commit to user
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
i
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Ihda Nuria Afidah
NIM : K4308091
Jurusan / Program Studi : P. MIPA / Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGARUH PENERAPAN
METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
iii
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I
Drs. Slamet Santosa, M.Si. NIP. 19591220 198601 1 002
Surakarta, Juli 2012 Pembimbing II
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 23 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd. ...
Sekretaris : Dr. Baskoro Adi Prayitno, S,Pd., M.Pd. ...
Anggota I : Drs. Slamet Santosa, M.Si. ...
Anggota II : Meti Indrowati, S.Si., M.Si. ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
commit to user
vi MOTTO
“Allah akan mengangkat orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajad”
(QS. Al-Mujadalah: 11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’du: 11)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai, tetaplah bekerja keras, dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau
berharap” (QS. Al-Insyirah: 6-8)
“Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan”
“Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada kemudahan” (HR. Tirmidzi)
“Tetap semangat, waktu yang kamu lalui takkan pernah kembali, maka gunakanlah setiap kesempatan dengan baik. Terus berusaha dan berdo’a, berikan
yang terbaik” (Umah & Abah)
“Segala sesuatu yang dikerjakan tergesa-gesa hasilnya takkan baik” (Bapak Slamet Santosa)
“Lakukan yang terbaik sebagai wujud baktimu pada orang tua” (Ibu Meti Indrowati)
“Orang yang paling bahagia adalah orang yang dapat menebarkan kebahagiaan kepada banyak orang”
(Dr. ‘Aidh al-Qarni)
“Memahami makna hidup secara haqon wala murron dan menjalaninya secara hakikiah untukmendapatkan ridlho Illah”
(Ardhiansyah)
“Besok adalah harimu, Sukses ada di tanganmu, Semangat!” (Pak Syaif)
“Selalu ingat do’a & harapan orang tuamu yang terukir indah dalam namamu” “Berikanlah yang terbaik pada dunia, & yang terbaik akan kembali padamu”
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati & rasa hormat karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
Kedua cahayaku: Umahku, Umahku, Umahku Badriah & Abahku Moh. Nur tercinta yang selalu mencurahkan ketulusan cinta & kasih sayang kepadaku, memotivasi, mendukung & selalu ada dalam setiap langkahku. Terima kasih tiada terkira untuk bimbingan & untaian do’a dalam setiap jengkal perjalanan hidupku.
Adikku: Nuria Zakiyatus Sholihah & M. Nuria Al-Muttaqinir Rosyidin yang selalu aku kasihi. Terima kasih atas kebahagiaan & keceriaan yang kalian lukiskan selama ini.
Mbah Rosidah (almarhum), Mbah Dewi (almarhum), Mbah Basir, Mbok Iti (almarhum), Mbah Iskandar (almarhum) dan keluarga besarku yang telah menginspirasiku untuk menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih untuk kasih sayang & do’a yang tercurahkan untukku.
Bapak Slamet Santosa yang tidak hanya sekedar menjadi pembimbing bagiku, tetapi juga bapak yang menyenangkan & menentramkan ketika berada di samping bapak. Terima kasih atas kasih sayang, pelajaran hidup & bimbingan bapak selama ini. Semoga Allah menyelipkan pahala disetiap ilmu yang bapak curahkan.
Ibu Meti Indrowati yang telah menjadi sosok ibu yang sabar dalam membimbingku. Terima kasih atas kasih sayang, bimbingan, motivasi & pesan-pesan ibu.
Bapak Bowo Sugiarto dan Bapak Baskoro Adi Prayitno yang telah berkenan menjadi penguji dalam ujian skripsiku. Terima kasih atas saran, kritik dan bimbingan Bapak.
Ibu Sri Widoretno yang telah menjadi pembimbing akademikku selama menuntut ilmu di Pendidikan Biologi UNS.
Bapak Sarono, terimakasih sudah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali.
Ibu Endang Tri Sarwasih, terima kasih sudah berkenan menerima & membimbingku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali.
Pak Zayin yang telah menjadi bapakku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali sampai sekarang.
Pak Saryono yang sudah menepis kebosananku dengan memberikan cerita-cerita seru selama aku di SMA Negeri 2 Boyolali & Pak Sriyono yang selalu memberikan tawa nan ramah walaupun kucubiti.
Seseorang yang telah menegurku dengan lembut dan bijak, si pendiam nan ramah Mohammad Ardhiansyah Surya Pranata, kelembutan tutur katamu menyejukkan & menentramkan. Terima kasih atas kasih sayang, do’a & suportnya.
commit to user
viii
My Fairy Mother Dyah Erlina Sulistyaningrum “Mama Ina” yang berkenan menjadi penasehat & editor setiaku.
Sahabat pemicu gagasan & pemacu semangat. Sahabat tersayang pelengkap warna hidupku, Yenny Putri Pratiwi & Umi Nurjannah yang sering membantu, menyemangati & memperhatikanku. Terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
Mas Amin, Ami, Risky, Efty, Karana, Mas Ilham, Wawan, Taufik, Mas Fredy, Mas Rizal, Dik Ria, Mbak Ita, Ayu, Mas Ibnu yang telah meluangkan waktu untuk menepis kebingunganku & semua orang yang yang secara langsung maupun tidak langsung memotivasi, membantu & mendo’akanku. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Teman-teman Kos Barokah 2 yang selalu menemani & mengisi hari-hariku. Terima kasih untuk kehangatan keluarga ini.
Keluarga Merpati Putih. Terima kasih untuk kebersamaan yang indah selama ini.
Keluarga Sumber (Mbah Parto, Dik Erlina & Dik Enis) yang telah memberiku tempat berteduh & menerimaku dengan baik.
Keluarga Mama Ina (Suparmi, Feriana, Anggun, Amalia). Terima kasih untuk canda-tawa & keceriaan yang tiada duanya.
Teman-Teman sebimbingan Bapak, terima kasih untuk segala masukan & semangatnya.
