BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik
dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada
satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen
(faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan
untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman
mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan,
kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan
kerja).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan :
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan
penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari
yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang
memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses
pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem
trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan
sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan
sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria
diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan
37
(pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan
faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca).
Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu
Lintas Polisi Republik Indonesia.
3.4.2 Data Sekunder
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha
SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan
penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan
sampel.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan
menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan
variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi
kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden
mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah
selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali.
3.5 Definisi Operasional
1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya
sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun
2. Kemampuan mengemudi adalah keadaan responden dalam penguasaan
mengemudikan kendaraan truk meliputi tata cara berlalu lintas yang dapat
memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
3. Kondisi fisik tubuh adalah keadaan dari responden saat mengemudikan
kendaraan truk meliputi kesehatan fisik, lelah, mengantuk dan mabuk yang
dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
4. Kondisi kendaraan adalah keadaan meliputi rem, ban, lampu kendaraan,
mesin dan kapasitas beban yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan
kerja.
5. Kondisi jalan adalah keadaan yang meliputi jalan berlubang, jalan rusak,
jalan sepi, jalan gelap, turunan-tanjakan, jalan licin, dan tikungan yang
dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
6. Kondisi cuaca adalah keadaan yang meliputi hujan dan kabut yang dapat
memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
7. Potensi kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pengemudi secara tidak
39
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Alat
Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari
total skor
Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari
total skor
2.Tidak baik jika <50%
dari total skor
Ordinal
4. Kondisi Kendaraan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50%
dari total skor
Ordinal
5. Kondisi Jalan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2. Tidak baik jika <50%
dari total skor
6. Kondisi Cuaca Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50%
dari total skor
Ordinal
Variabel Dependen 7. Potensi Kecelakaan Kerja
Kuesioner 1.Pernah Kecelakaan
Kerja
2.Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Nominal
3.6 Aspek Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan cara kuesioner. Aspek pengukuran dalam
penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian yaitu :
1. Pengalaman mengemudi
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Pengalaman mengemudi
diukur berdasarkan 10 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10) diberi nilai:
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
41
1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu pengalaman mengemudi dalam hal
ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
pertanyaan.
2. Kemampuan Mengemudi
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kemampuan mengemudi
diukur berdasarkan 20 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,
19, 20) diberi nilai:
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 4, 6, 7, 13, 16, 17,18) diberi
nilai:
1. Ya : 0
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kemampuan mengemudi dalam hal
ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
pertanyaan.
3. Kondisi Fisik Tubuh
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi fisik tubuh diukur
berdasarkan 14 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14)
diberi nilai :
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 8, 9) diberi nilai :
1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini
43
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
pertanyaan.
4. Kondisi kendaraan
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten . Kondisi kendaraan diukur
berdasarkan 13 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12) diberi
nilai:
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 3,7,8,13) diberi nilai :
1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 13 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini
dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
5. Kondisi jalan
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi jalan diukur
berdasarkan 11 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11) diberi nilai
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 4, 5, 6, 8) diberi nilai
1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 11 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi jalan dalam hal ini dibagi
dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
pertanyaan.
6. Kondisi cuaca
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan
jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi cuaca diukur
45
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 6, 7) diberi nilai :
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 1, 3) diberi nilai :
1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0.
Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi cuaca dalam hal ini dibagi
dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh
pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh
pertanyaan.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara komputer dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengeditan (Editing)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul.
Proses coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah
perhitungan.
c. Pemasukan Data (Entering)
Entering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database komputer.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan kedalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memindahkan data kedalam komputer.
Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.
e. Pentabulasian (Tabulating)
Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan kedalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.7.2 Analisa Data 1. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara
tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi
frekuensi. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian
kuesioner yang rencananya dilakukan terhadap 39 responden. Data univariat ini
terdiri atas variabel independen meliputi pengalaman mengemudi, kemampuan
mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi
47
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen yaitu pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi
fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel
dependen yaitu potensi kecelakaan kerja.
Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya
terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti.
Bila ρ-value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan
bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada hasil uji statistik
terdapat lebih dari 0 cells maka ρ value yang digunakan adalah Exact Fisher Test.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda
(multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana
yang paling signifikan berhubungan dengan variabel dependen (potensi
kecelakaan kerja) dengan metode Backward Stepwise (Notoadmodjo, 2010).
Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut
(Yasril dan Kasjono, 2009) :
1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model yaitu
variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value ≤0,25 pada analisis
bivariat.
2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward stepwise dimana
3. Pada hasil regresi logistik berganda yang diperoleh variabel p-value <0,05 dan
p-value <0,25 berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model
persamaan logistik berganda p-value <0,05 untuk mengidentifikasi variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Berkat Transport didirikan pada tahun 1993 di Belawan, Sumatera Utara
sebagai perusahaan jasa untuk mendukung perusahaan jasa Group RGMI,
menangani CPO, inti sawit dan pengangkutan umum. Kantor operasional berada
di Kampung Salam di Jalan Belawan, kantor operasional termasuk gudang dan
bengkel untuk perawatan truk. Luas wilayah Berkat Transport adalah 25.000m2.
Berkat Transport adalah sebuah perusahaan jasa untuk Group RGMI dan
perusahaan diluar Group RGMI dengan pelayanan truk, pergudangan, penyaluran
dan bongkar-muat, saat ini Berkat Transport berada dibawah manajemen dan
pengawasan dari PT Pec-Tech Services Indonesia.
Strategi perusahaan adalah memperkuat perusahaan dengan penanganan
kargo yang tepat, pengiriman tepat waktu, perekrutan dan pelatihan terbaik untuk
supir dan memberikan keunggulan kompetitif.
Berkat Transport mengoperasikan 60 unit truk yang terdiri dari truk kargo
dan semi trailer untuk memastikan semua kargo disampaikan ke gudang atau ke
perkebunan. Beberapa truk telah disediakan dengan sistem nagivasi GPS untuk
real-time posisi truk dan mengikuti jalan. Supir yang mengoperasikan truk sudah
mengikuti pelatihan mengemudi dengan keterampilan teknis dan juga mengemudi
dengan defensif sebelum menjadi supir. Hal ini sesuai dengan peraturan OSHE
Berkat Transport juga mengoperasikan sebuah gudang di Pelabuhan
Belawan dengan luas wilayah 10.000m2 terdiri dari zona 5.000m2 yang disimpan
dalam gudang dan zona 5.000m2 yang tidak disimpan dalam gudang. Sebagian
besar penanganan kargo adalah produk hutan mulai dari bale pulp, karet di palet,
gula dan juga pupuk dalam jumlah besar. Penanganan termasuk
menerima/mengirim di pergudangan, penyimpanan dan pengisian termasuk
pengiriman ke pelabuhan atau ke gudang. Crane dan forklift tersedia untuk
mendukung operasional dan juga kru manual jika diperlukan.
Sebagai bagian dari pelayanan, Berkat Transport juga memberikan
pelayanan untuk pemuatan/pembongkaran kargo di Pelabuhan Belawan untuk
memastikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan. Pupuk dalam
jumlah besar adalah penanganan kargo utama yang tidak memiliki klaim atas
kekurangan/kerusakan yang menjadi wewenang perusahaan.
Berkat Transport memiliki 61 karyawan officer, 14 karyawan harian dan
96 driver yang terbagi di 2 (dua) tempat yakni :
1. PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan = 48 driver
a. Sistem Trucking (Belawan Porsea Belawan) = 39 orang
b. Sistem Langsir (Belawan Belawan) = 9 orang
2. PT BerkatNugraha SinarLestari, Porsea = 46 driver
Berkat Transport juga ikut mendukung dari beberapa perusahaan berikut :
1. PT Toba Pulp Lestari
2. PT Pec-Tech Services Indonesia
51
4. PT Makro Chemindo
5. PT Asia Kimindo Prima
6. Badan Urusan Logistik
7. Group Asian Agri Abadi
8. Riau Andalan Pulp & Paper
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang
meliputi : Umur, Pendidikan Terakhir, Pengalaman Bekerja, Masa Kerja,
Pengalaman Mengemudi, Kemampuan Mengemudi, Kondisi Fisik Tubuh,
Kondisi Kendaraan, Kondisi Jalan, Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja.
4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Pengukuran usia pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan bekerja
sebagai pengemudi sehingga dikategorikan menjadi umur ≤30 tahun, 31-50 tahun
dan >50 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015
Umur (tahun) N %
≤30 tahun 7 17,9
31-50 tahun 27 69,2
>50 tahun 5 12,8
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.1dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 27 orang (69,2%) dan kelompok umur >50 tahun yaitu sebanyak 5
orang (12,8%).
