• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT BERBASIS KURIKULUM 2013 Beslina Afriani Siagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT BERBASIS KURIKULUM 2013 Beslina Afriani Siagian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT BERBASIS KURIKULUM 2013

Beslina Afriani Siagian1, Elza Leyli Lisnora Saragih2

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Medan E-mail: beslina_siagian@yahoo.com

ABSTRACT

This research is applied of study anecdote writing based on curricullum 2013. It is purposed to find out the ability of students to write anecdote text based on curricullum 2013 and to find out the precision of curricullum 2013 which is used in study of anecdote text. The approachment which used is quantitative approchment and descriptively method. The result of study will get of populative 51 students, namely the whole of students in third semester in Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. The result appropriate in aspect of competition to write anecdote text, then it describe based on final score interpretation. Based on the research which have finished, finally got the result namely 29 of students get score A, 10 students get score B+, 5 students get score B, 2 students get score C, 3 students get score D, and 2 students get score E.

Key Words: Anecdote, writing, curricullum 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Proses perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu 67 tahun dengan rentetan 11 periode bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai negara yang memahami konsep ‘dunia terbuka’ di abad 21, Indonesia membenahi masa depan melalui peningkatan kualitas generasi penerus di masa mendatang. Itu sebabnya, untuk menghadapi ‘ancaman dari luar’ diadakan perbaikan dalam kurikulum di Indonesia.

Khusus untuk Kurikulum 2013, pemerintah menanamkan tiga ranah sekaligus dalam setiap pembelajarannya. Ranah sikap, kognitif, dan psikomotorik diperbaharui satu sama lain melalui kompetensi inti. Berdasarkan ketiga kompetensi tersebut, setiap siswa diharapkan mampu menjadi pembelajar yang mandiri sepanjang hayatnya serta mampu menghalau peningkatan gelombang

globalisasi. Mereka akan menjadi komponen penting untuk mewujudkan sebuah masyarakat belajar (komunitas belajar/learning community). Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran yang wujudnya yakni berupa kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

(2)

Indonesia harus mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa pengetahuan.

Sejalan dengan hal itu, sebagai penghela pengetahuan, terdapat beberapa materi baru yang ditambahkan dalam buku teks bahasa Indonesia. Salah satu di antaranya adalah pembelajaran menulis teks anekdot. Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik yang menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Kata ‘anekdot’ dalam (Yunani: vekootov “tidak diterbitkan”, secara harfiah “tidak dikeluarkan”) berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya berjudul vekootov (aul nekdota, secara beragam diterjemahkan dengan memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia) yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap, makna anekdot dipakai untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.

Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya. Mereka menertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern, ada banyak anekdot tentang Vladimir Putin.

Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik dituntut agar mampu menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan. Dalam hal ini, peserta didik diharapkan mampu

memecahkan permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik melalui teks anekdot. Itu sebabnya, penelitian perlu dilakukan untuk urgensi kompetensi tersebut. Setakat ini, ada dua alasan orientatif dalam penelitian ini. Pertama, pentingnya mengukur dan menganalisis kemampuan yang diperoleh mahasiswa dalam menulis teks anekdot. Kedua, sebagai calon guru bahasa Indonesia, mahasiswa juga harus mengikuti pembelajaran menulis teks anekdot sebagai bahan persiapan mengajarkan kompetensi tersebut dalam dunia pendidikan.

Pembelajaran menulis anekdot terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) penilaian. Peran pendidik begitu sentral dalam pembelajaran. Pendidik dituntut untuk mampu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan juga penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, mengemasnya semenarik mungkin sehingga mampu mendorong motivasi dan membangkitkan semangat belajar siswa. Yusi (2012:4) menyatakan “ketercapaiannya tujuan pembelajaran juga bergantung pada kemampuan guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai”. Selain itu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku hal ini agar tidak terjadi perbedaan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pemerintah.

(3)

atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan; 4) Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian krisis tadi; 5) Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan memberi kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang yang ditulis.