Teman-teman sebimbingan Ibu yang selalu menghadirkan canda tawa & semangat baru.
Teman-teman Asisten ANFISMAN, Resty, Isna, Fatim, Novita dan Evi NH yang ikut membantu aku ngoreksi laporan adik-adik. Hehehe...
Teman-teman Pendidikan Biologi kelas B Angkatan 2008 yang akan selalu kurindukan semua cerita perjuangan kita di kampus. Menyenangkan mengenal kalian, kutunggu waktu untuk bertemu lagi & semoga pertemanan kita akan menjadi ikatan indah selamanya.
Teman-teman Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2008 yang menorehkan banyak kenangan, Thank’s atas kerjasama & bantuannya selama ini. Semoga kesuksesan selalu mengikuti setiap langkah kita.
Adik-adik tingkat Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2009 yang memberikan warna dalam perjalananku.
Almamater tercinta yang kubanggakan.
Selain karena pertolongan Allah
commit to user
ix ABSTRACT
Ihda Nuria Afidah. THE INFLUENCE OF APPLICATION SOCRATIC CIRCLES METHOD WITH IMAGES MEDIA TOWARD STUDENT’S CREATIVE THINKING SKILL. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012.
This research aims to ascertain whether or not the application Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill.
This research is considered quasi-experiment research. The research was designed using Posttest-Only Control Group Design by applying Socratic Circles method with images media in experimental group and lectures methods, discussions, and presentations in control group. The population of this research were all strudents in X grade of SMA Negeri 2 Boyolali in academic year 2011/ 2012. The sample of this research was established by Cluster Random Sampling, in order to obtain class X-3 as experimental group and class X-2 as control group. The data was collected by using tests, documentation and observation form. The hypothesis was analized by using t-test.
The conclusion of this research is that the application of Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill.
commit to user
x ABSTRAK
Ihda Nuria Afidah. PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan Posttest-Only Control Group Design dengan menerapkan metode Socratic Circles disertai media gambar pada kelompok eksperimen dan metode ceramah, diskusi, dan presentasi pada kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
Cluster Random Sampling, sehingga diperoleh kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan X-2 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, dokumentasi, dan observasi. Uji hipotesis menggunakan uji-t.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRATIF SISWA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Slamet Santosa, M.Si. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan wejangan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
5. Ibu Meti Indrowati, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. Sarono selaku Kepala SMA Negeri 2 Boyolali yang telah memberi ijin dalam penelitian.
7. Ibu Endang Tri Sarwasih selaku guru mata pelajaran Biologi Kelas X yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.
8. Para siswa SMA Negeri 2 Boyolali yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, khususnya untuk Kelas X-2 dan X-3.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii
ABSTRACT ... ix
ABSTRAK ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 8
1. Kajian Teori ... 8
a. Socratic Circles ... 8
1) Memahami Socratic Circles ... 8
2) Karakteristik Socratic Circles ... 9
3) Manfaat dari Socratic Circles... 11
4) Tahapan Socratic Circles ... 14
commit to user
xiii
b. Media Gambar... 18
c. Berpikir Kreatif ... 23
1) Pengertian Berpikir Kreatif ... 23
2) Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif ... 26
2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29
B. Kerangka Berpikir ... 32
C. Hipotesis ... 35
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
B. Desain Penelitian ... 37
1. Rancangan Penelitian ... 37
2. Variabel Penelitian ... 38
a. Variabel Bebas ... 38
b. Variabel Terikat ... 38
C. Populasi dan Sampel... 39
1. Populasi Penelitian ... 39
2. Sampel Penelitian ... 39
D. Teknik Pengambilan Sampel ... 40
E. Pengumpulan Data ... 44
1. Metode Pengumpulan Data ... 44
a. Metode Tes ... 44
b. Metode Non-Tes... 44
1) Metode Dokumentasi ... 44
2) Metode Observasi ... 44
2. Teknik Penyusunan Instrumen ... 45
F. Validasi Instrumen Penelitian ... 46
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 50
commit to user
xiv
1. Uji Prasyarat ... 52
a. Uji Normalitas ... 52
b. Uji Homogenitas ... 52
2. Uji Hipotesis ... 53
H. Prosedur Penelitian ... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 59
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 63
1. Uji Normalitas ... 63
2. Uji Homogenitas ... 64
C. Pengujian Hipotesis ... 65
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 67
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 78
B. Implikasi ... 78
C. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles ... 15
Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Hawadi, dkk (2001) ... 27
Tabel 2.3 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2009) ... 28
Tabel 3.1 Rancangan penelitian Posstest-Only Control Group Design Menurut Darmadi (2011) ... 37
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 41
Tabel 3.3 Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 42
Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 42
Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 43
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 49
Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 50
Tabel 3.8 Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item ... 51
Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 51
Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif ... 59
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 63
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 64
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles ... 17
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale... 22
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 34
Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan
Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar ... 36
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian ... 39
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian ... 55
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... 60
Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... 61
Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Halaman
1) Silabus Kelas Kontrol ... 87
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 90
3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Kontrol ... 116
4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Kontrol ... 117
5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ... 119
6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ... 120
7) Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 121
8) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Kontrol ... 127
b. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen 1) Silabus Kelas Eksperimen ... 132
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 136
3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen ... 166
4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen ... 167
5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Eksperimen ... 169
6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Eksperimen ... 170
7) Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 171
8) Petunjuk Persiapan Seminar Socratic Circles ... 177
9) Artikel-artikel tentang Perubahan dan Pencemaran Lingkungan karena Aktivitas Manusia ... 178
10) Lembar Observasi Kinerja Patner ... 190
11) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Eksperimen ... 191
c. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 1) Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif... 198
commit to user