4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengukuran pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa
yang paling banyak bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan
menjadi SD, SMP, dan SMA/SMK. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Pendidikan Terakhir N %
SD 8 20,5
SMP 6 15,4
SMA/SMK 25 64,1
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi
truk) yaitu 39 orang, sebagian besar memiliki ijazah pendidikan terakhir
SMA/SMK yaitu sebanyak 25 orang (64,1%) dan memiliki ijazah pendidikan
terakhir SMP yaitu sebanyak 6 orang (15,4%).
4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja Pengukuran pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pengalaman
bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi ≤5 tahun, 6-10
53
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pengalaman Bekerja
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi
truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja >10 tahun
yaitu sebanyak 17 orang (43,6%) dan pengalaman bekerja ≤5 tahun dan 6-10
tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%).
4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Pengukuran masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pekerja bekerja sebagai
pengemudi truk di PT BerkatNugraha Sinar Lestari sehingga dikategorikan
menjadi ≤5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Masa Kerja (tahun) N %
≤5 tahun 11 28,2
6-10 tahun 11 28,2
>10 tahun 17 43,6
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi
truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memilki masa kerja >10 tahun yaitu 17
orang (43,6%) dan masa kerja ≤5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang
4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja
Pengukuran potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebagai pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari sehingga dikategorikan menjadi pernah dan tidak
pernah. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Potensi Kecelakaan Kerja N %
Pernah 14 35,9
Tidak Pernah 25 64,1
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebanyak 14 orang (35,9%) pernah mengalami kecelakaan
kerja dan selebihnya sebanyak 25 orang (64,1%) tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja.
4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi
Pengukuran pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran pengalaman
mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan
tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Pengalaman Mengemudi Ya Tidak
N % N %
1 Pengalaman mengemudi membantu responden menghindari kecelakaan kerja
55
responden bertindak sesuka hati di jalanan 3 Responden tidak takut terjadi kecelakaan
karena pengalaman mengemudi sudah banyak
18 46,2 21 53,8
4 Lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan
14 35,9 25 64,1
5 Responden akan berhati-hati saat mengemudi karena tahu resiko yang akan timbul ketika tidak tertib di jalan raya
36 92,3 3 7,7
6 Responden akan berhati-hati saat mengemudi untuk menghindari situasi bahaya sedini mungkin
35 89,7 4 10,3
7 Responden dan kenek wajib menggunakan sabuk pengaman
37 94,9 2 5,1
8 Responden wajib mematuhi ketertiban dan keselamatan di jalan raya
39 100 0 0
9 Responden memilih sabar dalam mengemudikan truk untuk menjaga keselamatan di jalan raya
35 89,7 4 10,3
10 Lama bekerja sebagai pengemudi membuat responden tahu bagaimana mengatasi situasi maupun kondisi yang ada di jalan raya
30 76,9 9 23,1
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
pengalaman mengemudi yang baik mengenai : wajib mematuhi ketertiban dan
keselamatan di jalan raya sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan
responden dan kenek wajib mengenakan sabuk pengaman sebanyak 37 orang
(94,9%).
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
pengalaman mengemudi yang tidak baik mengenai : tidak takut terjadi kecelakaan
karena pengalaman mengemudi sudah banyak sebanyak 18 orang (46,2%)
menjawab dengan salah dan lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden
percaya diri tidak akan terkena kecelakaan sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Pengalaman Mengemudi N %
Baik (≥50%) 35 89,7
Tidak Baik (<50%) 4 10,3
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar responden memiliki pengalaman mengemudi
yang baik yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dan selebihnya memiliki pengalaman
mengemudi yang tidak baik sebanyak 4 orang (10,3%).
4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi
Pengukuran kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan
mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan
tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9.
Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015
No Kemampuan Mengemudi Ya Tidak
N % N %
1 Responden melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain
39 100 0 0
2 Responden memberikan tanda (signal) saat akan melewati mobil didepannya
39 100 0 0
3 Responden memberikan ruang gerak yang cukup disebelah kanan kendaraan untuk kendaraan lain dari arah berlawanan pada jalan dua arah
34 87,2 5 12,8
4 Responden menyalip kendaraan lain menggunakan bahu jalan (sisi kiri jalan)
4 10,3 35 89,7
5 Responden tidak memberikan kesempatan pada kendaraan yang memberikan tanda/signal untuk mengambil jalur kiri
25 64,1 14 35,9
57
jarak yang dekat
7 Responden melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan
0 0 39 100
8 Responden memperlambat laju kendaraan ketika akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan dan menaikkan penumpang
36 92,3 3 7,7
9 Responden mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat
39 100 0 0
10 Konsentrasi terganggu apabila berbincang-bincang cukup lama dengan kenek ketika mengemudi
19 48,7 20 51,3
11 Konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi
13 66,7 26 33,3
12 Konsentrasi terganggu apabila menggunakan satu tangan sedang tangan lainnya memegang makanan/minuman saat mengemudi
26 66,7 13 33,3
13 Responden melaju menerobos lampu merah yang sedang menyala
3 7,7 36 92,3
14 Konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik saat mengemudi
13 33,3 26 66,7
15 Konsentrasi terganggu apabila merokok saat mengemudi
21 53,8 18 46,2
16 Konsentrasi tidak akan terganggu apabila minum bir atau alkohol meskipun dalam jumlah yang sedikit
5 12,8 34 87,2
17 Responden tidak perlu menggunakan sabuk pengaman karna jarak tempuh yang tidak jauh
4 10,3 35 89,7
18 Walaupun jarak tempuh jauh, responden tidak menggunakan sabuk pengaman karena akan mengganggu konsentrasi
9 23,1 30 76,9
19 Memarkirkan kendaraan truk di jalan secara sejajar atau serong menurut arah lalu lintas
36 7,7 3 92,3
20 Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel ketika berada pada perlintasan antara jalur kereta api dan jalan
34 87,2 5 12,8
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kemampuan mengemudi yang baik mengenai : melihat kaca spion sebelum
melewati kendaraan lain sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar,
orang (100%) menjawab dengan benar, mengurangi laju kendaraan truk ketika
memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat sebanyak 39
orang (100%) menjawab dengan benar, melewati mobil didepannya ketika mobil
dari arah berlawanan sudah berada dalam jarak yang dekat sebanyak 39 orang
(100%) menjawab dengan benar dan melewati kendaraan didepannya ketika
berada dekat dipersimpangan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kemampuan mengemudi yang tidak baik mengenai : konsentrasi terganggu
apabila menerima telephone saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%)
menjawab dengan salah dan konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik
saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kemampuan Mengemudi N %
Baik (≥50%) 33 84,6
Tidak Baik (<50%) 6 15,4
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki kemampuan mengemudi yang baik
yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan memiliki kemampuan mengemudi yang
tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%).
4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh Pengukuran kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT
59
tubuh yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan
tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11.
Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Fisik Tubuh Ya Tidak
N % N %
1 Ketika kondisi tubuh tidak sehat maka akan mempengaruhi responden saat mengemudi
28 71,8 11 28,2
2 Ketika mengantuk, responden tetap mengemudikan truk
12 69,2 27 30,8
3 Konsentrasi terganggu ketika mengantuk, sehingga responden tetap melanjutkan perjalanan
14 35,9 25 64,1
4 Responden berhenti sebentar/beristirahat untuk menghilangkan rasa kantuk
28 71,8 11 28,2
5 Walaupun responden merasa lelah, tidak perlu beristirahat/berhenti sebentar dan tetap melanjutkan perjalanan
12 30,8 27 69,2
6 Responden berhenti sebentar/beristirahat ketika sudah merasa lelah
29 74,4 10 25,6
7 Responden dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras
36 92,3 3 7,7
8 Walaupun sedang dibawah pengaruh minuman keras, responden tetap mengemudikan truk
2 5,1 37 94,9
9 Responden pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja
0 0 39 100
10 Jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan
39 100 0 0
11 Responden berhenti/beristirahat untuk memulihkan fisik ketika bahu terasa kaku saat mengemudi
22 43,6 17 56,4
12 Responden berhenti/beristirahat ketika kepala terasa berat saat mengemudi
28 71,8 11 28,2
13 Responden tidak mengemudikan truk ketika sedang tertimpa masalah
(keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi
14 Setelah mengemudi selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam
22 65,4 17 43,6
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi fisik tubuh yang baik mengenai : jika responden sedang dibawah
pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan
mengakibatkan terjadinya kecelakaan sebanyak 39 orang (100%) menjawab
dengan benar, pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman
beralkohol saat bekerja sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan
dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras
sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi fisik tubuh yang tidak baik mengenai : tidak mengemudikan truk ketika
sedang tertimpa masalah (keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu
konsentrasi sebanyak 27 orang (69,2%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Fisik Tubuh N %
Baik (≥50%) 29 74,4
Tidak Baik (<50%) 10 25,6
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik
yaitu sebanyak yaitu 29 orang (74,4%) dan selebihnya menyatakan kondisi fisik
61
4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan Pengukuran kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi kendaraan yang
dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik.
Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13.
Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Kendaraan Ya Tidak
N % N %
1 Sebelum digunakan kendaraan sebaiknya dipanaskan 20 menit terlebih dahulu
37 94,9 2 5,1
2 Pengukuran tekanan ban sebaiknya dilakukan ketika ban dalam keadaan dingin
35 89,7 4 10,3 diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan
23 59,0 16 41,0
6 Responden selalu memeriksa keadaan mesin truk sebelum menggunakannnya
26 66,7 13 33,3
7 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai
0 0 39 100
8 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan, responden tetap melanjutkan perjalanan
7 17,9 32 82,1
9 Responden akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari
39 100 0 0
10 Responden akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes
25 64,1 14 35,9
11 Pada saat berkendara di jalanan, responden membawa segitiga pengaman, dongkrak dan pembuka roda
30 76,9 9 23,1
12 Responden akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik
39 100 0 0
13 Responden tetap menggunakan truk ketika merasa keadaan truk sedang kurang baik
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi kendaraan yang baik mengenai : akan menyalakan lampu kendaraan pada
saat malam hari sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, akan
memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik sebanyak 39 orang
(100%) menjawab dengan benar dan walaupun truk melebihi batas barang bawaan
yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena
mengejar waktu sampai sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi kendaraan yang tidak baik mengenai : kondisi lampu sen dan lampu rem
akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan sebanyak 16 orang (41%)
menjawab dengan salah dan akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau
parkir karena ban kempes sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah. .
Tabel 4.13 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Kendaraan N %
Baik (≥50%) 34 87,2
Tidak Baik (<50%) 5 12,8
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi kendaraan yang baik
sebanyak yaitu 34 orang (87,2%) dan selebihnya menyatakan kondisi kendaraan
yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%).
4.2.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan
Pengukuran kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
63
oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 dan tabel 4.15.
Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Jalan Ya Tidak
N % N %
1 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi
26 66,7 13 33,3
2 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi
10 89,7 29 10,3
3 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi
22 56,4 17 43,6
4 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi
16 41,0 23 59,0
5 Saat jalanan sepi atau lengang, responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas
17 43,6 22 56,4
6 Saat kondisi jalanan gelap, responden tetap menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah
0 0 39 100
7 Saat kondisi jalanan gelap dan sepi, responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan
20 51,3 19 48,7
8 Saat kondisi jalanan gelap, responden mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi
17 43,6 22 56,4
9 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalanan licin walaupun jalanan sepi
29 74,4 10 25,6
10 Pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak
39 100 0 0
11 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung
39 100 0 0
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah
sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benars, akan mengurangi kecepatan
kendaraan saat melewati jalan menikung sebanyak 39 orang (100%) menjawab
dengan benar dan pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan
bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya
turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak sebanyak 39 orang
(100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi jalan yang tidak baik mengenai : saat kondisi jalanan gelap dan sepi,
responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan sebanyak
19 orang (48,7%) menjawab dengan salah, saat jalanan sepi atau lengang,
responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas sebanyak 17
orang (43,6%) menjawab dengan salah dan saat kondisi jalanan gelap, responden
mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 17 orang (43,6%)
menjawab dengan salah.
Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Jalan N %
Baik (≥50%) 33 84,6
Tidak Baik (<50%) 6 15,4
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi jalan baik yaitu sebanyak
33 orang (84,6%) dan yang menyatakan kondisi jalan yang tidak baik sebanyak 6
65
4.2.1.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca
Pengukuran kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha
SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi cuaca yang dialami
oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16 dan tabel 4.17.
Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Cuaca Ya Tidak
N % N %
1 Jika mendesak, responden tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan anda walaupun kondisi cuaca berkabut
7 17,9 32 82,1
2 Responden akan berhati-hati jika mengemudi pada saat hujan walaupun jalanan sepi
35 89,7 4 10,3
3 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi
38 97,4 1 2,6
4 Jika mendesak, responden akan menambah kecepatan kendaraan walaupun kondisi saat itu hujan
4 10,3 35 89,7
5 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi
36 92,3 3 7,7
6 Pada kondisi hujan, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi
35 89,7 4 10,3
7 Pada kondisi permukaan jalan basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan
32 82,1 7 17,9
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi cuaca yang baik mengenai : pada kondisi jalan yang kabut, responden
akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 38 orang
akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 36 orang
(92,3%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori
kondisi cuaca yang tidak baik mengenai : jika mendesak, responden tidak akan
mengurangi kecepatan kendaraan walaupun kondisi cuaca berkabut sebanyak 7
orang (17,9%) menjawab dengan salah dan pada kondisi permukaan jalan
basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan
sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Cuaca N %
Baik (≥50%) 34 87,2
Tidak Baik (<50%) 5 12,8
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk)
sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi cuaca yang baik yaitu
sebanyak 34 orang (87,2%) dan yang menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik
sebanyak 5 orang (12,8%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara pengalaman mengemudi, kemampuan
mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi
67
4.2.2. Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan
kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman pengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 35 responden menyatakan
pengalaman mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59,0%) dan dari 4 responden
menyatakan pengalaman mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (5,1%).
Hasil uji exact fisher antara pengalaman mengemudi dengan potensi
kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,609 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengalaman mengemudi dengan potensi
kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun
2015.
4.2.2.2 Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan
Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kemampuan Mengemudi
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak
Pernah Total
N % N % N %
1 Baik (≥50%) 11 28,2 22 56,4 33 84,6
0,647 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 3 7,7 6 15,4
Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan
kemampuan mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (56,4%) dan dari 6 responden
menyatakan kemampuan mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%).
Hasil uji exact fisher antara kemampuan mengemudi dengan potensi
kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,647 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi
kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun
2015.
4.2.2.3 Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja
69
Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 29 responden menyatakan
kondisi fisik tubuh yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 10 responden menyatakan
kondisi fisik tubuh yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan
kerja sebanyak 8 orang (20,5%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan
kerja menunjukkan nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.4 Hubungan Kondisi Kendaraan dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan
kondisi kendaraan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 5 responden menyatakan
kondisi kendaraan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan
kerja sebanyak 4 orang (10,3%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan
kerja menunjukkan nilai ρ = 0,047 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.5 Hubungan Kondisi Jalan dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Jalan
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak
Pernah Total
N % N % N %
1 Baik (≥50%) 9 23,1 24 61,5 33 84,6
0,016 2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 1 2,6 6 15,4
Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan
kondisi jalan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 6 responden menyatakan
kondisi jalan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja
71
Hasil uji exact fisher antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja
menunjukkan nilai ρ = 0,016 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT
BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.6 Hubungan Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Cuaca
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak
Pernah Total
N % N % N %
1 Baik (≥50%) 11 28,2 23 59,0 34 87,2
0,329 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 2 5,1 5 12,8
Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan
kondisi cuaca yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 5 responden menyatakan
kondisi cuaca yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja
sebanyak 3 orang (7,7%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja
menunjukkan nilai ρ = 0,329 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi
Tabel 4.24 Hasil analisis bivariat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji exact fisher
No Variabel Sig
( ρ<0,05) Ket.
1 Pengalaman Mengemudi 0,609 TB
2 Kemampuan Mengemudi 0,647 TB
3 Kondisi Fisik Tubuh 0,001 B
4 Kondisi Kendaraan 0,047 B
5 Kondisi Jalan 0,016 B
6 Kondisi Cuaca 0,329 TB
Keterangan :
B : Berhubungan TB : Tidak Berhubungan
4.2.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat dengan
ketentuan variabel-variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai
ρ<0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independen terhadap
dependen. Hasil analisis bivariat (tabel 4.24) menunjukkan terdapat tiga variabel
independen yang mempunyai nilai signifikan ρ<0,25 yaitu antara kondisi fisik
tubuh dengan potensi kecelakaan kerja, kondisi kendaraan dengan potensi
kecelakaan kerja dan kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja sehingga
ketiga variabel ini dapat diteruskan untuk dianalisis multivariat karena ρ<0,25.
