• Tidak ada hasil yang ditemukan

APRESIASI SASTRA di S D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APRESIASI SASTRA di S D"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

APRESIASI SASTRA DI SD

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN OTAK KIRI

ANAK MELALUI KEGIATAN APRESIASI SASTRA DI SD

RIZKI AGUSTIN

1815162876

(2)

PENDAHULUAN

Otak kiri memang sangat erat kaitannya dengan seni. Kegiatan apsresiasi sastra ini dapat mengembangkan otak kiri siswa dengan membaca puisi, bermain drama, membuat suatu karya cerita pendek, mendongeng. Kegiatan apresiasi sastra ini menggunakan seni atau keindahan dalam berkarya. Otak anak juga akan berkembang bila diasah sedini mungkin melalui kegiatan apresiasi sastra ini anak diberi kebebasan untuk kreatif dan berkarya sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Mungkin dari sekian banyak siswa ada yang berbakat dalam bidang membuat atau menampilkan suatu karya seni yang berkaitan dengan kegiatan apresiasi sastra ini di depan banyak orang dan mereka lebih nyaman dan percaya diri dalam berkarya. Guru juga ikut serta dalam mengembangkan otak kiri siswa dengan mengajarkan teknik-teknik atau cara-cara berkarya sastra dengan baik.

ABSTRAK

Materi pembelajaran sastra di sekolah menjadi sesuatu yang penting, karena pada dasarnya sastra itu sendiri mampu menjembatani hubungan antara realita dan fiksi. Melalui karya sastra, pembaca belajar dari pengalaman orang lain untuk direfleksikan dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Melalui sastra juga siswa ditempatkan sebagai pusat dalam latar pendidikan eksplorasi sastra, dan perkembangan pengalaman personal. Keakraban dengan karya sastra akan memperkaya perbendaharaan kata dan penguasaan ragam-ragam bahasa, yang mendukung kemampuan memaknai secara kritis dan kemampuan memproduksi narasi.

Kata Kunci : Sastra, kegiatan apresiasi anak, pembelajaran sastra.

LITERATUR REVIEW

(3)

Dasar hal ini terlihat ketika siswa lebih suka memanfaatkan waktu luang untuk bermain-main daripada menggunakan waktu untuk membaca. Selain itu juga kurangnya pengenalan pembelajaran sastra di sekolah sehingga mengakibatkan pembelajaran sastra kurang diminati oleh siswa-siswa Sekolah Dasar.

Pembelajaran sastra di Sekolah Dasar bertujuan untuk melatih siswa dalam berkreasi dengan caranya sendiri serta melatih keterampilan siswa dalam hal menulis. Selain itu juga, dalam pembelajaran sastra siswa bisa mempelajari banyak hal, salah satunya adalah pengenalan budaya nusantara melalui cerita rakyat. Melalui cerita rakyat, siswa bisa mempelajari dan mengetahui budaya-budaya nusantara yang dapat membantu siswa untuk lebih mengenal budaya nusantara yang begitu beraneka ragam dan juga bisa menceritakan budaya mereka sesuai latar belakang siswa itu sendiri. Tujuan pengajaran sastra dikembangkan dalam kompetensi dasar yaitu siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastrmelalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan hasil sastra berupa dongeng, puisi dan drama pendek, serta menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi (KTSP, 2006). Dalam hal ini pembelajaran sastra bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar siswa dapat menghargai kesusastraan bangsa sendiri serta dapat menghayati secara langsung nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan realisasi pengajaran sastra yang tepat dengan porsi yang seimbang dan penggunaan metode serta teknik pengajaran yang tepat dan variatif.

Pembelajaran apresiasi sastra pada hakikatnya merupakan upaya untuk menanamkan rasa peka kepada siswa terhadap cita rasa sastra. Seharusnya pengajaran apresiasi sastra yang disampaikan guru kepada siswa mampu mengubah sikap siswa dari acuh tak acuh menjadi lebih bersimpati terhadap sastra. Karena materi sastra yang disuguhkan tidak sekadar

representation oflife (Imitation of life) melainkan interpretation of life. (Suwardi Endraswara, 2002: 7). Dengan demikian, karya sastra harus dipahami sebagai fenomena yang tidak hanya sekedar memuaskan emosi melainkan memercikkan ide-ide dan pikiran. Karya sastra sebagai salah satu kebutuhan manusia menawarkan kisi-kisi kemanusian yang indah menuju kesempurnaan hidup.

(4)

dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang persoalan hidup dan kehidupan. Sedangkan menurut Semi (dalam Azkiya, 2012:39), penciptaan karya sastra yang dilakukan berasal dari kenyataan yang ada di tengah kehidupan.

Sastra anak berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.

Upaya-upaya meningkatkan keterampilan menulis

Untuk meningkatkan keterampilan menulis sebenarnya tidak sulit, tetapi hanya membutuhkan ketelatenan dan kiat-kiat, diantaranya :

1. harus banyak membaca. Karena dengan membaca kita dapat menuangkan ide-ide yang kita miliki ke dalam sebuah karya.

2. Melatih kemampuan menulis agar dapat menghasilkan karya yang baik dan benar. 3. Mempelajari kaidah-kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan

mempelajari kaidah-kaidah penulisan tersebut kita dapat memahaminya dan bisa langsung mempraktekannya ke dalam tulisan yang kita buat.

4. Mempublikasikan hasil tulisan yang kita buat, seperti media elektronik dan cetak. Agar kita dapat mengetahui seberapa besar kemampuan kita.

5. Selalu percaya diri dengan apa yang kita tulis. Jika kita tidak percaya dengan apa yang kita tulis maka kita tidak akan puas dengan hasilnya.

Proses pemerolehan bahasa bukanlah sesuatu yang sederhana. Berbahasa adalah proses kognitif yang rumit, hal inilah yang selalu dialami oleh setiap manusia normal pada umumnya. Salah satu fase penting dalam bahasa yang adalah fase imitasi. Pada fase imitasi, anak-anak akan meniruorang-orang di sekitarnya untuk berbicara. Dalam fase inilah anak-anak mengasah

keterampilan mereka dalam “bercerita”. Pengalaman anak dari bercerita maupun

mendengarkan cerita (menyimak) dapat memperkaya ragam perbendaharaan kata dan pengetahuan ragam bahasa, baik yang berkaitan dengan ragam tulisan maupun ragam lisan.

(5)

bercerita, atau merangkai peristiwa dalam ujaran, anak-anak memperoleh kesempatan mengungkapkan hal yang sudah terjadi, menyampaikan apa yang sedang terjadi, dan meramalkan apa yang akan terjadi.

Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah proses untuk mencapai empat kompetensi komunikatif. Menurut Oxford keempat kompetensi komunikatif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi gramatikal, yaitu penguasaan tanda-tanda bahasa, termasuk kosakata, tata bahasa, pelafalan, ejaan, dan pembentukan kata.

2. Kompetensi sosiolinguistis, yaitu kemampuan menggunakan ujaran dalam konteks sosial yang bervariasi, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai pertuturan seperti membujuk, meminta maaf, atau menjelaskan.

3. Kompetensi wacana, yaitu kemampuan untuk menggabungkan gagasan-gagasan untuk mencapai kesatuan dan kepaduan pikiran dalam satuan bahasa di atas kalimat.

4. Kompetensi strategis, yaitu kemampuan menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan bahasa.

Apresiasi Sastra Anak

(6)

Kegiatan Apresiasi Sastra

Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain kegiatan apresiasi langsung, kegiatan apresiasi tidak langsung, pendokumentasian, dan kegiatan kreatif.

1. Kegiatan Apresiasi Langsung

Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasikan. Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan sebagai berikut:

(1) Membaca sastra anak.

(2) Mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan. (3) Menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan.

2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung

Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra anak. Cara tidak langsung ini meliputi tiga pokok, yaitu: (1) mempelajari teori sastra,

(2) Mempelajari kritik dan esai sastra, dan

(3) mempelajari sejarah sastra. Ketiga pokok tersebutlah yang harus dipelajari siswa dan guru saat proses belajar mengajar.

3. Pendokumentasian Karya Sastra

Usaha pendokumentaasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang nyata ikut melestarikan keberdayaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikan karya sastra dari kepunahan. kegiatan dokumentasi dapat meliputi pengumpulan dan penyusunan semua data karya sastra, baik yang berupa artikel-artikel atau karangan dalam surat kabar, majalah, makalah-makalah, skripsi, tesis, disertasi, maupun buku-buku sastra. Untuk latihan dokumentasi bagi siswa-siswa dapat diminta membuat kliping, berupa guntingan-guntingan dari koran atau majalah, dengan topik tertentu.

4. Kegiatan Kreatif

(7)

apresiasi seseorang terhadap sastra anak dapat melalui kegiatan membaca sastra anak sebanyak-banyaknya, mendengarkan pembacaan sastra anak sebanyak mungkin, dan menonton pertunjukan sastra anak adalah salah satu cara dalam upaya meningkatkan apresiasi sastra anak. Dalam meningkatkan apresiasi sastra anak, guru akan berusaha memberikan karya-karya yang terbaik dan sesuai untuk anak-anak. Adapun anak-anak sebagai penerima akan memberikan apresiasi yang sesuai dengan apa yang mereka baca dan lihat.

Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan yang harus dilalui seorang guru, yaitu:

A. Persiapan Pembelajaran

Tahap persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar bagi seorang guru dapat menyangkut dengan dirinya, yaitu persiapan fisik dan persiapan mental. Fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan. Sementara itu, hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah:

1. Memilih Bahan Ajar

Bahan ajar dapat diperoleh dari buku-buku bacaan sastra anak di perpustakaan sekolah, perpustakaan pemerintah daerah, toko buku ataupun buku pelajaran sekolah yang sudah tersedia. Namun, apabila belum tersedia dalam buku pelajaran sekolah, seorang guru harus mencarinya ke tempat-tempat tersebut. Bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagaman tema, keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian dengan keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Semua penjabaran tersebut merupakan persiapan guru saat memulai pembelajaran dikelas. Guru harus totalitas dalam memulai suatu materi pelajaran dengan persiapan yang maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik kepada peserta didik.

2. Menentukan Metode Pembelajaran

(8)

Selain itu, metode bercerita juga dapat dilakukan untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Morelent (2013:181) menjelaskan bahwa bercerita adalah suatu keterampilan. Tidak semua orang pandai bercerita. Si pembaca cerita harus dapat membawakan cerita sesuai dengan isinya, dapat menirukan suara atau perilaku tokoh-tokohnya. Akan lebih baik lagi apabila si pembawa cerita dapat melibatkan emosi, imajinasi pendengar kepada cerita yang disampaikannya. Bila guru dapat bercerita seperti itu, maka siswanya akan senang, tertarik, dan mengikuti ceritanya sampai selesai. Selanjutnya, metode peragaan yang awalnya lebih cenderung diberikan oleh guru untuk memperagakan gerakan-gerakan yang tersirat dalam teks sastra anak. Metode peragaan ini hampir sama dengan metode demonstrasi yang mengombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan. Gerak raut wajah dan ucapan seorang ketika sedang marah tentu berbeda dengan raut wajah dan ucapan seseorang yang sedang dirundung kesedihan. Tutur kata, raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh dapat diperagakan oleh guru di depan muridnya. Metode tanya-jawab dapat diberikan setelah terlebih dahulu siswa ikut terlibat dalam apresiasi sastra anak secara langsung. Artinya, dapat diajukan oleh seorang guru kepada siswanya setelah siswa itu membaca, mendengar atau menonton pertunjukan pentas sastra. Selanjutnya, menurut Ampera (dalam Syofiani, 2013) juga terdapat metode deklamasi berasal dari kata declamare atau declaim, artinya menyerukan atau membacakan sesuatu hasil sastra dengan lagu dan gerak-gerik sebagai alat bantu” .

Pembacaan dengan lagu artinya pembacaan dengan irama berdasarkan hasil penghayatan terhadap puisi yang dibacanya. Gerak-gerik yang dimaksud adalah gerak-gerik yang estetis dan seirama dengan isi bacaan. Dalam perkembangan selanjutnya, deklamasi sering ‘lepas teks’ atau cara penyampaian puisi dengan menghafalkan teks dan dilisankan di depan publik. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa deklamasi adalah penyampaian puisi secara lisan tanpa teks dilakukan di depan publik. Orang yang mempunyai keahlian dalam deklamasi disebut deklamator. Pemaparan metode tersebut merupakan gambaran bagi seorang guru dalam mengajarkan sastra kepada peserta didik. Metode apakah yang paling cocok atau sesuai dengan materi dan indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran. Jika guru memberikan metode yang sesuai, bukan tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan guru merasa puas akan hasil yang diperoleh siswa.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

(9)

KESIMPULAN

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Azkiya Hidayati. Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak Di Sekolah Dasar.pdf. Jurnal Cerdas Proklamator. Vol 2, no 1.Diakses 7 Mei 2018.

Rini Susanti Dwi.2015 Pembelajaran Apresisasi Sastra Di Sekolah Dasar.pdf. Diakses 6 Mei 2018.

Resmini Novi.2015. Pembelajaran Apresiasi Sastra Di Sekolah Dasar Melalui Implementasi Strategi Directed Reading Activity (Dra) .pdf.Diakses 7 Mei 2018.

Tripungkasingtyas Sri Yurniati.2015.Pembelajaran Sastra Di Sekolah Dasar Melalui Karya Sastra Cerita Rakyat Sebagai Salah Satu Pengenalan Budaya Nusantara .pdf.Diakses 6 Mei 2018.

