• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dengan analisis Swot di SMK St. Petrus Comoro Dili Timor Leste T2 942010008 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dengan analisis Swot di SMK St. Petrus Comoro Dili Timor Leste T2 942010008 BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1

Rencana Strategis

Proses rencana strategis merupakan langkah awal untuk menentukan peluang diterapkannya strategi yang akan direncanakan. Dessler, 2008 mendefenisikan rencana strategis sebagai suatu rencana organisasi yang berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Hal ini menunjukkan rencana strategis yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan kompetitif. Pemilihan pendekatan ini sangatlah ditentukan oleh sifat dan skala organisasi, model dan kompetensi kepemimpinan, serta kapasitas dan kemampuan staf organisasi untuk melakukan perencanaan. Setelah melakukan perencanaan usaha, maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan rencana itu (Michael & Jude, 2000).

(2)

guru-guru untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang diinginkan dari sekolah.

Rencana strategis sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000).

Rencana Strategis yaitu suatu proses membantu organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada masa depan dengan menggunakan berbagai macam alat perencanaan seperti konstituen/pihak, dokumen dan program internal organisasi, dan alat bantu atau perangkat keras (Anglin, 2003). Sedangkan Robbins & Coulter (2009) mengemukakan rencana strategis yaitu rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menempatkan organisasi tersebut dalam lingkungannya.

Rencana strategis suatu lembaga pendidikan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), demand driven (prioritas kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, data driven,

realistis sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan

holistic/tersistem, transparans, dan keterkaitan serta

(3)

Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak bahwa suatu rencana strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan sehingga sekolah sebagai salah satu organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meraih sukses. Suatu proses rencana manajemen strategis digunakan untuk menganalisis tuntutan perkembangan lingkungan strategis, yang langsung atau tidak langsung bersentuhan dengan pelaksanaan tugas pokok yang kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT, yakni analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang didasarkan pada pendekatanan analisis lingkungan strategis, isu-isu strategis dan sejumlah faktor kunci keberhasilan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(4)

Dari gambar ini menunjukkan bahwa sekolah perlu mengidentifikasi misi sekolah sekarang demi mencapai tujuan yang diinginkan dengan menerapkan berbagai strategi. Identifikasi dimulai dari kekuatan dan kelemahan lingkungan internal serta peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Setelah itu dirumuskan strategi, melaksanakan strategi itu hingga akhirnya dievaluasi apakah strategi itu sudah berjalan dengan baik atau tidak. Namun dalam penelitian ini dibatasi sampai merumuskan rencana strategis saja.

2.2

Mutu

Sallis (2006) berpendapat ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Sedangkan dalam

konsep relatif, mutu adalah sesuatu yang memuaskan

dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Pada dasarnya mutu itu adalah persepsi pelanggan, apa yang dilihatnya, sehingga pengertian mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain. Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.

(5)

Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) mengatakan bahwa pendekatan sistem terbuka menekankan kebutuhan kualitas pada tiga tahap utama, yaitu

akreditasi, proses transformasi, dan assessment.

Akreditasi berkaitan dengan input, sedangkan

assessment berkaitan dengan output. Input meliputi

kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan program. Proses meliputi desain pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem analisis data. Sedangkan output adalah prestasi siswa dan pasca kelulusan.

Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan

Proses Transformasi

Output Input

Assessment Akreditasi

Gambar 2.2: Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan Sumber : Lewis & Smith ( dalam Tjiptono & Diana, 2003)

Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem pembelajaran ditentukan oleh :

a.Input

(6)

Menurut Scheerens (2003) salah satu input dalam sistem sekolah adalah murid dengan berbagai karakteristik tertentu yang ada pada mereka. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu makin tinggi tingkat kesiapan input maka makin tinggi pula mutu input tersebut. Masyarakat secara umum berasumsi bahwa masukan siswa yang berkemampuan tinggi akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi juga dan sebaliknya. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar karena sekolah yang berkualitas harus mampu mengelola input yang rendah atau sedang untuk menjadi lulusan yang berkemampuan luar biasa.

b.Proses

Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi

sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan evaluasi.

Sanjaya (2006) mengemukakan 4 hal penting dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan

(7)

Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha dan administrasi yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang memadai baik mutu maupun jumlahnya serta manajemen strategi dan lingkungan yang mendukung (Mulyasa, 2006).

