• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberia n Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot utilissima) Dengan Konsentrat Terhadap Performans Kambing Peranakan Etawah (PE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Pemberia n Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot utilissima) Dengan Konsentrat Terhadap Performans Kambing Peranakan Etawah (PE)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Daun Singkong Sebagai pakan ternak kambing PE

Tanaman ubi kayu atau singkong ( Manihot Utilissima ) merupakan salah

satu tanaman pertanian utama yang mempunyai nilai sangat strategis dan potensial

untuk untuk dikembangkan. Keunggulan ubi kayu antara lain dapat tumbuh dan

berkembang pada berbagai jenis tanah bahkan pada tanah yang kurang

subur,tahan terhadap kekeringan dapat ditanam setiap saat dan penanaman dapat

dilakukan lebih dari satu kali sehingga panen dapat berlangsung sepanjang tahun

( Rusdiana dan Saptati, 2009).

Ditinjau dari segi nutrisi, kandungan zat gizi daun singkong lebih baik dari

pada rumput gajah, bahwa daun singkong mengandung protei, lemak, kalsium dan

energy yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada

umur +

Tabel 1. Komposisi nutrien daun singkong

40 hari. Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20%

- 36% dari bahan kering. Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan

tanah dan komposisi campuran daun dan tangkai ( Askar, 1996).

Komponen nutrien Daun singkong Daun Singkong*

Bahan Kering 21,6 23,57

Sumber : Silalahi dan Suryani ( 2014).

(2)

Kandungan senyawa anti nutrisi dalam ubi kayu

Daun singkong mengandung senyawa tannin hingga 3,9% dalam hay 4,3%

di dalam daun singkong kering,tannin dapat bersifat negative karena menurunkan

nilai kecernaan protein tetapi tannin dapat juga meningkatkan recycle N dalam

rumen dan meningkatkan sintesis protein mikroba ( Antari dan Umiy, 2009).

Kurang optimalnya pemanfaatan limbah ubi kayu disebabkan oleh adanya

zat anti nutrisi berupa kandungan senyawa sianida ( HCN ) yang terdapat dalam

daun dan kulit ubi kayu. Adanya faktor anti nutrisi ini menjadikan kendalan dalam

pemanfaatanlimbah ubi kayu sebagai pakan ternak, karena asam HCN dengan

konsentrasi tinggi sangat beracun dan mematikan ternak

( Rusdiana dan saptati, 2009). Kandungan HCN nya cukup tinggi hingga

mencapai 289 mg per kg BK daun ubi kayu, batas maksimal kandungan HCN

yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan.

- Ampas tahu

Beberapa bahan pakan penguat yang digunakan pada penelitian

Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari industri

pembuatan tahu yang masih mempunyai nilai gizi tinggi. Ampas tahu yang

diperoleh biasanya dalam bentuk basah dan tidak tahan lama terhadap

penyimpanan. Proses pembuatan ampas tahu antara lain mengakibatkan terjadinya

denaturasi protein kedelai. Hal ini diduga akan menurunkan degradabilitas protein

ampas tahu. Akibatnya selanjutnya adalah meningkatkan kandungan protein

ampas tahu yang tidak tercerna di dalam rumen tetapi tersedia sebagai sumber

(3)

Tabel 2. Komposisi nutrien ampas tahu

Komponen nutrien Ampas tahu Ampas tahu*

Bahan kering % 13,3 4,494

Abu (%BK) 12,47 11,41

PK (%BK) 12,24 18,27

SK (%BK) 31,76 21,29

LK (%BK) 1,68 6,45

BETN (%BK) 41,85 32,26

Sumber : ( Duldjaman, 2004).

* Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

Ampas tahu juga mengandung unsur- unsur mineral makro maupun mikro

yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, co kurang

dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Disamping memiliki nilai kandungan gizi yang

baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan

mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg,

dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas harus hati- hati ( Tarmidi, 2014).

