BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar BelakangIndonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Artinya sebagian
besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Dimana
pengunaan lahan di wilayah Indonesia sebagain besar diperuntukkan sebagian
lahan pertanian (Husodo,2004).
Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara yang
memiliki potensi besar di bidang pertanian. Di kabupaten Karo ditemukan sumber
daya alam yang melimpah seperti pegunungan dengan udara yang sejuk dan
berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan
Gunung berapi yang masih aktif dan berlokasi seperti di atas ketinggian 2.172.
meter dari permukaan laut. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di
Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo,Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat
puncak Gunung Sinabung adalah 3º10’12”LU dan 98º23’31”BT dengan puncak
tertinggi gunung ini adalah 2.460 meter dpl yang mencapai puncak tertinggi di
Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi
mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Kabupaten Karo
banyak jenis lahan pertanian untuk sayur-sayuran, buah-buahan yang sudah
terkenal seperti jeruk, markisa, terong belanda, strawberry bahkan kebun bunga
Produk holtikutura khususnya sayur-mayur di Kabupaten Karo tumbuh subur.
Syarat tumbuh sayur-mayur agar mendapatakan hasil panen yang maksimal yaitu
dengan menanam didataran tinggi. Daerah penanaman yang paling cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya sayur-mayur dapat dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meter diatas permukaan laut.
Selain itu, sayur-mayur cocok ditanam di tanah yang gembur, banyak humus,
serta memiliki pembangunan air yang baik. Derejat keasamannya antara pH 6
sampai pH 7 (Amonimus,2014).
Sayur-mayur merupakan salah satu komoditas salah satu komoditas tanaman
holtikultura yang mempunyai arti strategis dalam pergizian masyarakat dan
agribisnis secara global, karena hasil panenya yang selain memenuhi kebutuhan
lokal juga di ekspor ke luar negri. Tingginya permintaan oleh konsumen, akan
dapat meningkatkan gairah petani untuk meningkatkan produksi. Dipihak lain
juga dapat memacu peningkatan produksi ditinjau dari sudut kualitas agar
memilki nilai ekonomis yang tinggi. Bagian tanaman yang dikonsumsi bisa
bagian daun, akar, batang, dan buah muda. Pada daun, komposisi air dan mineral
sangat tinggi namun mengandung sedikit energi. Bagian akar dan biji
mengandung energi dan pati yang tinggi. Beberapa variasi pada sayuran (warna,
aroma, rasa, dan sebagainya) membuat peningkatan selera makan. Sayur-mayur
merupakan sumber serat, vitamin A dan C serta mineral yang dibutuhkan oleh
Komposisi sayuran yang beragam dipengaruhi oleh varietas sayuran, cuaca,
pemeliharaan, cara panen, dan sebagainya. Komposisi utama pada sayuran
adalah air dan mineral (70%-90%). Oleh karena itu, holtikultura merupakan
komoditas yang sangat berpeluang dan prosif untuk di kembangkan dengan
pendektan agribisnis (Susanto,2013).
Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia,
terutama sayuran buncis yang berorientasi ekspor dan sekitar 95% dihasilkan dari
lahan kering dataran tinggi produksi sayuran buncis tersebut dari tahun ke tahun
terus meningkat sebesar 45.643 ton/tahun. Permintaan ini terus meningkat sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan akan sayuran bergizi tinggi.
