• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG

SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI

KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR

SKRIPSI

Oleh :

FUAD DWI FITRIANTO

K2508098

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fuad Dwi Fitrianto

NIM : K2508098

Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Mesin

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PEMANFAATAN SERBUK

TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI

KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR” ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Desember 2012

Yang membuat pernyataan,

(3)

commit to user

iii

PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG

SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI

KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR

Oleh :

FUAD DWI FITRIANTO

K2508098

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 19 Desember 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Ranto HS, M.T.

Sekretaris : Danar Susilo Wijayanto, S.T., M.Eng

Anggota I : Yuyun Estriyanto, ST., M.T.

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Fuad Dwi Fitrianto. PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi bahan serbuk tongkol jagung, serbuk kuningan, MgO dan resin polyester terhadap nilai kekerasan dan nilai keausan. Selain itu juga untuk mengetahui variasi komposisi bahan kampas rem yang paling optimal yang mendekati nilai standar kampas rem merk Indoparts.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan anilisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian dan pengujian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, di antaranya pembuatan spesimen (pencampuran bahan, proses kompaksi, proses sintering), pengambilan foto makro, pengujian kekerasan Brinell dan pengujian keausan Ogoshi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar persentase komposisi serbuk tongkol jagung dan semakin kecil persentase serbuk kuningan, maka nilai kekerasan semakin kecil dan nilai keausan semakin besar. Hal ini disebabkan karena sifat serbuk tongkol jagung lebih lunak daripada serbuk kuningan. Komposisi yang paling optimal yang mendekati nilai standar kampas rem merk Indopart dengan nilai kekerasan 18,5 kg/mm2 dan nilai keausan 0,87 × 10-8 mm2/kg adalah pada komposisi 30% serbuk tongkol jagung, 30% serbuk kuningan, 20% MgO dan 20% resin. Pada komposisi tersebut menghasilkan nilai kekerasan sebesar 17,1 kg/mm2 dan nilai keausan sebesar 0,80 × 10-8 mm2/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi komposisi bahan penyusun mempunyai pengaruh terhadap nilai kekerasan dan nilai keausan. Komposisi bahan kampas rem yang mendekati nilai standar kekerasan dan nilai standar keausan dapat diaplikasikan di sepeda motor.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Fuad Dwi Fitrianto. UTILIZATION OF CORNCOBS POWDER AS

ALTERNATIVE FRICTION MATERIAL OF MOTORCYCLE’S NON-ASBESTOS BRAKE LINING. Thesis/Essay. Faculty of Teaching and Science Education, Sebelas Maret University of Surakarta. December 2012.

The purpose of this research are to know the effect of variations material composition of corncobs powder, brass powder, MgO and polyester resin for hardness value and wear value. Beside thatto know the variation of brake lining material composition which the most optimal and approximate standart of value Indopart brake lining.

This research is an experimental research and analysis data which used descriptive analysis techniques. The research and testing which have been done consist of several steps, including the manufacture of specimens (mixing of materials, compaction process, sintering process), taking macro photo, Brinell of hardness testing and Ogoshi of wear testing.

The result of research indicate that if composition percentage of corncobs powder more than brass powder percentage it cause hardness value smaller and wear value greater. This is because the nature of corncobs powder is softer than brass powder. The most optimal composition that approaches the standard of Indopart brake lining is with 18.5 kg/mm2 of hardness value and 0.87 × 10-8 mm2/kg of wear value is at 30% composition of corncobs powder, 30% of brass powder, 20% of MgO and 20% of resin. In that composition produce 17.1 kg/mm2 of hardness value and 0.80 × 10-8 mm2/kg of wear value. The results of research indicate that variations in the composition of constituent material have an influence on hardness value and wear value. Brake lining material composition which approximate standart of hardness value and wear value can applyingin the motorcycle’s.

(8)

commit to user

viii MOTTO

“Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa

usahanya akan kelihatan nantinya“

(Q.S. An Najm ayat 39-40)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S. Ar Ro’du ayat 11)

“Tak ada yang dapat menolong selain Yang Disana, dan tak ada yang dapat

membantu selain Yang Disana, Dialah Tuhan”

(Ebiet G. Ade)

“Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, tetapi berjuang untuk menjadi

sukses adalah suatu kewajiban”

(Fuad Dwi Fitrianto)

“Kebenaran hari ini belum tentu kebenaran hari esok, begitu juga kesalahan hari

ini belum tentu kesalahan hari esok”

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

“Bapak dan Ibu Tercinta”

Terimakasih atas segala do’a restu, dan kasih sayang serta dukungan baik moril

maupun materiil yang tiada henti mengalir di berikan kepadaku selama ini.

Ibu bapak kalian yang terbaik, kalian yang selalu ada di hatiku dan kalian adalah

segalanya.

“Kakakku Tercinta”

Terimaksih atas doa, dukungan, semangat serta perhatiannya kepadaku.

Terimakasih selama ini selalu membimbingku dalam hal kebaikan dan

mengingatkanku dalam hal keburukan.

“Rina Mayasari”

Terimakasih atas semangat, motivasi dan perhatian yang selalu kau berikan.

“Teman – teman Seperjuangan”

Santoso, Prisma Endik dan Dian Saprol, terimakasih atas semangat, perjuangan

dan kerjasama serta kebersamaan kita.

“Teman – teman Pendidikan Teknik Mesin ‘08”

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rohmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”PEMANFAATAN SERBUK

TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN FRIKSI

KAMPAS REM NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Teknik Mesin

Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan

tidak lepas dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FKIP UNS yang telah

memberikan persetujuan atas permohonan penyusunan skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS yang telah

memberikan persetujuan atas permohonan penyusunan skripsi.

4. Drs. Ranto HS, M.T. selaku Pembimbing Akademik.

5. Yuyun Estriyanto, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

6. Budi Harjanto, S.T., M.Eng. selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

7. Sukatiman, S.T., M.Si. selaku Kepala Laboratorium Bangunan, Program

Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan

Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin tempat untuk penelitian.

8. Sriyanta, S.T. selaku staff Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik

Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

(11)

commit to user

xi

9. Lilik Dwi Setyana, S.T., M.T. selaku staff Laboratorium Bahan Teknik,

Program Diploma Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta yang telah mendampingi pengujian dalam penelitian ini.

10. Maruto, S.T. selaku staff Laboratorium Material, Jurusan Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

mendampingi pengujian dalam penelitian ini.

11. Teman-teman seperjuangan PTM ’08 terimakasih atas kerjasama dan

bantuannya.

12. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak. Apabila dalam pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi ini terdapat kesalahan dan hal yang tidak berkenan, penulis

sampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surakarta, Desember 2012

(12)
(13)

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR PUSTAKA 67

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Spesifikasi Resin Unsaturated Polyester Yukalac BQTN 157 24

2.2. Variasi Perbandingan Fraksi Berat Bahan 36

4.1. Hasil Pengujian Kekerasan Brinell Spesimen Kampas Rem 55

4.2. Hasil Pengujian Kekerasan Brinell Kampas Rem Merk Indoparts 55

4.3. Hasil Pengujian Keausan Ogoshi Spesimen Kampas Rem 57

4.4. Hasil Pengujian Keausan Ogoshi Kampas Rem Merk Indoparts 57

(16)

commit to user

3.5. Alat Uji Keausan Ogoshi High Speed Universal Wear Testing

(17)

commit to user

xvii

4.2. Foto Makro Spesimen Kampas Rem 53

4.3. Foto Makro Kampas Rem Merk Indoparts 54

4.4. Grafik Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Kampas Rem

terhadap Kekerasan 61

4.5. Grafik Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Kampas Rem

terhadap Keausan 62

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Nomor Kekerasan Brinell 70

2. Data Hasil Pengujian Kekerasan Brinell 78

3. Data Hasil Pengujian Keausan Ogoshi 79

4. Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi 80

5. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 82

6. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS 83

7. Surat Permohonan Ijin Reserch kepada Rektor UNS 84

8. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Bangunan

Pendidikan Teknik Bangunan UNS 85

9. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Bahan Teknik,

Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM 86

10. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Bahan Teknik

Program Diploma Teknik Mesin UGM 87

11. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Laboratorium Material

Teknik Mesin UNS 88

12. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium Bangunan,

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan UNS 89

13. Surat Keterangan Pelaksanaan Pengujian di Laboratorium Material

Teknik Mesin UNS 90

14. Surat Keterangan Hasil Pengujian Kekerasan Brinell 91

15. Surat Keterangan Pelaksanaan Pengujian di Laboratorium

Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM 92

16. Surat Keterangan Pelaksanaan Pengujian di Laboratorium Bahan

Teknik, Program Diploma Teknik Mesin UGM 93

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam

bidang otomotif, para produsen perakitan sepeda motor mengembangkan

kemampuan performa mesin dan teknologi yang mendukungnya kian pesat. Saat

ini perkembangan tersebut sangat signifikan dalam hal aerodinamika dan

performa mesin dengan meningkatkan tenaga yang dihasilkan.

Dengan berkembangnya performa kendaraan saat ini dibutuhkan sistem

pengereman yang efektif dan juga sebagai safety dalam berkendaraan. Sistem

pengereman yang baik harus dapat menunjang daya dan kecepatan pada

kendaraan tersebut dimana bagian terpenting dari sistem pengereman adalah

kampas rem, yaitu media yang bekerja untuk memperlambat atau mengurangi laju

kendaraan. Untuk mendapatkan pengereman yang maksimal maka dibutuhkan

kampas rem dengan kemampuan pengereman yang baik dan efisien, dimana

efisiensi dari rem sangat dipengaruhi oleh besarnya koefisien gesek kampas rem.

Kualitas kampas rem dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komposisi

bahan, jenis bahan dan kekerasan. Kampas rem yang terlalu keras menyebabkan

umur drum atau cakram menjadi pendek, apabila terlalu lunak maka umur kampas

rem akan lebih pendek (Imam Setiyanto, 2009).

Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat

digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi

komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat ini dikarenakan keistimewaan

sifat yang renewable atau terbarukan dan juga rasio kekuatan terhadap berat yang

tinggi kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi

konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup.

Penggunaan bahan baku bukan asbes yang bersifat lebih ramah

lingkungan, memiliki daya cengkram kuat pada suhu pengereman di atas 300o C

dan faktor keamanan yang lebih baik. Pertimbangan kampas rem berjenis

non-asbestos yang lebih menguntungkan berbagai faktor maka saatnya mulai

(20)

2

dikembangkan dan disosialisasikan untuk mengurangi pemakaian bahan berbasis

asbestos yang lebih banyak berdampak negatif bagi pemakai serta tidak ramah

lingkungan.

Kampas rem yang terbuat dari bahan non-asbestos biasanya terdiri dari 4

s/d 5 macam fiber di antaranya kevlar, steel fiber, rock wool, cellulose dan

carbon fiber yang memiliki serat panjang sedangkan kampas rem dari bahan

asbestos hanya memiliki 1 jenis fiber yaitu asbes yang merupakan komponen

yang menimbulkan karsinogenik. Akibat dari perbedaan ini makanya kampas rem

yang mengandung asbestos memiliki kelemahan dalam kondisi basah, karena

asbestos hanya terdiri dari 1 jenis fiber, ketika kondisi basah bahan tersebut akan

mengalami efek licin seperti menggesekkan jari di atas kaca basah (licin/tidak

pakem).

Bilamana bahan menggunakan kampas rem non-asbestos yang memiliki

beberapa jenis fiber maka efek licin tersebut dapat teratasi. Mengingat kampas

rem asbestos hanya menggunakan bahan mentah maksimal 6 jenis material dan

non-asbestos menggunakan lebih dari 12 jenis material, maka asbestos hanya bisa

bertahan sampai dengan suhu 200oC sedang non-asbestos bertahan sampai 360oC,

hal ini berarti bahwa rem asbestos akan blong (fading) pada temperatur 250oC

sedang non-asbestos cenderung stabil (tidak blong) (Wawan KH dan Arief TW,

2009).

Desi Kiswiranti (2007) menyatakan bahwa secara umum bahan friksi

kampas rem memiliki tiga penyusun bahan yaitu bahan pengikat, bahan serat dan

bahan pengisi. Bahan pengikat terdiri dari berbagai resin diantaranya phenolic,

epoxi, polyester, silicone dan rubber. Resin tersebut berfungsi untuk pengikat

berbagai zat penyusun didalam friksi. Bahan pengikat dapat membentuk sebuah

matriks pada suhu yang relatif stabil. Serat berfungsi untuk meningkatkan

koefisien gesek dan meningkatkan kekuatan mekanik bahan. Serat terdiri dari

serat buatan dan alami. Serat buatan misalnya nilon, Cu-Zn, Al, karbon, rock wool

dan serat gelas. Serat alami yang sering dipakai sebagai penguat yaitu serat yang

(21)

commit to user

tongkol jagung dan masih banyak yang lainnya. Serat tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai bahan dalam pembuatan kampas rem non-asbestos.

Sesuai dengan pernyataan Desi Kiswiranti (mengutip simpulan

Robinson, J.W. et al, 1990) bahwa untuk memodifikasi tingkat friksi dan

membersihkan permukaan rotor ditambahkan bahan abrasif misalnya Al2O3, SiO2,

MgO, Fe3O4, Cr2O3, SiC, ZrSiO4 dan kianit/Al2SiO. Abrasif ini juga digunakan

untuk mengontrol kecepatan wear dan menstabilkan koefisien gesek, sedangkan

bahan pengisi digunakan untuk meningkatkan proses produksi dan bertindak

sebagai minyak pelumas. Bahan pengisi ini terdiri dari dua jenis yaitu bahan

pengisi organik dan anorganik. Bahan pengisi organik misalnya CNSL (Cashew

Nut Shell Liquid/Oil), dust dan rubber crumb (remah karet). Bahan pengisi

anorganik misalnya vermiculite, BaSO4, CaCO, Ca(OH)2 dan MgO (2007).