- Bungkil Kelapa

Pada umumnya buah kelapa yang dihasilkan di Indonesia sebagian besar

diolah menjadi kopra, dan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan

minyak kelapa. Proses ekstraksi minyak kelapa dari kopra akan menghasilkan

residu yang disebut sebagai bungkil kelapa ( copra meal) yang masih

mengandung komponen serat seperti mannan, galactomannan, xilan, dan

arabinoxilan. Bungkil kelapa dapat menjadi sumber ingredient potensi pada

(4)

kelapa adalah kandungan proteinnya yang relatif tinggi yaitu berkisar 18%

( Wibowo et al., 2012).

Bungkil kelapa diperoleh dari sisa kopra setelah proses pengepresan.

Bungkil kelapa dibedakan menjadi bungkil kelapa yang diekstraksi dengan uap air

dan tekanan ( bungkil kelapa expeller) dan bungkil kelapa yang diekstraksi

dengan pelarut organik ( bungkil kelapa solvent). Bungkil kelapa mengandung

protein dan lemak yang relatif tinggi yaitu protein sekitar 20% dan lemak 15%

sehingga dapat digunakan sebagai sumber pakan dalam ransum ternak

( Hamid et al., 1999).

Tabel 3. Komposisi nutrien bungkil kelapa

Komponen nutrien Bungkil kelapa Bungkil Kelapa *

Bahan Kering (%) 87,56 84,41

Abu (%BK) 7,54 7,59

Protein Kasar (%BK) 22,17 21,20

Serat Kasar (%BK) 24,69 15,29

Lemak Kasar (%BK) 7,08 1,58

BETN (%BK) 38,52 38,75

Sumber : Theodore (2010).

* Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

`

- Dedak Padi

Dedak padi atau dedak halus yang merupakan hasil penumbukan padi

kampung-kampung. Dedak halus diperoleh setelah beras dipisahkan dari kulit

gabah dan dedak kasar. Dedak semacam ini masih banyak mengandung bahan

(5)

angka – angka analisisnya adalah 16,2% air, 9,5% protein, 43,8% bahan ekstrak

tanpa N, 16,4% serat kasar, 3,3% lemak dan 10,8% abu ( Zakariah, 2012).

Penambahan dedak padi pada pakan dasar rumput lapangan, dapat

memudahkan dan memepercepat fermentasi dalam rumen, dan cenderung

meningkatkan konsentratsi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen. Hal ini

disebabkan karena dedak padi merupakan sumber karbohidrat mudah larut.

Peningkatan konsentrasi VFA mencerminkan peningkatan protein dan karbohidrat

pakan yang mudah terlarut. VFA berperan sebagai sumber energi bagi ternak dan

sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba ( Trisnadewi, 2014).

Proporsi pemakaian dedak dalam ransum ternak bergantung pada tujuan

pemeliharaan ternak. Secara umum dapat dianjurkan pemberian dedak untuk

ruminansia adalah 30%-40% dari bahan kering yang dikonsumsi ( Tarigan, 2008).

Tabel 4. Komposisi nutrien dedak padi

Komponen nutrien Dedak padi Dedak padi*

Bahan Kering (%) 91,64 89,04

Abu (%BK) 8,7 9,22

Protein Kasar (%BK) 11,27 11,89

Serat Kasar (%BK) 10,53 8,47

Lemak Kasar (%BK) 5,1 5,39

BETN (%BK) 50,4 54,07

Sumber : ( Trisnadewi, 2014).

* Hasil Analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014).

Imbangan Hijauan Konsentrat

imbangan hijauan dan konsentrat besar pengaruhnya terhadap kadar lemak

(6)

dan propionat di dalam rumen. Hijauan yang diberikan lebih mengarah pada

fungsinya untuk meningkatkan kadar lemak susu (kualitas susu) karena pemberian

hijauan akan meningkatkan asetat dalam rumen, sedangkan konsentrat berfungsi

dalam meningkatkan kuantitas produksi susu karena pemberian konsentrat akan

meningkatkan propionat dalam rumen. Pemberian hijauan dan konsentrat harus

dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun kualitas susu

serta produksi susu yang baik yang baik (Prawirokusumo, 1993).

