocok untuk sekelompok subjek yang kemampuannya rendah. Jadi, tes yang baik adalah tes yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran

Pada program akselerasi penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi CIBI adalah penilaian otentik (Autentic Assement), yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Depdiknas, 2009:56). Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan penilaian otentik ini adalah dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah dipersiapkan dan dilaksanakan dengan secermat mungkin, maka informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang telah ditetapkan itu tercapai.

Informasi yang dihasilkan dari suatu hasil tes dapat dijadikan balikan

untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengembangan instrumen tes formatif untuk program akselerasi agar didapatkan suatu tes baku yang cocok untuk mengukur kemampuan siswa program akselerasi dengan karakter khas siswa CIBI dan siap pakai sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut untuk mengevaluasi kemampuan siswa apabila guru belum membuat/memiliki instrumen tes yang baku, atau tes baku tersebut bisa juga dijadikan patokan (acuan) guru dalam membuat instrumen tes.

Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF

(22)

commit to user

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Dibutuhkannya profesionalisme seorang guru dalam penyelenggaraan pendidikan dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi sangatlah penting karena merupakan bagian integral dari proses pembelajaran

2. Perlunya instrument tes yang baku dan siap pakai, untuk mengevaluasi hasil belajar siswa di sekolah Program Akselerasi.

3. Instrumen tes yang sesuai dengan autentic assessment dibutuhkan guna mendukung evaluasi pembelajaran di Program Akselerasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang muncul, maka dalam penelitian ini dibatasi permasalahnya agar tujuan dalam penelitian ini dapat tercapai secara optimal. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan tes formatif Program Akselerasi sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada.

2. Penyusunan instrumen tes kelas XI tengah semester gasal pada materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik.

3. Bentuk penulisan item tes adalah pilihan ganda.

4. Analisis hasil penulisan item tes secara kualitatif dan kuantitatif.

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

(23)

commit to user

2. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kualitatif suatu instrumen tes yang baku?

3. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kuantitatif suatu instrumen tes yang baku ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada

2. Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik

3. Menyusun item soal pilihan ganda untuk tes formatif kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor,

Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik

4. Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif kelas XI semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Dalam penelitian ini akan dikembangkan seperangkat instumen tes untuk SMA Kelas XI semester gasal Program Akselerasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. pengembangan instrumen tes tengah semester gasal berdasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (sesuai Lampiran 1)

(24)

commit to user

3. tes formatif yang dapat mengukur kemampuan kognitif siswa

4. bentuk tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari stem, key, dan distarktor 5. tiap soal terdapat 5 options jawaban

6. Kompetensi Dasar yang ada dijabarkan dalam materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti :

Untuk memecahkan masalah yang diteliti. 2. Bagi Guru:

a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi kesulitan dalam penyusunan instrumen tes terutama tes pilihan ganda kelas XI tengah semester gasal Program Akselerasi.

b. Memberikan masukan tentang alternatif model pengembangan tes pembelajaran yang layak dan mampu mengukur ketercapaian indikator dari suatu pembelajaran Program Akselerasi.

c. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan evaluasi pembelajaran Program Akselerasi.

3. Bagi Siswa

a. Mempersempit lingkup belajar siswa karena tes yang diujikan mengacu pada indikator sesuai tahapan proses pembelajaran.

b. Mengetahui hasil prestasi belajarnya secara bertahap. 4. Bagi sekolah

(25)

commit to user

H. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan

Adapun asumsi dan keterbatasan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah :

1. Pengembangan instrumen terbatas pada bidang studi fisika untuk SMA kelas XI tengah semester gasal Program Akselerasi.

2. Pengembangan instrumen tes terbatas pada tes pilhan ganda.

3. Pengembangan tes dilakukan pada sekolah yang memiliki kelas Program Akselerasi.

4. Proses validasi dilakukan melalui tahapan yaitu : a. Uji Ahli

(26)

commit to user

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sekolah Program Akselerasi

a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi

1). Pengertian

Sekolah Menengah Atas (SMA) Program Akselerasi adalah sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa. SMA Program Akselerasi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding siswa lain yang tidak mengambil program tersebut. Peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan dalam hal ini SMA dalam jangka waktu 2 tahun.