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan

input sekolah (siswa) dan proses (kemampuan guru,

fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, media belajar dan evaluasi) dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, juga mendorong motivasi dan minat belajar siswa sehingga mampu mengembangkan dirinya.

c. Output

Output pendidikan adalah merupakan kinerja

sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.

Menurut Maswir (2009) mengukur prestasi sebuah sekolah bisa dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) sekolah tersebut, ataukah dengan membandingkan input dengan outputnya.

Mutu output sekolah dikatakan bermutu tinggi

(8)

prestasi akademik, berupa nilai ulangan, UAN, karya ilmiah, lomba akademik, dan b) prestasi non akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Mustakim (2008) mengemukakan ukuran sekolah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan sekolah tersebut mengantisipasi perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya. Untuk mengetahui mutu suatu sekolah, perlu adanya penilaian perbandingan antara input dan output dari sekolah tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah siswa yang bersangkutan mengalami perubahan yang baik setelah melakukan proses pembelajaran di sekolah.

2.3

Rencana Strategis Peningkatan Mutu

Sekolah

Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu proses perencanaan. Mutu menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan peningkatan mutunya.

(9)

berkaitan, dengan tujuan agar target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007).

Oleh karena itu rencana strategis peningkatan mutu sekolah adalah rencana yang komprehensif dengan melibatkan segala sumber dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, mencapai target sekolah, memenangkan kompetisi dan adaptif terhadap pengaruh eksternal dan internal.

Rencana strategis peningkatan mutu pada sekolah didasarkan pada kelompok-kelompok pelanggan dan harapan-harapan mereka yang bervariasi, selanjutnya dengan mengembangkan kebijakan-kebijakan serta rencana-rencana yang dapat mengantarkan sekolah pada pencapaian misi dan visi. Rencana strategis sekolah merinci tolak ukur-tolak ukur yang kelak digunakan untuk mencapai misinya (Sallis, 2006).

(10)

2.4

Rencana Strategis Peningkatan Mutu

berdasarkan Analisis SWOT

Salah satu alat analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat rencana strategis adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan

Threats. Analisis SWOT adalah komparasi dari kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman (Snell & Bohlander, 2007). Sallis (2006) mengatakan salah satu alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan termasuk strategi peningkatan mutu sekolah adalah Analisis SWOT. Hal ini dipertegas oleh Sharplin (dalam Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah.

(11)

Menurut Rangkuti (2009) Strengths atau kekuatan adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan, yang memiliki potensi yang positif jika dikembangkan dengan baik. Kekuatan dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Weaknesses atau kelemahan adalah komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Kelemahan merupakan kondisi rill yang ada dan terjadi di sekolah. Opportunity

atau peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah.

Threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat

terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah.

Menurut Robbins & Coulter (2009) kekuatan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalankan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh sekolah tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang adalah faktor-faktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat positif, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat negatif.

(12)

digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Perkiraan ini diterapkan dengan memulai program yang kompeten untuk mengganti program-program yang tidak relevan (Robbins & Coulter, 2009). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Sumber : Robbins & Coulter (2009)

Tabel ini menunjukkan strategi-strategi yang berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dikemukakan oleh Robbins & Coulter (2009) sebagai berikut:

(13)

yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau strategi agresif.

Kuadran II: meskipun sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar, namun sekolah masih memiliki kekuatan dari segi internal. Stratei yang perlu diterapkan yaitu strategi

diversifikasi yang mana kekuatan yang ada

digunakan untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar.

Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar yang sangat besar, tetapi dilain pihak sekolah menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Focus sekolah adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga bisa merebut peluang dari luar yang lebih baik dengan menerapkan strategi turn-around.

Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar dan mempunyai kelemahan-kelemahan internal, sehingga sekolah perlu bertahan menghadapi semuanya ini dengan menerapkan strategi

defensif.