Kacang buncis merupakan sumber protein nabati yang peting dan banyak
mengandung vitamin A, B dan C, terutama pada bijinya. Beberapa jenis buncis
yang dibudidayakan di antarnya kacang buncis , kacang kompeh, kacang kopak,
dan kacang prancis. Kacang buncis mempunyai potensi penting dalam rangka
pemenuhan gizi, perolehan devisa, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan
perbaikan pendapatan petani. Dengan demikian, usaha tani sayuran mempunyai
peluang dan prospek yang baik untuk dikembangkan. Kacang buncis merupakan
penghasil sumber protein nabati dan dalam 100 g buncis segar mengandung 32
kalori, 2.40 protein, 0.20 g lemak, 7.10g karbohidrat, dan bahan lain seperti fosfor
Data produksi sayur mayur di Sumatera Utara pada tahun 2009-2014 dapat dilihat
pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Jenis Tanaman (Ton) di Sumatera Utara 2009-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa produksi tanaman buncis merupakan produksi
terbesar ke-6 di Sumatera Utara. Meskipun secara keseluruhan produksi sayur
mayor di Sumatera Utara cenderung mengalami penurunan semenjak tahun
Produksi tanaman sayur-sayuran menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.2 :
Tabel 1.2 Produksi Tanaman Sayur-Sayuran Menurut Kecamatan (Ton) Tahun 2014 di Kabupaten Karo
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo,2014
Dari Tabel 1.2 dapat diketeahui bahwa Kecamatan Simpang Empat merupakan
sentra kedua produksi sayur Buncis di Kabupaten karo setelah kecamatan
Kabanjahe.
Aktivitas Gunung Sinabung terjadi pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini
mengeluarkan asap dan debu vulkanis. Kemudian, tanggal 29 Agustus 2010
Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Abu Gunung Sinabung cenderung
2013, Gunung Sinabung kembali meletus dan mengeluarkan abu vulkanik dan
merupakan erupsi terbesar setelah tahun 2010. Debu vulkanis ini tersembur
hingga 5.000 meter di udara.
Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut mengeluarkan kabut asap yang tebal
berwarna hitam disertai hujan pasir, dan debu vulkanik yang menutupi ribuan
hektar tanaman para petani yang berjarak dibawah radius enam kilometer tertutup
debu pasir. Debu vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng
gunung banyak yang mati dan rusak. Diperkirakan seluas 15.341 hektar tanaman
pertanian pengungsi Gunung Sinabung terancam gagal panen. Debu yang jatuh
dan menutupi lahan pertanian memberikan dampak positif dan negative bagi tanah
dan tanaman. Dampak positif bagi tanah, secara tidak langsung adalah
memperkaya dan meremajakan tanah yang juga meningkatkan pertumbuhan
tanaman, sedangkan dampak negatifnya adalah debu tersebut menutupi
permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesa dan tanaman tersebut
lambat laun akan mati. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi tanaman.
Dampak negative lainnya adalah kemungkinan terkandungnya logam-logam berat
dalam debu vulkanik tersebut. Penelitian kandungan debu vulkanik di Fuego,
Costa Rica menunjukkan terdapatnya kandungan logam Al, B,Ca,Cd,Cl,Cu,fe,Li
dan Pb.
Letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara (Sumut),
memukul industri pertanian. Produksi tanaman holtikultura milik petani di sana
"Luas lahan pertanian yang mengalami kerusakan diperkirakan mencapai puluhan
ribu hektare. Mayoritas penduduk di daerah ini berprofesi sebagai petani. Saat ini,
masyarakat sudah terpuruk akibat letusan gunung merapi tersebut.
Lebih dari 9.000 hektare lahan pertanian di Kabupaten Karo, terkena dampak
erupsi Gunung Api Sinabung, yang terus aktif sejak beberapa tahun terakhir. Dari
sekira 9 ribu hektare itu, 741 hektare di antaranya rusak. Jumlah lahan pertanian
yang rusak itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Namanteran,
Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, dan Kecamatan Simpang Empat.
Lahan untuk tanaman holtikultura seperti bawang, cabai, buncis, kentang, kubis,
wortel, dan kembang yang terkena erupsi seluas 7.084 hektare dan 3.938 hektare
diantaranya mengalami kerusakan lahan pertanian itu akibat abu vulkanik letusan
Gunung Sinabung, yang menyelimuti lahan pertanian. Abu vulkanik itu merusak
tanaman holtikultura petani. Bahkan, tidak sedikit petani di sana yang gagal
panen.