xviii
3) Rubrik Penilaian Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif .. 205
4) Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 214
5) Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 215
6) Rubrik Penilaian Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 218
LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN
a. Data Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 223
b. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas
Kontrol ... 226
c. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas
Eksperimen ... 227
d. Deskripsi dan Distribusi Data Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif ... 228
e. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas Kontrol ... 231
f. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas
Eksperimen ... 232
g. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Kontrol ... 233
h. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 234
LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS DATA
a. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 235
b. Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 236
c. Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .... 237
d. Uji Hipotesis Penelititan ... 238
e. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis) ... 239
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI PENELITIAN
a. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-1 ... 242
b. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-2 ... 243
c. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-3 ... 244
d. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
commit to user
xix
e. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-5 ... 246
f. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-6 ... 247
g. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-7 ... 248
h. Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 249
i. Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 250
j. Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ... 251
k. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Keseimbangan) ... 252
l. Dokumentasi Hasil Observasi Awal ... 255
m. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Kontrol ... 256
n. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 257
o. Dokumentasi Proses Pengambilan Data Kemampuan Berpikir Kreatif .. 258
LAMPIRAN 5. TABEL DISTRIBUSI a. Tabel Kolmogorov-Smirnov Test ... 259
b. Tabel Titik Kritis Distribusi F (α = 0,05) ... 261
c. Tabel Titik Kritis Distribusi t ... 266
LAMPIRAN 6. SURAT-SURAT PENELITIAN a. Surat Permohonan Validasi Instrumen Penelitian ... 271
b. Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 273
c. Surat Permohonan Mengadakan Observasi ... 276
d. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 277
e. Surat Ijin Penyusunan Skripsi ... 278
f. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out ... 279
g. Surat Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian ... 284
h. Surat Pemberian Ijin Penelitian ... 286
i. Surat Ketarangan Telah Mengadakan Penelitaian ... 288
j. Surat Ketarangan Ujian Skripsi ... 289
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia,
dengan menempuh pendidikan yang baik, manusia dapat menjadi mandiri karena
dapat memperoleh solusi bagi setiap masalah yang ditemuinya dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia untuk menjadi
lebih baik. Mengenai pentingnya pendidikan bagi manusia, Thrilling and Hood
(1999) serta Nursito (2000) menyatakan hal yang hampir sama bahwa pada abad
ke-21 diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki
keahlian, mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil,
memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi dan mampu belajar
sepanjang hayat (life-long learning).
Lingkup bahasan lain yang lebih khusus mengenai pembentukan karakter
bangsa, Liliasari (2011) mengungkapkan bahwa pembentukan karakter peserta
didik yang kuat dan kokoh merupakan hal penting untuk menghadapi tantangan
dan rintangan hidup di masa yang akan datang. Pernyataan Liliasari tersebut
mengandung penegasan mengenai pentingnya pendidikan dari sisi yang lain, yaitu
pendidikan sebagai suatu upaya untuk membentuk karakter sumber daya manusia
Indonesia yang kuat dan kokoh.
Pendidikan baik pada jenjang dasar, menengah, atau tinggi, akan selalu
melibatkan proses berpikir. Proses berpikir ditentukan oleh banyak hal, salah
satunya adalah kemampuan berpikir manusia. Berkenaan dengan kemampuan
berpikir ini, ada sudut pandang yang menarik dari sisi sumber daya manusia
Indonesia. Arnyana (2006) menjelaskan bahwa lulusan sekolah sampai perguruan
tinggi, di samping memiliki kemampuan vokasional (vocasional skills), juga harus
memiliki kecakapan berpikir (thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak
menjadi bangsa buruh.
Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan.
commit to user
dua jenis, yaitu kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir kompleks
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2011). Proses kemampuan
berpikir tingkat tinggi diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis (tajam
dalam menganalisis) dan kreatif (bersifat daya cipta). Kemampuan berpikir baik
kemampuan berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan hal penting dan
sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang
akan datang. Berpikir kreatif di bidang pendidikan nantinya akan membantu
siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses belajar.
Kemampuan berpikir kreatif pada siswa menjadi hal yang sangat penting, karena
pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana dan konvergen.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada rendahnya
prestasi peserta didik.
Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa aspek, yaitu: fluency,
flexibility, originality, dan elaboration Munandar (2009). Fluency atau
kemampuan berpikir lancar ditandai dengan perilaku siswa yang mampu
mengajukan berbagai macam pertanyaan, mampu menjawab dengan sejumlah
jawaban bila ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah dan lancar mengungkapkan gagasannya. Flexibility atau kemampuan
berpikir luwes ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai
macam penafsiran suatu gambar atau masalah, memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain, mampu memikirkan
berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah.
Originality atau kemampuan berpikir orisinal ditandai dengan perilaku siswa yang
mampu mengungkapkan gagasan baru yang orisinil dan suka memberikan
jawaban yang lain dari yang lain (jawaban yang jarang diberikan kebanyakan
orang). Elaboration atau kemampuan berpikir terperinci ditandai dengan perilaku
siswa yang mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci,
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Hawadi, dkk, 2001).
Penelitian Suparman (2005) tentang berpikir kreatif pada siswa SMP dan
commit to user
berada pada kategori rendah. Rosilawati (2006) menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen berada pada kategori rendah.
Yuliana (2008) hasil penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan berpikir
kreatif siswa dalam diskusi pada konsep pencemaran lingkungan berada pada
kategori sangat rendah.
Akhyar (2008) melakukan wawancara terhadap guru yang hasilnya
menunjukkan bahwa siswa kurang terampil dalam mengajukan hipotesis dan
menarik kesimpulan karena jarang mengajukan pertanyaan atau mengutarakan
pendapatnya pada sesi diskusi kelas. Penulis juga telah melakukan observasi
langsung yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, hasil observasi
menunjukkan masih sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dari guru atau menanggapi jawaban teman selama kegiatan
belajar mengajar (KBM). Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kreatif siswa masih perlu ditingkatkan.
