• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER DAN IMUNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN DIAGNOSIS PENYAKIT PARASIT (SKABIES)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER DAN IMUNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN DIAGNOSIS PENYAKIT PARASIT (SKABIES)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Pidato

Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Parasitologi Veteriner

pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 19 Februari 2011

Oleh

NUNUK DYAH RETNO LASTUTI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PENDEKATAN BIOLOGI MOLEKULER DAN IMUNOLOGI

UNTUK PENGEMBANGAN DIAGNOSIS

(2)

Buku ini khusus dicetak dan diperbanyak untuk acara Pengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga

Tanggal 19 Februari 2011

(3)

Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang terhormat,

Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga,

Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,

Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Airlangga, Para Guru Besar Universitas Airlangga,

Para Dekan dan Wakil Dekan, Pimpinan Lembaga serta Pusat di Lingkungan Universitas Airlangga,

Para Sejawat, Dosen dan segenap Sivitas Akademika Universitas Airlangga,

Para Undangan dan Hadirin yang saya muliakan.

Pada kesempatan yang terhormat dan berbahagia ini, perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya kita sekalian dalam keadaan sehat wal'afiat dapat menghadiri Rapat Terbuka Senat Akademik Universitas Airlangga, dengan acara penerimaan jabatan saya sebagai Guru Besar dalam Bidang Parasitologi pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.

Pada kesempatan yang terhormat ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul:

PENDEKATAN BIOLOgI MOLEKULER DAN IMUNOLOgI UNTUK PENgEMBANgAN DIAgNOSIS

(4)

Hadirin yang saya muliakan,

PENYAKIT SKABIES DAN PREvALENSI

Penyakit parasit masih merupakan tantangan bagi dunia Kedokteran Hewan, karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memungkinkan beberapa penyakit parasit masih merupakan penyakit strategis di Indonesia. Salah satu penyebab meningkatnya kejadian penyakit adalah metode diagnostik yang kurang akurat, maka diperlukan pengembangan uji diagnostik lanjut yang ditujukan untuk merubah metode pemeriksaan konvensional menjadi uji diagnostik yang lebih akurat dan efisien di level molekuler. Ketepatan diagnosis terhadap penyakit parasit tergantung pada level metode yang digunakan dalam mendeteksi parasit di dalam hospesnya, karena berdasar gejala klinisnya penyakit parasit mempunyai kesamaan dengan penyakit lain. Sensitivitas dan spesifisitas merupakan dua kriteria yang paling penting untuk menentukan kualitas uji diagnostik. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pendekatan biologi molekuler dan imunologi merupakan cara pendekatan untuk pengembangan diagnostik guna mendapatkan perangkat diagnosis penyakit parasit yang sensitif dan spesifik.

Salah satu penyakit parasit yang bersifat endemis adalah penyakit ektoparasit yaitu "skabies" atau kudis, merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau (mites) Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut di dalam kulit menembus stratum korneum dan membentuk terowongan sehingga menyebabkan iritasi dan gatal hebat disertai garukan yang mengakibatkan pembengkakan dengan eksudat membeku serta membentuk krusta pada permukaan kulit.

(5)

Selanjutnya oleh Hebra pada tahun 1851 penyakit tersebut dinamakan "Scabies Norvegic Boecki" atau "Norwegian scabies", walaupun istilah tersebut masih digunakan namun yang lebih dikenal ialah istilah krusta skabies (Guldbakke, 2006). S. scabiei

dilaporkan menjadi masalah penting dalam kesehatan masyarakat, dan diperkirakan sekitar 300 juta penduduk di dunia terinfeksi skabies setiap tahun (Taplin & Meinking, 1990). Besarnya prevalensi skabies tergantung pada umur, anak yang berumur di bawah lima tahun sebesar 77% dan meningkat 86% pada umur 5 sampai 9 tahun, kemudian prevalensi menurun stabil dengan meningkatnya umur (Terry, 2001). Demikian pula telah dilaporkan angka prevalensi skabies mencapai 50% pada anak-anak penduduk Aborigin di Australia (Harumal et al, 2003). Prevalensi skabies pada anak-anak masih cukup tinggi seperti yang dilaporkan oleh Ma'rufi (2005) bahwa angka prevalensi sebesar 48,81% di Pondok Pesantren Lamongan Jawa Timur. Prevalensi skabies di negara yang belum berkembang telah dilaporkan antara 4–27% (Guldbakke, 2006).