Menurut Semiawan, C.(1997) menyatakan:

Dalam program ini, peserta didik tidak semata – mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa memberikan eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan peserta didik. (Depdiknas ,2009:34)

Menurut Feldusen, Proctor, dan Black(1998) secara umum berikut

ini adalah pedoman sekolah yang melaksanakan program akselerasi, yaitu sebagai berikut :

(27)

commit to user

b) Peserta didik yang direkrut harus memiliki prestasi akademis di atas rata – rata anak – anak pada tingkatan kelas seusianya.

c) Perlu dilakukan tes untuk memastikan penguasaan seluruh kemampuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari materi pada tingkatan kelas yang diambil.

d) Peserta didik tidak mengalami masalah sosial dan emosional yang serius serta memiliki ketekunan dan motivasi belajar yang tinggi e) Peserta didik tidak merasakan ada tekanan atau takut gagal dalam

mengikuti program percepatan belajar. Peserta didik bersangkutan harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti program tersebut.

f) Peserta didik memiliki kesehatan yang baik.

g) Guru pada kelas akselerasi harus memiliki sikap positif dan membantu proses penyesuaian peserta didik dalam menghadapi program pembelajaran yang dipercepat.

h) Perlu dilakukan proses identifikasi yang cermat dan objektif serta

pengambilan keputusan yang objektif untuk menentukan peserta program percepatan belajar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menempatkan peserta didik sehingga apabila terjadi kesalahan tidak berakibat tekanan psikis jika peserta didik tersebut seharusnya bukan peserta didik berbakat intelektual.

i) Percepatan belajar sebaiknya dilakukan pada awal tahun pelajaran, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pada tengah ataupun menjelang akhir tahun pelajaran.

(28)

commit to user

Depdiknas (2009:37) menjelaskan bahwa Sekolah Program Akselerasi apapun jenjangnya diselenggarakan dalam upaya mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan istimewa peserta didik sehingga menghasilkan keluaran (output) yang unggul (high achievement). Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input/intake) seperti : peserta didik, guru, layanan pendidikan, sarana penunjang, manajemen serta proses pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Beberapa ciri – ciri yang harus terbentuk dalam penyelenggaraan sekolah dengan peserta didik cerdas istimewa dan atau bakat istimewa yang dirangkum sebagai berikut :

a) Masukan (input/intake) berupa peserta didik, diseleksi dengan kriteria tertentu. Peralatan seleksi yang digunakan, antara lain : tes intelligensi menggunakan Wechesler Adult Intelligence Scale dengan skor 130, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Untuk program akselerasi pada tahap ini diberikan juga tes proyektif

sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon peserta didik anak berbakat.

b) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik seperti ketersediaan laboratorium MIPA yang memadai, komputer yang tersambung dalam jaringan secara internal maupun eksternal (internet), serta perangkat pendukung dalam upaya pengembangan kecerdasan/ bakat non akademik melalui kegiatan ekstra kurikuler.

c) Lingkungan belajar (secara fisik maupun sosial psikologis) yang kondusif untuk berkembangnya potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa menjadi keistimewaan yang nyata.

(29)

commit to user

Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar. e) Dalam pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik cerdas

istimewa tidak cukup hanya dengan menu sumber isi maupun standar kompetensi yang saat ini ada. Kegiatan pembelajaran dapat difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berfikir tinggi melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi untuk kelas akselerasi dikembangkan oleh Dave (2000).

f) Rentang waktu belajar di sekolah lebih lama dengan program sekolah reguler. Hal ini disebabkan peserta didik mendapatkan materi pengayaan maupun kegiatan–kegiatan lain seperti praktek di laboratorium. Dengan demikian sekolah dapat diselenggarakan dengan sistem fullday atau boarding. Untuk itu, sekolah dapat dilengkapi dengan asrama dalam mengoptimalkan pembinaan serta menampung peserta didik yang berasal dari berbagai lokasi

geografis.

g) Pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (PDCI / BI) merupakan bagian (inklusif) dari sistem pendidikan nasional dan tidak bersifat eksklusif. Konsekuensinya program ini tunduk kepada peraturan perundang -undangan yang ada, meskipun memiliki keleluasaan sesuai dengan misi dan tujuannya serta status pengelolaannya.

(30)

commit to user

2). Kurikulum

Menurut Depdiknas (2009 : 44) Kurikulum Program Akselerasi dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta melibatkan tenaga ahli dan lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip–prinsip berikut :

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

b) Beragam dan Terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.

Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun

dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

(31)

commit to user

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f) Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur – unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan

hal ini sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Depdiknas, 2009 : 44)

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip – prinsip yang dirangkum sebagai berikut : a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu :

(1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(32)

commit to user

(3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif (4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain (5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui

proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan /atau percepatan sesuai potensinya, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan kemoralan.

d). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada ( dibelakang memberikan daya dan kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa , di depan

memberikann contoh dan teladan )

e). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan.

f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

(33)

commit to user

Depdiknas (2009:42) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan termodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang.

Kurikulum pendidikan PDCI / BI termasuk di dalamnya untuk Program Akselerasi dikembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 4 (empat) dimensi yang berintegrasi dan dirangkum sebagai berikut :

a) Dimensi umum

Merupakan bagian inti kurikulum yang memberikan pengetahuan, keterampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang memungkinkan peserta didik berfungsi sesuai dengan tuntutan

masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum inti merupakan kurikulum dasar yang diberikan pula kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut.

b)Dimensi Diferensiasi

Merupakan bagian kurikulum yang erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu serta diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat tertentu lainnya. Diferensiasi kurikulum bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan melalui tiga jalur : (a) Enrichment (pengayaan).(b) Extension (pendalaman). (c). Accelleration (percepatan).

(34)

commit to user

c) Dimensi Media Pembelajaran

Implementasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa menuntut adanya penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui radio, televisi, internet, CD-ROM, Pusat Belajar dan Riset Guru (Teacher Research and Resource Centre), wawancara pakar, dan sebagainya. d)Dimensi suasana belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah harus mampu menciptakan iklim akademis yang menyenangkan dan menantang, sistem pemberian apresiasi hubungan antar peserta didik, antrara guru dan peserta didik, antara guru dan orang tua peserta didik, dan antara orang tua dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka serta hangat dengan prinsip tut wuri handayani.

e) Dimensi co-kurikuler

Sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk

menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah, misalnya kujungan ke museum sejarah dan budaya, panti asuhan, pusat kajian ilmu pengetahuan, cagar alam dan lain – lain. (Depdiknas,2009:43)

Menurut Depdiknas (2009 : 49-50) diferensiasi kurikulum hendaknya dikembangkan dengan berfokus pada :

a) Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan (repetisi) minimal

b)Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat c) Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam

d)Penggunaan keterampilan belajar dan menerapkan strategi pemecahan masalah

e) Berorientasi pada peserta didik

f) Belajar berkelanjutan serta menerapkan strategi pemecahan masalah

g)Berorientasi pada peserta didik

h)Belajar berkelanjutan serta menerapkan keterampilan penelitian i) Bekerjasama secara mandiri

(35)

commit to user

Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Menurut Depdiknas (2009 : 51) uraiannya adalah sebagai berikut : a) Diferensiasi materi dilakukan dengan melakukan penyesuaian

kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan, yaitu : (1) Tingkat abstraksi materi. (2) Tingkat kompleksitas materi. (3) Tingkat variasi materi. (4) Melibatkan pengorganisasian nilai belajar. (5) Memasukkan unsur studi tentang manusia, yakni tidak sekedar mempelajari teori, tapi juga tokoh yang menemukan atau mengembangkan suatu teori. (6) Studi tentang metode misalnya metode belajar dan metode penelitian

b)Diferensiasi proses dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : (1) Penggunaan ranah kognitif tingkat tinggi. (2) Tugas yang bersifat divergen. (3) Memungkinkan penemuan-penemuan. (4) Menuntut bukti penalaran. (5) Memberikan kebebasan untuk memilih pada peserta didik. (6) Melibatkan interaksi kelompok. (7) Menerapkan berbagai variasi kecepatan belajar sesuai kebutuhan peserta didik.

c) Diferensiasi produk dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : (1) Produk yang terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan. (2) Produk disajikan untuk narasumber yang nyata, misalnya topik tentang hutan dapat mengundang narasumber dari dinas kehutanan. (3) Transformasi produk dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya produk verbal berupa tulisan diubah menjadi berupa drama atau gambar. (4) Perlu dipertimbangkan produk dengan berbagai variasi, format produk dapat ditentukan sendiri oleh peserta didik. (5) Dilakukan evaluasi produk yang tepat.