Bahan friksi pada komponen kampas rem sepeda motor merupakan

bahan habis setelah dipakai. Maka dari itu dalam pembuatan kampas rem, bahan

yang digunakan harus selalu tersedia secara terus menerus dan tidak akan punah.

Kita tahu negara Indonesia merupakan negara agraris dengan banyak berbagai

tanaman, salah satunya jagung. Jagung banyak dimanfaatkan bagi kehidupan

manusia, begitu juga dengan limbahnya yaitu tongkol, batang serta daunnya.

Pemanfaatan tongkol jagung masih sangat terbatas. Kebanyakan limbah tongkol

jagung hanya digunakan untuk bahan tambahan makanan ternak, atau hanya

digunakan sebagai bahan bakar setelah melalui proses pengeringan, misalnya

dengan penjemuran di bawah matahari. Untuk menghasilkan energi yang lebih

efisien, tongkol jagung dapat dibuat menjadi arang terlebih dahulu, dapat pula

dibuat menjadi briket dengan mencampur bahan lain, misalnya sampah plastik dan

lumpur.

Sebuah perusahaan di Iowa, AS berhasil memanfaatkan tongkol jagung

sebagai berbagai produk yang ramah lingkungan. Tongkol memiliki sifat-sifat

seperti salah satu bagiannya keras dan sebagian bersifat menyerap (absorbent),

juga sifat-sifat yang merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi

(22)

4

dan ringan (Teguh Wikan W, dkk., 2007). Tongkol jagung merupakan salah satu

bahan yang ideal untuk pembuatan kampas rem.

Adapun penelitian ini dianggap perlu dilakukakan untuk mencari bahan

kampas rem yang bukan saja unggul dalam sifat-sifat mekanik tetapi juga optimal

dalam aplikasinya serta memanfaatkan material limbah dalam jumlah cukup

besar. Selain itu juga untuk mengetahui komposisi bahan penyusun yang

digunakan. Dengan latar belakang inilah maka penulis mengadakan penelitian

dengan mengambil judul :

“PEMANFAATAN SERBUK TONGKOL JAGUNG SEBAGAI

ALTERNATIF BAHAN FRIKSI KAMPAS NON-ASBESTOS SEPEDA MOTOR.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka didapatkan beberapa permasalahan. Untuk itu perlu suatu identifikasi

terhadap permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Kampas rem asbestos lebih banyak berdampak negatif dan tidak ramah

lingkungan.

2. Dibutuhkan suatu inovasi dalam pembuatan kampas rem non-asbestos.

3. Pemanfaatan limbah tongkol jagung yang kurang optimal, sehingga perlu

dikembangkan terutama untuk material komposit.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak melebar, maka perlu diadakan

pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bahan kampas rem yang digunakan adalah serbuk tongkol jagung, serbuk

kuningan (Cu-Zn), magnesium oksida (MgO), resin polyester.

2. Proses pembuatan kampas rem menggunakan tekanan kompaksi hidrolis

dengan beban 2 ton atau 2000 kg dengan waktu kompaksi 15 menit, dan

disinterring dengan suhu 200oC selama 30 menit.

(23)

commit to user

a. Pengujian keausan gesek yang diteliti adalah koefisien gesek (aus)

menggunakan metode pengujian ogoshi.

b. Pengujian kekerasan yang diuji adalah kekerasan kampas rem dengan

metode pengujian kekerasan brinel).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh variasi komposisi bahan serbuk tongkol jagung, MgO,

serbuk kuningan dan resin polyester terhadap nilai kekerasan dan nilai

keausan?

2. Manakah variasi komposisi campuran bahan serbuk tongkol jagung, MgO,

serbuk kuningan dan resin polyester yang paling optimal yang mendekati

nilai standar kampas rem?

E. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian akan lebih mudah apabila mempunyai tujuan yang jelas.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh variasi komposisi bahan serbuk tongkol jagung, MgO,

serbuk kuningan dan resin polyester terhadap nilai kekerasan dan nilai

keausan.

2. Mengetahui variasi komposisi campuran bahan serbuk tongkol jagung, MgO,

serbuk kuningan dan resin polyester yang paling optimal yang mendekati

(24)

6

F. Manfaat Penelitian

Hasil penilitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat dan berguna bagi

peneliti dan pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang studi teknik

mesin yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Sebagai referensi bagi pihak lain yang mengadakan penelitian sejenis.

c. Membangkitkan minat mahasiswa untuk melanjutkan penelitian tentang

komposit.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan alternatif solusi untuk memanfaatkan limbah tongkol jagung.

b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam upaya

(25)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Dasar – dasar Komposit

a. Pengertian Komposit

Menurut Pratama (2011) material komposit adalah material yang

terbuat dari dua bahan atau lebih yang tetap terpisah dan berbeda dalam

level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal. Composite berasal

dari kata kerja “to compose“ yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi

secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih

bahan yang berlainan. Kata komposit dalam pengertian bahan komposit

berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau

dicampur secara makroskopis. Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan

komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak

terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat

bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya.

Material komposit terdiri dari lebih dari satu tipe material dan

dirancang untuk mendapatkan kombinasi karakteristik terbaik dari setiap

komponen penyusunnya. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan,

diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan ketahanan yang lebih

tinggi, tahan korosi dan ketahanan aus.

Dapat disimpulkan bahwa bahan komposit (atau komposit) adalah

suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan

dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat

kimia maupun fisika dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut

(bahan komposit). Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis, maka

disebut sebagai komposit. Jika perpaduan ini bersifat mikroskopis

(molekular level), maka disebut sebagai alloy (paduan).

(26)

8

b.Tujuan Dibentuknya Komposit

Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu :

1) Memperbaiki sifat mekanik dan sifat spesifik tertentu.

2) Mempermudah design yang sulit pada manufaktur.

3) Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat biaya.

4) Menjadikan bahan lebih ringan.

c. Bagian-Bagian Utama dari Komposit

1) Serat

Serat berperan sebagai penyangga kekuatan dari struktur

komposit, beban yang awalnya diterima oleh matriks kemudian

diteruskan ke serat oleh karena itu serat harus mempunyai kekuatan tarik

dan elastisitas yang lebih tinggi daripada matriks. Serat secara umum

terdiri dari dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis.