Rendah atau tingginya keterampilan berpikir kreatif siswa disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah sistem pendidikan. Sugiarto (2011)
menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang
tetap memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas anak-anak. Proses
pendidikan seharusnya tidak sekedar menuntut anak memberikan satu-satunya
jawaban yang benar menurut guru atau buku, tapi juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengutarakan serangkaian alternatif jawaban yang juga
benar. Harsanto (2005) berpendapat sejauh ini para pendidik lebih tertarik dalam
upaya mengembangkan dan menguji daya ingat anak didiknya, dari pada
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
Sistem pendidikan akhir-akhir ini (dalam hal ini strategi pengajaran) juga
mulai berkembang. Pendidik yang dulu merupakan pusat pembelajaran (teacher
center), kini bergeser menjadi peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student
center). Peran pendidik sebagai pusat informasi perlahan berkembang menjadi
fasilitator, mediator, dan teman yang memberikan kondisi yang kondusif untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan. Perubahan sistem pendidikan dari student
commit to user
ada siswa yang mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya,
pembelajaran di sekolah akan terfokus pada guru sebagai penyampai informasi
kepada siswa, atau proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, sehingga
kurang mendukung perkembangan kemampuan siswa.
Peserta didik pada dasarnya kreatif dan potensi tersebut harus
dikembangkan sepenuhnya melalui proses belajar mengajar (Sugiarto, 2011;
Nursito, 2000). Perkembangan optimal kemampuan berpikir kreatif peserta didik
dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru mengajar,
sehingga metode pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode pembelajaran yang baik
akan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Arnyana (2006) mengemukakan
bahwa siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif
menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik.
Melihat hasil penelitian sebagaimana pada paragraf di atas, penulis
menganggap salah satu alternatif solusi untuk menangani rendahnya kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah dengan menerapkan strategi atau metode
pembelajaran inovatif yang akan memberikan ruang kepada peserta didik untuk
bisa menemukan, membangun konsep sendiri, dan meningkatkan kemampuan
berpikirnya. Salah satu metode pembelajaran inovatif tersebut adalah Socratic
Circles.
Socratic Circles disebut juga dengan Socratic Seminar yang dapat
didefinisikan sebagai suatu metode pengajaran dengan menggunakan deretan
pertanyaan (pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir analitis dan kritis),
dari serangkaian pertanyaan itu diharapkan peserta didik mampu menemukan
jawabannya, atas dasar kecerdasan dan kemampuannya sendiri. Socratic Circles
dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara dialog atau seminar
(Copeland, 2005) dan mempunyai karakteristik, yaitu: adanya teks yang
dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin serta peserta seminar
(Swanson, 2011). Metode Socratic Circles tidak sepenuhnya bergantung pada
bahan kasus (teks), penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan
commit to user
(2009) mengemukakan bahwa dulu metode ini digunakan oleh Socrates (seorang
filsuf Yunani) untuk memperoleh suatu jawaban kebenaran dari siswa-siswanya,
karena Socrates memiliki keyakinan bahwa membantu siswa untuk berpikir lebih
penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta, dan penggunaan
pertanyaan-jawaban menjadi kekuatan pendorong untuk belajar bagi peserta didik.
Socratic Circles merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan
berbagai keterampilan akademik. Socratic Circles dapat membangun
keterampilan di bidang membaca, mendengarkan, refleksi, berpikir kritis,
partisipasi peserta didik (berbicara), mengajarkan rasa hormat pada teman karena
ide yang beragam, memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik
berpikir divergen (Kenner, 2009). Socratic Circles menjadi sarana yang baik
untuk mengembangkan berbagai keterampilan akademik karena metode Socratic
Circles aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (Peterson, 2009a) atau
pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru hanya bertindak menjaga
jalannya proses pembelajaran. Copeland (2005) menjelaskan bahwa proses
penyelidikan bersama dalam Socratic Circles akan membantu siswa
mengembangkan kebiasaan berpikir dan analisis yang mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir siswa.
Metode Socratic Circles dapat diterapkan diberbagai macam siswa yang
mewakili kemampuan tinggi dan rendah, dan berbagai latar belakang ras, budaya,
dan sosial ekonomi (Copeland, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Noviasari
(2011) penerapan metode Socratic berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa di kelas eksperimen. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya
menyelesesaikan suatu masalah. Ong and Borich (2006) mengemukakan bahwa
banyak bagian-bagian keterampilan penting untuk berpikir kritis yang penting
untuk berpikir kreatif. (Suryadi, 2005) menambahkan bahwa ketika seseorang
menghadapi suatu masalah haruslah dihadapi secara kritis dan mencoba mencari
solusi secara kreatif sehingga diperoleh solusi yang terbaik, dengan demikian
kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama
commit to user
Selain pemilihan metode pengajaran yang sesuai, dalam prosesnya
pendidikan membutuhkan media sebagai alat bantu. Media pembelajaran
diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien (Sutjiono,
2005). Mengingat pada materi pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia
terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, permasalahan pada materi
tersebut tidak dapat dibawa ke kelas sehingga guru memerlukan media yang tepat
untuk memberikan gambaran yang nyata kepada siswa mengenai permasalahan
yang akan dibahas. Pemilihan media gambar pada materi pokok bahasan
pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan ini
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan siswa pada permasalahan yang ada di
sekitar mereka. Sadiman, dkk (2009) memaparkan beberapa kelebihan dari media
gambar diantaranya sifatnya konkret atau lebih realistis dalam menunjukkan
pokok masalah, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu dan dapat memperjelas
suatu masalah.
