Imunodefisiensi & Autoimun
Imunodefisiensi
Defenisi
Immunodefisiensi :
komponen sistem imun tidak dapat
berfungsi secara normal
.
Akibatnya, penderita imundefisiensi menjadi lebih
rentan terhadap infeksi
virus, jamur, bakteri, keganasan,
dan infeksi berulang (reaktivasi infeksi laten)
Sepuluh tanda imunodefisiensi
Jeffrey M odell Foundat ion
Empat atau lebih infeksi telinga dalam setahun
Dua atau lebih infeksi sinus berat dalam setahun
Dua bulan atau lebih pemakaian antibiotik dengan sedikit efek
Dua episode atau lebih pneumonia dalam setahun Pada bayi terjadi
kegagalan
Abses berulang pada kulit dan organ dalam
Kandidiasis
persisten di mulut atau di mana saja usia >1 tahun
Kebutuhan penggunaan antibiotik
intravena untuk mengatasi infeksi
Dua atau lebih infeksi dalam termasuk
septikemia Riwayat keluarga
dengan
GANGGUAN FUNGSI SISTEM IM UN dan
PENYAKIT YANG M ENYERTAI
DEFISIENSI
1. Sel B
2. Sel T
3. Fagosit
4. komplemen
•
Infeksi bakt eri rekuren
ot it is media, pnemumonia
rekuren
•
Kerent anan meningkat
virus, jamur, dan prot ozoa
PEM BAGIAN DEFISIENSI SISTEM IM UN
•
DEFISIENSI IM UN NONSPESIFIK
DEFISIENSI IM UN NONSPESIFIK
1. DEFISIENSI KOM PLEM EN
peningkatan insiden infeksi atau penyakit
autoimun Lupus SLE.
Defisiensi komplemen
infeksi bakteri yang
rekuren,
sensitivitas terhadap penyakit autoimun.
Kebanyakan defisiensi komplemen adalah
a. DEFISIENSI KOM PLEM EN KONGENITAL
Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES.
b. DEFISIENSI KOM PLEM EN FISIOLOGIK
Defisiensi C7, dan C8
peningkatan kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok.
Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, & faktor B yang masih rendah.C3
infeksi mikroba & gangguan opsonisasi C5
infeksi bakteri & gangguan kemotaksis c. DEFISIENSI KOM PLEM EN DIDAPAT2. DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIM
a. DEFISIENSI IFN KONGENITAL
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
b. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT
Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori. 3. DEFISIENSI NK
a. DEFISIENSI KONGENITAL
Terjadi pada penderita dengan osteoporosis (defek osteoklas & monosit).
b. DEFISIENSI DIDAPAT
Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi 4. DEFISIENSI SISTEM FAGOSIT
Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan komplemen.
Contoh penyakit defisiensi fagosit :
1. CGD = Chronic Granulomatous Disease
Penyakit X-linked resesif pd usia 2 thn pertama
Defek neutrofil tidak mampu membentuk peroksid hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya.2. Defisiensi G6PD (Glucose 6 phosphate dehydrogenase
Anemia hemolitik karena defisiensi pembentukan NADPH. Normal fagositosis
mengaktifkan NADPH membentuk peroksidase3. Sindrom lazy Leucocyte
jumlah Neutrofil menurun
respon kemotaksis tergangggu sehingga rentan terhadap infeksimikroba
Respon inflamasi terganggu.Defisiensi fagosit
Disfungsi Fagositosis
•
Dapat berkisar dari infeksi kulit ringan sampai
infeksi sistemik yang berat
–
Infeksi kulit, furunkulosis, abses visceral atau
perirectal dengan pembentukan granuloma,
limfadenitis, ginggivitis
–
Penyembuhan luka yang buruk, kurangnya nanah
•
Terutama rentan terhadap infeksi bakteri virulen
–
Staphylococcus
spesies
–
Organisme Gram-negatif
II. DEFISIENSI IM UN SPESIFIK
2. DEFISIENSI IM UN KONGENITAL ATAU PRIM ER
A. DEFISIENSI IM UN PRIM ER B
gangguan perkembangan pada sel B.