Pada dasarnya, anekdot hanya terbagi atas dua jenis, yakni lisan dan tulisan. Anekdot lisan merupakan jawaban yang bersifat menyindir dan disampaikan secara langsung, sedangkan anekdot tulisan merupakan bentuk karya yang diproduksi secara tertulis yang didalamnya terkandung sindiran yang bersifat humor (lucu). Dalam penelitian ini, jenis anekdot yang akan diteliti adalah anekdot tulisan karena dapat terukur dengan baik dan mewakili penilaian objektif.

Dalam mata pelajaran anekdot, peserta didik dituntut agar mampu menulis anekdot berdasarkan struktur isi dan ciri teks anekdot. Struktur isi terdiri dari abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Ciri teks anekdot bersifat sindiran, lucu, protes sosial, dan dari tokoh penting maupun tokoh rekaan.

Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Teks Anekdot

No. Aspek Kompetensi

1. Isi Menguasai topik tulisan; substantif; abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda yang relevan dengan topik yang dibahas.

2. Struktur Ekspresi lancar; gagasan terungkap padat dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (abstraksi- orientasi-krisis-reaksi-koda); serta kohesif.

3. Kosakata Penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan

No. Aspek Kompetensi

efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat. 4 Kalimat Konstruksi kompleks dan

efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi). 5. Mekanik Menguasai aturan

penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf.

Sebagai sebuah karya tulis, anekdot memiliki ciri khas kebahasaan yang menjadi penanda teks. Hal itu tampak pada beberapa bagian, antara lain: 1) Menggunakan konjungsi (kata penghubung) dalam menyatakan unsur peristiwa yakni konjungsi temporal seperti lalu, kemudian, setelah itu dan sebagainya; dan juga menyatakan akibat yakni konjungsi akibatnya, maka, dan sebagainya; 2) Menggunakan gaya bahasa, khususnya majas metafora; 3) Memiliki pertanyaan retoris; 4) Mengandung unsur lucu (berbau humor); 5) Menggunakan kalimat perintah yang ditandai dengan kata seru; 6) Mengandung sindiran yang dapat diungkapkan dengan pengandaian atau dengan lawan kata (antonim); 7) Ditandai dengan adanya partisipan (pelaku).

(4)

bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan.

Berhubungan dengan itu, pada materi bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis teks anekdot, kompetensi yang diharapkan mengarah pada kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik melalui produksi teks anekdot

Berkaitan dengan hal itu, kegiatan pembelajaran harusnya menggunakan prinsip sebagai berikut.

a. berpusat pada peserta didik,

b. mengembangkan kreativitas peserta didik,

c. menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang,

d. bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan juga kinestetika, dan

e. menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Pada suatu kegiatan belajar-mengajar, siswa diajak untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi-informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa (konstruktivisme). Itu sebabnya, siswa dibantu agar dapat melibatkan diri secara aktif untuk mengembangkan potensinya sehingga menjadi suatu kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar untuk siswa sehingga

mereka dapat melakukan beragam aktivitas yang dapat membantu mereka untuk mengembangkan potensi menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum 2013 atau bahkan melebihinya. Pengalaman belajar semakin lama semakin meningkat hingga akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan belajar mandiri dan tetap sebagai salah satu fondasi untuk menjadi pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner).

Pembelajaran kurikulum 2013 memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan pembelajaran memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan pembelajaran lainnya. Hal ini tentu saja bergantung pada sifat konten yang sedang dipelajari siswa. Walaupun begitu, aspek pengetahuan (kognitif) akan selalu menjadi faktor penggerak untuk pengembangan kemampuan lain (afektif dan psikomotor).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini diarahkan pada penelitian bertajuk, “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Berbasis Kurikulum 2013 pada Mahasiswa Semester Tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas HKBP Nommensen”. Yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: a. Pentingnya mengukur dan juga menganalisis kemampuan yang diperoleh mahasiswa dalam menulis teks anekdot. b. Pentingnya mengajarkan pembelajaran menulis teks anekdot sebagai bahan persiapan bagi mahasiswa untuk mengajarkan kompetensi tersebut dalam dunia pendidikan.

