1
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, KOMPETENSI PROFESIONAL, KOMPETENSI SOSIAL DAN KOMPETENSI
KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA GURU SMK NEGERI PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI KOTA SEMARANG
PROPOSAL PENELITIAN
Untuk Memenuhi Tugas Mid Semester Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Administrasi Perkantoran
Oleh: Nida Arafah NIM 7101412303
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I PENDAHULUAN ... 5
1.1 Latar Belakang Masalah ... 5
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Rumusan Masalah ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Kegunaan penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
2.1 Kinerja Guru ... 12
2.1.1 Pengertian Kualitas ... 12
2.1.2 Penilaian Kinerja guru ... 13
2.1.3 Manfaat Penilaian Kinerja Guru ... 15
2.1.4 Indikator Kinerja Guru ... 16
2.2 Kompetensi Pedagogik ... 17
2.2.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik ... 17
2.2.2 Indikator Kompetensi Pedagogik ... 17
2.3 Kompetensi Profesional ... 17
2.3.1 Pengertian Kompetensi Profesional ... 17
2.3.2 Indikator Kompetensi Profesional ... 18
2.4 Kompetensi Sosial ... 18
2.4.1 Pengertian Kompetensi Sosial ... 18
3
2.5 Kompetensi Kepribadian ... 19
2.5.1 Pengertian Kompetensi Kepribadian ... 19
2.5.2 Indikator Kompetensi kepribadian ... 19
2.6 Kerangka Berpikir ... 19
2.7 Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 24
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24
3.2.1 Populasi ... 24
3.5 Rencana Penyusunan Instrumen ... 28
3.6 Metode Analisis Uji Instrumen ... 28
3.6.1 Uji Validitas Instrumen ... 29
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 29
3.7 Metode Analisis Data ... 30
3.7.1 Analisis Deskriptif Persentase ... 30
3.8 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.8.1 Uji Multikolinearitas ... 31
3.8.2 Uji Normalitas ... 31
3.8.3 Uji Heteroskedastisitas ... 32
3.8.4 Uji Linearitas ... 32
3.9 Analisis Regresi Linear Berganda ... 32
4
3.10.1 Uji Simultan (Uji F) ... 33
3.10.2 Uji Parsial (Uji t) ... 33
3.10.3 Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 34
3.10.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 34
5 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
6
Pendidikan yang berkualitas hendaknya memperhatikan komponen-komponen terpenting dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu komponen tersebut adalah guru, karena guru secara intensif lebih mengenal dan berinteraksi terhadap peserta didik untuk membimbing, mengajar, melatih dan memfasilitasi . Menurut Wina Sanjaya (2007 : 13) “komponen sangat penting dalam mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta didik yang menjadi objek dan subjek suatu pembelajaran. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum, lengkapnya sarana, dan prasarana pendidikan, tanpa di imbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna.”
Saat ini Pemerintah menjadikan guru sebagai salah satu pekerjaan profesional yang menuntutnya untuk menguasai dan memenuhi beberapa persyaratan yang tidak mudah berupa Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, ini dilakukan guna memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 (empat) kompetensi utama, yaitu : (1) Kompetensi pedagogik, (2) keperibadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
7
“jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus”. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta diklat terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah menengah kejuruan merupakan sekolah yang memiliki beberapa program keahlian, salah satunya adalah program keahlian administrasi perkantoran. Jumlah sekolah negeri yang memiliki program kealian administrasi perkantoran seharusnya dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam proses pembelajarannya, karena pembiayaan belanjanya sangat di tunjang oleh pemerintah baik melalui APBN maupun APBD. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) program keahlian Administrasi Perkantoran yang berada di kota Semarang hanya SMK Negeri 2 Semarang dan SMK Negeri 9 Semarang. Fasilitas dan sarana prasarana yang berada di sekolahan tersebut sudah tidak dapat dipertanyakan, selain menjadi favorit para pendaftar peserta didik baru, juga memiliki hubungan kerja sama terhadap beberapa industri besar yang dapat menyalurkan tenaga kerja ahli dari sekolah tersebut.
8
kompetensi kepribadian. Para guru program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri di Kota Semarang sejumlah 60 orang diantaranya 34 dari SMK N 2 semarang dan 26 dari SMK N 9 Semarang dalam proses pembelajarannya ditunjang dari berbagai aspek sarana prasarana, aspek pembiayaan, aspek lingkungan sudah memenuhi standar Pendidikan Nasional. Namun masih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan pada kinerja guru.
Masalah yang muncul pada guru program keahlian Administrasi Perkantoran pada SMK Negeri di kota Semarang yaitu terdapat pada kompetensi guru itu sendiri berupa kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru dirasa kurang optimal, seperti halnya kurangnya interaksi guru dan metode pembelajaran yang monoton serta membosankan.