Berdasarkan latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif serta
beberapa kelebihan yang ada pada Socratic Circles dan gambar sebagai media
pembelajaran, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan
judul: PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES
DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF SISWA.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah disusun sebuah rumusan masalah
yaitu apakah penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan
metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir
commit to user
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam dunia pendidikan mengenai
penggunaan metode Socratic Circles. Selain itu penelitian ini dapat
memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pembelajaran biologi
terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran yang inovatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan memberikan suasana
pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran biologi menjadi lebih
menarik atau tidak monoton dan tidak membosankan.
b. Bagi guru, memberikan referensi bagi guru biologi untuk memperoleh
gambaran penggunaan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan
pencemaran lingkungan, serta menambah pengetahuan tentang pelaksanaan
metode pembelajaran Socratic Circles dan memberikan sumbangan
pemikiran bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat
bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
c. Bagi Institusi, memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
sehingga dapat meningkatkan sumber daya pendidikan dan mencetak
commit to user
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Socratic Circles
1) Memahami Socratic Circles
Socratic Circles atau metode Socratic disebut juga dengan
Socratic Seminar (dialog Socratic atau diskusi Socratic) yang dapat
didefinisikan sebagai eksplorasi percakapan intelektual yang berpusat
pada teks, dengan teks tersebut siswa akan dilatih membaca kritis dan
menganalisisnya dengan tujuan mereka mencapai pemahaman yang lebih
besar (Copeland, 2005). Teks yang digunakan dalam Socratic Circles ini
adalah teks yang dapat menimbulkan serangkaian pertanyaan (Paraskevas
and Wickens, 2003). Peterson (2009b) mendefinikan metode Socratic
sebagai suatu bentuk disiplin pertanyaan yang dapat digunakan
mendorong pemikiran abstrak untuk berbagai tujuan, berpikir analitis dan
kritis. Paraskevas and Wickens (2003) menyatakan bahwa metode
Socratic dalam pendidikan melibatkan penggunaan pertanyaan
sistematis, berpikir induktif dan perumusan definisi umum. Berdasarkan
penjelasan para tokoh tersebut dapat diketahui Socratic Circles
menggunakan teks dengan ketentuan tertentu sebagai media pemicu
timbulnya serangkaian pertanyaan (ketentuan-ketentuan teks tersebut
akan dijelaskan pada sub-bab karakteristik Socratic Circles). Socratic
Circles berguna untuk mendorong siswa berpikir mandiri dalam proses
pembelajaran. Metode Socratic diajarkan dengan cara bertanya jawab
untuk membimbing dan memperdalam pemahaman siswa.
Penerapan serangkaian pedoman pertanyaan kepada siswa, akan
membuat siswa berpikir sendiri. Belajar dari kesalahan dan memberikan
alat yang akan diperlukan untuk menilai situasi yang mereka hadapi di
commit to user
siswa mengembangkan pemikiran (Paraskevas and Wickens, 2003).
Metode Socratic tidak memaksa siswa untuk menghasilkan jawaban yang
benar, namun akan meningkatkan apresiasi siswa dalam membaca
sehingga siswa mau membaca lebih lanjut (Styslinger and Pollock,
2010). Penggunaan pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socratic
adalah untuk mencegah penerimaan pasif dan menghafal fakta atau
konsep serta menantang siswa berpikir secara mandiri (Peterson, 2009a).
Penerapan metode Socratic menekankan penggunaan
pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk dialog pemikiran sebagai usaha
mengungkapkan suatu objek pembahasan.
Socratic Circles merupakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, dimana guru bertugas untuk menjaga jalannya diskusi (Copeland,
2005). Proses pembelajaran aktif memiliki potensi untuk memberikan
manfaat pendidikan lebih daripada mereka yang melakukan proses
pembelajaran secara tradisional (pendekatan pasif) (Peterson, 2009a).
Metode Socratic secara aktif melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran dengan memanfaatkan pedoman pertanyaan untuk
menyalurkan proses berpikir siswa.
Metode Socratic pertama kali diterapkan oleh Socrates (seorang
ahli filsafat dari Yunani) untuk mengajar siswa-siswanya di kelas filsafat.
Socrates mengajar dengan mengajukan pertanyaan (Paraskevas and
Wickens, 2003). Menurut Socrates membantu siswa untuk berpikir lebih
penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta. Penggunaan
pertanyaan-pertanyaan akan menjadi kekuatan pendorong bagi siswa
untuk belajar secara mandiri (Kenner, 2009; Styslinger and Pollock,
2010).
2) Karakteristik Socratic Circles
Socratic Circles atau Socratic Seminar dalam proses
pembelajarannya akan mendorong siswa belajar aktif, karena sebagai
peserta seminar mereka akan mengekplorasi dan mengevaluasi ide-ide,
commit to user
baik terdiri dari empat komponen yang saling terkait yaitu: teks yang
dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin seminar dan
peserta seminar (Swanson, 2011). Komponen-komponen khas Socratic
Circles ini menjadi karakteristik dan menjadikan Socratic Circles
berbeda dengan metode-metode yang lain.
Komponen pertama dalam metode Socratic Circles adalah teks,
akan tetapi tidak semua teks dapat digunakan dalam proses pembelajaran
Socratic Circles. Teks yang dapat digunakan adalah teks yang dapat
memperkaya siswa dengan ide (Copeland, 2005), masalah dan nilai-nilai
untuk merangsang terjadinya dialog (Swanson, 2011). Metode Socratic
Circles tidak sepenuhnya bergantung pada bahan kasus (teks),
penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan permasalahan
untuk membimbing pertanyaan awal (Peterson, 2009a). Swanson (2011)
berpendapat bahwa sebuah teks yang baik akan menimbulkan pertanyaan
penting dalam benak para peserta. Copeland (2005) mengatakan
hendaknya teks tersebut relevan dengan apa yang sedang dipelajari dan
bermakna bagi kehidupan siswa. Menurut Paraskevas and Wickens
(2003) teks yang kaya akan ide dapat digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa, emosional siswa
dapat dikaitkan dengan kegiatan dari pengalaman siswa. Bahan teks
dapat diambil dari sastra, sejarah, ilmu pengetahuan, matematika, filsafat,
atau kasus peristiwa (Copeland, 2005).