(5)

telaahnya pada analisis kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013. Sehingga, sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah di atas hanya didasarkan pada dua hal berikut: a. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013? b. Apakah kurikulum 2013 tepat digunakan pada pembelajaran menulis teks anekdot? Rumusan masalah tersebut dibuat untuk mencapai tujuan yang antara lain: a. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013. b. Untuk mengetahui ketepatan kurikulum 2013 yang diterapkan pada pembelajaran menulis teks anekdot. Berdasarkan pemaparan teori di atas, maka penelitian ini mengacu pada pertanyaan, “Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot berbasis kurikulum 2013 pada mahasiswa semester tiga prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas HKBP Nommensen?”

3. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan kenyataan bahwa semua perencanaan penelitian sudah dirumuskan dengan jelas, baik usulan desain, tujuan, instrumen, dan jenis data yang diperoleh dari penelitian ini. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2014/ 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Arikunto (1998:115) menyatakan, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester tiga

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2014/ 2015 yang terdiri atas 2 kelas seperti di bawah ini.

Tabel 2. Rincian Populasi Penelitian

Grup A Grup B

25 orang 26 orang

Populasi penelitian ini hanya berjumlah 51 orang. Sesuai dengan konsep penelitian, populasi yang berjumlah kurang dari 100 orang, sebaiknya diambil semua untuk memaksimalkan hasil penelitian (Arikunto, 2002: 112). Oleh karena itu, semua populasi tersebut digunakan sebagai subyek penelitian sehingga penelitian ini bersifat penelitian populasi.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes uraian menulis teks anekdot. Tes tersebut dibentuk berdasarkan produk kerja mahasiswa dalam kegiatan menulis teks anekdot.

Adapun yang menjadi kriteria penilaian dalam kegiatan menulis anekdot dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Profil Penilaian Menulis Teks Anekdot

No Kisi-kisi

1. ISI

Sangat baik-sempurna: menguasai topik tulisan; substantif;abstraksi-orientasi-krisis-reaksi-koda; relevan dengan topik yang dibahas (27-30)

Cukup-baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan tesis terbatas; relevan dengan topik, tetapi kurang terperinci (22-26)

Sedang-cukup: penguasaan

permasalahan terbatas; substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai (17-21)

(6)

No Kisi-kisi

relevan; tidak layak dinilai (13-16) 2. STRUKTUR

Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik; urutan logis (abstraksi^orientasi^krisis^reak si^koda); kohesif (18-20)

Cukup-baik: kurang lancar; kurang terorganisasi, tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis, tetapi tidak lengkap (14-17)

Sedang-cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis (10-13) Sangat kurang-kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi; tidak layak dinilai (7-9)

3. KOSAKATA

Sangat baik-sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat (18-20)

Cukup-baik: penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi tidak mengganggu (14-17)

Sedang-cukup: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau tidak jelas (10-13) Sangat kurang-kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai (7-9)

4. KALIMAT

Sangat baik-sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi) (18-20)

Cukup-baik: konstruksi sederhana, tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa

No Kisi-kisi

(fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna cukup jelas (14-17)

Sedang-cukup: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur (10-13) Sangat kurang-kurang: tidak menguasai tata kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai (7-9)

5. MEKANIK

Sangat baik-sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf (9-10)

Cukup-baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna (7-8) Sedang-cukup: sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur (4-6)

Sangat kurang-kurang: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai (1-3)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini diarahkan pada tiga bagian yakni.

3.5.1 Pengumpulan data

(7)

dengan sistematis, prosedur yang benar, keuletan, dan kesabaran.

3.5.2 Menganalisis data yang telah diseleksi

Data-data yang dikumpulkan dari mahasiswa semester tiga prodi Pendidikan Bahasa Indonesia yakni data-data yang berkenaan dengan butir-butir aspek yang diteliti. Aspek tersebut disesuaikan dengan butir-butir penilaian menulis teks anekdot. Hasil yang diperoleh akan dianalisis dengan perhitungan analisis kuantitatif yaitu dengan menghitung persentase setiap butir yang akan diperoleh dengan rumus:

Kriteria pemberian skor dibuat sesuai dengan skor penilaian yang ditetapkan dalam peraturan penilaian pada Buku Panduan Universitas HKBP Nommensen.