Prevalensi skabies pada kambing di Indonesia dilaporkan lebih fluktuatif, mulai kurang dari 5% sampai mendekati 100% dengan mortalitas yang cukup tinggi antara 67–100% pada kambing berumur muda dan sekitar 11% pada kambing dewasa (Manurung

et al, 1987 yang dikutip oleh Tarigan, 2004a). Demikian pula prevalensi skabies pada kambing juga cukup tinggi seperti yang dilaporkan di Malaysia sebesar 93% (Dorny et al, 1994). Kejadian skabies dialami oleh negara lain seperti Belgia, Finlandia, Netherland, Swedia, bahwa prevalensi skabies pada wild animals

(6)

di Jerman, dan diperkirakan setiap peternakan terjadi kerugian sebesar 4200 eurosetiap tahun (Damriyasa, 2004). Penyakit skabies telah dilaporkan menyerang ternak kambing sebesar 42,95% di Nusa Tenggara Barat (Dinas Peternakan NTB, 2005). Prevalensi skabies dari tahun ke tahun tampak masih cukup tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa skabies belum bisa ditanggulangi dengan baik karena kejadian penyakit yang meningkat disebabkan adanya interaksi yang kuat antara agent, host dan environment. Peranan

agent sebagai patogen perlu mendapat perhatian, dengan mengetahui karakteristik atau sifat biologis S. scabiei, akan membantu penanggulangan skabies melalui diagnosis spesifik dan sensitif pada hewan yang sampai saat ini masih terus diteliti.

Hadirin yang saya hormati,

Penyakit skabies telah diketahui sejak seribu tahun yang lalu dan bersifat persisten terhadap kesehatan masyarakat maupun ternak, namun sampai saat ini belum ada alat diagnostik serologis yang sensitif dan spesifik yang tersedia khususnya untuk ternak kambing di Indonesia.

DIAgNOSIS SKABIES SAAT INI

Diagnosis skabies sampai saat ini masih secara konvensional yaitu berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis dari hasil scraping kulit dan scraping dilakukan sampai lapisan kulit yang dalam terkelupas. Diagnosis tersebut sangat tidak praktis kalau ternak dalam jumlah besar dan kurang sensitif karena gejala klinis mirip penyakit kulit yang lain seperti disebabkan oleh tungau lain (psoroptes, notoedres dan chorioptes), jamur maupun kutu yang menimbulkan dermatitis atopik, gatal dan bulu rontok (Ljunggren, 2005; Soulsby, 1986; Walton and Currie, 2007). Diagnosis secara pasti (skraping kulit) dengan menemukan tungau (mites) Sarcoptes scabiei

(7)

sedikit pada hewan yang terinfeksi dan tingkat keberhasilannya hanya 30–50% (Arlian, 2000; Lower et al, 2001; Tarigan, 2004b; Ljunggren, 2005; Walton and Currie, 2007).

Beberapa metode telah dikembangkan untuk diagnosis skabies, namun hasilnya kurang efektif dan mempunyai tingkat sensitivitas rendah. Seperti yang dilakukan dengan beberapa metode tersebut di bawah yang bertujuan untuk mengidentifikasi tungau S. scabiei, telur tungau atau fesesnya melalui 1) pemeriksaan kulit yang membentuk terowongan, 2) dermoscopy, yaitu pemeriksaan langsung secara mikroskopis terhadap kulit yang teridentifikasi membentuk struktur yang dibuat oleh aktivitas tungau atau tungau hidup (Prins et al, 2004), 3) pemeriksaan biopsi kulit yaitu pemeriksaan secara histologi jarang diketemukan parasitnya sehingga tidak bisa menyimpulkan positif terinfestasi S. scabiei dan 4) burrow ink test (BIT) menggunakan tinta yang digosokkan pada area kulit yang dicurigai kemudian diratakan dengan alkohol. Jika terdapat terowongan maka akan tampak jejak berwarna gelap tidak teratur. BIT tidak digunakan pada hewan yang berbulu panjang dan kelemahannya banyak kejadian negatif palsu (Ljunggren, 2005).

Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, maka dikembangkan metode diagnostik yang sensitif dan spesifik, agar bisa dilakukan terapi dini untuk mencegah penularan yang lebih luas. Beberapa negara seperti Australia, Jerman dan Amerika telah mengembangkan diagnosis secara serologis (ELISA) untuk hewan anjing dan babi, hal tersebut sangat dimungkinkan karena tungau S. scabiei dapat menginduksi respons antibodi humoral pada induk semang yang terinfeksi. (Arlian et al, 2004; Lower et al, 2001; Tarigan, 2004b; Vercruysse, 2004; Walton and Currie, 2007).

PENDEKATAN MOLEKULER DAN IMUNOLOgI

(8)

secara serologis yang sensitif dan spesifik telah dilakukan melalui eksplorasi antigen sebagai kit diagnostik dengan pendekatan Biologi Molekuler dan Imunologi, hal tersebut untuk mengetahui apakah hal tersebut untuk mengetahui apakah protein antigenik S. scabiei dapat menginduksi respons imun humoral maupun seluler. Melalui pendekatan proteomik dengan metode Striffing blot akan membedakan derajad infeksi suatu penyakit, karena metode tersebut akan dapat mengidentifikasi protein antigenik yang berperan dalam pathogenesis penyakit skabies.