B. DEFISIENSI IM UN PRIM ER SEL T
Penderit a dengan defisiensi sel T kongenit al sangat rent an
t erhadap infeksi virus, jamur, dan prot ozoa.
Sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel T juga
disert ai
gangguan produksi Ig
t idak adanya respons
Kehamilan
Fetus allograf dengan antigen paternal
Ig meningkat karena pengaruh estrogen
Usia tahun pertama
Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20, tp
IgG dewasa sekitar usia 5thn
Bayi prematur lebih mudah terinfeksi karena sedikit
menerima Ig dari ibu
Usia Lanjut
Lebih mudah terinfeksi karena atrofi timus dengan
fungsi menurun.
Imunodefisiensi spesifik fisiologik
I. Imunodefisiensi primer sel B
a. Gangguan perkembangan sel B
ex : - hypogamaglobulinemia (tidak ada Ig/ sangat sedikit). - Dalam jumlah normal sel B tidak dapat berkembang
menjadi Sel B yang matur
b. Insiden atopy dan penyakit autoimun menjadi meningkat
II. Imunodefisiensi primer sel T (infeksi oportunistik)
a. Sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur dan protozoa.
b. Berpengaruh thd aktivasi dan proliferasi sel T
disertai dengan gangguan produksi Ig
tidak ada respon thd vaksinasi. ex : sindrom DiGeorge.c. Insiden terhadap malignanci pada (CVID) Common variable immunodeficiency menjadi tinggi.
Ex : Infeksi yang melibat kan THT and lungs (respirat ory t ract )
dit andai respon Ab depressed, level Ab darah sangat rendah
Imunodefisiensi spesifik
III. Defisiensi kombinasi Sel B dan sel T berat
Severe combined immunodeficiency disease (SCID
)
Penderita rentan terhadap infeksi virus, bakteri jamur
dan protozoa
Tidak adanya sel B dan T terlihat dari limfositopenia
diterapi dengan transplantasi sumsum tulang
Imunodefisiensi spesifik
•
Syndrome:
Combined immunodeficiency
Wiskott -Aldrich syndrome
• Trias: eksim, t rombositopenia, imunodefisiensi
Ataksia-teleangiektasia
• Ataksia serebelar, teleangiektasia okulokutaneus
Sindrom DiGeorge
• Delesi kromosom 22q11
Infections associated w ith cellular immune defects
Contoh Penyakit Kelainan / Kerusakan yang
disebabkan Dampak klinis
Defisiensi imunitas
kombinasi (Severe Combined Immunodeficiency/ SCID)
Penurunan jumlah sel T, sel B, sel NK, dan/ atau ant ibodi
Rentan terhadap infeksi virus, fungi, dan bakteri karena
kecacatan padasistem kekebalan
selular dan humoral.
X-linked agammaglobulinemia Kegagalan mat urasi sel B di
sumsum t ulang belakang
Penurunan atau sama sekali t idak ada produksi sel B dan
ant ibodi
Sindrom DiGeorge
Ket idaksempurnaan perkembangan organ t imusdan kegagalan mat urasi
sel T
Rentan terhadap infeksi virus dan fungi karena kegagalan
sistem imunitas humoral
Sindrom Wiskott -Aldrich
Cacat fungsi t rombosit , sel T, dan kekurangan ant ibodi
(terutama IgA)
Rentan terhadap ekzema atopik dan infeksi yang mudah
kambuh
Hyper-IgM syndrome
Cacat pada sel B sehingga t idak dapat melakukan pergant ian kelas ant ibodi
(imunoglobulin)
Kadar IgM di dalam t ubuh menjadi berlebihan dan kekurangan IgA, IgG, dan IgE.