Komponen kedua dalam metode Socratic Circles adalah
pertanyaan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles
merupakan hal yang sangat mendominasi. Metode Socratic Circles
dimulai dengan mengajukan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan
dengan mengajukan pertanyaan lebih lanjut dalam menanggapi jawaban
siswa (Peterson, 2009a). Pertanyaan pembuka yang baik mengarahkan
peserta didik kembali ke teks sebagai media berspekulasi. Pertanyaan
pembuka yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi,
commit to user
pertanyaan pembuka akan menghasilkan pertanyaan baru yang akan
mengarah ke respon baru (Swanson, 2011). Penggunaan pertanyaan
dalam metode Socratic mengharuskan siswa untuk mengenali batas-batas
pengetahuan mereka sehingga meningkatkan motivasi belajar
(Paraskevas and Wickens, 2003). Pertanyaan pada metode Socratic tidak
akan mencapai kebenaran mutlak, karena kemungkinan adanya
perbedaan jawaban pertanyaan pada masa kini dan akan datang
(Paraskevas and Wickens, 2003).
Penggunaan serangkaian pertanyaan dalam metode Socratic
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan.
Hasil penelitian tim National Reading Panel menunjukkan bahwa proses
tanya-jawab dapat meningkatkan pemahaman. Cara mengatasi gangguan
memahami bacaan yaitu dengan mengembangkan proses tanya-jawab
melalui metode Socratic Circles (Frankenfield, 2009).
Pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socratic Circles dirancang untuk menyalurkan
proses berpikir peserta didik (Paraskevas and Wickens, 2003).
Komponen ketiga dalam metode Socratic Circles adalah
pemimpin seminar. Peran sebagai pemimpin seminar Socratic dapat
dilakukan oleh guru maupun siswa. Menurut Swanson (2009) pemimpin
dalam seminar Socratic memainkan peran ganda, yaitu sebagai pemimpin
dan peserta. Tugas sebagai pemimpin seminar adalah mengarahkan
eksplorasi pada ide-ide dalam teks. Tugas pemimpin sebagai peserta
seminar adalah terlibat secara aktif dalam proses eksplorasi teks.
Komponen keempat dalam metode Socratic Circles adalah peserta
seminar. Tugas peserta seminar selain terlibat aktif dalam proses
eksplorasi teks adalah berbagi tanggung jawab dengan pemimpin seminar
dalam menjaga kualitas seminar.
3) Manfaat dari Socratic Circles
Socratic Circles dilihat dari prosesnya kaya akan manfaat, jika
metode ini diterapkan dengan benar. Socratic Circles selain membantu
commit to user
membangun keterampilan baik akademik maupun sosial (Copeland,
2005; Kenner, 2009). Keterampilan akademik meliputi keterampilan
membaca, menulis, berbicara, mendengar, berpikir kritis, merefleksi, dan
mendorong berpikir divergen. Keterampilan sosial meliputi team
building skills, conflik resolution, dan community-building skills
(Copeland, 2005; Seitz, 2005, Frankenfield, 2009; Kenner, 2009).
Menurut Peterson (2009a) metode Socratic akan menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa dan memfasilitasi siswa untuk belajar aktif. Siswa
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang teori. Manfaat yang
lain yaitu membantu siswa menemukan hubungan teori inovatif untuk
mendirikan metode dan penggunaan pertanyaan yang tepat. Siswa
mampu menghubungkan kejadian masa lalu untuk situasi saat ini atau
masa yang akan datang.
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan akademik
yang dapat dikembangkan melalui metode Socratic Circles. Metode
Socratic merupakan sarana yang baik untuk berlatih mengembangkan
proses analisis dan berpikir kritis dengan individu terlibat secara aktif
(Peterson, 2009b; Copeland, 2005). Keterampilan berpikir kritis
dikembangkan melalui proses merevisi dan memperbaiki ide-ide untuk
pemahaman siswa dan memahami rekan-rekan mereka (Copeland, 2005).
Berpikir kritis dan belajar itu sendiri adalah proses yang berkelanjutan
bukan koleksi dari produk pembelajaran (Copeland, 2005).
Keterampilan berbicara dan mendengar dapat dikembangan
secara bersamaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles, yang
terlihat dalam bentuk diskusi atau dialog. Socratic Circles dapat
meningkatkan kegiatan diskusi dalam kelas sehingga membantu siswa
mendapat wawasan tidak hanya dari guru atau teks (Frankenfield, 2009).
Kegiatan diskusi dalam Socratic Circles ini merangsang imajinasi dan
kecerdasan dengan meningkatkan kreatif dan kekuatan ingin tahu siswa
(Copeland, 2005). Menurut Copeland (2005) diskusi kelas yang benar
commit to user
berbagi ide mereka sendiri. Membangun pengetahuan berdasarkan
informasi sebelum diterapkan untuk situasi baru. Menguji hipotesis
mereka sendiri dan persepektif rekan-rekan mereka, sampai menemukan
jawaban yang telah dibangun melalui pengalaman pribadi, berpikir kritis,
retorika dan wacana.
Siswa bisa berbicara dalam kegiatan diskusi jika sebelumnya
mereka memiliki pengetahuan awal tentang yang akan dibahas, disinilah
keterampilan membaca dan menulis siswa ikut berperan. Guru
memberikan teks kepada siswa sebelum kegiatan diskusi dengan tujuan
membekali mereka pengetahuan awal agar diskusi dapat berjalan lancar.
Styslinger and Pollock (2010) berpendapat dengan memahami teks siswa
mampu berbicara di kelas. Pemahaman terhadap teks akan memberikan
pengetahuan pada siswa. Pengetahuan atau pengalaman yang telah siswa
miliki dapat digunakan untuk memecahkan masalah sederhana atau
komplek atau masalah yang ditimbulkan oleh pertanyaan (Paraskevas
and Wickens, 2003). Pemahaman siswa dari teks yang diberikan guru
tidak harus dihafalkan, tetapi siswa dapat menuliskannya kemudian
membacanya kembali saat diskusi.
Kegiatan mendengar dilakukan semua siswa baik yang di
lingkaran luar maupun yang di lingkaran dalam. Metode Socratic Circles
membuat siswa belajar bersabar mendengarkan pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan, ide-ide orang lain saat berada di lingkaran luar atau dalam.