d) Diferensiasi lingkungan perlu dilakukan, karena lingkungan memberikan pengaruh terhadap optimalisasi pengembangan potensi peserta didik cerdas istimewa. Diferensiasi lingkungan belajar mencakup beberapa hal, yaitu : (1) Belajar dalam lingkungan yang aktual yakni belajar di lapangan sesuai topik yang dipelajari. (2) Adanya batasan waktu yang fleksibel. (3) Lingkungan belajar hendaknya memungkinkan penelitian yang mendalam. (4) Jika dimungkinkan peserta didik dapat bekerja bersama dengan mentor.

3). Pembelajaran Program Akselerasi

Pendidikan khusus bagi PDCI/BI untuk satuan SMA / MA menggunakan sistem kredit semester. Sistem kredit semester adalah

(36)

commit to user

menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. ( Depdiknas, 2009 :53-54)

Kegiatan pembelajaran menurut Dave (2009) dapat difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berpikir tinggi melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi selalu melibatkan pemikiran dan pemecahan masalah. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Dave khusus untuk akselerasi ini dinamakan SAVI (somatic, auditory,visual and, Intelektual) approach to learning. Depdiknas(2009:54)

Model SAVI approach to learning menurut Dave(2009) memiliki ciri khas yang yang dimunculkan pada model SAVI adalah

pembelajaran yang selalu mengandung kegiatan yang selalu bergerak dinamis (mobile) dan selalu memberi peluang bagi peserta didik untuk mencoba mengerjakannya, demikian pula peserta didik diberi pengalaman pembelajaran melalui kombinasi pemberian pembelajaran yang dikomunikasikan secara verbal dan pembelajaran yang diperdengarkan, observasi serta pemecahan masalah. Depdiknas(2009:53)

(37)

commit to user

yang demikian selanjutnya mengharuskan guru untuk menetapkan bobot materi juga harus bertipe setidaknya C4 (analisis) dan jika dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik berfikir tingkat tinggi dan kritis.

4). Penilaian Program Akselerasi

Menurut Depdiknas (2009:56) penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah penilaian otentik (Authentic Assesment), yaitu proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, hal ini diperlukan agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian otentik menekankan pada proses pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran, bukan pada saat siswa mengerjakan suatu tes. Alat penilaian yang digunakan :

1. Hasil karya (product), berupa karya seni,, laporan, gambar, bagan, tulisan, dan benda.

2. Penugasan (Project), yaitu bagaimana siswa bekerja dalam kelompok atau individual untuk menyelesaikan sebuah proyek. 3. Unjuk kerja (performance), yaitu penampilan diri dalam kelompok

maupun individual, dalam bentuk kedisiplinan, kerjasama, kepemimpinan, inisiatif, dan penampilan di depan umum.

4. Tes tertulis (paper and pencil test), yaitu penilaian yang didasarkan pada hasil ulangan harian, smester, atau akhir program.

5. Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), yaitu kumpulan karya siswa berupa laporan, gambar, peta, benda – benda, karya tulis, isian, tabel – tabel, dan sebagainya.

5). Peserta Didik Program Akselerasi

(38)

commit to user

didik SD /MI dapat berusia di luar batas yang berlaku bagi peserta didik biasa dan / atau dapat dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Peserta didik pada SMP / MTS adalah lulusan SD/MI atau bentuk lainnya yang sederajat. Peserta didik pada SMA / MA adalah lulusan SMP / MTS atau bentuk lain yang sederajat. Untuk bisa mengikuti program akselerasi peserta didik harus mengikuti seleksi secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut :

1. Seleksi Administrasi, meliputi :

a.Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0.

b.Tes kemampuan akademik, dengan nilai rata – rata minimal 8,0. 2. Psikologis

Setelah peserta didik diiidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap

penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes intelegensi, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Selain itu diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa aksel. Dengan demikian ada tiga jenis tes yang dilakukan dalam aspek psikologis calon peserta didik yaitu :

a. Kemampuan Intelektual (IQ) b. Kreativitas

c. Keterikatan dengan tugas (task commitment) b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi

1) Landasan Hukum Program Akselerasi

(39)

commit to user

a) Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

(1) Pasal 3, ” Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(2) Pasal 5 ayat 4 ” warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

(3) Pasal 32 ayat 1, ” pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

(4) UU No. 23/ 2002tentang Perlindungan Anak pasal 52, ” anak yang

memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan khusus. ”

(5) PP No 72/91, tentang Pendidikan Luar Biasa

(6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

(7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia;

(8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187 / M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 171/ M Tahun 2005; (9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005

(40)

commit to user

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

(10) Keputusan Mendiknas No. 053/ 2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.