Terapi
Defisiensi Sel-B
Terapi pengganti
dengan suntikan gamma globulin IV
Penderita CVID
Terapi antimikroba
(mencegah infeksi respiratorius,
komplikasi seperti pneumonia, sinusitis/ otitis media)
M etronidazol
(flagyl)/ kuinakrin hidroklorida (Atabrine)
selama 7 hari jika adaya infestasi intertisnal oleh Giardia
Lamblia
•
Defisiensi Sel-T
- Terapi topical dengan mikronazol
- Suntikan amfoterisin B IV
Terapi
Defisiensi sel B dan sel T
* Transplantasi sumsum t ulang
* Sunt ikan immunoglobulin IV
M alnutrisi
Infeksi
Obat, trauma, tindakan kateterisasi
Penyinaran
Penyakit berat
Kehilangan imunoglobulin/ leukosit
Stres
Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai
menghilangnya sel B total dari sirkulasi)
AIDS
Progression
of HIV
Autoimun
Defenisi Autoimun
Autoimunitas adalah
respon imun
terhadap antigen
jaringan sendiri yang disebabkan oleh
mekanisme
normalnya gagal untuk mempertahankan self
tolerance sel B, sel T atau keduanya.
Kegagalan pada toleransi imunitas sendiri
Penyakit autoimun adalah
kerusakan jaringan
atau
gangguan fungsi fisiologis
yang
ditimbulkan oleh
Pada penyakit tertentu antibodi yang
diproduksi oleh tubuh ditujukan untuk
melawan sel atau jaringan tubuh itu
sendiri.
Tipe antibodi ini disebut autoantibodi
dan
Etiologi autoimun
Teori tentang terjadinya penyakit autoimun :
-
Reaksi silang dengan antigen bakteri
-
Rangsangan molekul poliklonal
AUTOIMMUNITY
VS.
AUTOIMMUNE DISEASE
Autoimmunity
•
Self reakt ive limfosit dan
ant ibodinya kurang
•
Berpot ensi reversibel
•
Insidennya lebih t inggi
pada usia menua
Autoimmune disease
•
Bergant ung pada fakt or
genet ik virus dan hormon
•
Terjadinya kerusakan
yang parah pada jaringan
•
Gejala klinis
•
Kejadiannya perlahan
t api fat al
Symptoms
• Kelelahan
• Depresi
• Kehilangan otot
• kram
• Irritability
• Keringat berlebihan
• Insomnia
• Kehilangan koordinasi
• Pembengkakan
• Ruam
• Tubuh sakit
• Tremor
• Kelelahan
• Kehilangan nafsu
makan
Diagnosa beberapa simpt om pada penyakit aut oimmune parah
Penyakit autoimun
: bila reaksi aut oimun
kerusakan jaringan pat ologik
M ekanisme kerusakan akibat
:
1. Dest ruksi sel (Ab >< permukaan sel)
2. Pembent ukan kompleks imun (Ag><Ab)
kerusakan jaringan sist emik
3. Reaksi imunologik selular
Et iology of aut oimmune diseases.
Kono, Dw ight
H.,Theofilopoulos, Argyrios N. -Kelley's Text book of
Rheumat ology, 281-298.e5 © 2013
Factors influencing autoimmune diseases development
Faktor-faktor yang berkontribusi pada
perkembangan penyakit autoimun
1. Genetik, yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risiko penyakit autoimun.
2. Kelamin (gender), yaitu wanita lebih sering daripada pria. 3. Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokok,
Klebsiella, malaria, dll, berhubungan dengan beberapa penyakit autoimun;
4. Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai antigen sasaran dan mungkin bereaksi silang
dengan antigen mikroba;
5. Obat-obatan, yaitu obat tertentu dapat menginduksi penyakit autoimun;
Auto Ab production
E nvironment Hormones
Stochastic factors Genetic factors
Initiation of pathogenesis
Critical •IFN? Secretion
•T independent Ab production
•Increased costimulation •Cytokine help
T cell B cell
Increased activity Increased activity
•Abnormal complement fixation •Defective phagocyte activation •Circulating immune complex
•Increased apoptosis •Defective AICD
•Defective cytokine production
Tissue damage
Pathogenesis of
Pathogenesis of
autoimmune diseases
autoimmune diseases
Autoimmunity
(loss of tolerance)
Autoreactive
T and B cells
activation
Disease
Klasifikasi Penyakit autoimun
1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas organ.