Tabel 4. Skor Penilaian Akhir Menulis Teks Anekdot

Nilai Angka Nilai Huruf

(85 – 100) A

(77 – 84) B+

(70 – 76) B

(65 – 69) C+

(60 – 64) C

(50 – 59) D

(0 – 49) E

3.5.3 Menyimpulkan

Untuk tahap terakhir, akan ditarik kesimpulan berdasarkan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa dalam pembelajaran menulis teks anekdot.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini sejalan dengan instrumen yang telah digunakan sebelumnya, yakni berupa teks anekdot tertulis. Teks anekdot tersebut dianalisis dengan mengacu pada aspek yang ditentukan sebelumnya sehingga menghasilkan data kuantitatif yang akan

dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan berikut ini.

4.2 Pembahasan Penelitian

Di bawah ini dijelaskan perolehan serta persentase kemampuan siswa dalam menentukan isi anekdot.

4.2.1 Aspek Kemampuan Menentukan Isi

Dalam hal ini, peneliti sekaligus sebagai pengajar terlebih dahulu mendeskripsikan hakikat sebuah anekdot, lalu mengarahkan mahasiswa untuk mulai menulis dengan mengacu pada esensi serta struktur anekdot. Cara paling sederhana adalah dengan menyuruh mahasiswa menemukan ide yang akan dijadikan topik, lalu mencari bahan yang dijadikan sebagai mediasi penyampai ide, yakni teks anekdot. Berikut persentase penilaian yang diperoleh.

Tabel 6. Persentase Perolehan Aspek Isi

No Indikator Jumlah

Mahasis wa

%

1 Sangat baik –

sempurna 26 orang 51% 2 Cukup – baik 16 orang 31,37 % 3 Sedang – cukup 7 orang 13,72

% 4 Sangat kurang -

kurang 2 orang 3,91%

Berdasarkan tabel tersebut, ada 26 orang mahasiswa yang mencapai indikator sangat baik – sempurna. Itu artinya, mahasiswa telah mampu menemukan ide dan bahan sebagai esensi teks anekdot. 4.2.2 Aspek Kemampuan Menentukan Struktur

(8)

teks. Oleh karena itu, teks yang telah dituliskan harus memiliki kelima struktur tersebut tanpa berganti posisi.

Tabel 7. Persentase Perolehan Aspek Struktur

No Indikator Jumlah

Mahasiswa % 1 Sangat baik –

sempurna 25 orang 49,01% 2 Cukup – baik 9 orang 17,64% 3 Sedang – cukup 7 orang 13,72% 4 Sangat kurang -

kurang 10 orang 19,6% Hal yang sama juga tampak pada aspek struktur ini. Tabel berikut juga menunjukkan bahwa indikator sangat baik – sempurna diperoleh 25 mahasiswa. Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti diperoleh kesimpulan bahwa mereka cenderung kesulitan menentukan struktur reaksi dan koda karena ada kalanya keduanya memiliki substansi yang sama. Contoh dapat dilihat pada lampiran.

4.2.3 Aspek Menggunakan Kosakata Dalam hal ini, tampak bahwa beberapa mahasiswa memiliki penguasaan kosakata yang masih rendah. Sebagai seorang yang berasal dari Suku Batak, kosakata mereka masih kental dengan variasi Medan. Hal yang serupa juga tampak pada penguasaan menyusun kalimat pada aspek keempat. Hal ini sangat penting dalam menulis teks anekdot sebab kemampuan merangkai kata, kelogisan kalimat, kohesi, serta koherensi merupakan esensi kemampuan menulis.