Prinsip dari uji Striffing blot adalah mengidentifikasi jenis protein (berdasarkan berat molekul protein antigenik) yang berperan dalam pathogenesis penyakit, melalui deteksi berat molekul protein dari antigen yang dieksplorasi dan direaksikan dengan antibodi serum dari beberapa hewan yang menderita sakit, dalam kasus ini digunakan sampel hewan kambing yang menderita skabies. Proses yang dilakukan adalah pemisahan protein dengan SDS-PAGE dan selanjutnya dilakukan imunoblotting untuk mengetahui adanya reaktivitas antara antigen dan antibodi yang diproduksi sebagai respons imun humoral (Rantam, 2003; Reed, 2003). Hasil penelitian dengan uji Striffing blot menunjukkan bahwa protein beratprotein beratmolekul 205,8 kDa., 57,3 kDa dan 43,0 kDa merupakan jenis protein yang berperan dalam pathogenesis skabies pada kambing (Lastuti, 2009).

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan pendekatan

(9)

berat molekul 79 kDa atau disebut Atypic Sarcoptes Antigen 1 (ASA1) yang bersifat antigenik dan telah dibuat rekombinan untuk pengembangan diagnosis skabies (Ljunggren, 2005). Juga telah dilakukan deteksi dan identifikasi penyebab skabies pada kelinci adalah jenis protein dari S. scabiei dengan berat molekul 75,3 kDa dan 50,9 kDa (Lastuti, 2008).

Pengembangan diagnosis terhadap penyakit skabies juga dilakukan dengan pendekatan genomik melalui teknologi DNA rekombinan, yang saat ini memberikan manfaat yang sangat berarti untuk mengatasi masalah penyakit melalui deteksi dan identifikasi langsung parasit. Pengembangan diagnosis melalui metode Polymerase Chain Reactions (PCR) merupakan metode yang handal dalam mendeteksi penyakit skabies dengan menggunakan primer spesifik skabies Ssag1 dan Ssag2 (Harumal et al, 2003). Primer Sarcoptes scabiei antigen 1 dan 2 (Ssag) berasal dari kloning DNA S. scabiei varietas hominis adalah antigen protein yang berada pada organ internal, kutikula dan telur dari sarcoptes.

Terkait dengan global warming yang memicu terjadinya perubahan sifat penyakit infeksi yang terletak pada protein patogen dimana protein tersebut dapat menginduksi antibodi yang kuat, ke depan perlu dikembangkan metode dengan pendekatan genomik yang sedini mungkin dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya perubahan sifat spesifik point mutation, random mutation, codon mutation dan variasi genetik daerah protein yang conserve maupun yang hipervariabel akibat perubahan lingkungan baik macro

maupun micro environtment. Karena itu, perlu pendekatan genomik yang merupakan pendekatan mutlak dalam menentukan berbagai perubahan di atas sebagai marker spesifik terhadap perubahan variasi genetik dengan metode micro chipe atau juga micro array

(10)

(nucleic acid base sequence). Produk genomic tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan bioinformatik yang jika dikembangkan dapat digunakan sebagai dasar early warning system (EWS), yang saat ini sedang dikembangkan oleh Pusat Bioinformatik ITD Unair melalui proyek PHK. Selain pendekatan molekuler patogen di atas juga ke depan perlu adanya kajian imunologi molekuler yang menjembatani respons imun dari hospes dengan kinetik molekuler agen penyakit yang dapat menimbulkan manifestasi terhadap penyakit infeksi.

Pendekatan imunologi molekuler tersebut di atas merupakan pengembangan diagnosis skabies, seperti uji Toll like receptor (TLR) untuk mengetahui respons imun seluler, karena TLR sebagai signal yang esensial untuk meregulasi aktivasi dan proliferasi sel limfosit, meregulasi produksi antibodi serta meregulasi presentasi antigen. Signal yang dihasilkan TLR akan mengaktivasi faktor transkripsi NFκB yang menstimuli produksi sitokin. Aktivasi NFκB diawali dengan signal yang merekrut adaptor MyD88 dan berinteraksi dengan IL-1 receptor associated kinase (IRAK), kemudian terjadi autofosforilasi memisahkan MyD88 dan mengaktivasi TNF receptor associated factor 6 (TRAF-6) untuk mengaktivasi IκB kinase (IKK). IKK yang aktif akan mengaktivasi NFκB untuk mentranskrip gene IL-12, IL-10, IL-4, TNF-α, IFN-γ (Pasare and Medzhitov, 2005;(Pasare and Medzhitov, 2005; Blander and Medzhitov, 2006; Xiao et al, 2008).

Berdasarkan uji tersebut direkomendasi bahwa protein S. scabiei

(11)

Melalui pendekatan Biologi Molekuler dan Imunologi, maka pengembangan perangkat diagnostik yang sensitif dan spesifik terhadap penyakit parasit dapat dilakukan, hal tersebut sebagai upaya penanggulangan penyakit parasit khususnya skabies, agar bisa dilakukan pengobatan yang lebih dini untuk mengurangi kerugian ekonomi bagi peternak kambing di Indonesia.