(11) Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

(12) Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

(13) Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

(14) Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

(15) Permendiknas No. 34 / 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau bakat Istimewa.

(16) Rancangan Peraturan Pemerintah ( RPP) tentang Pengelolaan Pendidikan. (Depdiknas,2009 :4-6)

2)Landasan Teoritis

Menurut Feldhusen (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009:8) penggunaan istilah potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional yaitu anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan pada beberapa bidang seperti :

(41)

commit to user

b) kemampuan akademik khusus ( specific academic aptitude) c) berpikir produktif atau kreatif

d) kemampuan kepemimpinan e) kemampuan di bidang seni f) kemampuan psikomotorik

Prinsip mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multidimensional, artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu, yaitu bukan sekedar batasan peserta didik memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan skor IQ 130 ke atas dengan menggunakan skala Wechesler.

Menurut Depdiknas (2009:18) Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli (1978,2005) banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children). Berdasarkan Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan tersebut ditentukan giftedness saling keterkaitan antara tiga

komponen yang penting yaitu :

a) Kemampuan umum ( kapasitas intelektual ) dan atau kemampuan khusus diatas rata – rata.

b)Kreativitas yang tinggi

c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi

Penggunaan model Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh seluruh populasi anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (gifted and talented).

(42)

commit to user

domain kemampuannya berdasarkan tes – tes kecerdasan yang baku, prestasi maupun bakat dengan ketimpangan kemampuan kognisi dan kemampuan adaptif serta prestasi di lapangan.

Menurut Monks dan Ypenburg (1995) yang dikutip dalam Depdiknas (2009:19) untuk mengatasi masalah belum mendapat tempatnya beberapa kategori anak berbakat dalam Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan muncullah konsep The Triadich dari Renzulli-monks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dan disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan. Konsep The Triadich menyebutkan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan Renzulli itu tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal.

Model multifaktor merupakan model pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala – gejala kecerdasan istimewa (giftedness),

toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya, model pendekatan ini menuntut keterlibatan berbagai pihak yakni sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi berprestasi rendah (underarchiever) pada seorang anak cerdas istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak – anak yang mempunyai ciri – ciri berkecerdasan istimewa sekalipun (underarchiever) masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.

(43)

commit to user

anak-anak dengan kondisi tumbuh kembang yang mengalami disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan bergangguan belajar (learning difficulties dan learning disabilities), serta yang mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan perilaku yang patologis). Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang dimaksud adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat – alat ukur asesmen yang lebih beragam. Model multifaktor ini kemudian dikembangkan oleh Heller (2004) dalam Depdiknas (2009 :20). Model yang dikembangkan Heller merupakan modifikasi dari Triadic Interdependence Model Monks (Model pendekatan Multifaktor) serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Konsep keberbakatan Heller (2004) ini dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain, yaitu (1) faktor talenta (talent) yang relatif mandiri. (2) faktor kinerja (performance). (3)faktor kepribadian. (4) faktor lingkungan.

Faktor kepribadian dan faktor lingkungan menjadi perantara utnuk

terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing – masing berdiri sendiri, yaitu (1) kemampuan intelektual, (2) kemampuan kreatif, (3) kompetensi sosial, (4) kecerdasan praktis, (5) kemampuan artistik, (6) musikalitas, (7) keterampilan psikomotor. Faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu (1) Matematika, (2) Ilmu Pengetahuan Alam, (3) Teknologi Komputer, (4) Seni (musik,lukis), (5) Bahasa, (6) Olah Raga, (7) Relasi Sosial

Bakat (talent) dapat berkembang menjadi kinerja dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

(44)

commit to user

kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan dan kehausan akan pengetahuan

(2) kondisi – kondisi lingkungan yang mencakup : iklim keluarga, jumlah saudara dan kedudukan dalam keluarga, tingkat pendidikan orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan dan kinerja yang ada di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan peristiwa – peristiwa kritis.

Dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan, misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi perlakuan orang tua dan guru pada anak tersebut.

Pada dasarnya, ciri-ciri yang dimiliki peserta didik cerdas dan atau berbakat istimewa serupa dengan peserta didik pada umumnya, yaitu ada sisi positif dan sisi negatif. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila

kebutuhan – kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu – raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan.

Ciri – ciri tertentu dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat atau mungkin mengakibatkan timbulnya masalah – masalah tertentu seperti yang disebutkan oleh Martinson (1974) yang dikutip oleh Depdiknas(2009:22), yakni sebagai berikut :

a) kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain

(45)

commit to user

c) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya

d) kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik

e) semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung

f) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya

g) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya dan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah atau teman – temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya h) sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan bagi mereka.

Selain hal – hal yang diungkapkan oleh Martinson (1974) diatas, berdasarkan penelitian Henry (1993) yang dikutip dalam Depdiknas (2009

: 23), mereka juga suka mengganggu teman – teman sekelasnya, karena kecerdasannya dengan sekali penjelasan dari guru peserta didik cerdas dan berbakat istimewa sudah mampu memahami materi yang disampaikan sehingga ia memiliki banyak waktu luang, yang apabila tidak diantisipasi gurunya akan melakukan hal – hal usil. Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi rendah (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar).

(46)

commit to user

dikutip oleh Rusman (2008 :929) di Jakarta terhadap peserta didik SMA yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan bahwa sekitar 38,7 % dari sampel tergolong underachiever.

Underachiever tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain. Beberapa penelitian di negara maju, seperti Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever sedangkan di Inggris sekitar 25 % ( Utami Munandar, 1999 :20). Sementara itu hasil penelitian Balitbang Diknas (1998) dalam Depdiknas (2009 :25) menyimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik cerdas istimewa mengalami gejala prestasi kurang ( underachiever), yaitu: a) lingkungan belajar yang kurang menantang mereka untuk mewujudkan

potensinya secara optimal

b) model pembelajaran yang kurang kondusif.

3) Landasan Filosofis

Menurut Depdikbud (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009 :

26) penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa, salah satu bentuk atau model layanannya adalah program percepatan (akselerasi) belajar dan didasari filosofi yang berkenaan dengan :

a) Hakekat manusia

b) Hakekat pembangunan nasional c) Tujuan pendidikan

d) Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. 4) Landasan historis

Menurut Depdiknas (2009:27) upaya pemerintah memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi PDCI/BI telah dilakukan sejak tahun 1974 dalam beberapa bentuk layanan dengan model :

a) PPSP dengan pendekatan maju berkelanjutan dan belajar tuntas b) Kelas – kelas khusus dan unggulan

(47)

commit to user

d) Sekolah – sekolah swasta dengan kurikulum plusnya e) Pondok pesantren modern dengan pola asrama

f) Pemberian beasiswa kepada peserta didik yang cerdas

Secara historis kebijakan pemerintah yang terkait dengan layanan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa

Tahun Bentuk Kebijakan / Program

1974 Pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi keluarganya.

1982 Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Kelompok ini terdiri dari individu – individu yang mewakili unsur – unsur struktural serta unsur – unsur keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen Dikdasmen, Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian di bidang sains, matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian ), bahasa, dan humaniora, serta psikologi.

1984 Balitbang Dikbud menyelenggarakan perintisan pelayanan pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, SMA di satu daerah perkotaan (Jakarta) dan satu daerah pedesaan (Kabupaten Cianjur). Program pelayanan yang diberikan berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains (Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia), humaniora, serta keterampilan membaca, menulis dan meneliti. Pelayanan Pendidikan dilakukan di kelas khusus di luar program kelas reguler pada waktu – waktu tertentu. Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat ini pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud.

(48)

commit to user

bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

Pasal 24, setiap peserta didik pada satuan pendidikan mempunyai hak – hak sebagai berikut : (1) mendapat perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, (2) menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.

1993 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan kebijakan tentang Sistem Penyelenggaraan Sekolah Unggul ( Schools of Excellence) dan membukanya di seluruh provinsi sebagai langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan aneka bakat dan kreativitas siswa.

