• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik

dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada

satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen

(faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan

untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman

mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan,

kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan

kerja).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari

yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang

memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses

pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem

trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan

sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan

sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria

diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan

(3)

37

(pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan

faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca).

Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu

Lintas Polisi Republik Indonesia.

3.4.2 Data Sekunder

Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha

SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan

penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan

sampel.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan

menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan

variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi

kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian

memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden

mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah

selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali.

3.5 Definisi Operasional

1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya

sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun

(4)

2. Kemampuan mengemudi adalah keadaan responden dalam penguasaan

mengemudikan kendaraan truk meliputi tata cara berlalu lintas yang dapat

memengaruhi potensi kecelakaan kerja.

3. Kondisi fisik tubuh adalah keadaan dari responden saat mengemudikan

kendaraan truk meliputi kesehatan fisik, lelah, mengantuk dan mabuk yang

dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.

4. Kondisi kendaraan adalah keadaan meliputi rem, ban, lampu kendaraan,

mesin dan kapasitas beban yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan

kerja.

5. Kondisi jalan adalah keadaan yang meliputi jalan berlubang, jalan rusak,

jalan sepi, jalan gelap, turunan-tanjakan, jalan licin, dan tikungan yang

dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.

6. Kondisi cuaca adalah keadaan yang meliputi hujan dan kabut yang dapat

memengaruhi potensi kecelakaan kerja.

7. Potensi kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang memungkinkan

terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pengemudi secara tidak

(5)

39

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel Alat

Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari

total skor

Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari

total skor

2.Tidak baik jika <50%

dari total skor

Ordinal

4. Kondisi Kendaraan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor

2.Tidak baik jika <50%

dari total skor

Ordinal

5. Kondisi Jalan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor

2. Tidak baik jika <50%

(6)

dari total skor

6. Kondisi Cuaca Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor

2.Tidak baik jika <50%

dari total skor

Ordinal

Variabel Dependen 7. Potensi Kecelakaan Kerja

Kuesioner 1.Pernah Kecelakaan

Kerja

2.Tidak Pernah

Kecelakaan Kerja

Nominal

3.6 Aspek Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan cara kuesioner. Aspek pengukuran dalam

penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian yaitu :

1. Pengalaman mengemudi

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Pengalaman mengemudi

diukur berdasarkan 10 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10) diberi nilai:

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

(7)

41

1. Ya : 0

2. Tidak : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu pengalaman mengemudi dalam hal

ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan.

2. Kemampuan Mengemudi

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kemampuan mengemudi

diukur berdasarkan 20 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,

19, 20) diberi nilai:

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 4, 6, 7, 13, 16, 17,18) diberi

nilai:

1. Ya : 0

(8)

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kemampuan mengemudi dalam hal

ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan.

3. Kondisi Fisik Tubuh

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi fisik tubuh diukur

berdasarkan 14 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14)

diberi nilai :

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 8, 9) diberi nilai :

1. Ya : 0

2. Tidak : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini

(9)

43

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan.

4. Kondisi kendaraan

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten . Kondisi kendaraan diukur

berdasarkan 13 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12) diberi

nilai:

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 3,7,8,13) diberi nilai :

1. Ya : 0

2. Tidak : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 13 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini

dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

(10)

5. Kondisi jalan

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi jalan diukur

berdasarkan 11 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11) diberi nilai

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 4, 5, 6, 8) diberi nilai

1. Ya : 0

2. Tidak : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 11 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi jalan dalam hal ini dibagi

dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan.

6. Kondisi cuaca

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan

jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi cuaca diukur

(11)

45

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 6, 7) diberi nilai :

1. Ya : 1

2. Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 1, 3) diberi nilai :

1. Ya : 0

2. Tidak : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi cuaca dalam hal ini dibagi

dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh

pertanyaan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara komputer dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengeditan (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul.

(12)

Proses coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah

perhitungan.

c. Pemasukan Data (Entering)

Entering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan kedalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memindahkan data kedalam komputer.

Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.

e. Pentabulasian (Tabulating)

Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan

pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan kedalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa Data 1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara

tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi

frekuensi. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian

kuesioner yang rencananya dilakukan terhadap 39 responden. Data univariat ini

terdiri atas variabel independen meliputi pengalaman mengemudi, kemampuan

mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi

(13)

47

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen yaitu pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi

fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel

dependen yaitu potensi kecelakaan kerja.

Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Derajat kepercayaan yang

digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya

terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti.

Bila ρ-value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan

bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada hasil uji statistik

terdapat lebih dari 0 cells maka ρ value yang digunakan adalah Exact Fisher Test.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda

(multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana

yang paling signifikan berhubungan dengan variabel dependen (potensi

kecelakaan kerja) dengan metode Backward Stepwise (Notoadmodjo, 2010).

Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut

(Yasril dan Kasjono, 2009) :

1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model yaitu

variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value ≤0,25 pada analisis

bivariat.

2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward stepwise dimana

(14)

3. Pada hasil regresi logistik berganda yang diperoleh variabel p-value <0,05 dan

p-value <0,25 berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model

persamaan logistik berganda p-value <0,05 untuk mengidentifikasi variabel

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Berkat Transport didirikan pada tahun 1993 di Belawan, Sumatera Utara

sebagai perusahaan jasa untuk mendukung perusahaan jasa Group RGMI,

menangani CPO, inti sawit dan pengangkutan umum. Kantor operasional berada

di Kampung Salam di Jalan Belawan, kantor operasional termasuk gudang dan

bengkel untuk perawatan truk. Luas wilayah Berkat Transport adalah 25.000m2.

Berkat Transport adalah sebuah perusahaan jasa untuk Group RGMI dan

perusahaan diluar Group RGMI dengan pelayanan truk, pergudangan, penyaluran

dan bongkar-muat, saat ini Berkat Transport berada dibawah manajemen dan

pengawasan dari PT Pec-Tech Services Indonesia.

Strategi perusahaan adalah memperkuat perusahaan dengan penanganan

kargo yang tepat, pengiriman tepat waktu, perekrutan dan pelatihan terbaik untuk

supir dan memberikan keunggulan kompetitif.

Berkat Transport mengoperasikan 60 unit truk yang terdiri dari truk kargo

dan semi trailer untuk memastikan semua kargo disampaikan ke gudang atau ke

perkebunan. Beberapa truk telah disediakan dengan sistem nagivasi GPS untuk

real-time posisi truk dan mengikuti jalan. Supir yang mengoperasikan truk sudah

mengikuti pelatihan mengemudi dengan keterampilan teknis dan juga mengemudi

dengan defensif sebelum menjadi supir. Hal ini sesuai dengan peraturan OSHE

(16)

Berkat Transport juga mengoperasikan sebuah gudang di Pelabuhan

Belawan dengan luas wilayah 10.000m2 terdiri dari zona 5.000m2 yang disimpan

dalam gudang dan zona 5.000m2 yang tidak disimpan dalam gudang. Sebagian

besar penanganan kargo adalah produk hutan mulai dari bale pulp, karet di palet,

gula dan juga pupuk dalam jumlah besar. Penanganan termasuk

menerima/mengirim di pergudangan, penyimpanan dan pengisian termasuk

pengiriman ke pelabuhan atau ke gudang. Crane dan forklift tersedia untuk

mendukung operasional dan juga kru manual jika diperlukan.

Sebagai bagian dari pelayanan, Berkat Transport juga memberikan

pelayanan untuk pemuatan/pembongkaran kargo di Pelabuhan Belawan untuk

memastikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan. Pupuk dalam

jumlah besar adalah penanganan kargo utama yang tidak memiliki klaim atas

kekurangan/kerusakan yang menjadi wewenang perusahaan.

Berkat Transport memiliki 61 karyawan officer, 14 karyawan harian dan

96 driver yang terbagi di 2 (dua) tempat yakni :

1. PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan = 48 driver

a. Sistem Trucking (Belawan Porsea  Belawan) = 39 orang

b. Sistem Langsir (Belawan  Belawan) = 9 orang

2. PT BerkatNugraha SinarLestari, Porsea = 46 driver

Berkat Transport juga ikut mendukung dari beberapa perusahaan berikut :

1. PT Toba Pulp Lestari

2. PT Pec-Tech Services Indonesia

(17)

51

4. PT Makro Chemindo

5. PT Asia Kimindo Prima

6. Badan Urusan Logistik

7. Group Asian Agri Abadi

8. Riau Andalan Pulp & Paper

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang

meliputi : Umur, Pendidikan Terakhir, Pengalaman Bekerja, Masa Kerja,

Pengalaman Mengemudi, Kemampuan Mengemudi, Kondisi Fisik Tubuh,

Kondisi Kendaraan, Kondisi Jalan, Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja.

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Pengukuran usia pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan bekerja

sebagai pengemudi sehingga dikategorikan menjadi umur ≤30 tahun, 31-50 tahun

dan >50 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015

Umur (tahun) N %

≤30 tahun 7 17,9

31-50 tahun 27 69,2

>50 tahun 5 12,8

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.1dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

(18)

sebanyak 27 orang (69,2%) dan kelompok umur >50 tahun yaitu sebanyak 5

orang (12,8%).