Ex:
•
Thiroiditis, dengan auto-antibodi terhadap tiroid;•
Diabetes M ellitus, dengan auto-antibodi terhadap pankreas•
Sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf•
Penyakit radang usus, dengan auto-antibodi terhadap usus.2. Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto antibodi melibatkan lebih dari satu organ.
Ex
Endocrine system
Autoimmune (Hasimoto’s) thyroiditis
Hyperthyroidism (Graves’ disease; thyrotoxicosis)
Type I diabetes mellitus (insulin-dependent or juvenile diabetes)
Insulin-resistant diabetes
Autoimmune adrenal insufficiency (Addison’s disease)
Autoimmune oophritis
Organ-specific autoimmune diseases
Hematopoietic system
Autoimmune haemolytic anemia
Paroxysmal cold hemoglobinuria
Autoimmune thrombocytopenia
Autoimmune neutropenia
Pernicious anemia
Pure red cell anemia
Neuromuscular system Myasthenia gravis
Autoimmune polyneuritis lemah otot
Multiple sclerosis
Experimental allergic encephalomyelitis
Skin
Pemphigus and other bullous diseases
Cardiopulmonary System Rheumatic carditis
Goodpasture’s syndrome
•
Organ-spesifik penyakit autoimun
•
Aut oimun hemolit ik anemia•
Aut oimun t rombosit openia•
M yast henia gravis•
Penyakit Graves•
Goodpast ure Sindrom
paru paru dan ginjal–
Sistemik penyakit autoimun
•
Lupus erit emat osus sist emik (SLE)–
Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas atau
reaksi terhadap antigen mikroba
•
Polyart erit is nodosaPENYAKIT Autoimun dimediasi oleh
•
Organ-spesifik penyakit autoimun–
Tipe 1 diabet es m ellit us–
M ult iple sclerosis
penyakit sist em saraf yang m em pengaruhi ot ak dan sum sum t ulang•
Sistemik penyakit autoimun–
Rheum at oid art hrit is *–
Sist em ik sclerosis
* penyakit jaringan ikat yang t idak diket ahui penyebabnya dit andai oleh fibrosis kulit & organ visceral sert a kelainan m ikrovaskuler–
Sjogren syndrom e *•
Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas atau reaksi terhadap antigen mikroba–
Penyakit radang usus (penyakit Crohn, ulcerat ive colit is)–
Inflam asi myopat hies
gangguan endokrin, gangguan m et abolik, infeksi ot ot at au inflamasi : obat -obat an karena M ut asi dalam genSusceptibility Factors Gender
•
Increased risk associated w ith gender.
–
e.g. Female to male ratio for
•
SLE 10:1
•
M ultiple sklerosis 5:1
•
Hashimoto's thyroiditis 4:1
Susceptibility Factors
Immune regulation genes
•
Increased risk associated w ith changes in
expression of immune regulation genes.
•
Decreased expression of Fas, FasL, assoc w ith
SLE.
42
Sex-based Differences
Estrogen
- causes autoimmunity (generally)
- stimulates prolactin secretion (helps regulate immune
response)
- stimulates the gene for CRH (corticotropin-releasing
hormone) that promotes cortisol secretion
- causes more T
H1-dominated immune responses
(promotes inflammation)
Testosterone
Faktor yang berperan pada autoimunitas
A. Sequestered antigen
adalah
antigen sendiri letak anatomi jauh
Faktor yang berperan pada autoimunitas
B
. Gangguan presentasi.