Komoditi pangan yang terkena dampak di antaranya ubi jalar seluas 13 ha dan
padi gogo seluas 22 ha. sedangkan untuk hortikultura komoditi yang banyak rusak
adalah jeruk, stroberi, markisa, tomat, wortel, cabe kerting, kembang kol, kentang,
kubis, petsai/sawi, lobak, terung, buncis, kangkung, seledri dan lain sebagainya.
(Anonimus,2014).
Kecamatan Simpang Empat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karo
yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Desa Ndokum Siroga terletak
pada ±5 km dari puncak Gunung Sinabung, sehingga erupsi terasa langsung dalam
dampak sosial, dampak ekonomi, dampak sarana prasarana dan lingkungan,
dampak pertahanan keamanan dan dampak politik. Dalam hal ini, dampak sosial
dan ekonomi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kelangsungan
hidup masyarakat, terutama para petani yang seluruh kelangsungan hidupnya
dipertaruhkan kepada lahan pertanian sebagai mata pencaharian. Dampak yang
sangat terasa dalam masyarakat adalah dampak ekonomi. Ekonomi masyarakat
menjadi krisis karena situasi lahan pertanian yang dijadikan sumber-sumber
pendapatan tidak dapat diharapkan lagi diakibatkan debu vulkanik, lahar dingin,
serta terputusnya jalan desa. Jumlah produksi, luas panen dan rata-rata produksi
sayur Buncis di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo pada tahun 2014
dapat dilihat pada tabel 1.3 :
Tabel 1.3 Perkembangan Tanaman Buncis di Kecamatan Simpang Empat 2009-2014
Sumber : Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya terjadi penurunan secara
signifikan pada luas panen pada tanaman buncis. Hal ini dapat dipahami
dikarenakan sebagian besar lahan pertanian terkena erupsi Gunung Sinabung.
Demikian pula pada variable produksi, cenderung mengalami penurunan
Sinabung pertama pada tahun 2010, telah terjadi perbaikan produksi di Kabupaten
Karo. Namun pada September 2012 kembali terjadi letusan Gunung Sinabung
yang cukup besar yang mengakibatkan produksi tanaman buncis pada tahun 2014
kembali mengalami penurunan.
Tabel 1.4 Perkembangan Tanaman Buncis Desa –Desa di Kecamatan Simpang Empat 2015
Sumber : Ketua Kordinator Simpang Empat, 2014
Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa produksi Buncis terendah di Kecamatan
Simpang Empat adalah di desa Beras Tepu, Pintu Besi, Gamber, Kuta Tangah,
Jeraya dan Tiga Pancur . Desa-desa tersebut merupakan daerah zona merah yang
sudah tidak boleh lagi dihuni oleh masyarakat, namun masih ada beberapa
masyarakat yang tetap mengusahakan lahan pertaniannya meskipun kurang
Hal ini dapat dipahami dikarenakan sebagian besar lahan pertanian terkena erupsi
Gunung Sinabung. Penurunan produksi tanaman Buncis ini mengakibatkan pada
umumnya penurunan produksi suatu tanaman akan berdampak pada pendapatan
petani. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terkait produksi dan pendapatan petani buncis di Desa Ndokum Siroga Kecamatan
Simpang Empat judul : Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap
Produktivitas Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian Latar Belakang Masalah di atas, maka Dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana produktivitas petani Buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah
(tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan
Simpang Empat , Kabupaten Karo?
2. Bagaimana pendapatan petani buncis sebelum (tahun 2009) dan sesudah
(tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneltian ini dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan produktivitas petani Buncis sebelum (tahun
2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum
Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
2. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan petani Buncis sebelum (tahun
2009) dan sesudah (tahun 2015) erupsi Gunung Sinabung di Desa Ndokum
Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-intansi terkait dalam
melaksanakan penelitian yang berkelanjutan.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dalam melaksanakan penelitian, khususnya penelitian mengenai dampak erupsi
Gunung Sinabung.
3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di fakultas Pertanian Universitas