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengukuran pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa

yang paling banyak bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan

menjadi SD, SMP, dan SMA/SMK. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Pendidikan Terakhir N %

SD 8 20,5

SMP 6 15,4

SMA/SMK 25 64,1

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi

truk) yaitu 39 orang, sebagian besar memiliki ijazah pendidikan terakhir

SMA/SMK yaitu sebanyak 25 orang (64,1%) dan memiliki ijazah pendidikan

terakhir SMP yaitu sebanyak 6 orang (15,4%).

4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja Pengukuran pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pengalaman

bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi ≤5 tahun, 6-10

(19)

53

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pengalaman Bekerja

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi

truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja >10 tahun

yaitu sebanyak 17 orang (43,6%) dan pengalaman bekerja ≤5 tahun dan 6-10

tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%).

4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Pengukuran masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pekerja bekerja sebagai

pengemudi truk di PT BerkatNugraha Sinar Lestari sehingga dikategorikan

menjadi ≤5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Masa Kerja (tahun) N %

≤5 tahun 11 28,2

6-10 tahun 11 28,2

>10 tahun 17 43,6

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi

truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memilki masa kerja >10 tahun yaitu 17

orang (43,6%) dan masa kerja ≤5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang

(20)

4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja

Pengukuran potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebagai pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari sehingga dikategorikan menjadi pernah dan tidak

pernah. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Potensi Kecelakaan Kerja N %

Pernah 14 35,9

Tidak Pernah 25 64,1

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebanyak 14 orang (35,9%) pernah mengalami kecelakaan

kerja dan selebihnya sebanyak 25 orang (64,1%) tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja.

4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi

Pengukuran pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran pengalaman

mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan

tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Pengalaman Mengemudi Ya Tidak

N % N %

1 Pengalaman mengemudi membantu responden menghindari kecelakaan kerja

(21)

55

responden bertindak sesuka hati di jalanan 3 Responden tidak takut terjadi kecelakaan

karena pengalaman mengemudi sudah banyak

18 46,2 21 53,8

4 Lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan

14 35,9 25 64,1

5 Responden akan berhati-hati saat mengemudi karena tahu resiko yang akan timbul ketika tidak tertib di jalan raya

36 92,3 3 7,7

6 Responden akan berhati-hati saat mengemudi untuk menghindari situasi bahaya sedini mungkin

35 89,7 4 10,3

7 Responden dan kenek wajib menggunakan sabuk pengaman

37 94,9 2 5,1

8 Responden wajib mematuhi ketertiban dan keselamatan di jalan raya

39 100 0 0

9 Responden memilih sabar dalam mengemudikan truk untuk menjaga keselamatan di jalan raya

35 89,7 4 10,3

10 Lama bekerja sebagai pengemudi membuat responden tahu bagaimana mengatasi situasi maupun kondisi yang ada di jalan raya

30 76,9 9 23,1

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

pengalaman mengemudi yang baik mengenai : wajib mematuhi ketertiban dan

keselamatan di jalan raya sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan

responden dan kenek wajib mengenakan sabuk pengaman sebanyak 37 orang

(94,9%).

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

pengalaman mengemudi yang tidak baik mengenai : tidak takut terjadi kecelakaan

karena pengalaman mengemudi sudah banyak sebanyak 18 orang (46,2%)

menjawab dengan salah dan lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden

percaya diri tidak akan terkena kecelakaan sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab

(22)

Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Pengalaman Mengemudi N %

Baik (≥50%) 35 89,7

Tidak Baik (<50%) 4 10,3

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar responden memiliki pengalaman mengemudi

yang baik yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dan selebihnya memiliki pengalaman

mengemudi yang tidak baik sebanyak 4 orang (10,3%).

4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi

Pengukuran kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan

mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan

tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9.

Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015

No Kemampuan Mengemudi Ya Tidak

N % N %

1 Responden melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain

39 100 0 0

2 Responden memberikan tanda (signal) saat akan melewati mobil didepannya

39 100 0 0

3 Responden memberikan ruang gerak yang cukup disebelah kanan kendaraan untuk kendaraan lain dari arah berlawanan pada jalan dua arah

34 87,2 5 12,8

4 Responden menyalip kendaraan lain menggunakan bahu jalan (sisi kiri jalan)

4 10,3 35 89,7

5 Responden tidak memberikan kesempatan pada kendaraan yang memberikan tanda/signal untuk mengambil jalur kiri

25 64,1 14 35,9

(23)

57

jarak yang dekat

7 Responden melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan

0 0 39 100

8 Responden memperlambat laju kendaraan ketika akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan dan menaikkan penumpang