Hadirin yang berbahagia,

KONTRIBUSI RISET PENgEMBA NgA N METODE DIAgNOSTIK DALA M MENUNjANg TRIDH ARM A PERgURUAN TINggI

. Dharma Pendidikan

Misi Universitas Airlangga adalah menyelenggarakanenyelenggarakan pendidikan akademik, vokasional dan profesi yang berbasis teknologi pembelajaran modern. Oleh sebab itu, pidato Rektor Universitas Airlangga pada Dies Natalis ke 56 pada tanggal 10 November 2010 menyatakan bahwa Kebijakan Universitas Airlangga dalam penyelenggaraan pendidikan diarahkan pada peningkatan kualitas sesuai dengan kebutuhan regional, nasional dan pemenuhan kebutuhan global. Pengembangan ini sesuai dengan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan Universitas Airlangga yaitu mengembangkan keunggulan dalam bidang keilmuan life sciences, medical/health sciences, dan social sciences. Keunggulan ini sekaligus menjawab persoalan peningkatan daya saing bangsa, karena dengan keunggulan ini dapat menjadi fokus pelaksanaan misi Universitas Airlangga (Pidato Rektor Universitas Airlangga, 2010).

(12)

Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPKMV) semester II. Mata kuliah tersebut perlu diberikan pada mahasiswa S2 untuk memperluas wawasan keilmuan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan Biologi molekuler dan Imunologi merupakan cara pendekatan untuk pengembangan metode diagnostik guna mendapatkan perangkat diagnostik yang sensitif dan spesifik serta pengembangan vaksin untuk penanggulangan penyakit parasit pada hewan. Strategi pembelajaran dengan cara diskusi dan presentasi tugas, serta diperdalam dengan mengikuti pelatihan Tehnik Biologi Molekuler yang diselenggarakan oleh Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Hewan Unair.

Deskripsi mata kuliah dan kompetensi dijabarkan dalam GBPP, SAP dan Kontrak Perkuliahan, yang menjabarkan kompetensi yang harus dimiliki lulusan program studi S2 IPKMV. GBPP, SAP dan Kontrak Perkuliahan merupakan perangkat kurikulum yang harus disediakan setiap mata kuliah sebelum perkuliahan dimulai. Persyaratan tersebut mengacu pada Pedoman Prosedur Perkuliahan dalam Sistem Manajemen Mutu "Airlangga Integrated Management System" berbasis: ISO 9001: 2008, IWA2: 2007, dan Education Criteria for Performance Excellent based on MBNQA 2009 yang telah disertifikasi oleh Bureau Veritas pada tanggal 23 Desember 2009, serta telah dilakukan surveillance pertama pada 23–26 November 2010 dengan perolehan kriteria "Performance Level". Upaya tersebut sebagai bentuk akuntabilitas Universitas Airlangga dalam meningkatkan kualitas pendidikan untuk memenuhi kepuasan

stakeholders, sehingga lulusan Universitas Airlangga telah dijamin kualitasnya dengan standar kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan. Sistem manajemen mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan roadmap pengembangan Universitas Airlangga tahun 2011– 2015 salah satunya adalah pengembangan academic excellence

(13)

melalui penguatan pada manajemen tata kelola, organisasi yang sehat dan sistem penjaminan mutu secara berkelanjutan (Pidato Rektor Universitas Airlangga, 2010).

. Dharma Penelitian

Payung penelitian yang dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang memperoleh proyek "DUE-Like Batch III" pada tahun 2002–2006 adalah penelitian yang berbasis bioproduk yang akan dimanfaatkan untuk membantu masyarakat dalam penanggulangan penyakit tropik. Keberadaan Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Pusat Tropik yang didukung dengan Lembaga Penyakit Tropik dan BSL-3 yang bersinergi merupakan aset dalam mewujudkan Nasional Health Science Center melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan dan kebijakan, sehingga nantinya diharapkan mampu menghasilkan bioproduk yang berguna bagi masyarakat. Pengembangan riset ke arah biologi molekuler dengan pendekatan proteomik telah semakin meluas di lingkungan Universitas Airlangga, dengan menghasilkan bioproduk unggulan berbasis protein seperti kit diagnostik, vaksin dan bioproduk lainnya (Puspaningsih, 2010). Hasil riset tersebut bertujuan untuk membantu penanggulangan penyakit yang semakin meningkat di Indonesia, dan sesuai dengan road map program pengembangan Universitas Airlangga tahun 2011–2015 bahwa Penguatan penelitian berbasis pada keunggulan universitas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan rekognisi internasional (Pidato Rektor Unair, 2010).