Serat alam adalah serat yang dapat langsung diperoleh dari

alam. Biasanya berupa serat yang dapat langsung diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan dan binatang. Serat ini telah banyak digunakan oleh manusia

di antaranya kapas, wol, sutera, pelepah pisang, sabut kelapa, ijuk,

bambu, nanas dan kenaf atau goni. Keunggulan serat alam sebagai filler

komposit dibandingkan dengan serat sintetis sudah dapat diterima dan

mendapat perhatian khusus dari para ahli material di dunia. Keunggulan

tersebut antara lain densitas rendah, harga lebih murah, ramah

lingkungan, dan tidak beracun. Serat alam memiliki kelemahan yaitu

ukuran serat yang tidak seragam, kekuatan serat sangat dipengaruhi oleh

usia.

Serat sintetis adalah serat yang dibuat dari bahan-bahan

anorganik dengan komposisi kimia tertentu. Serat sintetis mempunyai

beberapa kelebihan yaitu sifat dan ukurannya yang relatif seragam,

kekuatan serat dapat diupayakan sama sepanjang serat. Serat sintetis

yang telah banyak digunakan antara lain serat gelas, serat karbon,

(27)

commit to user

2) Matriks

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian

atau fraksi volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai beberapa

fungsi yaitu mentransfer tegangan ke serat, membentuk ikatan koheren,

permukaan matriks/serat, melindungi serat, memisahkan serat, melepas

ikatan dan tetap stabil setelah proses manufaktur.

Menurut Gibson (1994), bahwa matriks dalam struktur komposit

dapat berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Syarat utama

yang harus dimiliki oleh bahan matriks adalah bahan matriks tersebut

harus dapat meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada

matriks dan kompatibel antara serat dan matriks. Umumnya matriks

yang dipilih adalah matriks yang memiliki ketahanan panas yang tinggi.

Matriks sebagai pengisi ruang komposit memegang peranan

penting dalam mentransfer tegangan, melindungi serat dari lingkungan

dan menjaga permukaan serat dari pengikisan. Matriks harus memiliki

kompatibilitas yang baik dengan serat. Gibson (1994) menyatakan

bahwa matriks dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan polimer,

logam, maupun keramik. Matriks secara umum berfungsi untuk

mengikat serat menjadi satu struktur komposit. Matriks memiliki fungsi:

a) Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur.

b) Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan.

c) Mentransfer dan mendistribusikan beban ke filler.

d) Menyumbangkan beberapa sifat seperti: kekakuan, ketangguhan,

dan tahanan listrik.

Dalam proses pembuatan material komposit, matriks harus

memiliki kemampuan meregang yang lebih tinggi dibandingkan dengan

serat. Apabila tidak demikian, maka material komposit tersebut akan

mengalami patah pada bagian matriksnya terlebih dahulu. Akan tetapi

apabila hal itu dipenuhi, maka material komposit tersebut akan patah

(28)

10

Berdasarkan bahan penyusunnya matriks terbagi atas matriks

organik dan inorganik. Matriks organik adalah matriks yang terbuat dari

bahan-bahan organik. Matriks ini banyak digunakan karena proses

penggunaannya menjadi komposit cepat dan mudah serta dengan biaya

yang rendah. Salah satu contoh matriks organik adalah resin polyester.

Matriks inorganik adalah matriks yang terbentuk dari bahan logam yang

pada umumnya memiliki berat dan kekuatan tinggi.

d.Jenis-jenis Komposit

1) Menurut Struktur dari Penyusunnya

Menurut Yanu Rianto (mengutip buku Schwartz, 1984)

komposit dibedakan menjadi 5 kelompok menurut bentuk struktur dari

penyusunnya (2011), yaitu:

a) Komposit Serat (Fiber Composite)

Komposit serat merupakan jenis komposit yang

menggunakan serat sebagai bahan penguatnya. Dalam pembuatan

komposit, serat dapat diatur memanjang (unidirectional composites)

atau dapat dipotong kemudian disusun secara acak (random fibers)

serta juga dapat dianyam (cross-ply laminate). Komposit serat sering

digunakan dalam industri otomotif dan pesawat terbang.

a. unidirectional fiber composite b. random fiber composite

(29)

commit to user

b) Komposit Serpih (Flake Composite)

Flake Composites adalah komposit dengan penambahan

material berupa serpih kedalam matrikssnya. Flake dapat berupa

serpihan mika, glass dan metal.

Gambar 2.2. Komposit Serpih (Sumber: Yanu Rianto, 2011)

c) Komposit Butir (Particulate Composite)

Particulate composites adalah salah satu jenis komposit di

mana dalam matriks ditambahkan material lain berupa serbuk/butir.

Perbedaan dengan flake dan fiber composites terletak pada distribusi

dari material penambahnya. Dalam particulate composites, material

penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol daripada

flake composites.

(30)

12

d) Komposit Isian (Filled Composite)

Filled composites adalah komposit dengan penambahan

material ke dalam matrikss dengan struktur tiga dimensi dan

biasanya filler juga dalam bentuk tiga dimensi.

Gambar 2.4. Filled (Skeletal) Composites

(Sumber: Yanu Rianto, 2011)

e) Komposit Lapisan (Laminar Composite)

Laminar composites adalah komposit dengan susunan dua

atau lebih layer, dimana masing – masing layer dapat berbeda –

beda dalam hal material, bentuk, dan orientasi penguatannya.

Gambar 2.5. Laminar Composites (Sumber: Yanu Rianto, 2011)

2) Berdasarkan Matriksnya

Berdasarkan bentuk dari matriksnya komposit dapat dibedakan

(31)

commit to user

a) Komposit Matriks Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC)

Komposit jenis ini terdiri dari polimer sebagai matriks baik

itu thermoplastic maupun jenis thermosetting. Thermoplastic adalah

plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan

menggunakan panas. Thermoplastic merupakan polimer yang akan

menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic akan meleleh

pada suhu tertentu, serta melekat mengikuti perubahan suhu dan

mempunyai sifat dapat kembali (reversibel) kepada sifat aslinya,

yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Thermoplastic yang lazim

dipergunakan sebagai matriks misalnya polyolefin (polyethylene,

polypropylene), vinylic (polyvinylchloride, polystyrene,

polytetrafluorethylene), nylon, polyacetal, polycarbonate, dan

polyfenylene.

Thermosets tidak dapat mengikuti perubahan suhu

(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak

dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan

melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai

karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,

seperti jenis-jenis melamin. Thermosets yang banyak digunakan

saat ini adalah epoxy dan polyester tak jenuh. Resin polyester tak

jenuh adalah matriks thermosetting yang paling banyak dipakai

untuk pembuatan komposit. Resin jenis ini digunakan pada proses

pembuatan dengan metode hand lay-up.

b) Komposit Matriks Logam (Metal Matrix Composites – MMC)

Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit

yang memiliki matriks logam. Komposit ini menggunakan suatu

logam seperti alumunium sebagai matriks dan penguatnya dengan

serat seperti silikon karbida. Material MMC mulai dikembangkan

sejak tahun 1996. Komposit MMC berkembang pada industri

otomotif digunakan sebagai bahan untuk pembuatan komponen

(32)

14

c) Komposit Matriks Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC)

CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi

sebagai reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana

matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcement yang umum

digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu

proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu

proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan

logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah

filler (penguat).