36 92,3 3 7,7

9 Responden mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat

39 100 0 0

10 Konsentrasi terganggu apabila berbincang-bincang cukup lama dengan kenek ketika mengemudi

19 48,7 20 51,3

11 Konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi

13 66,7 26 33,3

12 Konsentrasi terganggu apabila menggunakan satu tangan sedang tangan lainnya memegang makanan/minuman saat mengemudi

26 66,7 13 33,3

13 Responden melaju menerobos lampu merah yang sedang menyala

3 7,7 36 92,3

14 Konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik saat mengemudi

13 33,3 26 66,7

15 Konsentrasi terganggu apabila merokok saat mengemudi

21 53,8 18 46,2

16 Konsentrasi tidak akan terganggu apabila minum bir atau alkohol meskipun dalam jumlah yang sedikit

5 12,8 34 87,2

17 Responden tidak perlu menggunakan sabuk pengaman karna jarak tempuh yang tidak jauh

4 10,3 35 89,7

18 Walaupun jarak tempuh jauh, responden tidak menggunakan sabuk pengaman karena akan mengganggu konsentrasi

9 23,1 30 76,9

19 Memarkirkan kendaraan truk di jalan secara sejajar atau serong menurut arah lalu lintas

36 7,7 3 92,3

20 Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel ketika berada pada perlintasan antara jalur kereta api dan jalan

34 87,2 5 12,8

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kemampuan mengemudi yang baik mengenai : melihat kaca spion sebelum

melewati kendaraan lain sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar,

(24)

orang (100%) menjawab dengan benar, mengurangi laju kendaraan truk ketika

memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat sebanyak 39

orang (100%) menjawab dengan benar, melewati mobil didepannya ketika mobil

dari arah berlawanan sudah berada dalam jarak yang dekat sebanyak 39 orang

(100%) menjawab dengan benar dan melewati kendaraan didepannya ketika

berada dekat dipersimpangan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kemampuan mengemudi yang tidak baik mengenai : konsentrasi terganggu

apabila menerima telephone saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%)

menjawab dengan salah dan konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik

saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah.

Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Kemampuan Mengemudi N %

Baik (≥50%) 33 84,6

Tidak Baik (<50%) 6 15,4

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki kemampuan mengemudi yang baik

yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan memiliki kemampuan mengemudi yang

tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%).

4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh Pengukuran kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT

(25)

59

tubuh yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan

tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11.

Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Fisik Tubuh Ya Tidak

N % N %

1 Ketika kondisi tubuh tidak sehat maka akan mempengaruhi responden saat mengemudi

28 71,8 11 28,2

2 Ketika mengantuk, responden tetap mengemudikan truk

12 69,2 27 30,8

3 Konsentrasi terganggu ketika mengantuk, sehingga responden tetap melanjutkan perjalanan

14 35,9 25 64,1

4 Responden berhenti sebentar/beristirahat untuk menghilangkan rasa kantuk

28 71,8 11 28,2

5 Walaupun responden merasa lelah, tidak perlu beristirahat/berhenti sebentar dan tetap melanjutkan perjalanan

12 30,8 27 69,2

6 Responden berhenti sebentar/beristirahat ketika sudah merasa lelah

29 74,4 10 25,6

7 Responden dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras

36 92,3 3 7,7

8 Walaupun sedang dibawah pengaruh minuman keras, responden tetap mengemudikan truk

2 5,1 37 94,9

9 Responden pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja

0 0 39 100

10 Jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan

39 100 0 0

11 Responden berhenti/beristirahat untuk memulihkan fisik ketika bahu terasa kaku saat mengemudi

22 43,6 17 56,4

12 Responden berhenti/beristirahat ketika kepala terasa berat saat mengemudi

28 71,8 11 28,2

13 Responden tidak mengemudikan truk ketika sedang tertimpa masalah

(keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi

(26)

14 Setelah mengemudi selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam

22 65,4 17 43,6

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi fisik tubuh yang baik mengenai : jika responden sedang dibawah

pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan

mengakibatkan terjadinya kecelakaan sebanyak 39 orang (100%) menjawab

dengan benar, pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman

beralkohol saat bekerja sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan

dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras

sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi fisik tubuh yang tidak baik mengenai : tidak mengemudikan truk ketika

sedang tertimpa masalah (keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu

konsentrasi sebanyak 27 orang (69,2%) menjawab dengan salah.

Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Kondisi Fisik Tubuh N %

Baik (≥50%) 29 74,4

Tidak Baik (<50%) 10 25,6

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik

yaitu sebanyak yaitu 29 orang (74,4%) dan selebihnya menyatakan kondisi fisik

(27)

61

4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan Pengukuran kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi kendaraan yang

dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik.

Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13.

Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Kendaraan Ya Tidak

N % N %

1 Sebelum digunakan kendaraan sebaiknya dipanaskan 20 menit terlebih dahulu

37 94,9 2 5,1

2 Pengukuran tekanan ban sebaiknya dilakukan ketika ban dalam keadaan dingin

35 89,7 4 10,3 diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan

23 59,0 16 41,0

6 Responden selalu memeriksa keadaan mesin truk sebelum menggunakannnya

26 66,7 13 33,3

7 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai

0 0 39 100

8 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan, responden tetap melanjutkan perjalanan

7 17,9 32 82,1

9 Responden akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari

39 100 0 0

10 Responden akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes

25 64,1 14 35,9

11 Pada saat berkendara di jalanan, responden membawa segitiga pengaman, dongkrak dan pembuka roda

30 76,9 9 23,1

12 Responden akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik

39 100 0 0

13 Responden tetap menggunakan truk ketika merasa keadaan truk sedang kurang baik

(28)

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi kendaraan yang baik mengenai : akan menyalakan lampu kendaraan pada

saat malam hari sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, akan

memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik sebanyak 39 orang

(100%) menjawab dengan benar dan walaupun truk melebihi batas barang bawaan

yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena

mengejar waktu sampai sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi kendaraan yang tidak baik mengenai : kondisi lampu sen dan lampu rem

akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan sebanyak 16 orang (41%)

menjawab dengan salah dan akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau

parkir karena ban kempes sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah. .

Tabel 4.13 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Kondisi Kendaraan N %

Baik (≥50%) 34 87,2

Tidak Baik (<50%) 5 12,8

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi kendaraan yang baik

sebanyak yaitu 34 orang (87,2%) dan selebihnya menyatakan kondisi kendaraan

yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%).

4.2.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan

Pengukuran kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

(29)

63

oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 dan tabel 4.15.

Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Jalan Ya Tidak

N % N %

1 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi

26 66,7 13 33,3

2 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi

10 89,7 29 10,3

3 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi

22 56,4 17 43,6

4 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi

16 41,0 23 59,0

5 Saat jalanan sepi atau lengang, responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas

17 43,6 22 56,4

6 Saat kondisi jalanan gelap, responden tetap menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah

0 0 39 100

7 Saat kondisi jalanan gelap dan sepi, responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan

20 51,3 19 48,7

8 Saat kondisi jalanan gelap, responden mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi

17 43,6 22 56,4

9 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalanan licin walaupun jalanan sepi

29 74,4 10 25,6

10 Pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak

39 100 0 0

11 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung

39 100 0 0

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

(30)

menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah

sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benars, akan mengurangi kecepatan

kendaraan saat melewati jalan menikung sebanyak 39 orang (100%) menjawab

dengan benar dan pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan

bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya

turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak sebanyak 39 orang

(100%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi jalan yang tidak baik mengenai : saat kondisi jalanan gelap dan sepi,

responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan sebanyak

19 orang (48,7%) menjawab dengan salah, saat jalanan sepi atau lengang,

responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas sebanyak 17

orang (43,6%) menjawab dengan salah dan saat kondisi jalanan gelap, responden

mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 17 orang (43,6%)

menjawab dengan salah.

Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Kondisi Jalan N %

Baik (≥50%) 33 84,6

Tidak Baik (<50%) 6 15,4

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi jalan baik yaitu sebanyak

33 orang (84,6%) dan yang menyatakan kondisi jalan yang tidak baik sebanyak 6

(31)

65

4.2.1.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca

Pengukuran kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha

SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi cuaca yang dialami

oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16 dan tabel 4.17.

Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Cuaca Ya Tidak

N % N %

1 Jika mendesak, responden tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan anda walaupun kondisi cuaca berkabut

7 17,9 32 82,1

2 Responden akan berhati-hati jika mengemudi pada saat hujan walaupun jalanan sepi

35 89,7 4 10,3

3 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi

38 97,4 1 2,6

4 Jika mendesak, responden akan menambah kecepatan kendaraan walaupun kondisi saat itu hujan

4 10,3 35 89,7

5 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi

36 92,3 3 7,7

6 Pada kondisi hujan, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi

35 89,7 4 10,3

7 Pada kondisi permukaan jalan basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan

32 82,1 7 17,9

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi cuaca yang baik mengenai : pada kondisi jalan yang kabut, responden

akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 38 orang

(32)

akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 36 orang

(92,3%) menjawab dengan benar.

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori

kondisi cuaca yang tidak baik mengenai : jika mendesak, responden tidak akan

mengurangi kecepatan kendaraan walaupun kondisi cuaca berkabut sebanyak 7

orang (17,9%) menjawab dengan salah dan pada kondisi permukaan jalan

basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan

sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah.

Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Kondisi Cuaca N %

Baik (≥50%) 34 87,2

Tidak Baik (<50%) 5 12,8

Total 39 100

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)

sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi cuaca yang baik yaitu

sebanyak 34 orang (87,2%) dan yang menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik

sebanyak 5 orang (12,8%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara pengalaman mengemudi, kemampuan

mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi

(33)

67

4.2.2. Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan

kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman pengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 35 responden menyatakan

pengalaman mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59,0%) dan dari 4 responden

menyatakan pengalaman mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (5,1%).

Hasil uji exact fisher antara pengalaman mengemudi dengan potensi

kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,609 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara pengalaman mengemudi dengan potensi

kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun

2015.

4.2.2.2 Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja

Hubungan antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan

(34)

Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kemampuan Mengemudi

Potensi Kecelakaan Kerja

Sig (ρ) Pernah Tidak

Pernah Total

N % N % N %

1 Baik (≥50%) 11 28,2 22 56,4 33 84,6

0,647 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 3 7,7 6 15,4

Total 14 35,9 25 64,1 39 100

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan

kemampuan mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (56,4%) dan dari 6 responden

menyatakan kemampuan mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%).

Hasil uji exact fisher antara kemampuan mengemudi dengan potensi

kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,647 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi

kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun

2015.

4.2.2.3 Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dan Potensi Kecelakaan Kerja

Hubungan antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja

(35)

69

Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 29 responden menyatakan

kondisi fisik tubuh yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 10 responden menyatakan

kondisi fisik tubuh yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan

kerja sebanyak 8 orang (20,5%).

Hasil uji exact fisher antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan

kerja menunjukkan nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

4.2.2.4 Hubungan Kondisi Kendaraan dan Potensi Kecelakaan Kerja

Hubungan antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(36)

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan

kondisi kendaraan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 5 responden menyatakan

kondisi kendaraan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan

kerja sebanyak 4 orang (10,3%).

Hasil uji exact fisher antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan

kerja menunjukkan nilai ρ = 0,047 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada

pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

4.2.2.5 Hubungan Kondisi Jalan dan Potensi Kecelakaan Kerja

Hubungan antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Jalan

Potensi Kecelakaan Kerja

Sig (ρ) Pernah Tidak

Pernah Total

N % N % N %

1 Baik (≥50%) 9 23,1 24 61,5 33 84,6

0,016 2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 1 2,6 6 15,4

Total 14 35,9 25 64,1 39 100

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan

kondisi jalan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 6 responden menyatakan

kondisi jalan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja

(37)

71

Hasil uji exact fisher antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja

menunjukkan nilai ρ = 0,016 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna

antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT

BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

4.2.2.6 Hubungan Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja

Hubungan antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015

No Kondisi Cuaca

Potensi Kecelakaan Kerja

Sig (ρ) Pernah Tidak

Pernah Total

N % N % N %

1 Baik (≥50%) 11 28,2 23 59,0 34 87,2

0,329 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 2 5,1 5 12,8

Total 14 35,9 25 64,1 39 100

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan

kondisi cuaca yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 5 responden menyatakan

kondisi cuaca yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja

sebanyak 3 orang (7,7%).

Hasil uji exact fisher antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja

menunjukkan nilai ρ = 0,329 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang

bermakna antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi

(38)

Tabel 4.24 Hasil analisis bivariat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji exact fisher

No Variabel Sig

( ρ<0,05) Ket.

1 Pengalaman Mengemudi 0,609 TB

2 Kemampuan Mengemudi 0,647 TB

3 Kondisi Fisik Tubuh 0,001 B

4 Kondisi Kendaraan 0,047 B

5 Kondisi Jalan 0,016 B

6 Kondisi Cuaca 0,329 TB

Keterangan :

B : Berhubungan TB : Tidak Berhubungan

4.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat dengan

ketentuan variabel-variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai

ρ<0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independen terhadap

dependen. Hasil analisis bivariat (tabel 4.24) menunjukkan terdapat tiga variabel

independen yang mempunyai nilai signifikan ρ<0,25 yaitu antara kondisi fisik

tubuh dengan potensi kecelakaan kerja, kondisi kendaraan dengan potensi

kecelakaan kerja dan kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja sehingga

ketiga variabel ini dapat diteruskan untuk dianalisis multivariat karena ρ<0,25.