Menurut Tillman et al., (1991) Nutritional Balances ( Keseimbangan Gizi)

adalah suatu perluasan dari percobaan pada pencernaan yang diukur pula

kehilangan yang lain dalam penggunaan makanan dan menghubungkan pada

konsensi makanan, sehingga disebut balans atau keseimbangan.

Faktor pakan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan

dalam beternak, artinya pakan yang disediakan harus bernilai gizi tinggi dan

zat-zat pakannya seimbang satu sama lain serta memenuhi kebutuhan hidup ternak

( Budi et al., 2013). Perubahan perbandingan tersebut berpengaruh terhadap

komposisi volatile fatty acid (VFA) dalam rumen dan komposisi susu. Pakan yang

banyak mengandung konsentrat menyebabkan peningkatan propionate dalam

rumen, sebaliknya jika lebih banyak hijauan akan menghasilkan peningkatan

asetat dalam rumen ( Suranindyah, 2014).

Menurut Haryanto ( 2012), pemberian pakan sumber serat (roughage) dan

konsentrat pada berbagai imbangan dapat mempengaruhi produksi metana.

Pemberian pakan yang sesuai antara imbangan hijauan dn konsentrat yang akan

dipakai sehingga kebutuhan ternak terutama protein dapat tercukupi,selain itu

(7)

(Putri, 2013). Sering berubahnya pemberian hijauan – konsentrat akan

mempengaruhi laju fermentasi dan kecernaan pada pakan ( Raharjo et al., 2013).

Kambing Peranakan Etawah

Kambing PE merupakan bangsa kambing hasil persilangan antara kambing

kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Peranakan Ettawa memiliki sifat antara

kambing Ettawa dengan kambing Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah

hidung agak melengkung, telinga agak besar dan terkulai. Berat tubuh bangsa

kambing Peranakan Ettawa sekitar 32 - 37 kg dan produksi air susunya 1 - 1,5

liter per hari. Keunikan kambing PE adalah bila kambing jantan dewasa dicampur

dengan kambing betina dewasa dalam satu kandang akan selalu gaduh atau timbul

keributan (Murtidjo, 1993). Kambing PE merupakan jenis ternak dwiguna yaitu

penghasil daging dan susu (Setiawan dan Arsa, 2005).

Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang unggul, karena

mempunyai kemampuan memproduksi susu sebanyak 1,5 - 3 liter per hari. Selain

itu kambing PE sangat adaptif dengan topografi Indonesia, tidak memerlukan

lahan luas, dan pembudidayaannya relatif mudah sehingga dapat dijadikan bisnis

sampingan keluarga ( Fitriyanto et al., 2013).

Kebutuhan Nutrisi pada pakan Kambing Peranakan Etawah (PE).

Pakan Kambing Etawah

Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan. kambing

PE mengkonsumsi serat kasar sebanyak 327,0-490,5 g/ekor/hari. Menurut

Aka et al., (2008) kebutuhan BK, PK, dan TDN induk kambing Peranakan Etawa

(8)

g/kgBB/hari; dan 65,55 g/kgBB/hari. Ditambahkan oleh Marwah et al., (2010)

kebutuhan BK, PK, dan TDN kambing Peranakan Etawa yang sedang laktasi

adalah 1,867 kg/hari, 0,344 kg/hari, dan 1,105 kg/hari. Energi merupakan faktor

terbesar yang dapat membatasi produksi susu. Pemberian pakan sebanyak 25%

sampai 35% diatas pertumbuhan normal akan meningkatkan solid non fat dalam

susu.

Tabel 6 Kebutuhan Tambahan Untuk Produksi Susu Per Pound Dilihat Dari Persentase Lemak (%)

Konsumsi pakan harian dalam g/BK/hari ditentukan dengan cara

(9)

yang digunakan dianalisis kandungan zat makanannya dengan cara mengambil

sampel harian untuk analisis Proksimat ( Budi, 2005).