Tabel 8. Perolehan Persentase Aspek Kosakata

No Indikator Jumlah

Mahasiswa %

1 Sangat baik – sempurna 28 orang 54,9%

2 Cukup – baik 18 orang 35,29%

3 Sedang – cukup 5 orang 9,8%

4 Sangat kurang - kurang - -

4. Aspek Menyusun Kalimat

Salah satu indikasi

kekurangmampuan mahasiswa dalam

menyusun kalimat tampak dalam teks anekdot seperti yang dikutip berikut ini.

a) Sepulang dari sekolah akibat terlalu banyak jajan merasakan sakit perut. (Teks Anekdot Nova Lestari Silitonga)

b) Melihat si abang yang menahankan rasa sakit ibu pun menghampirinya. (Teks Anekdot Nova Lestari Silitonga)

c) Berangkatlah anak tersebut ke perantauan.(Teks Anekdot Dora Panjaitan)

d) Diingatnya pesan ibunya. (Teks Anekdot Dora Panjaitan)

Namun demikian, perolehan persentase aspek kalimat ini juga menunjukkan nilai yang sangat baik. Hal itu tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Perolehan Persentase Aspek Kalimat

No Indikator Mahasiswa Jumlah % 1 Sangat baik – sempurna 27 orang 52,94% 2 Cukup – baik 17 orang 33,33% 3 Sedang – cukup 7 orang 13,72% 4 Sangat kurang - kurang - -

4.2.5 Aspek Mekanis

Di antara semua aspek dalam menulis teks anekdot, aspek mekanis merupakan aspek yang paling bermasalah. Tampak 20 mahasiswa hanya mampu berada pada indikator cukup – baik. Meski aspek ini bukan orientasi kemampuan menulis teks anekdot, tetapi aspek ini juga harus selalu tercantum pada setiap kemampuan menulis. Dalam hal ini, beberapa kesalahan mekanis yang terdapat dalam teks anekdot mahasiswa disajikan seperti berikut.

a) Si A mengatakan kepada si B ”mengapa suara yang kau keluarkan begitu menggangguku?” (Teks Anekdot Dina Mariana Lumban Siantar)

(9)

ibu tidak di rumah, ibu tidak mau bertemu kakek tua seperti itu. udah gitu aja. (Teks Anekdot Sri May Astuti Simbolon)

Berdasarkan dua contoh kalimat di atas tampak bahwa mahasiswa kesulitan menempatkan tanda baca. Untuk kalimat a) tampak bahwa tanda koma tidak ditempatkan sebelum memulai kutipan langsung. Selain itu, awal kalimat pada kutipan langsung juga tidak dimulai dengan huruf kapital. Sedangkan, untuk kalimat b) juga tampak bahwa penempatan tanda kurung tidak tepat. Selain itu, ada penempatan kata yang salah yakni sambil berkata. Hal itu menunjukkan bahwa penggunaan mekanis belum dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa.

Tabel 10. Perolehan Persentase Aspek Mekanis

No Indikator Jumlah

Mahasiswa %

1 Sangat baik – sempurna 24 orang 47,08%

2 Cukup – baik 20 orang 39,21%

3 Sedang – cukup 5 orang 9,8%

4 Sangat kurang - kurang 2 orang 3,92%

Berdasarkan perolehan dan pembahasan data tersebut, berikut disajikan nilai skor akhir kemampuan mahasiswa dalam menulis teks anekdot.

Tabel 11. Nilai skor Akhir Kemampuan Menulis Anekdot

No Skor Akhir Jumlah

Mahasiswa % 1 A (85 – 100) 29 orang 56,86 % 2 B+ (77 – 84) 10 orang 19,60%

3 B (70 – 76) 5 orang 9,8% 4 C+ (65 – 69) - -

5 C (60 – 64) 2 orang 3,92% 6 D (50 – 59) 3 orang 5,88 % 7 E (0 – 49) 2 orang 3,92%

Tabel di atas menunjukkan bahwa di antara 51 mahasiswa, terdapat 29 orang yang mampu memperoleh nilai A, 10 orang memperoleh nilai B+, 5 orang memperoleh nilai B, 2 orang memperoleh nilai C, 3 orang memperoleh nilai D, dan 2 orang memperoleh nilai E. Mahasiswa yang

memperoleh nilai E kesulitan menguasai mekanik penulisan serta menguasai penggunaan kosakata dan kalimat.