Bertolak dari latar belakang di atas perlu di lakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional,
Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Kepribadian terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Program Administrasi Perkantoran di Kota Semarang”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
9
2. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara peserta didik, dengan pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi proses belajar mengajar seringkali terkesan asal berjalan karena kurang adanya perencanaan oleh guru
3. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Memiliki kompetensi profesionalisme guru yang merupakan usaha guru untuk meningkatkan kinerjanya.
4. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik dan psikis. Seringkali siswa hanya hadir secara fisik dikelas namun tidak secara psikis yang menyebabkan aktivitas tidak optimal.
5. Kompetensi pedagogik, professional, social dan kepribadian harus dimiliki oleh setiap guru agar melaksanakan tugasnya dengan baik. Kurangnya atau rendahnya kompetensi tersebut menyebabkan rendahnya kinerja yang dimiliki oleh guru
6. Kinerja guru yang baik sangat diperlukan dalam mencapai tujuan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang belum sampai taraf yang diharapkan.
1.3 Rumusan Masalah
10
1. Bagaimana kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, kompetensi keperibadian dan kinerja guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang ?
2. Adakah pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, kompetensi keperibadian terhadap kinerja guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang ?
3. Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, kompetensi keperibadian secara simultan terhadap kinerja guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :
1. Untuk kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi social dan kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru program keahlian Administrasi SMK Negeri di kota Semarang .
2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi social dan kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru program keahlian Administrasi SMK Negeri di kota Semarang .
11 1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi berbagai pihak diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri kota Semarang
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi para guru program keahlian Administrasi Perkantoran agar lebih meningkatkan kinerjanya
2. Manfaat Teoritis
12 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, “work performance”
atau “job performance” tetapi dalam bahasa Inggris sering disingkat menjadi
performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga “prestasi kerja”.
Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan
“kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi
dalam menghasilkan sesuatu.” Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam
manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi.
Soeprihanto (1998:214) menyatakan bahwa “kinerja itu berkaitan dengan tingkat
penyelesaian tugas-tugas terhadap seorang individu. Kinerja merefleksikan sebarapa baiknya seorang individu memenuhi persyaratan-persyaratan dari sebuah
pekerjaan itu.” Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peranan para anggotanya, dan kelangsungan organisasi ditentukan oleh kinerja anggotanya. Kinerja menurut Nina Oktarina dkk (2009) adalah
“perilaku individu sebagai ungkapan kemajuan dalam menghasilakan sesuatu yang diperoleh dengan mendayagunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dimiliki.”
13
penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apakah sudah sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dari suatu bidang pekerjaan. Syarat-syarat yang ditetapkan itu bisa berupa tujuan atau target/sasaran pekerjaan yang harus diselesaikan. Guru merupakan faktor sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka peran guru menjadi penentu ketercapaian pendidikan.
2.1.2 Penilaian Kinerja guru
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolahan, guru, karyawan maupun peserta didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan keinginan yang ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada diri guru, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa dpan lebih baik dari kinerja hari ini. Menurut Sutisna (1993)
mengartikan “penilaian sebagai suatu proses yang menentukan seberapa baik sebuah organisasi, program-program atau kegiatan-kegiatan yang sedang atau
telah dilaksanakan.” Dengan kata lain, menilai adalah membandingkan hasil-hasil yang sebenarnya dengan yang dikehendaki dan menentukan pendapat tentang performasi yang telah dicapai berdasarkan standart yang telah ditetapkan sebelumnya.
14
bekerja dengan siswa secara individu, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru.”
Dan menurut Mitchell (dalam Mulyasa, 2003), ada lima aspek yang dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji kinerja guru, yaitu :
1. Mutu pekerjaan – quality on work 2. ketepatan waktu – promptness 3. prakarsa – initiative
4. kemampuan – capability 5. komunikasi – communication
Adapun menurut Nina Oktarina dkk. (2009) bahwa “kinerja guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawasan untuk mengetahui realisasi tugas yang ditetapkan. Penilaian kinerja yang baik harus menghargai prestasi kerja yang telah dicapai oleh guru dan tidak bermaksud mencari kesalahan, namun lebih
bertujuan menindaklanjuti hasil penilaian”. Penilaian tehadap guru dapat
dilakukan apabila telah desepakati standart/ kinerja yang di harapkan. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008 tentang Penilaian
Kinerja Guru, bahwa “kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
spesifikasi /kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,
15
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penilaian kinerja guru dapat diukur berdasarkan beberapa kegiatan guru dalam pembelajaran berupa : (1) kemampuan guru dalam merancang proses pembelajaran, (2) kegiatan guru menyajikan pembelajaran secara efektif, (3) kemapuan guru dalam menguasai dan mengelola kelas, (4) kemampuan guru dalam melakukan perbaikan dan pengayaan, (5) kemampuan guru melakukan penelitian tindakan kelas di bidang Administrasi Perkantoran, (6) kemapuan guru dalam membuat karya tulis ilmiah, dan (7) kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran.