Kemudian seluruh variabel dengan metode backward stepwise, dimasukkan dalam

model multivariat secara bersama-sama. Variabel yang terpilih dalam model akhir

regresi logistik ternyata variabel yang mempunyai nilai p<0,05. Hasil akhir

(39)

73

Tabel 4.25 Hasil analisis multivariat uji regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise

Variabel Df B Sig Exp β

(OR) 95% CI Kondisi Fisik Tubuh 1 -2,730 0,003 0,065 0,011-0,391

Kondisi Kendaraan 1 -1,844 0,164 0,158 0,012-2,119 Kondisi Jalan 1 -1,348 0,334 0,260 0,017-4,010

Constant - 1,386 - - -

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda kondisi fisik tubuh

responden terhadap potensi kecelakaan kerja diperoleh nilai ρ = 0,003 dengan

besar pengaruh kondisi fisik tubuh tentang potensi kecelakaan kerja dilihat dari

nilai Exp (β) dengan nilai 0,065 (95% CI:0.011-0.391) dimana dari hasil analisis

terlihat bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik

mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar 0,065 kali jika

dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang baik.

Sehingga model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

f (X) = 1

1 + e –(α+β1X1)

f (X) = 1

1 + e –(1.386-2.730(k))

Tabel 4.26 Model Regresi Logistik

Variabel Prediktor Proporsi Persentase

Kondisi Fisik Tubuh 0 0,8 80%

Kondisi Fisik Tubuh 1 0,20 2%

Keterangan :

Kondisi Fisik Tubuh : (1) : Baik

(40)

Berdasarkan tabel 4.26 menjelaskan jika pengemudi yang memiliki

kondisi fisik tubuh baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan

kerja sebesar 2%. Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh

tidak baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar

80%.

Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh

yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :

P0 (X) = 0.8 = 4

P1 (X) 0.20

Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi

fisik tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja

empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya

(41)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Potensi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk

selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta

dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan

serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

No.03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan

dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari

keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan

kematian (Standar OHSAS 18001:2007).

Hasil penelitian potensi kecelakaan kerja di PT BerkatNugraha

SinarLestari tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah pengemudi truk sebanyak 94

orang. Pengemudi truk yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 39 orang.

Kriteria inklusinya yaitu pengemudi truk yang bekerja dengan sistem trucking

(BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem

trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi truk yang bekerja dengan

(42)

Pengemudi truk dengan sistem trucking tersebut bekerja dengan rute

perjalanan seperti berikut : Berangkat dari Belawan menuju Porsea 

Istirahat/makan  Melanjutkan perjalanan ke Porsea  Istirahat/makan  Tiba

di Porsea  Istirahat/tidur  Antri bongkar-muat pulp yang akan dibawa ke

Belawan  Persiapan akan berangkat/makan  Berangkat dari Porsea menuju

Belawan  Tiba di Belawan  Antri bongkar muatan yang dibawa (pulp)

kedalam gudang PT BerkatNugraha SinarLestari. Dengan rute perjalanan tersebut

pengemudi truk menempuh BelawanPorsea Belawan selama ±12-14 jam

dengan satu kali trip perjalanan selama 2-3 hari karena adanya sistem antri

bongkar-muat barang.

Dari 39 orang pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja

sebanyak 14 orang dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak

25 orang. Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada pengemudi truk tersebut antara

lain : tabrakan dengan kendaraan di belakang sebanyak 2 orang, tabrakan dengan

kendaraan yang mendahului sebanyak 1 orang, terjatuh masuk kanal serta

tabrakan dengan kendaraan di depan sebanyak 1 orang, terbalik (tipe over)

sebanyak 1 orang, tabrakan dengan kendaraan yang di dahului sebanyak 3 orang,

tabrakan dengan kendaraan di samping sebanyak 4 orang, tabrakan dengan

kendaraan dari arah depan sebanyak 1 orang dan tabrakan dengan kendaraan di

depan sebanyak 1 orang.

5.2 Pengaruh Pengalaman Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa tidak adanya

(43)

77

kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,609(>0,05) maka hubungan pengalaman

mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value

>0,25 berarti variabel pengalaman mengemudi tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.

Menurut hasil penelitian Rahim dkk (2013), bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengalaman mengemudi dengan perilaku safety driving

pengemudi mobil pengangkut semen curah di PT Prima Karya Manunggal (PKM)

dengan nilai ρ=0,021 (p<0,05) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15

pengemudi yang memiliki perilaku baik mengenai safety driving dengan

pengalaman mengemudi kurang. Hal tersebut terjadi karena pengemudi dengan

pengalaman kurang masih tergolong dalam usia muda, sehingga konsentrasi

dalam mengemudikan kendaraannya sangat baik.

5.2 Pengaruh Kemampuan Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa tidak adanya

hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi

kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,647 maka hubungan kemampuan

mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value

>0,25 berarti variabel kemampuan mengemudi tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.