Metabolisme karbohidrat pada ruminansia

Rumen merupakan bagian terbesar dari perut ruminansia, termasuk

kambing. Rumen berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan yang dikonsumsi

ternak karena di dalamnya terdapat berbagai jenis populasi mikroba, antara lain,

bakteri, fungi, yeast, dan protozoa. Sumber energi utama bagi ternak ruminansia

merupakan produk akhir dari fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang dikenal

dengan volatile fatty acid (VFA) (Sofriani, 2012). VFA adalah hasil fermentasi

karbohidrat oleh mikroba rumen, karbohidat dalam pakan ruminansia merupakan

komponen yang terbesar yaitu 60-75 % yang berfungsi sebagai penyedia energi

dan fungsi lain adalah bersipat bulky sebagai pelancar proses pencernaan

(Rumetor, 2008).

Asam-asam asetat, propionat, butirat, CO2 dan gas metan adalah hasil

akhir dari pencernaan jasad renik dan metabolisme karbohidart makanan,

pemberian hijuan akan meningkatkan kadar asetat sedangkan pemberian

konsentrat akan meningkatkan propionat (Tillman et al., 1991). Untuk asam-asam

asetat, propionat dan butirat akan diserap melalui dinding rumen, sedangkan

monosakarida seperti glukosa akan diserap melalui dinding usus halus kemudian

masuk kedalam peredaran darah. Melalui sirkulasi tersebut senyawa-senyawa zat

makanan akan dibawa ke organ target seperti hati, otot, jaringan adiposa dan

kelenjar susu. Dalam proses tersebut asam propionat akan diubah menjadi glukosa

untuk cadangan glukosa hati dan untuk keperluan pembentukan glikogen otot,

(10)

akan dimetabolis menjadi keton untuk keperluan otot, jaringan adiposa dan

kelenjar susu, sedangkan asetat dibutuhkan untuk pembentukan lemak otot,

jaringan adiposa dan lemak susu (Rumetor, 2008).

Metabolisme protein pada ruminansia

Protein pakan di dalam rumen dipecah oleh mikroba menjadi peptida dan

asam amino, beberapa asam amino dipecah lebih lanjut menjadi amonia. Amonia

diproduksi bersama peptida dan asam amino yang akan digunakan oleh mikroba

rumen dalam pembentukan protein mikroba (Sofriani, 2012). Jumlah amonia

(N-NH3) yang dibutuhkan untuk mensintetis protein mikroba rumen mencapai

82% (Rumetor, 2008). Sumbangan protein mikroba rumen terhadap kebutuhan

asam-asam amino ternak ruminansia mencapai 40-80% (Sofriani, 2012).

Amonia akan dikombinasikan dengan asam organik alfa-keto untuk

membentuk asam amino baru yang di pakai untuk mensintesis protein jasad renik

atau amonia di absorbsi ke sirkulasi portal dan dibawa ke hati dan di hati akan di

bentuk urea yang selanjutnya masuk kedalam perdaran darah

(Tillman et al., 1991). Urea dari bermacam-macam sumber akan dirubah menjadi

CO2 dan NH3 oleh enzim urease jasad renik . NH3 yang terbentuk akan dirubah

menjadi protein mikroba dengan syarat konsentrasi NH3 awal harus dibawah

minimum dan adanya energi yang mudah tersedia bagi mikroba rumen

(Rumetor, 2008).

Metabolisme lemak pada ruminansia

Proses pencernaan dan metabolisme lemak diawali dengan perombakan

(11)

rumen senyawa tersebut akan mengalami lipolisis dan hidrogenasi, sehingga

menyebabkan pelepasan asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA). Selanjutnya

FFA akan dimanfaatkan oleh bakteri fosfolipid untuk membentuk asam lemak

jenuh atau langsung mengalami hidrogenasi menjadi asam lemak jenuh. Proses

hidrogenasi terjadi perubahan asam oleat, linoleat, linolenat menjadi asam stearat

dan sejumlah kecil asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap trans. Asam

lemak tidak jenuh ini resisten terhadap mikroba yang berperan dalam proses

hidrogenasi tetapi dapat mensuplai betakaroten untuk ternak (Rumetor, 2008).