2.1.3 Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Gary Dessler (1986) bahwa manfaat penilaian kinerja adalah
1. menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tentang untuk promosi dan gaji,
2. menyediakan kesempatan bagi pemimpin dan bawahan untuk bersama-sama meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, 3. memungkinkan bagi pemimpin bersama-sama dengan bawahan menyusun suatu rencana untuk memperbaiki setiap deviasi yang terjadi.
Gibson, J.L dkk (1996) menjelaskan secara singkat bahwa “manfaat
evaluasi prestasi kerja adalah memberikan kepada yang dinilai dan penilai
(pemimpin, rekan, bawahan) informasi tentang kinerja yang dicapai.” Pendapatan
yang hampir sama dikemukakan oleh seorang pakar bernama Secara lebih spesifik, Sutisna, O (1993) berpendapat pentingnya penilaian kinerja adalah:
16
Kinerja guru adalah perilaku nyata guru yang dapat diamati dalam tugasnya sebagai guru bidang studi. Perilaku guru bidang studi sebagaimana dimaksud berkaitan dengan tugas pengelolaan pengajaran dan pengembangan profesi meliputi kegiatan-kegiatan : (1) mampu menyusun program atau praktek, (2) mampu menyajikan program pengajaran, (3) mampu melaksanakan evaluasi belajar, (4) mempu melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek, (5) mampu menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, (6) mampu membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang pendidikan, (7) mampu mengembankan kurikulum.
2.1.4 Indikator Kinerja Guru
Menurut Mahsun (2006:77) indikator meliputi :
a. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti sumber daya manusia, perlatan dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan
b. Indikator proses (procces) yaitu dalam indikator proses ini organisasi merumuskan ukuran kegiatan baik dari segi kecepatan, ketepatan maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut
c. Indikator keluaran (output) yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik. Indikator atau tolak ukur keluaran digunakan alat ukur untuk mengukur yang dihasilkan dari suatu kegiatan
d. Indikator hasil (outcome) adlah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator outcame menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. e. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terikat dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indicator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil
17 2.2 Kompetensi Pedagogik
2.2.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik
Pengertian kompetensi pedagogik menurut Menurut Depdiknas (2008:4)
adalah “kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik
siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual”.
2.2.2 Indikator Kompetensi Pedagogik
Menurut Slamet dalam seminar dan loka karyanya (2007:11) bahwa kompetensi pedagogik dapat dinilai melalui :
“dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
mengajar, serta perencanaan pembelajaran. Aspek yang dinilai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencakup delapan aspek, yaitu kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar, pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber/media pembelajaran, kejelasan skenario pembelajaran, kerincian skenario pembelajaran, kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran, dan kelengkapan instrument penilaian. Guru diminta melampirkan lima RPP dari semester dan materi yang berbeda yang
dianggap terbaik.”
2.3 Kompetensi Profesional 2.3.1 Kompetensi Profesional
Pengertian Kompetensi professional menurut Depdiknas (2008:6) yaitu
“kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses
pembelajaran.” Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa
18 2.3.2 Indikator Kompetensi Profesional
Menurut Slamet (2007:172), Kompetensi Profesional dapat dinilai dari :
1. kompetensi isi meliputi: menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan, yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu,
3. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif,dan
4. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
2.4 Kompetensi Sosial
2.4.1 Pengertian Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial menurut Depdiknas (2008: meliputi “kemapuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenagkan”. Guru mampu beradaptasi dengan lingkungan proses pembelajaran di sekolah baik dengan sesama tenaga pendidik, peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, masyarakat dan industri yang berkerja sama.
2.4.2 Indikator Kompetensi Sosial
Kriteria guru yang harus dilakukan merurut Depdiknas (2008:9) sebagai berikut : 1. bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif,
2. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat,
3. beradaptasi ditempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya, dan
19 2.5 Kompetensi Kepribadian
2.5.1 Pengertian Kompetensi Kepribadian
Menurut Sanjaya (2007:18) “guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki keprbadian ideal. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang di-gugu dan di-tiru)”. Sebagai model yang guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sosok yang dapat dijadikan panutan oleh peserta didik dan masyarakat lainnya.
