• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun P"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Proses Pembelajaran

Untuk melakukan proses pembelajaran, terlebih dahulu harus di ketahui arti

proses pembelajaran, proses pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar di kelas, yang ada hanya siswa dan guru yang didalamnya terjadi kegiatan interaksi timbal

balik yang berlangsung secara edukatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang ingin di capai. Menurut Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai “ segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, dan efisien”.

Menurut Rooijakkers (1991:114) “ Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan progam pendidikan.

Sedangkan menurut Winkel (1991:200) “ Proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat simpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh seorang guru dengan siswa yang terjadi secara langsung di suatu lingkungan baik lingkungan dalam kelas ataupun lingkungan luar kelas. Pembelajaran yang bersangkutan dengan alam akan lebih efektif jika, pembelajaran tersebut di laksanakan di luar kelas,

(2)

tersebut akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang baru dan bersifat nyata yang akan di ketahui siswa. Pengetahuan tersebut tidak hanya bersifat sementara akan tetapi pengetahuan tersebut bersifat lama didalam pikiran siswa.

Proses pembelajaran secara nyata tersebut melibatkan siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Sehingga pembelajaran menjadi mudah diserap

oleh siswa karena sebelum pembelajaran tersebut berlangsung siswa sudah pernah melihat, mengalami, bahkan sudah pernah di lakukan dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan cara ini siswa menemukan makna.

Penemuan sebuah makna merupakan ciri utama dari Contexstual Teaching and Learning.

2.1.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran berawal dari kata “model” yaitu suatu rencana yang menjelaskan suatu objek. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa yang berada pada sebuah lingkungan belajar baik disuatu ruangan atapun di luar ruangan. Jadi, model pembelajaran adalah cara seorang guru dalam mengolah, mengarahkan suatu pembelajaran untuk menjadikan siswa mudah dalam menerima penjelasan dari guru pada suatu lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran menurut Richard I Arends adalah lebih mengacu pada pendekatan yang akan di gunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

(3)

berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata. Melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari apa yang di pelajarinya. Ciri khas Contexstual Teaching And Learning ditandai oleh tujuh komponen utama yaitu 1) Contructivism 2) inquiry 3) Questioning 4) learning community 5) modelling 6) reflection dan 7) Authentic Assessment.

Adapun tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan guru yaitu :

1). Konstruktivisme

Pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang dihasilkan dan diperbanyak melalui konteks yang minimal. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna atau maksud yang melalui pengalaman nyata. Pengalaman akan dirasakan memiliki makna atau maksud apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa itu sendiri.

2). Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan inti dari Contexstual Teaching and Learning (Contexstual Teaching And Learning) melalui cara menemukan akan memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang di perlukan bukan merupakan hasil dari mengingat berdasarkan materi yang didapat akan tetapi seperangkat fakta-fakta, yang merupakan hasil menemukan sendiri.

3). Bertanya (questioning)

Seseorang akan tahu diawali dengan bertanya oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam Contexstual Teaching And Learning. Melalui bertanya pembelajaran akan lebih hidup atau aktif, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam. Dengan bertanya maka:

(4)

2) Mengecek pemahaman siswa pada pembelajaran yang telah disampaikan 3) Membangkitkan minat siswa dalam bertanya

4) Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa

5) Mengetahui hal-hal yang di ketahui siswa dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa

6) Dapat membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan siswa

7) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

4). Masyarakat belajar (learning community)

Membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama serta memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Ketika mereka saling bekerja sama maka pengetahuan yang mereka dapatkan akan semakin bertambah. Ketika kita dan siswa dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula kita atau siswa mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain.

5). Pemodelan (modeling)

Pada pemodelan pembelajaran pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi semakin berkembang, guru dituntut dengan segudang tuntutan yang harus dihadapi serta dituntut untuk mencerdaskan siswa terutama pada sikap dan moral yang yang berkarakter dan disamping itu banyak siswa beraneka ragam, dan berbeda karakter, ini merupakan suatu tatangan untuk guru. Maka dari itu kini guru bukan satu-satunya sumber belajar untuk siswa melainkan sebagai fasilitaor siswa yang bertugas mendidik moral siswa. Seorang guru tidak lelah dalam mendidik moral mereka, berbagai upaya dan cara yang telah ia lakukan. Maka dari itu, pada pembuatan model dapat dijadikan cara alternatif untuk mengembangkan

pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan. 6). Refleksi (reflection)

(5)

tetapi jauh lebih penting dari itu bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar kelas atau lingkungan sekitar kelas yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 7). Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Tahap terakhir adalah melakukan penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap

pengalaman belajar siswa.