Kemudian seluruh variabel dengan metode backward stepwise, dimasukkan dalam
model multivariat secara bersama-sama. Variabel yang terpilih dalam model akhir
regresi logistik ternyata variabel yang mempunyai nilai p<0,05. Hasil akhir
73
Tabel 4.25 Hasil analisis multivariat uji regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise
Variabel Df B Sig Exp β
(OR) 95% CI Kondisi Fisik Tubuh 1 -2,730 0,003 0,065 0,011-0,391
Kondisi Kendaraan 1 -1,844 0,164 0,158 0,012-2,119 Kondisi Jalan 1 -1,348 0,334 0,260 0,017-4,010
Constant - 1,386 - - -
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda kondisi fisik tubuh
responden terhadap potensi kecelakaan kerja diperoleh nilai ρ = 0,003 dengan
besar pengaruh kondisi fisik tubuh tentang potensi kecelakaan kerja dilihat dari
nilai Exp (β) dengan nilai 0,065 (95% CI:0.011-0.391) dimana dari hasil analisis
terlihat bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik
mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar 0,065 kali jika
dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang baik.
Sehingga model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
f (X) = 1
1 + e –(α+β1X1)
f (X) = 1
1 + e –(1.386-2.730(k))
Tabel 4.26 Model Regresi Logistik
Variabel Prediktor Proporsi Persentase
Kondisi Fisik Tubuh 0 0,8 80%
Kondisi Fisik Tubuh 1 0,20 2%
Keterangan :
Kondisi Fisik Tubuh : (1) : Baik
Berdasarkan tabel 4.26 menjelaskan jika pengemudi yang memiliki
kondisi fisik tubuh baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan
kerja sebesar 2%. Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh
tidak baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar
80%.
Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh
yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :
P0 (X) = 0.8 = 4
P1 (X) 0.20
Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi
fisik tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja
empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Potensi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan
serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari
keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian (Standar OHSAS 18001:2007).
Hasil penelitian potensi kecelakaan kerja di PT BerkatNugraha
SinarLestari tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah pengemudi truk sebanyak 94
orang. Pengemudi truk yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 39 orang.
Kriteria inklusinya yaitu pengemudi truk yang bekerja dengan sistem trucking
(BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem
trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi truk yang bekerja dengan
Pengemudi truk dengan sistem trucking tersebut bekerja dengan rute
perjalanan seperti berikut : Berangkat dari Belawan menuju Porsea
Istirahat/makan Melanjutkan perjalanan ke Porsea Istirahat/makan Tiba
di Porsea Istirahat/tidur Antri bongkar-muat pulp yang akan dibawa ke
Belawan Persiapan akan berangkat/makan Berangkat dari Porsea menuju
Belawan Tiba di Belawan Antri bongkar muatan yang dibawa (pulp)
kedalam gudang PT BerkatNugraha SinarLestari. Dengan rute perjalanan tersebut
pengemudi truk menempuh BelawanPorsea Belawan selama ±12-14 jam
dengan satu kali trip perjalanan selama 2-3 hari karena adanya sistem antri
bongkar-muat barang.
Dari 39 orang pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja
sebanyak 14 orang dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak
25 orang. Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada pengemudi truk tersebut antara
lain : tabrakan dengan kendaraan di belakang sebanyak 2 orang, tabrakan dengan
kendaraan yang mendahului sebanyak 1 orang, terjatuh masuk kanal serta
tabrakan dengan kendaraan di depan sebanyak 1 orang, terbalik (tipe over)
sebanyak 1 orang, tabrakan dengan kendaraan yang di dahului sebanyak 3 orang,
tabrakan dengan kendaraan di samping sebanyak 4 orang, tabrakan dengan
kendaraan dari arah depan sebanyak 1 orang dan tabrakan dengan kendaraan di
depan sebanyak 1 orang.
5.2 Pengaruh Pengalaman Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa tidak adanya
77
kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,609(>0,05) maka hubungan pengalaman
mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value
>0,25 berarti variabel pengalaman mengemudi tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.