1994 Depdikbud mengeluarkan dokumen tentang ” Pengembangan Sekolah Plus ” yang menjadi naskah induk tentang ” Sistem Penyelenggaraan Sekolah Menengah Umum Unggul ”.

1998/1999 Dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi), yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

2000 Program percepatan belajar dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi Program Pendidikan Nasional.

Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK) Mendiknas tentang Penentapan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar kepada 11 sekolah terdiri dari 1 SD, 5 SMP, dan 5 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat. 2001/2002 Diputuskan penetapan kebijakan diseminasi program

percepatann belajar pada beberapa sekolah di beberapa provinsi di Indonesia.

2003 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat (4) menyebutkan warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

(49)

commit to user

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikutii proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

2006 Diterbitkan Permendiknas no 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 115 sampai dengan pasal 118 tentang pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

(Sumber : Depdiknas, 2009 : 31-32)

c. Prinsip prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi

1). Otonomi

Prinsip otonomi memberikan implikasi bahwa penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI, memiliki keleluasaan untuk mengelola program dan keuangan secara mandiri. Prinsip otonomi ini dapat dipahami dengan memahami karakteristik desentralisasi pendidikan. Prinsip – prinsip desentralisasi pendidikan dalam mengefektifkan kebijakan otonomi sekolah, antara lain :

 Bersifat multidimensional dan bersifat luwes terhadap perubahan dan

perkembangan

 Mencakup multi pemangku kepentingan (stakeholder) dan mendorong

partisipasi mereka.

 Manajemen program harus dilakukan secara demokratis , transparan,

sesuai dengan kondisi sekolah serta tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas

 Tidak bersifat lokal, sempir, primordial dan sentimen kelompok

tertentu, tetapi senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional

 Pengembangan lembaga dan program secara bottom-up melalui

(50)

commit to user

Dengan demikian, prinsip otonomi melalui desentralisasi pendidikan adalah pemberian keleluasaan (independency) dan kemandirian kepada sekolah penyelenggara Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continouse improvement). 2). Partisipasi

Partisipasi artinya keterlibatan mental dan emosional orang – orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dengan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI memerlukan partisipasi anggota masyarakat. Melalui partisipasi ini, masyarakat diharapkan dengan sukarela memberikan perhatian, pengorbanan, dan kerjasama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran program akselerasi.

Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI dapat melibatkan instansi atau lembaga terkait yang memiliki program pembinaan dan pengembangan keilmuwan. Melalui kerjasama ini,

penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI diharapkan menjadi lebih optimal. Partisipasi ini akan dapat mendorong terjadi

keberlangsungan (sustanbility). Hal ini akan penting karena keberlangsungan penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI memerlukan dukungan moral, teknis, dan finansial dari pemerintah dan masyarakat setempat. Hal ini mengingat tidak semua peserta didik berkecerdasan istimewa memiliki kemampuan ekonomis yang memadai untuk mengikuti Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI secara optimal.

3). Akuntabilitas

Gambar

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Tes
Gambar 2.1   Skema Kerangka Berpikir commit to user Produk Akhir
Gambar 3.1 Langkah Penelitian (Nana Syaodih, 2007 :169-170)
table spesifikasi dengan butir soal dan masing – masing butir di analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Sistem Penjualan Kredit Pada PD Musi Grup Palembang “ ,

Murabahah berdasarkan pesanan maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga

Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya mensosialisasikan kesehatan reproduksi tentang keputihan (Flour Albus) fisiologis pada remaja putri dengan menggunakan

Hasil Input Harga Penawaran Proses Input Nilai Alternatif Pada proses input nilai alternatif ini berfungsi untuk melakukan input penilaian terhadap supplier dilihat dari kriteria

yang cukup besar yang mengakibatkan produksi tanaman buncis pada tahun 2014. kembali

Gambar 4.10 Hasil Kurva Gabungan Distribusi Ukuran Butir Material Crushed Limestone Well Graded Pra Kompaksi dan Pasca Kompaksi Uji

Dalam metode ini penampang sungai dibagi atas beberapa bagian dimana setiap bagian mempunyai jarak yang sama satu sama lainnya seperti terlihat dalam gambar 3.7.. Gambar

Dari hasil wawancara dengan beberapa pihak yang pernah mendapatkan sanksi adat karena melakukan salah satu pelanggaran hukum adat (berzina), yang kemudian menikah atau