Jadi dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang bersifat nyata, dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan pada pembelajaran disekolah yang bisa menemukan suatu makna, makna yang berarti maksud dari belajar. Dengan didasari tujuh komponen yang sudah di jelaskan di atas yang harus di lakukan oleh seorang guru untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Langkah-langkah model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning ) pada kelas 4 pada materi IPA KD 2.4 Menjelaskan hubungan antara struktur bunga dengan fungsinya adalah sebagai berikut sebelum guru melakukan pembelajaran kontekstual pada anak sebaiknya guru membuat alur terlebih dahulu yaitu :

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar mandiri yaitu siswa dapat mengingat kembali pengalaman yang pernah berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Melaksanakan kegiatan inquiry pada pembelajaran IPA bagian-bagian tumbuhan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa, supaya siswa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi bagian-bagian bunga.

d. Menciptakan masyarakat yaitu guru membaginya dalam kegiatan kelompok,

berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

(6)

f. Membiasakan anak untuk merefleksi pada setiap pembelajaran yang telah di laksanakan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada masing-masing siswa.

Jadi pada model pembelajaran kontekstual ini siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA yang diawali dengan kata “Pembelajaran” artinya menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 yaitu Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogam dalam design intruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber.

Sedangkan IPA menurut Trowbidge dan Bybee adalah tubuh (bangun) pengetahuan dibentuk oleh proses pertemuan terus-menerus dan orang-orang yang terlibat didalam kegiatan ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing.

Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

(7)

dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Dari definisi “Pembelajaran” dan “IPA” di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan sebuah pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan alam yang didalamnya ada interaksi antara siswa, guru, dan lingkungan alam. Pembelajaran IPA tidak hanya fakta-fakta, prinsip-prinsip atau konsep-konsep saja,

akan tetapi suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA mengharapkan siswa bisa mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara langsung dan wahana untuk mengaitkan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat belajar IPA sebaiknya di lakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk atau negatif terhadap lingkungan.

Pada pembelajaran IPA sebaiknya di laksanakan secara efektif dengan cara a.Mampu memenuhi keingintahuan siswa misalnya pada saat kegiatan belajar

mengajar tentang bagian-bagian bunga sebaiknya siswa diajak langsung keluar dari kelas, sehingga siswa mudah menyerap materi pelajaran yang diberikan.

b.Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkomunikasikan pengalaman kehidupan sehari-hari kedalam proses pembelajaran sehingga siswa akan menemukan sebuah makna dari pembelajaran tersebut.

c.Menyediakan sarana dan prasana untuk belajar. Misalnya belajar tentang bagian-bagian bunga dengan begitu guru memberi kesempatan pada siswa untuk keluar kelas lalu mengamati bunga yang berada di luar kelas.

d.Menyediakan kesempatan untuk mengekplorasi alam sekitar. Guru mengajak siswa untuk berinteraksi dengan alam.

e. Penerapan IPA menegaskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan alam. Dalam pembelajaran tersebut siswa dibekali guna

(8)

keterampilan memakai alat dan bahan secara benar yang selalu memperhatikan keselamatan pada saat kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan data, menafsirkan data, mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah informasi secara fakta yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahakan masalah-masalah dalam sehari-hari.

2.1.1.3 Sintak Pembelajaran IPA

Sintak (langkah) pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning), yaitu :

Model pembelajaran kontekstual merupakan model yang mengusahakan untuk membuat siswa aktif dalam menggali kemampuan diri siswa dengan mempelajari konsep-konsep sekaligus menerapkannya dan mengaitkannya dengan dunia nyata di sekitar lingkungan siswa. Sejalan dengan itu, Elaine (dalam Rusman, 2012:187) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyususn pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut lagi, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa berada.

Hal inilah yang mendasari bahwa model kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) baik untuk diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. seperti yang kita ketahui, sejauh ini pembelajaran yang biasa guru lakukan masih bersifat konvensional, monoton, dan masih terpusat kepada guru saja. Sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, dan tidak diikut sertakan terlibat

secara langsung dalam pemecahan masalah yang diberikan guru pada proses pembelajaran. dengan demikian, siswa sekolah dasar khususnya cenderung diam,

(9)

Model pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) pada intinya adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. artinya siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang biasa dihadapi di lingkungan, sehingga pada masanya nanti siswa dapat mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyata yang dihadapi di lingkungannya. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, pembelajaran bukan suatu transformasi pengetahuan yang diberikan guru

kepada siswa dengan cara menghafal beberapa konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang di pelajarinya. Hal ini sangat erat kaitanya dengan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan pemerintah.