Menurut hasil penelitian Rahim dkk (2013), bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengalaman mengemudi dengan perilaku safety driving
pengemudi mobil pengangkut semen curah di PT Prima Karya Manunggal (PKM)
dengan nilai ρ=0,021 (p<0,05) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15
pengemudi yang memiliki perilaku baik mengenai safety driving dengan
pengalaman mengemudi kurang. Hal tersebut terjadi karena pengemudi dengan
pengalaman kurang masih tergolong dalam usia muda, sehingga konsentrasi
dalam mengemudikan kendaraannya sangat baik.
5.2 Pengaruh Kemampuan Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi
kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,647 maka hubungan kemampuan
mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value
>0,25 berarti variabel kemampuan mengemudi tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.
Menurut hasil penelitian Purnomo (2010) mengenai hubungan faktor
personal dengan tindakan mengemudi agresif pada pengemudi truk pengangkut
produk, menyatakan adanya hubungan kemampuan dengan tindakan mengemudi
Menurut hasil penelitian Manurung (2012) mengenai hubungan
faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor
di Kota Medan tahun 2008-2010 diketahui bahwa bahwa ada sebanyak 103 (25%)
pengendara sepeda motor yang lengah dalam mengendarai kendaraannya
mengakibatkan kecelakaan dengan meninggal dunia, sedangkan pengendara
lengah yang mengakibatkan luka/cedera ada sebanyak 309 (75%) dengan nilai p
value = 0,003, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengendara
lengah dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berupa
meninggal dunia atau luka/cedera.
Menurut Kartika (2008), banyak pengemudi yang melakukan kegiatan lain
saat mengemudi sehingga menyebabkan konsentrasi terganggu dan berisiko
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Lengah dapat mengakibatkan pengendara menjadi kurang antisipasi dalam
menghadapi situasi di jalan raya, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu
memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi
kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian, 2008).
Dalam UU RI No. 22 tahun 2009 bagian keempat paragraf 1 ketertiban
dan keselamatan pasal 106, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
Dalam kondisi lengah, pada umumnya pengemudi kurang antisipasi dalam
menghadapi keadaan lalu lintas yang mendadak mengalami perubahan atau
gerakan tiba-tiba. Pengemudi yang lengah biasanya tidak akan memperhatikan
79
lurus, atau tidak memperhatikan laju kendaraan lainnya, seperti keadaan laju
mobil angkutan umum yang sering didapati berhenti medadak dalam hal
menaikkan atau menurunkan penumpang ataupun tidak terlalu ke pinggir jalan
memarkirkan angkutan umum saat berhenti.
5.3 Pengaruh Kondisi Fisik Tubuh Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja.
Sehingga dari nilai ρ=0,001 maka hubungan kondisi fisik tubuh dengan potensi
kecelakaan kerja semakin besar. Dengan ρ value <0,25 berarti variabel kondisi
fisik tubuh memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik berganda. Setelah
dilakukannya uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise
menunjukkan adanya pengaruh kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan
kerja terlihat dari nilai ρ=0,003 (ρ<0,05) dengan Exp (β) sebesar 0,065. Mengacu
pada hasil uji tersebut bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang
tidak baik mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar
0,065 kali jika dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang
baik.
Model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
f (X) = 1
1 + e –(α+β1X1)
Menjelaskan jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh baik
Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh tidak baik
mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar 80%.
Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh
yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :
P0 (X) = 0.8 = 4
P1 (X) 0.20
Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi fisik
tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja
empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya
baik. Semakin tidak baik kondisi fisik tubuh yang dirasakan oleh pengemudi maka
akan menyebabkan potensi kecelakaan kerja semakin besar. Kondisi fisik tubuh
yang tidak baik berpengaruh terhadap keperluan energi yang dibutuhkan dalam
melakukan setiap aktivitas.
Sehingga disarankan bagi pengemudi untuk istirahat tidur dengan
berbaring selama beberapa saat dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan
supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk
melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Dalam Panduan Praktis Berlalu Lintas
disebutkan senam santai sambil melepas kejenuhan mengemudi yang bisa
dilakukan di dalam mobil maupun di luar mobil seperti melemaskan ketegangan
pada pinggang, menghilangkan pegal pada pundak dan punggung, menghilangkan
penat tubuh bagian bawah, menghilangkan pegal-pegal di leher dan bagian
punggung, melemaskan leher dan punggung, mengendurkan otot perut dan