. Dharma Pengabdian Kepada Masyarakat

(14)

Kepada Masyarakat adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam perkuliahan maupun praktikum, selain itu adalah mengimplementasikan hasil penelitian para dosen yang bisa digunakan untuk mengatasi khususnya masalah peternakan yang disebabkan oleh berbagai penyakit, yang menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sebagai contoh, akibat penyakit "skabies" pada ternak kambing yang terjadi di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, berdampak pada nilai jual yang menurun drastis (harga kambing sehat dengan berat badan sekitar 50 kg berkisar Rp. 600.000,-, dan menjadi Rp. 50.000,- per ekor jika menderita "skabies"). Hal tersebut sangat menggugah hati saya untuk melakukan inovasi pengembangan metode diagnostik yang bisa secara cepat mendeteksi penyakit tersebut agar bisa dilakukan pengobatan yang lebih dini dan ternak kambing menjadi sehat kembali. Dengan diperolehnya antigen sebagai "kit diagnostik" untuk membantu diagnosis penyakit pada hewan khususnya skabies, diperlukan kerja sama dengan pihak industri farmasi untuk memproduksi material (Kit) tersebut. Seperti penelitian yang sedang dikembangkan oleh para peneliti di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga melalui Proyek IMHERE B2C yang antara lain penelitian ke arah produksi vaksin maupun kit diagnostik untuk menanggulangi berbagai penyakit pada hewan seperti Rabies, Brucellosis, Avian Influenza dan lain-lain. Dengan melibatkan mahasiswa S1, S2 dan S3, hasil penelitian tersebut ditujukan untuk membantu masyarakat dalam menanggulangi penyakit pada hewan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang mulia,

(15)

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak.

Pertama, saya sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini melalui Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir.

H. Mohammad Nuh, DEA, dan Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS, yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Parasitologi Veteriner.

Kepada yang terhormat Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof. Sam Soeharto, dr., Sp.MK., Sekretaris Senat Airlangga, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar.

Kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Hj. Romziah Sidik, drh., Ph.D, dan para Wakil Dekan: Dr. Anwar Maruf, drh., M.Kes., Dr. Pudji Srianto, drh., M.Kes., Dr. Suwarno, drh., MS, serta Ketua dan Anggota Badan Pertimbangan Fakultas, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan untuk berkarya dan berbakti.

Kepada yang terhormat para mantan Rektor Universitas Airlangga, Prof. Abdul gani, SH (alm), Prof. Marsetyo Donoseputro, dr., Sp.PK(K), Prof. H. Soedarso Djojonegoro,

dr., Prof. H. Bambang Rahino Setokusumo, dr., Prof.

(16)

Airlangga, Prof. Dr. H. Rochiman Sasmita, drh., MS., MM.,

Prof. Dr. Ismudiono, drh., MS, yang telah memberi kesempatan kepada saya menjalankan tugas dan berkarya sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Kepada yang terhormat Ketua Departemen Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Prof. Dr. H. Setiawan Koesdarto, drh., M.Sc, serta Sekretaris Departemen Parasitologi Veteriner Dr. Lucia Tri Suwanti, drh.,

MP, saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaan dan kesediaan mengusulkan saya sebagai Guru Besar.

Kepada mantan Ketua Departemen Parasitologi Veteriner Prof.

Dr. H. Rochiman Sasmita, drh., MS., MM, saya menyampaikan terima kasih atas bimbingan sebagai dosen parasitologi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

(17)

BKP., M.Si., Drs, Ak., Imam Siswanto, drs., M.Si., Ketua BPP

Tjitjik Sri Tjahjandarie, Ph.D., Ketua LP3UA Prof. Dr. Widji Soeratri, Apt., DEA., Ketua LPPM Dr. Djoko Agus Purwanto,

M.Si, Apt., Ketua LPT Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD., K-PTI, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja samanya dalam membantu peningkatan kualitas Universitas Airlangga.

Saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Sekretaris Pusat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga: Hartati,

dra., M.Si., serta seluruh staf Pusat Penjaminan Mutu: Unggul Heriqbaldi, SE., M.Si., Pg.Dip.Ec., Harjana, drs., M.Sc.,

Rosmanida, dra., M.Si., Yayuk Wahyuni, dra., M.Si., Ratna Intan Irliantin, Susilo Wardoyo, S.Pd., Supriyanto, S.Pd, dan

Hardi D. Hadianata, yang telah banyak membantu dan bekerja sama dalam pengembangan Pusat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga.

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya haturkan terima kasih yang setinggi-tingginya dan penghargaan yang tak terhingga kepada ayahanda tercinta M. goenawas (alm) dan ibu

R.A. Roesmirah (alm), oleh karena jasa beliau maka saya sekarang dapat memangku jabatan yang sangat terhormat, yaitu sebagai Guru Besar. Kepada kedua almarhum mertua saya, Bapak Karel Lulu Udju Edo dan Ibu Penina Lulu Udju Edo, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala doa, perhatian dan dukungannya.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada seluruh kakak dan adik saya: mbak Warsi,

mbak Titik, mas Wahono, mas Hari, mbak Endang serta adik

Totok (alm), Titut dan Yatik yang telah memberikan perhatian dan doa kepada saya.

Terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada suami tercinta johanes Lulu Udju Edo, drh dan kedua anak saya,

(18)

menantu Primadonita Diah Ayuningsari yang penuh setia dan kesabaran serta selalu memberi dukungan kepada saya, dan tak lupa untuk cucuku tersayang vivi dan vino semoga kalian menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Amien.

Kepada seluruh Panitia Pengukuhan Guru, dan kepada Tim Paduan Suara Universitas Airlangga serta semua pihak yang telah membantu dalam acara ini, sehingga acara dapat terlaksana dengan baik, saya ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.

Kepada semua hadirin yang telah berkenan meluangkan waktu dan bersabar untuk mendengarkan pidato peresmian penerimaan jabatan Guru Besar pada hari ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arlian LG, Morgan MS, Estes SA, Walton SF, Kemp DJ, and Currie BJ, 2004. Circulating IgE in patients with ordinary and crusted scabies. J Med Entomol 41: 74–77.

Arlian LG and Morgan MS, 2000. Serum antibody to Sarcoptes scabiei and house dust mite prior to and during infestation with

S. scabiei. Vet Parasitol 90: 315–326.

Bezold G, Lange M, Schiener R, Palmedo G, Sander CA, Kerscher M, and Peter RU, 2001. Hidden scabies: Diagnosis by Polymerase Chain Reaction. British J. Dermatol 144: 614–618.

Blander JM and Medzhitov R, 2006. Toll Dependent Selection of Microbial Antigens for Precentation by Dendritic Cells. Nature, pp 440, 808.

Bornstein S, Frossling J, Naslund K, Zakrisson G, and Momer T, 2006. Evaluation of a serological test (indirect ELISA) for the diagnosis of sarcoptic mange in red fox (vulpes vulpes). Vet Dermatol 17: 411.

Bornstein S and Wallgren P, 1997. Serodiagnosis of sarcoptic mange in pigs. Vet Rec 141: 8–12.

Damriyasa IM, Failling K, Volmer R, Zahner H, and Bauer C, 2004. Prevalence, Risk Factors and Economic Importance ofPrevalence, Risk Factors and Economic Importance of Infestations with Sarcoptes scabiei and Haematopinus suis in Sows of Pig Breeding Farms in Hesse, Germany. Med and Vet. Entomol 18: 361–367.

Dorny PT, Van Wyngaarden, Vercruysse J, Symeons C, and Jalia A, 1994. Survey on the importance of mange in the aetiology of skin lesions in goats in Peninsular Malaysia. Trop Anim Hlth Prod 26: 81–86.

(20)

Harumal P, Morgan M, Walton SF, Holt DC, Rode J, Arlian LG, Evaluation of an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) for the serological diagnosis of sarcoptic mange in swine. Vet Parasitol 69: 117–123.

Lastuti ND. 2009. Protein Antigenik Spesifik 57,3 kDa Sarcoptes scabiei var. caprae sebagai Kit Diagnostik Scabies pada Kambing dan TLR sebagai perantara respons imun. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Airlangga.

Lastuti NDR, 2008. Eksplorasi protein antigenik Sarcoptes scabiei

var. cuniculi penyebab skabies kelinci. Med Ked Hewan 24: 80–85.

Ljunggren EL, 2005. Moleculer Analysis of Sarcoptes scabiei. Doctoral diss. Dept. of Biomedica Sciences and Veterinary Public Health, SLU. Acta Universitatis agriculturae Sueciae. Vol. 2005: 47. ISSN 1652-6880, ISBN 91-576-7046-3

Lower KS, Medleau LM, Hnilica K, and Bigler B, 2001. Evaluation of an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) for the serological diagnosis of sarcoptic mange in dogs. Vet Dermatol 12: 315–320.

Ma'rufi I, Keman S, dan Notobroto HB, 2005. Environmental sanitation factors and prevalence of scabies among students of Qor'an schools in Regency of Lamongan, East Java. Kesehatan Lingkungan 2: 10–11.

(21)

Pasare C and Medzhitov R, 2005. Control of B cell Responses by Toll-like receptor. Nature 364–438.

Fasich, 2010. Pidato Rektor pada sidang Universitas Airlangga. Dihadapan Sidang Universitas Airlangga dalam rangka Dies Natalis ke-56.

Prins C, Stucki L, French L, Saurat JH, and Braun RP, 2004. Dermoscopy for the in vivo detection of Sarcoptes scabiei. Dermatology 2008: 241–243.

Rantam FA, 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press, hlm. 145–155.

Rambozzi L, Menzano A, Molinar Min AR, and Rossi L, 2007. Immunoblot analysis of IgG antibody response to Sarcoptes scabiei in swine. Vet Immun and Immunpathol 115: 179–183. Rambozzi L, Menzano A, Lavin S, and Rossi L, 2004. Biotin-avidin

amplified ELISA for detection of antibodies to Sarcoptes scabiei

in chamois (Rupicapra spp). Vet Res 35: 701–708.