Proses lipolisis yang terjadi sangat cepat baik dalam in vitro maupun in vivo.

Adapun faktor-faktor yang menghambat terjadinya lipolisis antara lain antibiotik

dan pH rendah (Sofriani, 2012). Untuk selanjutnya hasli lipolisis dan hidrogenasi

asam lemak rantai pendek akan diserap di dinding rumen dan berantai panjang di

katabolis di usus halus (Rumetor, 2008).

Biosintesis dan sekresi susu

Proses sintesis dan sekresi susu sangat tergantung dari suplai prekursor ke

sel susu, untuk dikonversi menjadi air susu dan dikeluarkan dari kelenjar. Susu

dibentuk dari material yang datang secara langsung dari darah, yang kemudian

menghasilkan susu dengan perubahan konsentrasi. Perubahan ini membuktikan

bahwa ada suatu proses yang unik dalam kelenjar susu, sehingga ada prekursor

yang sebelumnya tidak terdapat dalam darah, dapat ditemukan dalam susu dan

sebaliknya (Rumetor, 2008).

Pembentukan susu dan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme keseluruhan

dari sel sekresi, didapat dari makanan yang dikonsumsi dan diekstrak ke dalam

(12)

adalah glukosa, asam amino, asam lemak dan mineral. Pada ruminansia, asetat

dan beta-hidroxybutirat (BHBA), juga merupakan komponen substrat utama.

Darah berfungsi sebagai alat transportasi, homeostasis dan pertahanan. Dengan

demikian, untuk menjalankan fungsi optimal, darah harus dalam keadaan sehat,

yang terlihat dari sifat fisiko-kimia darah. Darah yang sehat dihasilkan oleh sel

darah ternak yang sehat dan dialirkan melalui pembuluh darah, ke seluruh sel,

kelenjar dan organ tubuh, untuk metabolisme dan produksi susu (Rumetor, 2008).

Selama proses biosintesis susu, keterlibatan faktor hormon sangat penting.

Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan pada saat inisiasi laktasi atau

sintesis air susu. Setelah induk partus, sekresi estrogen dan progesteron oleh

plasenta hilang dengan tiba-tiba, sehingga akan terjadi pelepasan prolaktin oleh

pituitary anterior untuk mangambil peran dalam memproduksi susu. Setelah

proses biosintesis susu berlangsung, susu akan tersimpan dalam kelenjar susu.

Pada kondisi ini, terlihat tanda-tanda pada bagian luar kelenjar susu di antaranya

kelenjar susu (ambing dan puting) membesar, sehingga susu harus dikeluarkan

baik melalui proses menyusui atau pemerahan. Selama pemerahan dan menyusui

reseptor saraf pada kulit dan puting, sensitif terhadap rangsangan. Melalui kedua

proses ini, akan terjadi rangsangan yang akan mengaktivasi neurohormonal secara

refleks, bersamaan dengan pelepasan hormon oxytocin oleh pituitari posterior,

yang merangsang sel mioepitel alveola mamae untuk kontraksi, sehingga terjadi

(13)

Gambar 1. Biosintesis dan sekresi susu Sumber: Rumetor (2008)

Produksi Susu

Susu kambing merupakan salah satu sumber protein hewani yang

diperlukan tubuh untuk pertumbuhan sel dan pembentukan sel. Produksi susu

dipengaruhi oleh mutu genetic,umur induk, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana

ternak dan aktifitas pemerahan. Produksi akan meningkat sejak induk beranak

kemudian akan turun hingga akhir masa laktasi. Puncak produksi susu kambing

PE akan dicapai pada hari ke-40 setelah beranak. Semakin banyak laktasi semakin

banyak jumlah produksi susu selama masa laktasi tersebut ( Yatimin et al., 2013).