3) Berdasarkan Strukturnya

a) Struktur Laminate

Laminate adalah gabungan dari dua atau lebih lamina (satu

lembar komposit dengan arah serat tertentu) yang membentuk

elemen struktur secara integral pada komposit. Proses pembentukan

lamina ini menjadi laminate dinamakan proses laminai. Sebagai

elemen sebuah struktur, lamina yang serat penguatnya searah saja

(unidirectional lamina) pada umumnya tidak menguntungkan karena

memiliki sifat yang buruk. Untuk itulah struktur komposit dibuat

dalam bentuk laminate yang terdiri dari beberapa macam lamina

atau lapisan yang diorientasikan dalam arah yang diinginkan dan

digabungkan bersama sebagai sebuah unit struktur.

b) Struktur Sandwich

Komposit sandwich merupakan salah satu jenis komposit

struktur yang sangat potensial untuk dikembangkan. Komposit

sandwich merupakan komposit yang tersusun dari 3 lapisan yang

terdiri dari flat composite (metal sheet) sebagai kulit permukaan

(skin) serta meterial inti (core) di bagian tengahnya (berada di

antaranya). Komposit sandwich dibuat dengan tujuan untuk efisiensi

(33)

commit to user

tinggi. Sehinggga untuk mendapatkan karakteristik tersebut, pada

bagian tengah diantara kedua skin dipasang core.

Komposit sandwich merupakan jenis komposit yang sangat

cocok untuk menahan beban lentur, impak, meredam getaran dan

suara. Komposit sandwich dibuat untuk mendapatkan struktur yang

ringan tetapi mempunyai kekakuan dan kekuatan yang tinggi.

Biasanya pemilihan bahan untuk komposit sandwich, syaratnya

adalah ringan, tahan panas dan korosi, serta harga juga

dipertimbangkan. Dengan menggunakan material inti yang sangat

ringan, maka akan dihasilkan komposit yang mempunyai sifat kuat,

ringan, dan kaku. Komposit sandwich dapat diaplikasikan sebagai

struktural maupun non-struktural bagian internal dan eksternal pada

kereta, bus, truk, dan jenis kendaraan yang lainnya.

e. Kelebihan Bahan Komposit

Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding

dengan bahan konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut dapat dilihat

dari beberapa sudut yang penting, seperti sifat mekanikal dan fisikal serta

biaya.

1) Sifat-Sifat Mekanikal dan Fisikal

Pada umumnya pemilihan bahan matriks dan serat memainkan

peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan sifat

komposit. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit

yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan

konvensional seperti keluli.

a) Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah

berbanding dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasi

yang penting dalam konteks penggunaan karena komposit akan

mempunyai kekuatan dan kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari

bahan konvensional. Implikasi kedua ialah produk komposit yang

(34)

16

Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri

pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas. Ini karena

berhubungan dengan penghematan bahan bakar.

b) Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan untuk

menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit

karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap fatigue

yang baik terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.

c) Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap

kakisa yang lemah terutama produk yang kebutuhan sehari-hari.

Kecendrungan komponen logam untuk mengalami kakisan

menyebabkan biaya pembuatan yang tinggi. Bahan komposit

sebaiknya mempunyai rintangan terhadap kakisan yang baik.

d) Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility

(berdaya guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat

yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis

matrikss dan serat yang digunakan. Contoh dengan menggabungkan

lebih dari satu serat dengan matrikss untuk menghasilkan komposit

hibrid.

e) Massa jenis rendah (ringan).

f) Lebih kuat dan lebih ringan.

g) Perbandingan kekuatan dan berat yang menguntungkan.

(35)

commit to user

memperhitungkan beberapa aspek seperti biaya bahan mentah,

pemrosesan, tenaga manusia, dan sebagainya.

f. Kekurangan Bahan Komposit

1) Tidak tahan terhadap beban shock (kejut) dan crash (tabrak) dibandingkan

dengan metal.

2) Kurang elastis.

3) Lebih sulit dibentuk secara plastis.

2. Kampas Rem

Gambar 2.6. Kampas Rem

a. Pengertian Kampas Rem

Kampas rem merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam

setiap kendaraan. Kampas rem merupakan media yang berfungsi untuk

memperlambat maupun menghentikan laju kendaraaan. Terutama pada saat

kendaraan berkecepatan tinggi fungsi kampas rem memiliki beban

mencapai 90% dari komponen lainnya, bahkan keselamatan jiwa manusia

tergantung pada kualitas dari komponen tersebut. Dibutuhkan kampas rem

dengan kemampuan yang baik dan efisien agar didapatkan daya

pengereman yang optimal. Kampas rem memiliki peranan yang sangat

penting, bahkan keselamatan jiwa pengendara tergantung pada kualitas

(36)

18

b. Kampas Rem Asbestos

Kampas rem dari bahan asbestos hanya memiliki 1 jenis fiber yaitu

asbes yang merupakan komponen yang menimbulkan karsinogenik. Hal ini

bertujuan agar membuat kampas menjadi awet, tetapi ada kerugian yang

ditimbulkan antara lain kelemahan dalam kondisi basah. Karena asbestos

hanya terdiri dari 1 jenis fiber, ketika kondisi basah bahan tersebut akan

mengalami efek licin seperti menggesekkan jari di atas kaca basah

(licin/tidak pakem), juga dapat membuat piringan menjadi cepat habis, rem

kurang pakem, asbestos hanya bisa bertahan sampai dengan suhu 200oC hal

ini berarti bahwa rem asbestos akan blong (fading) pada temperatur 250oC

dan harganya juga lebih murah. Kampas rem asbestos juga tidak ramah

lingkungan dan dapat menyebatkan penyakit kanker.