Teks anekdot merupakan materi baru yang dimasukkan dalam Kurikulum 2013. Materi ini cukup menarik dan mengandung utilitas. Pengamatan peneliti, mahasiswa juga cukup antusias mengikuti pembelajaran materi ini. Hal itu disebabkan anekdot merupakan salah satu media yang cukup tepat untuk mengkritisi hal-hal yang kurang baik. Oleh karena itu, kesulitan-kesulitan dalam menulis teks anekdot akan diperbaiki ke depannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

5. KESIMPULAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, berikut ini diperoleh simpulan penelitian.

a. Perolehan persentase aspek menentukan isi pada indikator sangat baik dicapai oleh 26 orang mahasiswa dengan persentase 51 %. Perolehan persentase aspek menentukan struktur pada indikator sangat baik dicapai oleh 25 orang mahasiswa dengan persentase 49,01 %. Perolehan persentase aspek menggunakan kosakata pada indikator sangat baik dicapai oleh 28 orang mahasiswa dengan persentase 54,9 %. Perolehan persentase aspek menyusun kalimat pada indikator sangat baik dicapai oleh 27 orang mahasiswa dengan persentase 52,94 %. Perolehan persentase aspek menguasai mekanik pada indikator sangat baik dicapai oleh 24 orang mahasiswa dengan persentase 47,08 %. b. Di antara 51 mahasiswa, terdapat 29

(10)

5.2 Saran

Teks anekdot merupakan materi baru yang cukup menarik dan mengandung utilitas. Selain mengarahkan mahasiswa mampu menulis, materi ini juga memfasilitasi kritik-kritik sosial yang dapat disampaikan dengan humoris tetapi tetap mengandung amanat. Oleh karena itu, ada

baiknya kesulitan-kesulitan dalam menulis teks anekdot dapat diperbaiki ke depannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Meski pada akhirnya Kurikulum 2013 diberhentikan sementara, tetapi materi ini cukup baik diajarkan dalam aspek keterampilan menulis.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2005. Manajemen Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Faiq, M. 2013. Pandangan tentang Pembelajaran menurut Kurikulum 2013, [Diakses tanggal 20 September 2014] Tersedia dalam penelitiantindakankelas.blogspot.co m/.

Fauzi, A. 2014. Pengertian Anekdot, bagian Anekdot, dan Contoh Lengkap Anekdot [Diakses September 2014]

Tersedia dalam

http:akbarfaurazi.blogspot.com/201 4/01/pengertian-anekdot-bagian-anekdot-dan.html.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. [Diakses tanggal 01 Maret 2014]

Tersedia dalam

http://kangmartho.com.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan Discovery Learning). Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Kokasih., E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusasteraan. Bandung: Yarma Widya.

Panudji, N.S., dkk. 2014. Pembelajaran Menulis Anekdot Siswa SMA Kelas X. Malang: Universitas Negeri Malang. Academia.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 2009. Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Universitas HKBP Nommensen. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Gambar

Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Teks
Tabel 3. Profil Penilaian Menulis Teks

Referensi

Dokumen terkait

54 Barangkali dua dari enam anak Sultan Fakhruddin yang bergabung dalam pasukan Melayu Inggris sebelumnya sudah bergabung dengan pasukan ini semasa Ceylon masih diperintah

Karena tidak ada penjelasan mengapa DOM merupakan solusi yang lebih baik dari pada normal anchor dan karena di paper pertama yang telah dijelaskan

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut (Karim 2011). Bank umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah.

Catatan: Kegiatan ini digunakan untuk memahamkan siswa tentang KD BAHASA INDONESIA (3.7 dan 4.7), hasil kegiatan dapat digunakan sebagai data bagi guru untuk melihat

Data yang dimaksud adalah beberapa data yang dikumpulkan bersumber dari data BPS (Sensus dan Survey) serta fasilitas pelayanan masyarakat (kantor pemda, kantor dinas, puskesmas,

Jawatankuaea akan m enggunakan penga ruhnya untuk me mujuk tu u n tanah tereebut ftu po.ya menyertai Rancangan Tanam Semula.. University

Studi ini menganalisa tentang dinamika politik dalam implementasi kebijakan kampanye putaran kedua pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017. Kebijakan