• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG MUTU PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP SIKAP UNTUK DETEKSI DINI KATARAK DI KELURAHAN PEJAGAN KECAMATAN BANGKALAN PULAU MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG MUTU PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP SIKAP UNTUK DETEKSI DINI KATARAK DI KELURAHAN PEJAGAN KECAMATAN BANGKALAN PULAU MADURA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG MUTU

PELAYANAN PUSKESMAS TERHADAP SIKAP UNTUK DETEKSI

DINI KATARAK DI KELURAHAN PEJAGAN KECAMATAN

BANGKALAN PULAU MADURA

Hanifatur R., Dwi Ernawati, Merina Widyastuti, , Nur Chabibah, Erwinda Trisatya. ernadwi_80@yahoo.co.id/ 081332049814

STIKES Hang Tuah Surabaya

ABSTRAK

Mutu pelayanan kesehatan dapat memicu sikap untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat nelayan, salah satunya dengan deteksi dini katarak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara presepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas terhadap sikap deteksi dini katarak. Desain penelitian menggunakan analitik observasional, pendekatan cross sectional. Sampel diambil menggunakan probability simple random sampling dengan perhitungan proportionate stratified sampling. Jumlah sampel 64 masyarakat nelayan. Variabel independen yaitu persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas, dan variabel dependen yaitu sikap untuk deteksi dini katarak. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-squaredengan tingkat kemaknaan ρ<0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap positif untuk deteksi dini katarak berjumlah 39 responden, dan sikap negatif untuk deteksi dini katarak sebanyak 25 responden. Uji statistik persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini katarak didapatkan ρ=0,002, artinya terdapat hubungan persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini katarak. Implikasi penelitian ini adalah persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas berhubungan dengan sikap untuk deteksi dini katarak, Puskesmas harus lebih meningkatkan pendekatan dengan masyarakat untuk meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas dan menumbuhkan sikap positif.

Kata kunci : persepsi, mutu pelayanan Puskesmas, sikap, katarak

1. PENDAHULUAN

Kesehatan masyarakat bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (Alhamda, 2015: 3). Kesehatan masyarakat dapat tercapai jika mutu dan pelayanan kesehatan dapat tercapai. Masyarakat saat ini menuntut pelayanan yang lebih baik, bermutu dan dengan biaya yang terjangkau. Menurut Mactos dan Killer (1989, dalam Mubarak dan Nurul, 2009: 304), Upaya menjaga mutu (Quaility Assurance) merupakan sistem manajemen yang mengangkat “kualitas” sebagai strategi pelayanan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik, bermutu dan dengan biaya yang terjangkau (Mubarak & Nurul, 2009: 295). Menurut Blom (dalam Mubarak, 2009) mengatakan terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Menurut Alamsyah (2012: 69), visi, misi, dan tujuan Puskesmas masih belum dipahami sepenuhnya oleh pimpinan dan staf Puskesmas. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, banyak ditemukan masyarakat yang tidak menggunakan fasilitas Puskesmas dengan maksimal. Kesadaran masyarakat nelayan dalam menjaga kesehatan mata juga kurang, hal ini dapat dilihat banyaknya nelayan yang tidak menggunakan pelindung mata ketika melaut. Kondisi seperti ini dapat melemahkan komitmen, dukungan, dan keikutsertaan mereka dalam mengembangkan fungsi kuratif yang dilakukan di dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapat perhatian. Dengan kata lain belum berdasarkan pada paradigma sehat.

(2)

sembuh jika berobat ke praktek kesehatan mandiri, dokter atau perawat dan menganggap pelayanan Puskesmas kurang bermutu karena melihat beberapa tetangga yang berobat ke Puskesmas tidak sembuh serta mendengar bahwa pelayanan Puskesmas kurang memuaskan, 4 orang mengatakan pernah berobat ke Puskesmas namun mengatakan tidak begitu puas karena terkadang obat yang dibutuhkan tidak ada dan pelayanan kurang ramah, 4 orang mengatakan selalu ke Puskesmas karena mempunyai asuransi kesehatan sehingga sayang jika tidak digunakan, namun dari 15 orang yang diwawancarai oleh peneliti tidak ada satupun yang pernah melakukan pemeriksakan kesehatan mata walaupun 10 diantaranya mengalami penglihatan kabur, dan 2 orang terlihat adanya katarak di bagian lensa karena menganggap gangguan penglihatan tersebut merupakan hal biasa dan hanya sedikit mengganggu pekerjaan mereka.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menyatakan katarak atau kekeruhan lensa merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak Indonesia maupun dunia. Hasil Riskesdas 2013 terdapat tiga terbanyak alasan penderita katarak belum operasi, yaitu 51,6% karena tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai dan 8,1% karena takut operasi.