Schumann RJ, Morgan MS, Glass R, and Arlian LG, 2001. Characterization of house dust mite and scabies mite allergens by use of canine serum antibodies. Am J Vet Res 62: 1344–1348. Soulsby EJL, 1986. Helminths, arthropods and protozoa of

domesticated animal. 7th ed. The English and protozoa of society and Baillire, Tindall, London, pp 504–506.

Tarigan S, 2004a. Antibody responses in naïve and sensitised goats infested by Sarcoptes scabiei. JTIV 9: 258–265.

Tarigan S, 2004b. Ingestion of host immunoglobulin by Sarcoptes scabiei. JITV 10: 35–40.

Terry BC, Kanjah F, Sahr F, Kortequee S, Dukulay I, and Gbakima AA, 2001. Sarcoptes scabiei infestation among children in a displacement camp in Sierra Leone. Public Health 115: 208–211. Vercruysse J and Peelaers I, 2004. Toward a better diagnosis of

(22)

Walton SF and Currie BJ, 2007. Problems in diagnosing scabies, a global disease in human and animal populations. Clin Microbiol Reviews 20: 268–279.

(23)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Prof. Dr. Nunuk Dyah Retno Lastuti, drh, MS

NIP : 19530418 197803 2 001

Tempat/Tanggal Lahir : Jombang, 18 April 1953

Agama : Kristen Protestan

Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda (IV/c) Jabatan Fungsional : Guru Besar dalam bidang Ilmu

Parasitologi Veteriner Jabatan Struktural

Alamat Pekerjaan : Ketua Pusat Penjaminan Mutu, Universitas Airlangga Departemen Parasitologi,

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Alamat Rumah : Jl. Wisma Permai IX/20 (L3), SurabayaJl. Wisma Permai IX/20 (L3), Surabaya (L3), Surabaya, Surabaya Telpon : (031) 5932891; 5993433; 08123563684

E-mail : nunuk_dyah@yahoo.com

Nama Suami : Johannes Lulu Udju Edo, drh Nama Anak : 1. Dony Chrismanto, drh

2. Marista Ariyani, drg., Sp.KG

RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Formal

1960–1965 : SD Negeri Karanggayam II, Surabaya 1966–1969 : SMP Negeri IX, Surabaya.

1969–1972 : SMA Negeri V, Surabaya

(24)

1986–1988 : Pendidikan Magister, Program Pascasarjana: Pendidikan Magister, Program PascasarjanaPendidikan Magister, Program Pascasarjana Universitas Airlangga

2006–2009 : Pendidikan Doktor, Program Pascasarjana Universitas Airlangga

Pendidikan Tambahan dan Kursus

2003 : Workshop of International Concept on Animal Welfare: Workshop of International Concept on Animal WelfareWorkshop of International Concept on Animal Welfare 2003 : Lokakarya Manajemen Usaha Peternakan Sapi Perah: Lokakarya Manajemen Usaha Peternakan Sapi PerahLokakarya Manajemen Usaha Peternakan Sapi Perah 2003 : Aplikasi Biologi Molekuler di bidang Veteriner dalam

menunjang Pembangunan Nasional

2004 : Lokakarya Aplikasi Biologi Molekuler di bidang Veteriner: Lokakarya Aplikasi Biologi Molekuler di bidang VeterinerVeteriner dalam menunjang IPTEK

2005 : Workshop Program Komisi Pengawasan Kesejahteraan &: Workshop Program Komisi Pengawasan Kesejahteraan &Workshop Program Komisi Pengawasan Kesejahteraan & Penggunaan Hewan Penelitian dan Ethical

2005 : Pelatihan Manajemen Laboratorium: Pelatihan Manajemen LaboratoriumPelatihan Manajemen Laboratorium

2006 : Workshop Aplikasi PCR di Bidang Kesehatan dan: Workshop Aplikasi PCR di Bidang Kesehatan danWorkshop Aplikasi PCR di Bidang Kesehatan dan Kedokteran Hewan

2007 : Workshop Bioinformatika Molekuler: Workshop Bioinformatika MolekulerWorkshop Bioinformatika Molekuler 2007 : Workshop on Education Measurement: Workshop on Education MeasurementWorkshop on Education Measurement

2007 : Lokakarya Konsorsium Ilmu-ilmu Kedokteran Hewan dan: Lokakarya Konsorsium Ilmu-ilmu Kedokteran Hewan dan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan.

2007 : Symposium on Goat Production, University Putra Malaysia, Malaysia.