Terjadi pada presentasi antigen
, infeksi
meningkatkan respon M HC dan kadar
sitokin yang rendah
Faktor yang berperan pada autoimunitas
C. Ekspresi M HC yang tidak benar.
Sel
β
pankreas pada penderita dengan
IDDM
mengekpresikan kadar tinggi M HC-1
dan M HC-2,
subjek sehat
mengekpresikan
M HC-1 yang
lebih sedikit
dan
tidak mengekpresikan
Faktor yang berperan pada autoimunitas
D. Aktivasi sel B policlonal.
Autoimunitas dapat terjadi oleh karena
aktivasi
sel B policlonal oleh oleh virus EBV
.
LPS dan parasit malaria merangsang sel B
Faktor yang berperan pada autoimunitas
E. Peran CD 4 dan reseptor M HC
Gangguan yang mendasari penyakit autoimun
sulit diidentifikasi.
Penelitian pada model hewan menunjukkan
bahwa
CD-4 merupakan efektor utama
Faktor yang berperan pada autoimunitas
F. Keseimbangan Th1 dan Th2
Penyakit autoimun organ spesifik terbanyak terjadi
melalui sel T CD4.
Keseimbangan T1 dan th2 dapat mempengaruhi
terjadinya autoimunitas.
Th1
peran pada autoimunitas
Th2
melindungi
terhadap induksi dan progres
Faktor yang berperan pada autoimunitas
G.
Sitokin pada autoimunitas.
Sitokin dapat
menimbulkan translasi
berbagai
faktor etiologis kedalam kekuatan patogenik
dan
mempertahankan inflamasi fase kronis
1. Melalui autoantibodi
autoantigen (AIHA, ITP, Grave,
Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)
2. Melalui antibodi dan sel T
terbentuk kompleks imun
RA dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillain
bare, miastenias gravis, grave, DM, hashimoto, ITP,
pemfigus, dermatomiositis (organ)
3. Melalui kompleks antigen-antibodi
LES, miastenia
gravis, DM tipe I, sklerosis multipel
4. Melalui komplemen
LES
Penyakit Antigen target M ekanisme M anifestasi klinopatologi
Anemia hemolitik autoimun
Protein membran eritrosit (antigen golongan darah Rh)
Opsonisasi dan fagositosis eritrosit
Hemolisis, anemia
Purpura
trombositopenia autoimun (idiopatik)
Protein membran platelet (gpIIb:integrin IIIa)
Opsonisasi dan fagositosis platelet
Perdarahan
Pemfigus vulgaris Protein pada hubungan interseluler pada sel
epidermal (epidemal cadherin)
Aktivasi protease diperantarai antibodi, gangguan adhesi
interseluler
Vesikel kulit (bula)
Sindrom Goodpasture Protein non-kolagen pada membran dasar glomerulus ginjal dan alveolus paru
Inflamasi yang
diperantarai komplemen dan reseptor Fc
Nefritis, perdarahan paru
Demam reumatik akut Antigen dinding sel
streptokokus, antibodi bereaksi silang dengan antigen
miokardium
Inflamasi, aktivasi makrofag
Artritis, miokarditis
Miastenia gravis Reseptor asetilkolin Antibodi menghambat ikatan asetilkolin, modulasi reseptor
Kelemahan otot, paralisis
Penyakit Graves Reseptor hormon TSH Stimulasi reseptor TSH diperantarai antibodi
Hipertiroidisme
Anemia pernisiosa Faktor intrinsik dari sel parietal gaster
Netralisasi faktor intrinsik, penurunan absorpsi
vitamin B12
Examples of Organ Specific
Lungs of a pat ient w it h Goodpast ure’s
Vit iligo
Hashimot o’s disease
(t hyroidit is)
hypofunct ion of t hyreoid
Graves-Basedow´s disease
- hyperfunct ion of t hyreoid, t hyreotoxicosis
- autoant ibodies against TSH receptor
HASHIM OTO’S THYROIDITIS
a. Gbr kelenjar t iroid normal sel epit el folikularnya berbent uk sepert i kubus b. Hashimot o’s t hyroidit is limfosit nya mengalami infilt rasi
Bullous
Pempigus
Goopast ure Sindrom
Polyart rit is nodosa
Sistemik sklerosis