c. Kampas Rem Non Asbestos

Kampas rem yang terbuat dari bahan non asbestos biasanya terdiri

dari 4 s/d 5 macam fiber di antaranya kevlar, steel fiber, rock wool,

cellulose dan carbon fiber yang memiliki serat panjang. Hal ini bertujuan

agar efek licin tersebut dapat teratasi. Rem non-asbestos mempunyai

keuntungan bertahan sampai suhu 360oC sehingga cenderung stabil (tidak

blong). Kampas rem non-asbestos yang terbuat dari material berkualitas

seperti Kevlar/aramyd. Kevlar ini bahan yang digunakan untuk baju anti

peluru di mana Kevlar mampu menghambat laju putaran peluru sampai

berhenti, jadi pada dasarnya Kevlar itu menghentikan putaran peluru bukan

memantulkan peluru seperti baja. Inilah yang kadang kadang orang

berpendapat non-asbestos keras padahal tidak, terbukti putaran peluru bisa

dihentikan apalagi putaran rotor atau drum kendaraan bermotor, dapat

dibayangkan kalau baju peluru terbuat dari asbestos. Karena sifat tersebut

(37)

commit to user

d. Sifat Fisis dan Mekanis Kampas Rem

1) Sifat Fisis Kampas Rem

Sifat fisik adalah segala aspek dari suatu objek atau zat yang

dapat diukur atau dipersepsikan tanpa mengubah identitasnya. Sifat

fisik dapat berupa sifat intensif atau ekstensif. Sifat intensif tidak

tergantung pada ukuran dan jumlah materi pada objek, sedangkan sifat

ekstensif bergantung pada hal tersebut. Sifat fisis kampas rem

merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu kampas rem mengenai

tampilan atau bentuk dari suatu kampas rem tersebut.

2) Sifat Mekanis Kampas Rem

Sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan kampas

rem untuk menerima beban / gaya / energi tanpa menimbulkan

kerusakan pada bahan / komponen kampas rem tersebut. Seringkali bila

suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada

sifat yang lain, maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan

tersebut dengan berbagai cara yang diperlukan.

Untuk mendapatkan standar acuan tentang spesifikasi teknik

kampas rem, maka nilai kekerasan, keausan, bending dan sifat mekanik

lainnya harus mendekati nilai standar keamanannya.

3. Bahan dan Proses Pembuatan Kampas Rem

a. Serbuk Tongkol Jagung

(38)

20

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia

yang terpenting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung merupakan

salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan.

Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal

menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda

menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.

Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.

Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa

Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai

sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari

bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku

industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).

Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan

diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah

dalam meningkatkan produksi jagung secara nasional. Namun, limbah

jagung memiliki banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk pakan ternak

dan tongkolnya sebagai kayu bakar. Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan

limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang

optimal.

b. MgO (Magnesium Oksida)

(39)

commit to user

MgO dipilih sebagai bahan pengisi yang juga berfungsi sebagai

bahan abrasif dan penguat karena karakteristik yang baik. Magnesium

oksida adalah logam yang agak kuat, dengan warna putih keperakan

beratnya ringan (satu perenam lebih ringan dari kuningan) dan akan

menjadi kusam bila diungkapkan pada udara. MgO adalah material

berstruktur logam yang sangat ringan dengan berat jenis (1,74 gr/cm3), titik

lebur (650oC ), titik didih (1097 oC), modulus elastis (110 MPa), kekuatan

luluh (255 MPa), kekerasan (12 VHN). Serbuk MgO merupakan jenis zat

tambahan yang dicampurkan pada pembuatan CMCs, selain itu juga

magnesium oksida sebagai wetting agent yang membuat ikatan antar

kuningan lebih kuat, tidak mudah terkikis permukaannya. Komposit dengan

penambahan sedikit kadar MgO dengan yang tanpa serbuk MgO lebih baik

dengan yang memakai kadar MgO. Serbuk MgO walaupun persentasenya

kecil memegang peranan penting dalam meningkatkan kemampuan

pembasahan (wettability) dengan mengkodisikan permukaan padat juga

mempunyai kemampuan untuk mengisi setiap perbedaan ketinggian dari

permukaan yang kasar dan menurunkan tegangan interfacial. Ketahanan

aus dapat ditingkatkan melalui penambahan unsur magnesium oksida.

Selain MgO ada beberapa pilihan bahan yang dapat dijadikan alternatif

sebagai zat pengisi seperti Al2O3, SiO2, Fe3O4, Cr2O3, SiC, ZrSiO4 dan

kianit/Al2SiO5

c. Serbuk Kuningan

(40)

22

Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga

dan seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan

kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna

kuningan bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning

keperakan tergantung pada jumlah kadar seng. Seng lebih banyak

mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan lebih kuat dan lebih

keras daripada tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti baja.

Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk, sebuah

konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari air

garam. Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk

membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan

casing cartridge untuk senjata api.

Komponen utama kuningan adalah tembaga. Jumlah kandungan

tembaga bervariasi antara 55% sampai dengan 95% menurut beratnya

tergantung pada jenis kuningan dan tujuan penggunaan kuningan.

Kuningan yang mengandung persentase tinggi tembaga terbuat dari

tembaga yang dimurnikan dengan cara elektrik. Yang setidaknya

menghasilkan kuningan murni 99,3% agar jumlah bahan lainnya bisa di

minimalkan. Kuningan yang mengandung persentase rendah tembaga juga

dapat dibuat dari tembaga yang dimurnikan dengan elektrik, namun lebih

sering dibuat dari scrap tembaga. Ketika proses daur ulang terjadi,

persentase tembaga dan bahan lainnya harus diketahui sehingga produsen

dapat menyesuaikan jumlah bahan yang akan ditambahkan untuk mencapai

komposisi kuningan yang diinginkan.

Komponen kedua dari kuningan adalah seng. Jumlah seng

bervariasi antara 5% sampai dengan 40% menurut beratnya tergantung

pada jenis kuningan

Kuningan dengan persentase seng yang lebih tinggi memiliki sifat

lebih kuat dan lebih keras, tetapi juga lebih sulit untuk dibentuk, dan

memiliki ketahanan yang kurang terhadap korosi. Seng yang digunakan

(41)

commit to user

Beberapa kuningan juga mengandung persentase kecil dari bahan

lain untuk menghasilkan karakteristik tertentu, Hingga 3,8% menurut

beratnya. Timbal dapat ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan.

Penambahan timah meningkatkan ketahanan terhadap korosi, Membuat

kuningan lebih keras dan membuat struktur internal yang lebih kecil

sehingga kuningan dapat dibentuk berulang dalam proses yang disebut

penempaan. Arsenik dan antimony kadang-kadang ditambahkan ke dalam

kuningan yang mengandung seng lebih dari 20% untuk menghambat

korosi. Bahan lain yang dapat digunakan dalam jumlah yang sangat kecil

yaitu mangan, silikon, dan fosfor.

d. Polyester

Gambar 2.10. Resin Polyester

Unsaturated Polyester merupakan jenis resin thermoset yang biasa

disebut dengan polyester saja. Polyester berupa resin cair dengan viskositas

yang relatif rendah dan mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan

katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin

lainnya.