Adapun langkah-langkah yang harus di lakukan guru pada penerapan model pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut di bawah ini.

a. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengembangkan pemikirannya, untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna, berkesan, baik dengan cara meminta siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta menemukan sendiri jawabannya, kemudian memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan keterampilannya yang baru saja ditemuinya. Misalnya pada pembelajaran IPA kelas 4 tentang bagian-bagian bunga pada pembelajaran ini siswa diminta untuk menemukan nama-nama bagian bunga.

b. Dengan bimbingan guru, siswa di ajak keluar kelas untuk menemukan suatu fakta atau jawaban dari permasalahan yang disajikan guru.

c. Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan

untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Pada saat pengamatan mengenai bagian-bagian bunga guru harus memancing siswa untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan agar pemahaman siswa bertambah.

(10)

siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mengenai bagian-bagian bunga.

e. Guru mendemonstrasikan ilustrasi materi dengan model atau media yang sebenarnya. Sesudah dikelompokkan kemudian guru mendemontrasikan ilustrasi dengan media bunga secara kontekstual agar anak mengetahui bentuk nyata dari wujud bunga, bagian-bagian bunga dan fungsi – fungsi bagian bunga.

f. Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah di lakukan. g. Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).

Daryanto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian hasil belajar yaitu suatu pengetahuan-pengetahuan yang didapat oleh siswa dari hasil pengalaman yang didapat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang menemukan sebuah makna. Sama halnya pada pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

2.1.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hasil Belajar

(11)

kemampuan dari masing-masing ranah hasil belajar. Selanjutnya dari masing-masing tingkatan diberikan beberapa contoh bentuk instrumen penilaian.

Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar terutama pada siswa yaitu jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu obyek. Perubahan dari hasil belajar ini

dalam Taksonomi Bloom dikelompokkan dalam tiga ranah (domain), yakni: (1) domain kognitif atau kemampuan berpikir

(2) domain afektif atau sikap

(3) domain psikomotor atau keterampilan.

Para siswa dapat dikatakan berhasil dalam suatu belajar jika pada diri mereka telah terjadi perubahan dari salah satu aspek tersebut.

perubahan dalam aspek kemampuan bersikap misalnya dapat terjadi jika terjadi perubahan sikap yang kurang sopan akan menjadi sikap yang sopan yang lebih menghargai orang yang lebih tua. Contoh perubahan dalam aspek keterampilan misalnya, dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya. Contoh perubahan dalam aspek berfikir adalah dari tidak tahu menjadi tahu. Contoh dalam perubahan berfikir misalnya dari tidak tahu mengenai bagian-bagian setelah belajar akan mengerti. Dalam penyelenggaraan tiga aspek di atas, sebaiknya dinilai secara menyeluruh, karena prestasi belajar siswa sebaiknya memberikan gambaran secara menyeluruh sebagai hasil belajar siswa. Maka dari itu guru atau pendidik diwajibkan untuk memahami dan menguasai beberapa aspek perubahan teknik untuk menilai beberapa aspek perubahan belajar peserta didik.

2.1.2.3 Pengukuran

(12)

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang di lakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium,

dan merasakan.

Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:

1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Dari dua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan yang bersifat belum ditentukan kebenarannya karena dengan menggunakan kata mengira-ngira didalamnya mengandung makna pengukuran tersebut baru terlintas difikiran. Untuk pengukuran hasil belajar secara Kontekstual pada pembelajaran IPA kelas 4 yang harus diukur adalah proses siswa dalam bekerja. Contohnya dalam mengamati sebuah bunga apakah mereka melakukan dengan sungguh-sungguh atau tidak? dengan mengamati tersebut apakah dalam tes bisa memberikan hasil yang memuaskan atau belum ? dari hal tersebut kita bisa mengukur kemampuan seorang siswa dari proses dan kemudian hasil dari kegiatan mereka, setelah itu kita bisa menarik kesimpulan seberapa besar hasil belajar.

2.1.2.4 Hasil Belajar IPA

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan

standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir

(13)

belajar. Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang di capai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Syah, (1997: 91-92) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat di lihat dari tiga

aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakiakt IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan

memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang di perolehnya untuk memecahkan masalah yang

(14)

bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, hasil belajar hasil yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

Contoh dalam materi bagian-bagian bunga, dimensi produk yang harus didapat siswa yaitu pemahaman konsep bagian-bagian bunga serta fungsinya, perbedaaan

bunga sempurna serta nama dari masing-masing bagian bunga. Berawal dimensi proses, siswa diharapkan mempunyai keinginan untuk mengetahui bagian, fungsi dari bunga. Dan harapannya siswa dapat mengaitkan pembelajaran yang telah didapat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 KAJIAN HASIL PEMBELAJARAN

Kajian hasil pembelajaran pada metode kontektual pembelajaran IPA kelas 4 pada materi bagian-bagian bunga. Siswa diharapkan pada hasil pembelajaran IPA kelas 4 pada bagian-bagian bunga pada saat proses pembelajaran siswa bisa mengaitkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari mereka ke dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa mudah menyerap pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Pada hasil pembelajaran ini nanti diharapkan semua siswa dapat mencapai pada tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan dengan hasil nilai siswa yang memuaskan bagi siswa itu sendiri dan semua pihak. Siswa bisa menerapkan ilmu yang mereka dapat kedalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) menajadi pembelajaran yang bermakna.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

(15)

konvensional guru menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa secara kelompok. Siswa cenderung pasif selama proses belajar mengajar. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran tertentu perlu diterapkan guna melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran IPA.