Mendengarkan berbagai teori atau pendapat orang lain siswa bisa
menjadi peserta diskusi aktif (Copeland, 2005).
Kegiatan refleksi dilakukan siswa ketika mereka berada di
lingkaran luar dalam kegiatan seminar Socratic. Kegiatan refleksi
melatih siswa berpikir kritis, merefleksi ide-ide baru dan membantu
meningkatkan kinerja siswa serta prestasi akademik (Copeland, 2005;
Strong, 2011).
Perkembangan kreativitas siswa dapat dipengaruhi oleh
commit to user
aspek lain yang dapat ditingkatkan melalui Socratic Circles, siswa lebih
kreatif bila terlibat dalam kelompok dan mendengarkan pemikiran orang
lain. Siswa menggali lebih dalam pikiran dan perasaan mereka
(Copeland, 2005).
Penerapan metode Socratic Circles membantu siswa
membangun keterampilan sosial. Siswa mampu menerima pendapat dan
ide-ide orang lain yang berbeda dari mereka, dengan belajar bagaimana
cara untuk mendekati masalah melalui cara kolaborasi (Copeland, 2005;
Kenner, 2009). Socratic Circles memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterbukaan pikiran dan
kerja sama tim (Peterson, 2009a), sehingga metode Socratic
memungkinkan siswa untuk menyingkirkan egosentrisme kognitif
(Paraskevas and Wickens, 2003). Kegiatan menyelidikan bersama dalam
memecahkan masalah atau membangun pengetahuan bersama ini dapat
membantu mengembangkan keterampilan sosial siswa.
4) Tahapan Socratic Circles
Proses pembelajaran yang menerapkan metode Socratic Circles
adalah pembelajaran dibangun dengan memberikan serangkaian
pertanyaan yang tujuannya mengetahui sesuatu isi materi tertentu.
Metode Socratic Circles memudahkan siswa mendapatkan pemahaman
secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan.
Bentuk-bentuk tahapan prosedural dalam melaksanakan tanya-jawab seperti yang
dilakukan oleh Socrates dalam membelajarkan bahan dengan perilaku
menirukan apa yang dilaksanakan oleh Socrates. Menurut Copeland
(2005) dan Frankenfield (2009) metode Socratic Circles memiliki tujuh
tahap dalam proses pembelajarannya. Tujuh tahapan prosedural dari
commit to user
Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1:
Menentukan topik materi
pokok bahasan apa yang akan dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah
Guru mengorientasikan arah pembelajaran dengan menetapkan topik yang dipelajari, dengan cara guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, menarik perhatian dan
memotivasi siswa, menggali pengetahuan awal siswa, dan memberikan teks yang dapat meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mengatur tugas-tugas belajar untuk menganalisis teks dan membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai bahan diskusi) serta mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi
Tahap 3:
Membantu mengkondisikan
siswa untuk proses
penyelidikan bersama
Guru membimbing siswa membentuk dua kelompok lingkaran konsentris secara acak untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam
Tahap 4:
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok putaran pertama
Guru membimbing siswa yang berada di lingkaran dalam untuk memulai diskusi dengan memberikan pertanyaan awal, dan mengkondisikan siswa di lingkaran luar untuk diam mengamati perilaku atau kinerja siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama
dan kinerja siswa untuk
melakukan proses perbaikan
Guru membimbing siswa di lingkaran luar untuk menilai kinerja dan memberikan
feedbak pada kelompok atau individu di lingkaran dalam dan menawarkan saran untuk perbaikan
Tahap 6:
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok putaran kedua
Guru membimbing siswa di lingkaran dalam dan lingkaran luar untuk bertukar peran dan posisi, dilanjutkan proses diskusi siswa di lingkaran dalam yang baru
Tahap 7:
Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama
dan kinerja siswa untuk
melakukan proses perbaikan
Guru membimbing siswa di lingkaran luar
yang baru untuk memberikan feedback dan
menawarkan saran untuk perbaikan bila diperlukan
commit to user
Tahap pertama dalam metode Socratic Circles menurut
Copeland (2005) dan Frankenfield (2009) yaitu sehari sebelum seminar
guru menetapkan topik yang dipelajari dan memberikan teks yang dapat
meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi. Tahap
kedua yaitu menugaskan siswa untuk mempelajari dan menganalisis teks
serta membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai
bahan diskusi) kemudian mendorong siswa mengumpulkan informasi
yang sesuai atau mencari solusi dari permasalahan yang disajikan dalam
bentuk teks. Tahap ketiga, sebelum memulai proses seminar atau diskusi
siswa dibagi menjadi dua kelompok lingkaran konsentris secara acak
untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam. Tahap keempat
siswa yang berada di lingkaran dalam memulai diskusi diawali dengan
membaca teks diskusi lalu mendiskuskan teks selama 10 menit. Siswa
yang berada di lingkaran luar diam mengamati perilaku atau kinerja
siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental. Tahap kelima
yaitu setelah siswa di lingkaran dalam menyimpulkan diskusi, siswa di
lingkaran luar menilai kinerja dan memberikan feedback pada kelompok
atau individu di lingkaran dalam selama 10 menit, guru dapat
menawarkan saran untuk perbaikan pada tahap ini. Tahap keenam, siswa
di lingkaran dalam dan lingkaran luar bertukar peran dan posisi. Tahap
ketujuh merupakan proses pengulangan langkah keempat dan kelima.
Proses pengulangan diskusi-feedback ini dapat dimodifikasi sesuai
dengan isi, fokus dan tujuan dari pembelajaran. Posisi duduk siswa
dalam proses pembelajaran dalam metode Socratic Circles dapat dilihat
commit to user
Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles
(Sumber: Frankenfield, 2009)
5) Peran Guru dalam Socratic Circles
Kegiatan dikusi Socratic Circles agar berjalan efektif perlu
dipersiapkan. Guru perlu mempertimbangkan dan memahami
pentingnya: iklim kelas, peran guru dan membimbing siswa untuk
diskusi yang berkualitas (Copeland, 2005). Socratic Circles mempunyai
bentuk lingkaran ketika proses diskusi. Bentuk lingkaran dalam Socratic
Circles menurut Copeland (2005) bertujuan untuk membuat iklim kelas
lebih kondusif sehingga membuat diskusi di kelas lebih mengalir.