Menurut hasil penelitian Purnomo (2010) mengenai hubungan faktor

personal dengan tindakan mengemudi agresif pada pengemudi truk pengangkut

produk, menyatakan adanya hubungan kemampuan dengan tindakan mengemudi

(44)

Menurut hasil penelitian Manurung (2012) mengenai hubungan

faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor

di Kota Medan tahun 2008-2010 diketahui bahwa bahwa ada sebanyak 103 (25%)

pengendara sepeda motor yang lengah dalam mengendarai kendaraannya

mengakibatkan kecelakaan dengan meninggal dunia, sedangkan pengendara

lengah yang mengakibatkan luka/cedera ada sebanyak 309 (75%) dengan nilai p

value = 0,003, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengendara

lengah dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berupa

meninggal dunia atau luka/cedera.

Menurut Kartika (2008), banyak pengemudi yang melakukan kegiatan lain

saat mengemudi sehingga menyebabkan konsentrasi terganggu dan berisiko

terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Lengah dapat mengakibatkan pengendara menjadi kurang antisipasi dalam

menghadapi situasi di jalan raya, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu

memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi

kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian, 2008).

Dalam UU RI No. 22 tahun 2009 bagian keempat paragraf 1 ketertiban

dan keselamatan pasal 106, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor

di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.

Dalam kondisi lengah, pada umumnya pengemudi kurang antisipasi dalam

menghadapi keadaan lalu lintas yang mendadak mengalami perubahan atau

gerakan tiba-tiba. Pengemudi yang lengah biasanya tidak akan memperhatikan

(45)

79

lurus, atau tidak memperhatikan laju kendaraan lainnya, seperti keadaan laju

mobil angkutan umum yang sering didapati berhenti medadak dalam hal

menaikkan atau menurunkan penumpang ataupun tidak terlalu ke pinggir jalan

memarkirkan angkutan umum saat berhenti.

5.3 Pengaruh Kondisi Fisik Tubuh Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari

Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja.

Sehingga dari nilai ρ=0,001 maka hubungan kondisi fisik tubuh dengan potensi

kecelakaan kerja semakin besar. Dengan ρ value <0,25 berarti variabel kondisi

fisik tubuh memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik berganda. Setelah

dilakukannya uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise

menunjukkan adanya pengaruh kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan

kerja terlihat dari nilai ρ=0,003 (ρ<0,05) dengan Exp (β) sebesar 0,065. Mengacu

pada hasil uji tersebut bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang

tidak baik mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar

0,065 kali jika dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang

baik.

Model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

f (X) = 1

1 + e –(α+β1X1)

Menjelaskan jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh baik

(46)

Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh tidak baik

mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar 80%.

Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh

yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :

P0 (X) = 0.8 = 4

P1 (X) 0.20

Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi fisik

tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja

empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya

baik. Semakin tidak baik kondisi fisik tubuh yang dirasakan oleh pengemudi maka

akan menyebabkan potensi kecelakaan kerja semakin besar. Kondisi fisik tubuh

yang tidak baik berpengaruh terhadap keperluan energi yang dibutuhkan dalam

melakukan setiap aktivitas.

Sehingga disarankan bagi pengemudi untuk istirahat tidur dengan

berbaring selama beberapa saat dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan

supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk

melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Dalam Panduan Praktis Berlalu Lintas

disebutkan senam santai sambil melepas kejenuhan mengemudi yang bisa

dilakukan di dalam mobil maupun di luar mobil seperti melemaskan ketegangan

pada pinggang, menghilangkan pegal pada pundak dan punggung, menghilangkan

penat tubuh bagian bawah, menghilangkan pegal-pegal di leher dan bagian

punggung, melemaskan leher dan punggung, mengendurkan otot perut dan

Gambar

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada
Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan pembelajaran harus memungkinkan semua siswa dapat terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan belajar, guru harus menjamin bahwa semua siswa secara

Sebelum dilakukan intervensi pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia, semua responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 orang,

Sharia Mutual Fund formation process is not much different from conventional CIC Mutual Funds, Investment Managers (Representin) will take the initiative to issue Mutual Funds

Berdasar pengujian hipotesis, diperoleh bahwa nilai T hitung (7,942) lebih besar dari nilai T table (1,721), yang berarti bahwa ada pengaruh frekuensi latihan terhadap

oleh seorang Warga Negara Indonesia keturunan Cina dengan se­ orang wanita Indonesia asli, maka akan berakibat bahwa wanita tadi akan tunduk pada hukum sang suami, sehingga kalau

Seminggu adalah waktu yang singkat, tapi waktu yang saya lewati itulah yang menyebabkan saya memiliki ketertarikan terhadap budaya, orang Jepang dan bahasa Jepang. Sejak saat

Sama hal nya dengan produk pada perbankan konvensional, produk perbankan syariah di bidang penghimpun dana ini disebut sebagai simpanan, yaitu dana yang

Untuk itu seluruh peran, kedudukan, tugas pokok dan fungsinya Inspektorat Kabupaten OKU didasarkan pada tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang telah