Data KEMENKES pada tahun 2009, menyatakan masyararakat yang menderita katarak baru mendapat pelayanan operatif adalah 10% (penderita yang datang langsung ke rumah sakit), sedangkan 90% penderita masih bersifat menunggu datangnya pelayanan kesehatan akibatnya timbul penumpukan penderita katarak yang masih tinggi. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya katarak antara lain kerusakan oksidatif (dari radikal bebas), sinar ultraviolet, dan mal nutrisi (Eva &John, 2009: 169). Menurut Tamsuri (2010: 56) akhir –akhir ini ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak, tampak lebih nyata. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet mempunyai efek terhadap lensa. Secara kimiawi katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan Natrium dan Kalsium bertambah,

sedangkan kandungan Kalium, Asam Askorbat, dan Protein berkurang. Dampak katarak pada kesehatan mata yaitu dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat, elastisitas lensa akan mengalami penurunan, terjadinya pengkabutan pandangan karena adanya hambatan jalan cahaya ke retina, protein lensa akan mencair sehingga cairan ini akan keluar kapsul lensa yang utuh sehingga pada katarak hipermatur nucleus lensa akan mnegambang dengan bebas, sehingga akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan mengalami kebutaan (Tamsuri, 2010).

Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum berkembang secara optimal. Respon keaktifan masyarakat dalam menggunakan fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas Puskesmas utamanya dalam upaya promotif dan preventif. Pada akhirnya akan berdampak pada sikap masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan Puskesmas untuk menjaga kesehatannya terutama kesehatan mata yang dominan masyarakat dengan profesi nelayan sering terpapar sinar matahari dan beresiko tinggi untuk terkena katarak.

Peran perawat utamanya dalam menjaga kesehatan mata dapat dilakukan dengan memberikan promosi kesehatan, pemeriksaan mata secara berkala untuk memberikan pengetahuan tentang katarak, sebagai bentuk usaha untuk mengurangi resiko terjadinya katarak khususnya pada nelayan. Peran perawat pada masyarakat yang telah mengalami ganguan mata dapat melakukan asuhan keperawatan serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk terapi lanjutan bagi nelayan yang sudah mengalami gangguan mata.

(3)

2. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Waktu, Lokasi dan Partisipan

Kegiatan pengabdian masyarakat STIKES Hang Tuah Surabaya ini dilakukan pada tanggal 9 April 2016 di Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura.

2.2. Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan Snellen Chart, buku tulis, pena, materi penyuluhan yang disiapkan dalam bentuk power point dan leaflet serta kacamata anti UV.

2.3. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari penyuluhan, pengukuran visus, pemberian kaca mata anti UV.

Peneliti mengumpulkan nama calon responden yang didapat dari data warga disetiap RW, kemudian peneliti mendata nama-nama responden untuk selanjutnya dilakukan pengambilan data dan pengabdian masyarakat. Berdasarkan data yang ada Jumlah responden sebanyak 64 orang.

Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner terhadap responden untuk dimintai persetujuan menjadi responden penelitian dengan memberikan informed consent. Setelah responden setuju, peneliti menjelaskan prosedur pengisian kuesioner. Peneliti meminta responden untuk mengisi lembar biodata, informed consent, dan kuesioner. Setelah itu diadakan pengukuran visus, pemberian kuesioner untuk mengukur sikap dan persepsi masyarakat nelayan terhadap mutu pelayanan Puskesmas dan pembagian kacamata anti UV.

2.4. Metode Pengolahan dan Analisa Data Desain penelitian menggunakan metode analitik observasional dengan cara pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura berjumlah 75 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu Proportionate stratified sampling dengan pendekatan Probability: simple random sampling dengan jumlah sampel 64 orang. Waktu yang disediakan peneliti untuk respoden mengisi kuesioner adalah 10 menit, setelah semua kuisioner terkumpul peneliti memilih kuisioner secara acak dan yang sesuai dengan kriteria inklusi

serta tidak ada pertanyaan yang terlewatkan dalam kuisioner, sehingga peneliti dapat menggunakan kuisioner dengan baik dan mudah. hasil lembar kuesioner tersebut peneliti dapat mengetahui hubungan persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas dengan sikap untuk deteksi dini katarak di Kelurahan Pejagan, Kecamatan Bangkalan, Pulau Madura dengan menggunakan aplikasi komputer dengan analisis data Chi Square.