Mengenai sifat termalnya karena banyak mengandung monomer

stiren, maka suhu deformasi thermal lebih rendah daripada resin thermoset

lainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya adalah kira-kira 110 - 1400

diantara resin thermoset. Mengenai ketahanan kimianya, pada umumnya

(42)

24

Bila dimasukkan dalam air mendidih untuk waktu yang lama (300 jam),

bahan akan pecah dan retak-retak. Bahan ini mudah mengembang dalam

pelarut, yang melarutkan polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca

sangat baik. Tahan terhadap kelembaban dan sinar ultra violet bila

dibiarkan di luar, tetapi sifat tembus cahaya permukaan rusak dalam

beberapa tahun. Secara luas digunakan untuk konstruksi sebagai bahan

komposit.

Penggunaan resin jenis ini dapat dilakukan dari proses hand lay-up

sampai dengan proses yang kompleks yaitu dengan proses mekanik. Resin

ini banyak digunakan dalam aplikasi komposit pada dunia industri dengan

pertimbangan harga relatif murah, curing yang cepat, warna jernih,

kestabilan dimensional dan mudah penanganannya (Yanu Rianto, 2011).

Tabel 2.1. Spesifikasi Resin Unsaturated Polyester Yukalac BQTN 157

Item Satuan Nilai tipikal Catatan

Berat jenis Gr/ 1.215

Kekerasan 40 Barcol GYZJ

934-1

Sumber : Justus Kimia Raya, 1996

e. Katalis

Cairan ini biasanya berwarna bening dan berbau. Cairan ini

berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan, semakin banyak

katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang

bagus. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air

(43)

commit to user

f. Proses Kompaksi

Proses kompaksi adalah proses pemampatan serbuk sehingga

serbuk akan saling melekat dan rongga udara antar partikel akan terdorong

keluar. Semakin besar tekanan kompaksi jumlah udara (porositas) di antara

partikel akan semakin sedikit, namun porositas tidak mungkin mencapai

nilai nol. Hasil kompaksi biasa disebut Green Body. Proses pemampatan

adalah suatu proses mesin kompaksi yang memberikan gaya penekanan

uniaksial. Pemberian tekanan yang sangat besar terhadap material serbuk

yang bertujuan untuk mendapatkan spesimen benda uji yang diinginkan,

proses kompaksi dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini.

Gambar 2.11. Proses Kompaksi (Sumber: Yudi Agus Sarwanto,2010)

Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah sumbu, dua arah

sumbu atau dari segala arah. Kompaksi dua arah ini bisa jadi dengan arah

berlawanan. Kebanyakan proses kompaksi menggunakan penekanan

(punch) atas dan bawah. Penekanan bawah sekaligus berfungsi sebagai

injektor untuk mengeluarkan benda yang telah dicetak. Permukaan dalam

cetakan (dies) harus halus untuk mengurangi gesekan. Berdasarkan cara

kompaksi dapat dibagi dengan dua cara yaitu :

1) Hot Compaction (Kompaksi dengan Temperatur)

Proses kompaksi pada dies dimana terdapat dua punch yaitu

upper punch dan lower punc yang berfungsi menekan campuran

homogen serbuk di dalam dies dan diberikan temperatur tertentu saat

(44)

26

Gambar 2.12. Metode Kompaksi dengan Temperatur (Sumber: Yudi Agus Sarwanto, 2010)

2) Cold Compaction (Kompaksi tanpa Temperatur)

Proses pada kompaksi metode cold compaction adalah sama

halnya dengan hot compaction pada punch serta dies yang digunakan,

akan tetapi tidak diberikan temperatur pada saat proses kompaksi

berlangsung.

Gambar 2.13. Metode Kompaksi tanpa Temperatur (Sumber: Yudi Agus Sarwanto,2010)

g. Proses Sintering

Istilah sintering berasal dari bahasa jerman, “sinter” dalam bahasa

inggris seasal dengan kata “cinder” yang berarti bara. Sintering merupakan

metode pembuatan material dari serbuk dengan pemanasan sehingga

terbentuk ikatan partikel. Sintering adalah pengikatan bersama antar

partikel pada suhu tinggi. Sintering dapat terjadi di bawah suhu leleh

(melting point) dengan melibatkan transfer atomic pada kondisi padat.

Selama proses sinter akan terjadi penggabungan antar partikel, sehingga

saling mengikat. Dengan adanya proses sinter maka akan terjadi proses

(45)

commit to user

Gambar 2.14. Mekanisme Pemadatan Serbuk dengan Proses Sintering (Sumber: Yudi Agus sarwanto,2010)

Keterangan :

(a) Ikatan partikel akibat proses kompaksi ikatan partikel masih rapuh,

ikatan mudah terlepas.

(b) Ikatan partikel setelah disintering, ikatan antara partikel satu dengan

yang lain menjadi satu, ikatan tidak mudah terlepas.

Peralatan yang paling penting dalam proses sintering adalah dapur

sinter. Dapur ini harus dapat mengatur temperetur, waktu pemanasan,

kecepatan pemanasan dan lingkungan dalam dapur itu sendiri. Pemilihan

dapur sinter bergantung pada penggunaannya. Secara umum

pemeliharaannya tergantung pada daerah kerja, ukuran green body,

atmosfer atau lingkungan yang diinginkan dan biaya produksinya.

Ada dua tipe dapur sinter, yaitu dapur satuan (batch furnace) dan

dapur kontinyu (continuous furnace). Batch furnace diisi material yang

akan disinter lalu temperatur diatur sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan

dapur kontinyu dilengkapi dengan sabuk yang terdiri dari jalinan kawat

dimana diletakkan green body. Sabuk ini bergerak menuju daerah

pemanasan, kemudian ke daerah pendingin. Proses sinter dengan dapur

kontinyu biasanya digunakan untuk memproduksi komponen dalam jumlah

(46)

28

produksi terbatas. Pemilihan temperature sinter untuk terjadinya ikatan

antar partikel akan sangat tergantung dari jenis material itu sendiri. Tidak

ada kondisi temperatur yang tepat untuk proses sinter pada suatu bahan

tertentu, akan tetapi ada ketentuan umum mengenai sinter padat yang

dilakukan di bawah temperatur lebur dari bahan tersebut.

4. Pengujian Spesimen

a. Pengujian Keausan

Sesuai pernyataan Imam Setiyanto (mengutip simpulan

Yuwono,2009) bahwa keausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan

material secara progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu

permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relatif antara permukaan tersebut

dan permukaan lainnya (2009). Pembahasan mekanisme keausan pada

material berhubungan erat dengan gesekan (friction) dan pelumasan

(lubrication). Telaah mengenai ketiga subyek ini yang dikenal dengan

nama ilmu tribologi. Keausan bukan merupakan sifat dasar material,

melainkan respon material terhadap sistem luar (kontak permukaan).

Material apapun dapat mengalami keausan disebabkan mekanisme yang

beragam.

Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam

metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan

kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah dengan metode Ogoshi

dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar

(revolving disc). Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar

permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil

sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan

dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat

keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka

semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi

skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan benda uji

(47)

commit to user

Keterangan :

Po : Beban h : Kedalaman bekas injakan

r : jari-jari revolving disc b : Lebar bekas injakan

B : Tebal revolving disc : Kecepatan putar

Gambar 2.15. Pengujian Keausan dengan Metode Ogoshi (Sumber: Imam Setiyanto, 2009)

Material jenis apapun akan mengalami keausan dengan mekanisme

yang beragam, yaitu: keausan adhesif, abrasif, lelah dan oksidasi. Di bawah

ini diberikan penjelasan ringkas dari mekanisme-mekanisme tersebut.

1) Keausan Adhesif

Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih

mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lain dan pada akhirnya

terjadi pelepasan/pengoyakan salah satu material.

2) Keausan Abrasif

Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu

meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga

terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak.

3) Keausan Lelah

Merupakan mekanisme yang relatif berbeda dibandingkan dua

mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi permukaan. Baik

keausan adhesif maupun abrasif melibatkan hanya satu interaksi

(48)

30

4) Keausan Oksidasi

Seringkali disebut sebagai keausan korosif. Pada prinsipnya

mekanisme ini dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di

bagian permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan

ini akan menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan

sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya,

material pada lapisan permukaan akan mengalami keausan yang

berbeda.

Uji keausan merupakan suatu uji karakteristik fisik yang digunakan

untuk mengetahui seberapa besar tingkat keausan benda (permukaan

benda) terhadap gesekan atau goresan. Uji keausan dilakukan dengan cara

menghitung lebar keausan dari sampel. Untuk pengujian keausan

dilakukan dengan menggunakan alat uji Ogoshi High Speed Universal

Wear Testing Machine (Type OAT-U). Keutamaan alat ini di antaranya:

1) Lama waktu abrasi dapat ditentukan dan daya tahan aus permukaan

benda uji dengan berbagai variasi bahan dapat dengan mudah

terdeteksi.

2) Pengujian dilakukan dengan mudah dan cepat.

3) Benda uji tidak harus berukuran besar.

4) Perubahan tekanan, kecepatan dan jarak penggosok dapat dibuat

dengan mudah dengan jarak yang lebih lebar.

5) Berbagai macam bahan-bahan industri (karbon, baja, harden steel,

cast steel, super-hard alloys, tembaga, kuningan, synthetic resins,

nylon, dan lain-lain) dapat diuji.

Rumus nilai keausan spesifik:

(49)

commit to user

Po : gaya tekan pada proses keausan berlangsung (kg)

Lo : jarak tempuh pada proses pengausan (mm)

Ws : harga keausan spesifik (mm²/kg)

b. Pengujian Kekerasan Brinell

Kekerasan adalah daya tahan bahan terhadap goresan atau penetrasi

pada permukaannya. Definisi yang lain adalah ukuran ketahaan terhadap

deformasi plastis terhadap tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan

yang tergantung cara pengujian, yaitu kekerasan goresan (scarth hardness),

kekerasan lekukan (indentation hardness), dan kekerasan pantulan

(dynamic hardness).

Lima definisi kekerasan, yaitu:

1) Kekuatan bahan terhadap penetrasi.

2) Kekuatan bahan terhadap goresan.

3) Kekuatan bahan terhadap beban impak.

4) Ukuran daya tahan bahan terhadap deformasi plastik.

5) Ukuran ketahanan bahan terhadap lekukan.

Bilangan kekerasan biasanya menurut alat uji yang digunakan

untuk menguji kekerasan benda. Kekerasan Brinell dinyatakan dengan HB,

kekerasan Vickers dinyatakan dengan HV dan kekerasan Rockwell

dinyatakan dengan HRB untuk penetrator bola baja atau HRC untuk

penetrator kerucut intan. Pengujian kekerasan dengan alat Brinell hanya

terbatas pada bahan tertentu, tidak cocok untuk bahan yang keras atau

bahan yang dikeraskan. Selain itu hasil pengujian tidak terlalu tepat karena

bekas luka penetrator terlalu besar.

Pada pengujian kekerasan menurut Brinell, kekerasan bahan

ditentukan dari perlawanan terhadap pengubah bentuk tetap dengan

pembekasan. Bekas ini disebabkan oleh suatu benda yang lebih keras dari

bahan yang akan diuji dan dikala pembekasan itu sendiri hampir tidak

(50)

32

Pada pengujian kekerasan dengan metode Brinell, sebuah peluru

baja yang telah dikeraskan ditekan pada permukaan benda uji dengan gaya

tertentu selama beberapa saat. Benda uji harus rata dan cukup tebal agar

kekerasan bidang pendukung tidak ikut terukur. Proses pengujian

kekerasan Brinell dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini.

Gambar 2.16. Pengujian Kekerasan Metode Brinell (Sumber: Yudi Agus Sarwanto, 2010)

Kekerasan Brinell dapat dicari dengan membagi gaya pada luas

tembereng bola.

Rumus kekerasan Brinell :

HB =

2. P

D. D D d

… … … (2)

Dimana :

HB : nilai kekerasan dengan metode Brinell (kg/mm2)

P : beban yang menekan (kg)

D : diameter penetrator (mm)

d : diameter injakan penetrator (mm)

Untuk memperoleh hasil-hasil yang sama untuk kekerasan Brinell,

harus ada suatu perbandingan tertentu antara gaya dan garis tengah peluru.

Suatu peluru yang lebih kecil tentu akan meninggalkan bekas tekan yang

lebih besar dalam bahan pada gaya yang sama dan oleh karena itu

Gambar

Tabel
Gambar
Grafik Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Kampas Rem
Gambar 2.1. Komposit Serat  (Sumber: Yanu Rianto, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan pekerjaan Penggantian dan Penataan Lampu Taman di Pusat Penngelolaan Komplek Kemayoran, Nomor : BA.06/PPBJ/PJU.LT/10/2012 Tanggal 04

Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas mandiri 5.3 yaitu menganalisis kasus pelanggaran hukum yang terdapat dalam buku teks pelajaran PPKn Kelas XI yaitu kasus

Output baku yang dihasilkan pada perhitungan menggunakan metode sampling pekerjaan lebih besar daripada output baku yaitu dari 3200 menjadi 3475 pcs, sehingga

tanda adanya ikatan silaturahmi dan relasi yang erat antara Bernas Jogja dengan masyarakat. Bernas

Dari data pengukuran aktivitas serum ALT dan AST yang diperoleh, dosis optimum infusa herba Mimosa pigra L.. Kata kunci : Mimosa pigra L., antihepatotoksik,

hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan/atau pemalsuan data maupun bentuk. kecurangan lainnya, saya bersedia menerima sanksi dari fakultas

children under 18 years of age, earning money through street based activities and belonging to one of the three following categories: (a) children

Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran perilaku diet remaja putri sehingga memberikan perhatian khusus terhadap remaja