Potensi produksi susu kambing yaitu sebanyak 0,45-2,1 liter/hari/laktasi

( Budiarsana dan I Ketut, 2014). Selain itu, susu kambing mengandung laktosa

(14)

sekitar 4,7%, sehingga susu kambing dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang

menderita lactose intolerance ( Iqrimah, 2013). Seekor ternak berkategori

penghasil susu yang baik, dilihat dari tingginya susu dihasilkan

( Taofik dan Depison, 2008).

Kambing PE merupakan jenis kambing perah yang unggul, karena

mempunyai kemampuan memperoduksi susu sebanyak 1,5-3 liter per hari.

Produksi susu kambing umumnya akan meningkat pada minggu ke-2, selanjutnya

mencapai puncak produksi pada minggu ke-3 dan berangsur-angsur menurun

sampai akhir laktasi. Kambing mengalami masa kering atau periode kering setelah

minggu ke-12 atau bulan ke-3 ( Fitriyanto et al., 2013). Pemberian makanan yang

tidak sempurna waktu sekresi susu menurun,mempunyai pengaruh langsung

terhadap turunnya produksi ( Anggorodi, 1979).

Pakan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada

penampilan produksi susu ( Budiarsana dan I Ketut, 2001). Pertambahan bobot

badan dan produksi susu yang maksimal akan dapat dicapai apabila pakan yang

diberikan terdiri dari hijauan berupa campuran rumput-rumputan dan daun

leguminosa dengan tambahan konsentrat ( Rostini, 2011). Upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan produksi susu antara lain melalui suplementasi

pakan ( Marwah et al., 2010).

Konsumsi Pakan

Konsumsi bahan kering (BK) kambing merupakan satu faktor yang sangat

Penting dimana konsumsi merupakan suatu kemampuan untuk dapat

menghabiskan sejumlah ransum yang diberikan. Menurut Blakely dan Bade

(15)

5-7% dari berat hidupnya, jika dibandingkan dengan sapi hanya 2-3% dari berat

hidupnya. Konsumsi pakan pada ternak ditentukan berdasarkan bahan kering.

Dimana kandungan air pada berbagai macam bahan pakan sangat bervariasi.

Konsumsi pakan yang diberikan pada saat ternak laktasi lebih banyak digunakan

untuk produksi susu.

Parakkasi (1999) menyatakan, konsumsi ternak dipengaruhi oleh hewan

itu sendiri (bobot badan, jenis kelamin, umur, faktor genetik dan bangsa sapi),

makanan yang diberikan dan faktor lingkungan (temperatur, kelembaban dan sinar

matahari).

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada

waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau

produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah

indicator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan,

semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1979).

Menurut Tillman et al., (1998) konversi pakan merupakan perbandingan antara

Gambar

Tabel 1. Komposisi nutrien daun singkong
Tabel 2. Komposisi nutrien ampas tahu
Tabel 3. Komposisi nutrien bungkil kelapa
Tabel 4. Komposisi nutrien dedak padi
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka diterapkanlah metoda penilaian melalui media internet, sehingga guru ataupun administrasi tidak perlu secara fisik hadir di

PROGRAM SEMESTER KELOMPOK B. TAHUN

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

Banyak ilmuwan melihat bahwa penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah manusia (anthropogenic impact), misalnya melalui kegiatan tangkap lebih

Kontrak No : 060 / P4M I DPPM 1 L3311 193 I BBI / 1993 Tanggal 26 Mei 1993 Bersumber dari dana pinjaman Bank Dunia1. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian

Konsumen memperoleh kepuasan (daya guna total) maksimum pada titik keseimbangan yaitu titik singgung antara garis kendala anggaran dengan kurva indiferensi tertinggi yang

Faktor orang yang dianggap penting yaitu orang tua, perlu pengawasan terhadap remaja jika kurangnya pengawasan dapat meningkatkan sikap seksual pranikah yang tidak