2008 : Program "Sandwich" (Program Doktor) di University Putra Malaysia, Malaysia

2008 : Pelatihan "Pengenalan Malcolm Baldrige Education Criteria for Performance Excellence 2008"

2009 : Pelatihan "QMS Internal Audit Performance Based Course: ISO 9001: 2008 and ISO 19011: 2002"

(25)

RIWAYAT PEKERjAAN

1978–sekarang : Staf Pengajar Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

1995–2007 : Anggota Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Airlangga.

1998–2007 : Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

2002–2006 : Asdir Akademik Proyek DUE-Like Batch III Universitas Airlangga.

2007–2009 : Koord inator Bida ng A k red ita si P usatKoord inator Bida ng A k red ita si P usat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga.

2006–sekarang : Tim Monevin Program Hibah KompetisiTim Monevin Program Hibah Kompetisi Universitas Airlangga.

2009–2010 : Sekretaris Pusat Penjaminan Mutu UniversitasSekretaris Pusat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga

2009–sekarang : Auditor Internal "Auditor Internal "Airlangga Integrated Management System" (AIMS). (AIMS).

2009–sekarang : Reviewer Program Hibah Kompetisi, DewanReviewer Program Hibah Kompetisi, Dewan Pendidikan Tinggi, Dirjen Dikti.

2010–sekarang : Lead Auditor ISO 9001: 2008, Nasional.

2010–sekarang : Examiner "Malcolm Baldrige Indonesia Quality Award Foundation".

2010–sekarang : Ketua Pusat Penjaminan Mutu Universitas Airlangga.

KEANggOTAAN PROFESI

1978–sekarang : Anggota Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, Cabang Jawa Timur I

2006–2010 : Majelis Pendidikan Profesi Dokter Hewan,: Majelis Pendidikan Profesi Dokter Hewan,: Majelis Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) (PDHI) 2006–sekarang : Anggota Asean Association Veterinary School

(26)

KARYA ILMIAH

1. Lastuti ND, Puspitawati H. 2004. InfeksiLastuti ND, Puspitawati H. 2004. Infeksi Heterakis gallinarum

dan hubungannya dengan Histomonas meleagridis pada ayam buras yang dijual di pasar tradisional Surabaya. Jurnal Kesehatan Unggas, Poultry Diseases, 01: 20–24.

2. Lastuti ND, Suprihati E. 2005. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Sporokista Terhadap Keganasan E. tenella. Media Kedokteran Hewan, 21: 12–14.

3. Lastuti ND, Mufasirin. 2005. Deteksi Protein Haemonchus

pada domba dan kambing dengan Uji Dot Blott Menggunakan Antibodi Poliklonal Protein ekskresi dan sekresi Haemonchus contortus. Media Kedokteran Hewan, 22: 162–167.

4. Lastuti ND, Aksono B, Hastutik W, Masithah ED. 2006. Pembakuan Protein spesifik Caligus sp pada ikan kerapu tikus sebagai bahan vaksin sub unit (tahap I). Laporan Penelitian Hibah Bersaing, LPPM Unair.

5. Rachmawati K, Lastuti ND. 2007. Penentuan titer antibodi serum kelinci yang diimunisasi dengan Sarcoptes scabiei var.

caprae. Laporan Penelitian LPPM Unair.

6. Lastuti ND, Aksono B, Hastutik W, Masithah ED. 2007. Pembakuan Protein spesifik Caligus sp pada ikan kerapu tikus sebagai bahan vaksin sub unit (tahap II). Laporan Penelitian Hibah Bersaing, LPPM Unair.

7. Lastuti ND. 2008. Eksplorasi Protein Antigenik Sarcoptes scabiei var. cuniculi. Media Kedokteran Hewan, 24: 80–85. 8. Lastuti ND, Pasila AR, Trinurhayati. 2008. Identifikasi Profil

Protein Ekskresi-sekresi cacing Haemonchus contortus dewasa dengan SDS-PAGE. Veterinaria Medika, 1: 39–42.

(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (RIPPM) Unika Soegijapranata Tahun 2014–2018, maka fokus dan orientasi dari program-program dan

Mekanisme penurunan indeks plak pada penelitian ini merupakan kombinasi dari efek pengunyahan permen karet yang efektif dalam merangsang laju aliran saliva sehingga

Dari problem ini, maka penulis ingin untuk mengkaji dan melakukan perhitungan yang standar terhadap desain roda gigi pada mesin bubut standar, lebih

8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dilakukan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) yang berfungsi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada

Setelah melalui torus disc, pellet masuk ke dalam finisher tower dimana didalamnya terjadi proses pemanasan kembali dengan media N 2 dan juga jaket steam dari... Pelet yang telah

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start

Untuk mengetahui data tentang efektifitas layanan informasi untuk meningkatkan kemampuan manajemen stres siswa kelas X SMA NU SUMENEP. Peneliti melakukan penelitian terhadap

Tes akhir tindakan siklus II ini, dengan menggunakan instrumen penilaian berupa soal dari bacaan (lampiran 10) dengan jumlah soal 7 nomor. Banyaknya siswa yang tuntas