Model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) merupakan pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu

menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya Elaine (2009). Dengan model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning), pembelajaran siswa yang sebelumnya hanya mendengarkan penjelasan dari guru menjadi lebih aktif, terdapat kerja kelompok yang melibatkan interaksi antarsiswa maupun siswa dengan guru.

Pembelajaran diawali penyajian kelas oleh guru secara klasikal menggunakan presentasi verbal atau teks. Setelah penyajian materi, siswa dibagi menjadi kelompok kecil terdiri dari 1-2 siswa. Hal ini di lakukan agar siswa belajar untuk saling menerima kekurangan maupun kelebihan orang lain. Setelah pembentukan kelompok, anggota kelompok keluar dari ruang kelas untuk mengamati tumbuhan yang ada ditaman sekolah. Fungsi utama dibentuk kelompok adalah memastikan bahwa semua kelompok benar-benar belajar dan menjawab soal yang diberikan oleh peneliti dengan tepat. Hasil kerja kelompok dibahas bersama-sama dengan dibimbing guru.

Melalui model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning), diharapkan siswa dapat meningkatkan belajar secara berkelompok dan siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu

menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dengan cara berdiskusi atau bekerjasama dalam kelompok sehingga siswa mampu

(16)

Standar Kompetensi : 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya

Kompetensi dasar : 2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun dengan fungsinya.

2.4 Menjelaskan hubungan antara struktur bunga dengan fungsinya

Proses belajar berpusat pada guru Hasil belajar < 70

Pembelajaran Kontekstual

Tes Formatif Pembelajaran berpusat pada siswa

(17)

Gambar 2.1 Skema proses belajar dan hasil belajar IPA melalui model Kontekstual

(Contexstual Teaching And Learning)

Dari kerangka berpikir di atas dapat di jelaskan sebagai berikut dengan SK dan KD yang

sudah terlampir di atas maka pada saat guru mendominasi kegiatan PBM dengan ceramah

guru tidak mengadakan kerja kelompok sehingga, proses belajar berpusat pada guru. Jadi

untuk hasil belajar siswa kurang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Maka dari itu dengan diterapkan model pembelajaran Contexstual Teaching and Learning (CTL) siswa dilatih mengaitkan pengetahuan yang pernah mereka alami dengan mata pelajaran yang diajarkan, siswa diharapkan berpartisipasi aktif saling membantu dan memotivasi dalam setiap kegiatan, dan siswa diharapkan pembelajaran yang mereka dapat menjadikan pembelajaran yang bermakna. dengan 7 aspek yaitu (1) Aspek penyajian kelas, (2) pembentukkan kelompok, (3) Kerja kelompok, (4) Belajar langsung di luar kelas, (5) pengamatan (Observasi), (6) Presentasi kelas dan (7) Tes.

Sehingga, pembelajaran tersebut berpusat pada siswa jadi, proses dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.

2.4 HIPOTESIS TINDAKAN

Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

a. Model pembelajaran Kontekstual (Contexstual Teaching and Learning) dapat

meningkatkan proses pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga

semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017 pada aktivitas guru dan aktivitas siswa secara

signifikan minimal 10%.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model Kontekstual (Contexstual Teaching and

Learning) pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga semester 1 Tahun Ajaran 2016/2017 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai

hasil belajar IPA ≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata

hasil belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh sekolah

Gambar

Gambar 2.1 Skema proses belajar dan hasil belajar IPA melalui model Kontekstual (Contexstual Teaching And Learning)

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara dalam periode tertentu, kenaikan produksi ini bisa

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jam kerja pemboran jalur kawat, jam kerja pemboran lubang baji, jam kerja penggergajian, efisiensi perobohan, waktu edar alat,

Setelah Pengamatan: Tanggapan Penilai terhadap dokumen dan/atau keterangan guru. Tindak lanjut

Metode uji sensifitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai

Kontribusi Penyesuaian Diri Akademik dan Stres Akademik terhadap Keterampilan Belajar Peserta Didik.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PT Binausaha Cipta Prima merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dengan hasil produksi pada Departemen Spinning yaitu benang Open End.. Perusahaan

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, semakin besar daya yang dibangkitkan maka semakin besar pula laju aliran massa bahan bakar. Konsumsi spesifik bahan bakar

Dalam penelitian ini, yang di sebut Masyarakat berasal dari bahasa Arab. “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti