ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) BENIH VARIETAS CIHERANG YANG BERSERTIFIKAT DAN TIDAK BERSERTIFIKAT DI KECAMATAN
LABUAN AMAS SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
(The Revenue analysis of Paddy Rice farming on Ciherang variety which using certificate or no certificate in Labuan Amas Selatan Sub District Hulu Sungai Utara District)
Nor Laila1), Ana Zuraida2), Achmad Jaelani2) 1)
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Hulu Sungai Selatan 2)
Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin
ABSTRACT
This research aims to determine the cost of production, receipts, revenues, profit, feasibility in paddy rice farming which using certificate and no certificate. This research using Simple random sampling method. Data analysis by t test. This research refers to the farmer which using certificate of paddy rice, the production and receipts higher than farmer which using no certificate of paddy rice. Average total cost Rp. 6.796.307 ha-1, average receipts Rp. 10.888.900 ha-1 and average Profit Rp. 4.092.593 ha-1. Farmer which using no certificate of paddy rice, average total cost Rp. 6.516.947 ha-1, average receipts Rp. 7.695.380 ha-1 , Average profit Rp. 1.178.433 ha-1, otherwise R/C Ratio for farmer which using certificate of paddy rice was 1,60 higher than no certificate of paddy rice was 1,18.
Key words : Certificate paddy rice,Revenue, Profit, Cost production, R/C ratio
PENDAHULUAN
Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional, sektor pertanian mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan jika ditinjau dari berbagai segi, sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional,
misalnya kontribusi dalam pendapatan
nasional, peranannya dalam pemberian
lapangan kerja bagi penduduk yang bertambah
dengan cepat dan kontribusinya dalam
menghasilkan devisa negara.
Pemerintah mempunyai peranan yang
penting dalam usaha meningkatkan
produktivitas pertanian yaitu dengan
memberikan perhatian yang besar dalam mengembangkan perbenihan di tanah air. Salah satu keberhasilan usaha peningkatan produksi padi sangat tergantung dari mutu benih.
Benih yang bermutu adalah benih yang bersertifikat. Sertifikasi benih adalah suatu
cara pemberian sertifikat atas cara
perbanyakan, produksi dan penyebaran benih
yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
oleh Departemen Pertanian Republik
Indonesia. Suatu varietas hanya dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh tim penilai dan pelepas varietas dari Badan Benih Nasional dan disetujui oleh Menteri Pertanian. Selanjutnya pelaksanaan sertifikasi benih dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih, dengan tugas pokok yaitu sertifikasi benih, pembinaan, pengaturan dan
peningkatan mutu perbenihan tanaman
pertanian. Tujuan sertifikasi benih adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.
Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 Kecamatan, sebagian besar masyarakatnya mengusahakan tanaman padi (Oryza sativa L). Petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang mengusahakan tanaman
padi dengan menggunakan benih padi
Petani disana lebih banyak menanam varietas ciherang dibandingkan dengan petani di kecamatan lain, salah satu alasannya karena varietas ciherang lebih tinggi permintaan pemasarannya dan kondisi lahan yang baik untuk varietas itu sendiri sehingga hasil produksi lebih banyak. Benih padi bersertifikat merupakan penanaman benih padi berlabel yang benihnya diperoleh dari proses sertifikasi yang prosesnya diawasi oleh pengawas benih dari BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih), dimana prosesnya diawasi mulai dari proses penanaman sampai panen. Beberapa keunggulan dari benih padi bersertifikat adalah pertumbuhannya seragam, lebih tahan terhadap
hama dan penyakit, respon terhadap
pemupukan dan hasil panennya atau
produksinya tinggi.
Benih padi tidak bersertifikat adalah benih unggul tidak berlabel yang berasal dari hasil panenan petani sendiri atau diperoleh dari petani lainnya atau benih antar petani, adapun kelemahan dari benih padi tidak bersertifikat ini di antaranya adalah tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak respon terhadap pemupukan dan pertumbuhannya tidak seragam serta bila ditanam secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka akan dapat menurunkan kualitas benih padi itu sendiri, maka tanaman akan mengalami kemunduran sehingga hasil dan mutunya
semakin menurun. Bila dilihat dari
keunggulaannya sudah jelas bahwa benih padi yang bersertifikat lebih baik, tetapi pada kenyataannya masih ada petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang menanam dengan
menggunakan benih padi yang tidak
bersertifikat.
Adanya kenyataan tersebut, penulis
berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait hal di atas, di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui besarnya biaya yang di keluarkan dan pendapatan yang diterima dalam usahatani
padi dengan menggunakan benih padi
bersertifikat dan benih padi tidak bersertifikat.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang meliputi empat Desa yaitu Desa Pantai Hambawang, Desa Sungai Rangas, Desa Taras Padang dan Desa Durian Gantang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei sampai dengan Desember 2011 mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan interpretasi data sampai dengan pembuatan laporan.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey, dengan teknik observasi. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani responden dengan cara wawancara
langsung yang dibantu dengan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian.
Metode Penarikan Contoh
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik
observasi. Populasi adalah petani yang
menggunakan benih padi bersertifikat dan petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat varietas ciherang di Kecamatan Labuan Amas Selatan. Teknik penetapan
sampel menggunakan metode Simple Random
Sampling, yaitu pengambilan contoh acak
sederhana, setiap petani mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih, petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat setelah sampel dipilih secara
acak, sehingga terpilih jumlah sampel
sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 orang
petani yang menggunakan benih padi
bersertifikat dan 10 orang petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat, dari petani yang menjadi sampel (jumlah dan
macamnya) pemupukkan sesuai dengan
Analisis Data
Untuk mengetahui tujuan penelitian yang
pertama menggunakan analisis finansial
dengan cara data yang diperoleh dari
responden yang berpedoman dengan
pertanyaan atau kuesioner dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis, yang kedua menggunakan analisis finansial dengan cara data yang diperoleh dianalisis secara tabulasi yang meliputi biaya penerimaan, pendapatan, Keuntungan, dan R/C Ratio kemudian dibandingkan secara statistik dengan uji - t, yang akan di uji dengan uji-t yaitu pendapatan dan R/C Ratio.
Untuk menghitung biaya digunakan rumus : 1). Biaya
Menurut Kasim (2004) untuk menghitung biaya digunakan rumus :
Dimana :
TC = Biaya Total usahatani dalam periode usahatani.
TCe = Besarnya biaya yang berupa biaya eksplisit (explicit costs) TCi = Besarnya biaya yang berupa biaya implisit (implicit costs) 2). Penerimaan
Menurut Kasim (2004) untuk menghitung penerimaan digunakan rumus yaitu
Dimana:
TR = Penerimaan Total
Y = Produksi yang diperoleh selama periode produksinya Py = Harga dari hasil produksi
3). Pendapatan
Menurut Kasim (2004) untuk menghitung pendapatan digunakan rumus yaitu :
Dimana:
I = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan (Rp)
TCe = Total biaya eksplisit (Rp) 4). Keuntungan
Menurut Kasim (2004) untuk menghitung keuntungan digunakan rumus :
Dimana :
π = Keuntunga atau laba TR = Penerimaan total TC = Biaya total 5). R/C Ratio
Untuk mengetahui kelayakan usahatani
padi yang menggunakan benih padi
bersertifikat dan yang tidak bersertifikat maka digunakan Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost), menurut Rahim dan Hastuti (2007) yaitu :
Dimana :
R/C ratio = Revenue cost ratio TR = Total revenue (total pendapatan)
TC = Total production cost (total biaya produksi)
Untuk membandingkan penerimaan dan R/C Ratio antara yang menggunakan benih padi bersertifikat dan benih padi tidak bersertifikat pada usahatani padi menggunakan rumus uji t, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas data (Gomez ,2006)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyelenggaraan Usahatani Padi yang Menggunakan Benih Padi Bersertifikat dan Benih Padi Tidak Bersertifikat Varietas Ciherang
Secara teknis bercocok tanam dalam penyelenggaraan usahatani padi pada petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan TR = Y x Py
TC = TCe + TCi
I = TR – TCe
R/C ratio = TR TC
tidak bersertifikat varietas ciherang di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Penggunaan benih
Di Kecamatan Labuan Amas Selatan secara umum petani banyak mengusahakan usahatani
dengan menggunakan benih padi yang
bersertifikat, untuk mendapatkan benih yang
bersertifikat maka para petani yang
mengusahakannya mendapatkan benih tersebut dengan cara membeli di Balai Benih Pantai Hambawang atau juga bisa membeli kepada para penanggkar benih yang bersertifikat dengan harga rata-rata Rp. 5.000/kg. Benih bersertifikat terjamin mutunya dan juga bebas
dari bibit penyakit, selain itu juga hasil produksinya lebih banyak bila dibandingkan dengan hasil dari yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit, pemberian sertifikat benih ini dilakukan oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih,
Departemen Pertanian. Para petani yang
mengusahakan tanaman padi yang
menggunakan benih padi bersertifikat di
Kecamatan Labuan Amas Selatan ini
banyaknya jumlah benih yang digunakan dalam 1 ha sudah sesuai dengan pendapat
Hermanto (1989), yaitu dalam 1 ha
penggunaan benih padi yang bersertifikat memerlukan benih sebanyak 25-30 kg.
Tabel 1. Teknis Bercocok Tanam Padi Antara Petani yang Menggunakan Benih Padi Bersertifikat dan Tidak Bersertifikat Varietas Ciherang.
No Teknis bercocok tanam padi
Bersertifikat Tidak bersertifikat
1.
a. Ukuran jarak tanam
b. Banyaknya bibit Pertama umur 35 hari Kedua umur 50 hari Urea = 200 kg/ha
mengusahakan tanaman padi dengan
menggunakan benih padi tidak bersertifikat varietas ciherang, untuk mendapatkan benih padi yang tidak bersertifikat petani biasanya membeli benih padi tersebut di pasar dengan harga rata-rata Rp. 3.800/kg atau bisa juga benih tersebut didapatkan dari hasil panen sebelumnya petani itu sendiri, banyaknya benih
yang digunakan oleh petani dalam
pertanamannya yaitu antara 30- 40 kg/ha. Para petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang masih mengusahakan tanaman padi
dengan menggunakan benih padi yang tidak
bersertifikat salah satunya alasannya
dikarenakan harga benih yang bersertifikat lebih mahal bila dibandingkan dengan benih tidak bersertifikat.
2. Persemaian
Para petani di Kecamatan Labuan Amas
Selatan yang menggunakan benih padi
benih dapat mengisap air yang cukup guna proses perkecambahan, setelah direndam, benih diperam selama ± 24 jam untuk memberi kesempatan gabah berkecambah dan setelah benih berkecambah maka benih siap disebar pada persemaian, lahan yang telah disiapkan dibuat bedengan-bedengan dan diantara bedengan-bedengan dibuat selokan sebesar ± 30 cm, ini berguna untuk memudahkan penaburan benih, pemupukan, penyemprotan hama, pengairan, penyiangan dan pencabutan bibit.
3. Pengolahan tanah
Petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan
baik yang menggunakan benih padi
bersertifikat dan yang tidak bersertifikat untuk pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul atau ditraktor, pengolahan tanah dilakukan pada saat terjadi hujan pertama yang
dapat melembabkan tanah setelah itu
pengolahan tanah dilakukan kembali pada saat menjelang tanam, tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja luar keluarga.
4. Penanaman
Petani responden yang menggunakan benih padi bersertifikat dalam penanamannya jarak tanam yang digunakan yaitu 25x25 cm dan dalam 1 lobang memerlukan 1 – 2 batang bibit. Petani responden yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat menggunakan jarak tanam yang sama dengan benih padi yang bersertifikat yaitu 25x25 cm dan memerlukan lebih banyak bibit dalam 1 lobangnya dibandingkan dengan benih yang bersertifikat yaitu 3 – 5 bibit/lobang.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan dalam berusaha tani meliputi : a. Penyiangan
Petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang mengusahakan tanaman padi dengan menggunakan benih padi yang bersertifikat melakukan penyiangan atau pembersihan pertama pada saat tanaman berumur 35 hari
setelah tanam dan penyiangan atau
pembersihan kedua dilakukan pada saat
tanaman berumur 50 hari, maksud dari penyiangan ini adalah untuk membersihkan tanah dari rumput-rumput liar sekaligus menggemburkan tanah dan juga pencegahan terhadap serangan hama, penyiangan dilakukan menggunakan parang.
Petani yang mengusahakan tanaman padi
dengan menggunakan benih padi tidak
bersertifikat melakukan penyiangan atau
pembersihan pada saat tanaman berumur 1 – 2 bulan, dengan tujuan untuk membersihkan tanah dari rumput-rumput liar sekaligus menggemburkan tanah dan juga pencegahan terhadap serangan hama, penyiangan dilakukan menggunakan parang.
b. Pemupukan
Petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang menggunakan benih padi bersertifikat dalam pertanaman padi menggunakan pupuk urea, TSP dan KCL, dengan dosis rata-rata setiap petani responden menggunakan pupuk urea 200 kg/ha, pupuk TSP 175 kg/ha dan pupuk KCL 70 kg/ha, pemberian dilakukan dengan cara disebar merata, cara pemberian pupuk urea diberikan dua tahap yaitu 1/3 bagian bersamaan dengan TSP dan KCL pada saat tanam (1-5 hari setelah taman), 1/3 urea berikutnya diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Hermanto (1989), yang menyatakan dosis yang dianjurkan adalah untuk Urea 200-250 kg/ha, TSP 100-150 kg/ha dan KCL 75-100 kg/ha.
Petani di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang menggunakan benih padi tidak
bersertifikat dalam pertanaman padi
menggunakan pupuk urea, TSP dan KCL, dengan dosis rata-rata setiap petani responden menggunakan pupuk rata-rata untuk pupuk Urea 170 kg/ha, pupuk TSP 170 kg/ha dan KCL 70 kg/ha, pemupukan dilakukan hanya satu kali selama musim tanam.
c. Pengendalian hama dan penyakit
itu apabila ada serangan hama dan penyakit perlu dilakukan tindakan pemberantasan. Pada tanaman padi sawah yang sering menimbulkan kerusakan yakni hama tikus, penggerek batang, walang sangit dan penyakit seperti penyakit bercak coklat, pengendalian hama dan penyakit umumnya dilakukan dengan menggunakan
varietas tahan hama, penanaman padi
serempak, menjaga kebersihan lingkungan (sanitasi) dan menggunakan insektisida atau fungisida yang efektif (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009).
6. Panen
Panen dilakukan setelah butir padi masak merata dan warna kuning. Panen yang terlalu cepat menurunkan kualitas gabah, tanda tanaman padi siap dipanen yakni 85% malai menguning, daun bendera mengering, cabang malaibagian bawah hijau tengah menguning dan bagian atas/ujung telah masak. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009).
Analisis ekonomi
Hasil analisis usaha petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan
benih padi tidak bersertifikat di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat di lihat pada Tabel 2.
Biaya
Biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usahatani padi yang menggunakan benih padi bersertifikat dan tidak bersertifikat di Kecamatan Labuan Amas Selatan yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah semua biaya yang secara nyata
dikeluarkan oleh petani dalam
penyelenggaraan usahatani, dan biaya implisit
adalah biaya yang sifatnya hanya
diperhitungkan saja sebagai biaya tidak benar-benar pengeluaran yang dibayar secara nyata oleh petani. Petani yang menggunakan benih padi bersertifikat, biaya eksplisit rata-rata Rp. 5.046.252 yang mana biaya eksplisit ini meliputi biaya pengolahan tanah, penanaman,
panen, parang, cangkul, gumbaan,
handsprayer, karung, tikar, harit, benih, pupuk dan obat-obatan, sedangkan untuk biaya implisit rata-rata adalah Rp. 1.750.055 yang mana meliputi biaya persemaian, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, dan sewa lahan,
dan rata-rata biaya total adalah Rp.
6.796.307/ha per satu kali musim tanam.
Tabel 2. Hasil Analisis Usahatani Padi yang Menggunakan Benih Padi Bersertifikat dan Tidak Bersertifikat Varietas Ciherang di Kecamatan Labuan Amas Selatan.
No Komponen
Jumlah
Benih bersertifikat Benih tidak bersertifikat 1.
a. Biaya eksplisit rata-rata b. Biaya implisit rata-rata
Petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat, biaya eksplisit rata-rata Rp. 4.926.835 yang mana biaya eksplisit ini meliputi biaya pengolahan tanah, penanaman,
panen, parang, cangkul, gumbaan,
handsprayer, karung, tikar, harit, benih, pupuk dan obat-obatan, sedangkan untuk biaya implisit rata-rata adalah Rp. 1.590.113 yang mana meliputi biaya persemaian, penyiangan, pemupukan, penyemprotan dan sewa lahan, dan rata-rata biaya total adalah Rp. 6.516.947/ha per satu kali musim tanam.
1. Produksi dan penerimaan petani
Hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Labuan Amas Selatan petani yang mengusahakan dengan menggunakan benih padi bersertifikat menggambarkan dalam waktu satu kali musim tanam dengan luasan rata-rata 1 ha menghasilkan rata-rata produksi perhektar per satu kali musim tanam adalah 2.866 kg atau 2,866 ton gabah. Harga jual padi di Kecamatan Labuan Amas Selatan selama dilakukan penelitian ini yaitu Rp. 3.800/kg sehingga petani yang mengusahakan tanaman
padi yang menggunakan benih padi
bersertifikat memperoleh penerimaan rata-rata Rp. 10.888.900/ha per satu kali musim tanam, Petani yang mengusahakan tanaman padi
dengan menggunakan benih padi tidak
bersertifikat rata-rata produksi perhektar persatu kali musim tanam adalah 2.025 kg atau 2,025 ton gabah. Harga jual padi di Kecamatan Labuan Amas Selatan selama dilakukan penelitian ini yaitu Rp. 3.800/kg sehingga petani yang mengusahakan tanaman padi yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat
memperoleh penerimaan rata-rata Rp.
7.691.200/ha per satu kali musim tanam.
2. Tingkat Pendapatan Petani
Setelah diketahui besarnya biaya total eksplisit dan penerimaan maka akan diketahui tingkat pendapatan yang diterima oleh petani
padi yang menggunakan benih padi
bersertifikat. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total eksplisit, penerimaan rata-rata sebesar Rp. 10.888.900
dan biaya eksplisit rata-rata sebesar Rp. 5.046.252 maka setelah penerimaan rata-rata dikurangi jumlah biaya eksplisit rata-rata maka akan diperoleh pendapatan rata-rata yaitu sebesar Rp. 5.842.648/ha per satu kali musim tanam. Tingkat pendapatan yang diterima oleh petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat, penerimaan rata-rata sebesar Rp. 7.691.200 dan biaya eksplisit rata-rata sebesar Rp. 4.926.835 maka setelah penerimaan rata-rata dikurangi jumlah biaya eksplisit rata-rata-rata-rata maka akan diperoleh pendapatan rata-rata yaitu sebesar Rp. 2.764.365/ha per satu kali musim tanam.
3. Keuntungan atau Laba
Keuntungan adalah selisih antara
penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan oleh petani dalam satu kali musim tanam (biaya eksplisit dan biaya implisit), penerimaan rata-rata yang diperoleh petani yang menggunakan benih padi bersertifikat sebesar Rp. 10.888.900 dan total biaya rata-rata Rp. 6.796.307 maka setelah jumlah penerimaan rata-rata dikurangi biaya total rata-rata akan diperoleh keuntungan rata-rata yaitu sebesar Rp. 4.092.593/ha per satu kali musim tanam. Penerimaan rata-rata yang diperoleh petani
yang menggunakan benih padi tidak
bersertifikat sebesar Rp. 7.691.200 dan total biaya rata-rata Rp. 6.516.947 maka setelah jumlah penerimaan rata-rata dikurangi biaya total rata akan diperoleh keuntungan rata-rata yaitu sebesar Rp. 1.174.252/ha per satu kali musim tanam.
4. R/C Ratio
Kelayakan usahatani padi dengan
menggunakan benih padi bersertifikat yang dilaksanakan di Kecamatan Labuan Amas Selatan dapat diketahui dengan menggunakan Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) Ratio, yang
mana merupakan perbandingan antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
penerimaan rata-rata dibagi dengan biaya total rata-rata maka akan diketahui rata-rata R/C Ratio sebesar 1,60 artinya setiap satu rupiah
yang dikeluarkan oleh responden akan
diperoleh keuntungan sebesar 0,60 rupiah, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani padi yang diusahakan dengan menggunakan benih padi bersertifikat tersebut layak untuk diusahakan.
Usahatani padi yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat jumlah penerimaan rata-rata yang diperoleh Rp. 7.691.200 dan biaya total rata-rata Rp. 6.516.947 maka setelah penerimaan rata-rata dibagi dengan biaya total rata-rata maka akan diketahui R/C ratio sebesar
1,18 artinya setiap satu rupiah yang
dikeluarkan oleh responden akan diperoleh keuntungan sebesar 0,18 rupiah dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani padi yang diusahakan di Kecamatan Labuan Amas Selatan dengan menggunakan benih padi bersertifikat dan benih padi tidak bersertifikat tersebut layak untuk diusahakan, hal ini sesuai dengan pendapat Rahim dan Hastuti (2007) menyatakan bahwa R/C lebih dari 1 adalah untung dan layak diusahakan.
Pada saat penelitian dilihat dari
penerimaan, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani yang mengusahakan tanaman padi khususnya di Kecamatan Labuan Amas Selatan terlihat jelas bahwa petani yang mengusahakan dengan menggunakan benih padi bersertifikat itu lebih besar baik itu produksi, pendapatan dan keuntungannya bila
dibandingkan dengan petani yang
menggunakan benih padi tidak bersertifikat, hal ini salah satu disebabkan dalam hal pemupukan yang tidak bersertifikat dosisnya lebih sedikit dibanding yang bersertifikat, walaupun dalam penelitian ini pendapatan yang diterima petani per satuan luas beda tipis tetapi yang menggunakan benih yang bersertifikat tetap lebih unggul lebih banyak produksinya, sehingga petani yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah khususnya di Kecamatan Labuan Amas Selatan itu lebih banyak yang menggunakan benih padi bersertifikat.
Pada Tabel 2 diterangkan bahwa
perbandingan pendapatan yang diperoleh oleh petani antara petani yang menggunakan benih
padi bersertifikat dan petani yang
menggunakan benih padi tidak bersertifikat menunjukkan hasil yang berbeda nyata, yaitu pendapatan rata-rata yang diperoleh petani yang menggunakan benih padi bersertifikat sebesar Rp. 5.842.648/ha dan Rp. 2.764.365/ha pendapatan rata-rata yang diterima petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat.
Perbedaan tingkat pendapatan tersebut
diakibatkan karena dalam penggunaan benih
padi yang bersertifikat pertumbuhannya
seragam sehingga produksi lebih tinggi, benihnya lebih tahan terhadap hama penyakit dan lebih respon terhadap pemupukan.
Hasil R/C Ratio antara petani yang menggunakan benih padi bersertifikat dan petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat terlihat berbeda, yaitu lebih tinggi R/C Ratio yang menggunakan benih padi bersertifikat, yang mana R/C Ratio rata-rata yang menggunakan benih padi bersertifikat adalah 1,60 dan R/C Ratio rata-rata yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat adalah 1,18 yang artinya usahatani tersebut layak untuk diusahakan, dari perbandingan tersebut untuk R/C Ratio yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat lebih rendah, hal tersebut dikarenakan tanaman tidak respon terhadap pemupukan, tidak tahan terhadap hama dan penyakit sehingga tingkat produksi lebih rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kecamatan Labuan Amas Selatan dalam usahatani padi yang menggunakan benih padi bersertifikat dan benih padi tidak bersertifikat dapat disimpulkan sebagai berikut :
adalah Rp. 6.796.307/ha per satu kali musim tanam sedangkan petani yang
menggunakan benih padi tidak
bersertifikat biaya total eksplisit rata-rata petani responden Rp. 4.926.835 biaya total rata-rata implisit responden Rp. 1.590.113 sehingga didapat total biaya rata-rata responden (biaya eksplisit + biaya implsit) adalah Rp. 6.516.947/ha per satu kali musim tanam.
2). Petani yang menggunakan benih padi bersertifikat pendapatan total rata-rata yang diperoleh petani responden Rp. 5.842.648/ha per satu kali musim tanam dan petani yang menggunakan benih padi tidak bersertifikat pendapatan total
rata-rata yang diperoleh responden Rp.
2.768.545/ha per satu kali musim tanam.
Saran
Untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan keuntungan yang diperoleh para petani
yang mengusahakan tanaman padi di
Kecamatan Labuhan Amas Selatan sebaiknya menggunakan benih padi bersertifikat. Dengan produksi yang lebih tinggi maka akan meningkatkan keuntungan bagi petani itu sendiri sehingga kehidupan lebih sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2002. Budi Daya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Deskripsi Sederhana Varietas Padi Tahun 1978-2010. Kalimantan Selatan.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura. 2009. Budidaya Padi Sawah Irigasi dan Rawa. Tapin.
Gomez, A.K. 2006. Prosedur Statistik Untuk
Penelitian Pertanian. Universitas
Indonesia Press.
Hermanto, 1989. Ilmu Usaha Tani, PT. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Istiastuti, 1996. Budidaya Aneka Tanaman Pangan. Cetakan I. Penerbit Trigenda Karya. Jakarta Pusat.
Kasim, S. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani.
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Kartasapoetra. 1986. Teknologi Benih, PT. Bina Aksara. Jakarta.
Mugnisyah. 1999. Teknologi Benih.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Lembaga Penelitian
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta.
Rahim, A dan Hastuti, D.R.D, 2007.
Pengantar Teori dan Kasus Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta
Suryana. A. 2008. Padi Sawah Tadah Hujan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen pertanian.
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Saladien, dkk, 1981. Geografi dan