2.5

Langkah-langkah Pengembangan Rencana

Strategis

(14)

1.Potensi dan masalah

Sekolah memiliki banyak potensi internal yang bisa dijadikan sebagai kekuatan, dan juga potensi eksternal yang bisa dijadikan peluang, selain potensi sekolah juga mempunyai masalah-masalah internal yang bisa dianggap sebagai kelemahan dari sekolah, juga masalah-masalah eksternal yang bisa menjadi ancaman untuk peningkatan mutu sekolah. Sehingga potensi dan masalah yang ada ini bisa dikemukan dalam penelitian berupa data-data empirik.

2.Mengumpulkan data

Setelah potensi dan masalah yang ada disekolah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa didapatkan melalui berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi juga

Focus Group Discussion (FGD).

3.Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu suatu rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Yang mana rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.

4.Validasi Desain

(15)

peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat dilakukan oleh pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

5.Perbaikan desain

Setelah rencana-rencana strategis tersebut divalidasi, akan akan diketahui kelemahan-kelemahannya selanjutnya dicoba untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang bertugas untuk memperbaiki rencana strategis ini adalah peneliti sendiri sebagai orang yang mau menghasilkan produk atau renstra tersebut. Pada akhirnya dapat dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan pada sekolah sebagai upaya peningkatan mutu sekolah.

Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat tahap untuk mengembangkan suatu rencana strategis yaitu:

1.Menyusun rancangan (perencanaan)

Pada tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu akan dilakukan. Selain itu peneliti perlu menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat suatu instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama penelitian berlangsung.

2.Pelaksanaan

(16)

selama itu tidak mengubah tujuan penelitian, serta menghidari kekakuan dalam penelitian.

3.Pengamatan

Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya kedua tahap ini dilaksanakan secara bersamaan, karena sambil melaksanakan penelitian, seorang peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi selama penelitian berlangsung.

4.Refleksi

Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti bersama-sama dengan orang-orang yang berkepentingan pada obyek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah terjadi selama penelitian. Mungkin masih ada penelitian yang belum berjalan dengan baik dan perlu penyempurnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai suatu tahap evaluasi.

Berdasarkan dua pendapat diatas, peneliti tertarik untuk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang peneliti hadapi sebagai dasar untuk melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti bisa merumuskan langkah-langkah pengembangan rencana strategi yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.Menyusun rancangan penelitian

(17)

diskusi lebih terarah. Selain itu guna menvalidasi atau melengkapi data yang diperoleh dari FGD peneliti juga menyiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi.

2.Potensi dan masalah

Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian maka paling kurang peneliti sudah melihat apa yang menjadi potensi dan masalah di sekolah ini walaupun belum sempurna atau belum lengkap.

3.Pengumpulan data

Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan dan pengamatan. Karena disini peneliti akan melakukan FGD untuk mengumpulkan data, hingga memperoleh suatu analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada sekolah, berdasarkan bobot dan skor yang diberikan berdasarkan FGD.

4.Validasi Data

Data yang sudah diperoleh akan divalidasi dengan menggunakan kriteria Kredibilitas (kepercayaan).

5.Desain produk

Gambar

Gambar 2.2: Penyempurnaan Kualitas  Berkesinambungan
Tabel ini

Referensi

Dokumen terkait

Pertauran Bupati Madiun No 78 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun No 8 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Perda Kabupaten Daerah Tingkat II

Furthermore, rather than engaging static mode at contact, an “ ε - criterion” as shown in figure 2 is introduced: once the magnitude of relative tangential velocity is less than ε ,

Setelah diberi penjelasan dan berdiskusi tentang mikrokontroler masa lalu, kini, dan akan datang mahasiswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang piranti mikrokontroler

Pada hari ini Jumat tanggal Delapan Belas bulan Maret tahun dua ribu enam belas (18-03- 2016), Pokja Pengadaan barang/Jasa Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN)

Setelah disetujui instruktur, tutuplah saklar S dan atur tegangan variac hingga diperoleh4. harga

Putar saklar tegangan tetap 220 volt F1 dan Rm tahanan shunt pada unit torsimeter hingga.. arus yang mengalir pada lilitan penguat

Klarifikasi dihadiri oleh Direktur/Kuasa Direktur dengan membawa seluruh dokumen asli penawaran dan dokumen asli sesuai formulir isian kualifikasi.. Membawa 1

Putar saklar tegangan tetap DC kemudian atur arus penguat magnet pada unit torsi meter ±..