2.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer melalui dua cara, yaitu wawancara dan observasi dengan data demografi maupun kuesioner. Data primer diperoleh dari data kuesioner yang di isi responden tentang persepsi masyarakat masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan puskesmas terhadap deteksi dini katarak di Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura. Data sekunder yang digunakan adalah data yang berasal dari publikasi, literatur, maupun buku-buku teks yang mendukung kegiatan ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat diukur dengan melakukan analisa hasil kuesioner tentang persepsi masyarakat terhadap mutu pelayanan Puskesmas terhadap sikap deteksi dini katarak pada masyarakat nelayan di desa Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Persepsi masyarakat nelayan tentang mutu pelayanan Puskesmas di Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura sebagian besar adalah positif.

Sikap untuk deteksi dini katarak pada masyarakat nelayan di Kelurahan Pejagan Kecamatan Bangkalan Pulau Madura sebagian besar adalah positif.

(4)

REFERENSI

1. Alamsyah, Dedi. (2011). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

2. Ariyadi, Hilal. (2005). Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Dokter Ditinjau dari Karakteristik dan Mutu Pelayanan Dokter di Instalasi Rawat Jalan RSI Sunan Kudus. http://core.ac.uk. Diunduh pada tanggal 30 Mei, pukul 21.15 WIB.

3. Azwar, Saifuddin. (2015). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya Edisi 2. Pelayanan Kesehatan & Askeptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.Satria Negara, M.F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika.

6. Eva, Paul Riordan, John P. Whitcher. (2009). Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. Jakarta: EGC.

7. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Pengantar Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

8. Ilyas, S., dan Sri, R. Y. . (2013). Ilmu Penyakit Mata Edisi Empat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

9. Infodatin-penglihatan,

http://www.depkes.go.id , diunduh

tanggal 15 Januari 2016 jam 18.00 WIB 10. James, B., et al. (2005). Lecture Notes

Oftalmologi. Jakarta: Erlangga.

11. Kebutaan di Indonesia Merupakan

Bencana Nasional.

http://www.depkes.go.id, diunduh tanggal 2 Februari 2016 jam 20.00 WIB.

12. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Hasil RISKESDAS

2013. www.depkes.go.id. Diunduh

tanggal 6 Januari 2016 jam 19.00 WIB 13. Maulana, Heri D. J. . (2009). Promosi

Kesehatan. Jakarta: EGC

14. Mariana, M. S., Et al. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan.

http://ejournal-stik-sintcarolur.ac.id. Diunduh pada tanggal 30 Mei 2016, pukul 21.00 WIB.

15. Mubarak, W. I. dan Nurul, C. . (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. 16. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

17. Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakata: Rineka Cipta.

18. Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakata: Rineka Cipta.

19. Noorkasiani. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

20. Olver, J., dan Lorraine, C.. (2011). At a Glance Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 21. Perdana, Satria. (2016). Bahaya Pakai

Kacamata Murahan.

http://hallosehat.com. Diunduh pada tanggal 13 Juni 2016, pukul 18.40 WIB 22. Praja, Juhaya. S.. (2013). Psikologi

Kepribadian (Lanjutan) Studi Atas Teori Tokoh Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.

23. Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

24. Sarwono, S. W., dan Eko, A. M. (2015). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Medika.

25. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

26. Satrianegara. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

27. Sutanto. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengankeluhan Photokeratokonjungtivitis Pada Operator Lasdi Bengkel Las Kecamatan Biringkanaya Kotamakassar. http://respiratory.unhas.ac.id. Diunduh pada tanggal 11 Juni 2016, pukul 21.15 WIB

28. Tamsuri, Anas. (2010). Klien Gangguan Mata & Penglihatan: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

(5)

Penyakit Ringan Sampai Kronis. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

30. Tarwono,. et al. (2009). Anatomi Fisiologi Untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keadaan tersebut dan berbgai faktor yang dapat mempengaruhi nasabah untuk menggunakan Go-Mobile maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait

peristiwa yang dialami oleh korban termasuk kekerasan fisik yang telah ditentukan berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45 yang berisi setiap orang

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pengadaan Alat Inventaris Kantor pada KPP Madya

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta Lelang Rehabilitasi Asrama Go.Kandaow, Tahun

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan

The cognitive advantages of adults take place especially in formal language learning situations, since they possess a greater memory storage capacity for analytic

Kesimpulan yang didapat dengan adanya Corporate-CD ini yaitu membantu semua pihak dalam mendapatkan informasi mengenai seluk beluk sekolah Kyriakon dengan jelas dan lengkap..