Kontak mata dan keterlibatan non-verbal dalam percakapan penting
untuk membuat siswa lebih percaya diri dan nyaman. Pengaturan
percakapan juga bisa mempengaruhi iklim kelas (Copeland, 2005).
Peran guru dalam proses pembelajaran Socratic Circles menurut
Frankenfield (2009) yaitu: (1) memilih teks untuk diskusi, (2) menjaga
jalannya diskusi, (3) mengarahkan lingkaran luar untuk memberi
feedback, (4) menilai dan mengevaluasi performance atau kinerja setiap
siswa dan kelompok. Memilih teks untuk diskusi maksudnya teks yang
dipergunakan dalam proses diskusi Socratic Circles sebaiknya teks
dengan kualitas tinggi atau baik yaitu teks yang mampu menimbulkan
banyak pertanyaan dan memungkinkan siswa untuk melihat dunia luar di
sekitar mereka. Menjaga jalannya diskusi dengan cara sesekali
memberikan kontribusi pertanyaan dan info dasar dan berperan sebagai Lingkaran
Luar
Lingkaran Dalam
commit to user
fasilitator dalam percakapan. Mengarahkan lingkaran luar untuk
memberi feedback hasil diskusi lingkaran dalam meliputi kualitas suara
siswa, isi diskusi dan kinerja siswa. menilai dan mengevaluasi
performance atau kinerja setiap siswa dan kelompok baik secara formal
ataupun informal. Penilaian dan evaluasi dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan rubrik dan menggunakan scorecard. Hal penting dari
feedback guru pada akhir kegiatan yaitu menggambarkan tingkat prestasi
siswa secara verbal dan memberikan masukan untuk meningkatkan
kualitas diskusi.
Pemberian teks kepada siswa selain sebagai sarana memberikan
pengetahuan awal juga akan membantu siswa dalam membuat
pertanyaan. Perterson (2009a) menyatakan bahwa agar metode Socratic
dapat diterapkan secara efektif, siswa harus memiliki cukup informasi
latar belakang masalah dan pengetahuan tentang topik untuk
berpartisipasi dalam diskusi. Pertanyaan merupakan bagian penting dari
diskusi, sehingga guru perlu memberikan waktu kepada siswa untuk
menganalisis permasalahan dan merumuskan pertanyaan atau komentar.
Styslinger and Pollock (2010) menyatakan bahwa pemberian waktu pada
siswa untuk menuliskan pertanyaan dan komentar akan merangsang
diskusi berjalan baik.
b. Media Gambar
Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, membangkitkan semangat,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses
pembelajaran pada diri siswa. Media secara mendasar berpotensi
memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kepribadian.
Media dalam pembelajaran atau media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid dan dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam
maupun di luar kelas (Angkowo dan Kosasih, 2007). Media pembelajaran
commit to user
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Indriana (2011) menyatakan pada intinya media
pembelajaran adalah tempat penyampaian pesan atau materi pembelajaran
yang disampaikan guru kepada murid dengan tujuan mencapai proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Media pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu alat yang dapat menarik pehatian siswa dan dijadikan sebagai
penghubung ataupun perantara dari guru kepada siswa agar proses
pembelajaran efektif dan efisien.
Penyampaikan materi pelajaran oleh guru kepada siswa,
membutuhkan suatu perantara yang dijadikan alat bantu untuk
mempermudah penyampaian maksud dari materi pelajaran. Perantara atau
alat bantu tersebut dikenal sebagai media pembelajaran. Media
pembelajaran akan berperan besar dalam mengkomunikasikan pesan atau
informasi yang disampaikan guru. Angkowo dan Kosasih (2007)
menyatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut
juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu.
Pembelajaran bermedia juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran, serta memadatkan informasi.
Peran media sebagai perantara penyampaian pesan materi dari guru
kepada siswa berkaitan dengan memudahkan komunikasi yang sulit
dilakukan atau dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi.
Media juga mempunyai banyak peran dalam pembelajaran antara lain
memudahkan penjelasan materi yang abstrak, mempermudah guru dalam
commit to user
menarik perhatian siswa. Menurut Sadiman, dkk (2009) dan Daryanto
(2010) kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar secara
umum meliputi: memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis; mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera;
penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sifat pasif anak didik; dapat memberikan perangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persebsi yang sama.
Para pendidik sering menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran karena selain lebih praktis dan ekonomis media gambar juga
mudah dimengerti. Praktis dalam arti mudah dibawa kemana-mana dan
mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Ekonomis dalam
arti murah harganya dan mudah didapat. Media gambar menurut Sadiman,
dkk (2009) adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa
yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Pepatah
Cina mengatakan bahwa media gambar berbicara lebih banyak daripada
seribu kata. Anitah (2009) mendeskripsikan nilai gambar dari pendapat
Gerlach dan Ely bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi
juga seribu tahun dan seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada
pebelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu meskipun jauh dari
jangkauan pengalaman pebelajar sendiri.
Pemanfaatan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran akan
memungkinkan proses pembelajaran berlangsung efektif. Penggunaan
media dalam pembelajaran tidak harus berbasis komputer atau teknologi,
melainkan dapat berupa media sederhana. Media gambar merupakan salah
satu media visual sederhana yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pemilihan media pembelajaran. Guru dalam menggunaan media
pembelajaran haruslah mempertimbangkan banyak hal agar media tersebut
benar-benar dapat mempermudah penyampaian materi kepada peserta didik.
Pertimbangan lain yang harus dipahami guru dalam memilih media adalah