Widuroyekti Barokah.2007.Pemanfaatan Cerita Anak Sebagai Alternative Bahan

Pembelajaran Apresiasi Sastra Di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan Interaksi. Diakses 5 Mei 2018.

Emzir dan Rohman Saifur.2015.Teori dan Pengajaran Sastra. Depok : Rajagrafindo Persada

Morelent, Yetty.2013.Seni Berbicara Melalui Metode Bercerita: Upaya Menumbuhkan Keberanian Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Cerdas Proklamator. Padang: Prodi PGSD FKIP Universitas Bung Hatta. Diakses 5 mei 2018.

Ramadansyah.2010.Paham dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Bandung: Dian Aksara Press.

Syofiani.2013. Teknik Deklamasi: Sebuah Strategi Pengajaran Sastra Berbasis Aktivitas. Jurnal Cerdas Proklamator. Padang: Prodi PGSD FKIP Universitas Bung Hatta. Diakses 6 Mei 2018

Aminuddin.2004. Pengantar apresiasi karya sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Burhan Nurgiyantoro.2001.Penilaian dalam pengajaran bahasa dansastra.Yogyakarta: BPFE

Iskandariwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(11)

St.Y Slamet. 2007. Dasar-dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolahdasar. Surakarta: Lembaga PengembanganPendidikan (UNS Press).

Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta:Ombak Ampera.

Taufik.2010. pengajaran Sastra : Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Bandung :

Widya Padjajaran.

Nurgiyantoron Burhan. 2005. Sastra Anak. Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Maman Mahayana S.2017. Apresiasi Sastra Indonesia di Sekolah.pdf.Diakses 9 Mei 2018.

Dermawan Taufik.1999.Sekolah Dasar Sebagai Bahan Pengajaran Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Diakses 5 Mei 2018.

Kusdiana Aan.2010.Pembelajaran Apresiasi Sastra Cerita Terpadu Model Connected Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 11 No 1.Diakses 4 mei 2018.

Suryaman Maman.2010. Pendidikan Karakter Melalui Pembelajran Sastra. Diakses 5 Mei 2018.

Kusdiana Aan. 2013. Pembelajaran Membaca Cerita Model Respons Siswa Untuk Tingkat Sekolah Dasar. Diakses 5 Mei 2018.

Poerwanto Harry.2009. Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Sastra Melalui Pendekatan Konstruktivisme Untuk Siswa SD. Diakses 6 mei 2018.

Herfanda Ahmadun Yosi.2018.Membentuk Karakter Siswa Dengan Pengajaran Sastra. Diakses 7 mei 2018.

Febriani Meina. 2012. Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi siswa SD Kelas Rendah. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia vol 1 no 1. Diakses 6 mei 2018.

Djuanda Dadan. 2014. Pembelajaran Sastra di SD dalam Gamitan Kurikulum 2013. Diakses 5 Mei 2018.

Iswara Prana D. 2016. Pengembangan Materi Ajar Dan Evaluasi Pada Keterampilan Mendengarkan Dan Membaca. Diakses 4 Mei 2018.

(12)

Wati Eka Undi. 2013. Penggunaan Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Pembelajran Bahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas V SD. Diakses 7 Mei 2018.

Referensi

Dokumen terkait

The English as a Second Language (ESL) program is the specialized part of West Virginia Adult Basic Education (WVABE) that addresses the needs of adult English Language

Dalam pemenuhan kebutuhan Fisik hampir seluruh keluarga sudah dapat memenuhi kebuthan fisik anaknya dengan baik, namun memang tidak seluruhnya ada salah satu ibu yang tidak

Has the applicant ever surrendered (for cause) or had a state professional license or controlled substance registration revoked, suspended, denied, restricted, or placed on

Pengangkutan menggunakan gerobak sampah terbatas karena sangat dipengaruhi oleh kekuatan si penarik gerobak dan cenderung kurang manusiawi sedangkan menggunakan truk sampah

Mahasiswa menerima Ijasah saat wisuda Universitas langsung dari Rektor Catatan :.. Bagi mahasiswa yang berhalangan hadir/ atau karena suatu sebab khusus tidak dapat mengikuti upacara

Untuk mengetahui kualitas kimia AMIU dengan menggunakan teknologi. Ultraviolet (UV)di Kecamatan Jekan Raya berdasarkan

Kenyataan bahawa dunia ini terbahagi kepada tiga zon ini juga turut dinyatakan oleh Morris (1991) dalam bukunya bertajuk “The Oya Melanau” bahawa, dunia Melanau mempunyai

Penilaian prestasi kerja karyawan kontrak dengan parameter penilaian kualitas dan kuantitas kerja, ketaatan, kerjasama, semangat kerja dan disiplin kerja menggunakan