2.5.2 Indikator Kompetensi Kepribadian
Penilaian kompetensi keperibadian menurut Slamet (2007) melalui :
1. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia,
2. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
3. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
4. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri,
5. menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
2.6 Kerangka Berpikir
20
Setiap guru dituntut untuk bersikap professional dalam mengembang tugasnya. Yaitu mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru harus mampu menyampaikan bahan pelajaran. Adapun kompetensi professional dapat dilihat dari penguasaan kompetensi isi, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengembangkan keprofesionalan, dan pemanfaatan TIK. Selain kompetensi padagogik dan professional, guru harus mampu menjalankan dirinya sebagai manusia sosial yang berkomunikasi, kerjasama, bergaul dan jiwa yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Karena dengan sosial yang baik guru mampu mengembangkan relasi baik dalam maupun luar sekolah. Untuk mengetahui kompetensi sosial dapat dilihat dari bersikap inklusif, berkomunikasi, beradaptasi, dan berinteraksi
Satu hal yang tidak dapat ditinggalkan guna menunjang kinerja guru yang baik, yaitu kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian yang baik dan berkarisma akan sangat membantu para guru untuk mengajar dengan perasaan yang senang tanpa ada perasaan yang membebani, adapun kompetensi kepribadian yaitu seperti, bertindak sesuai peraturan, penampilan diri, etos kerja, dan kode etik profesi guru.
21
22
23 2.7 Hipotesis
Suharsimi (2010:110) “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul”. Bertolak dari kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik
24 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket, dokumentasi dan analisis data bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Suharsimi, 2010:173). Sugiyono (2010:297) “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang mengampu program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang yang berjumlah 60 orang.
3.2.2 Sampel
25
Suharsimi (2010:134), penentuan jumlah sampel yang reprensentatif dalam penelitian disebutkan “Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Maka
sampel populasi penelitian dapat ditetapkan 60 responden dari SMK N 2 Semarang sebanyak 34 responden dan SMK N 9 Semarang sebanyak 26 responden.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Oleh Karena sampel penelitian ini adalah keseluruhan anggota populasi maka teknik penetapan sampelnya dengan teknik sensus atau sampel populasi (Suharsimi Arikunto, 2010:134)
3.3 Variabel Penelitian
Sugiyono (2010:60) variabel penelitian yaitu “segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”.Variabel Penelitian dalam penelitian ini yaitu : 3.3.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya variabel dependen atau terikat, yaitu :
Kompetensi Pedagogik (X1), meliputi : moral, emosional dan intelektual.
1. Kompetensi Profesional (X2), meliputi : kompetensi isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, pengembangan profesi, memanfaatan TIK
26
3. Kompetensi Kepribadian (X4), meliputi : kepatuhan peraturan, penampilan, etos kerja, menjalankan kode etik profesi
3.3.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independent. Dalam penelitian ini kinerja guru yang menjadi variabel dependen (Y). Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan proses pembelajaran yang dapat dilihat dari tingkat pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apakah sudah sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dari suatu bidang pekerjaan. kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta didik bersifat laten.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Metode Dokumentasi
Suharsimi (2010:274) “dokumentasi adalah mencari data mengenai hal -hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kinerja guru serta data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.4.2 Metode Angket
27
kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2010:199). Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kinerja guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK N di kota Semarang . Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket semi terbuka, dimana responden diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban sesuai dengan persepsi masing-masing. Responden memberi tanda (X) pada jawaban yang sudah disediakan dan memberikan penjelasan atas jawabannya tersebut.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Ordinal atau
Likert, yaitu skala yang berisi lima pilihan jawaban. “Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif” (Widoyoko, 2012:104). Alternatif jawaban berupa tanda (X), pada setiap pertanyaan dalam instrumen disediakan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban responden diberikan skor, sebagai berikut : Skor 5 jika jawaban Selalu (SS)
Skor 4 jika jawaban Sering (S)
Skor 3 jika jawaban Kadang-kadang (K)
28 3.5 Rencana Penyusunan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini yang akan digunakan berupa pernyataan-pernyataan yang mendiskripsikan indikator dari masing-masing variabel penelitian. Setiap variabel terdiri dari beberapa jumlah pertanyaan yang direncanakan seperti tampak pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Rencana Penyusunan Instrumen
Variabel Indikator ∑ Total
Kompetensi Pedagogik 1. Moral 2. emosional 3. intelektual
4 3
3 10
Kompetensi Profesional 1. kompetensi isi
2. standar kompetensi dan kompetensi dasar
Kompetensi Sosial 1. inklusif 2. komunikasi
Kompetensi Kepribadian 1. Kepatuhan peraturan 2. Penampilan
3.6 Metode Analisis Uji Instrumen
29
Metode analisis uji instrumen yang digunakan meliputi uji validitas dan reliabilitas. Instrumen dalam penelitian ini diuji kepada guru program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri di kota Semarang
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Suatu instrumen valid atau sahih manakala mempunyai tingkat validitas yang tinggi, mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat,untuk pengukurannya dilakukan dengan mengkorelasikan setiap butir dengan skor total. Menurut Ghozali (2011:53) untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak maka “uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n –2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel”. Pada penelitian ini jumlah sampel (n) = 30 dan besarnya df dapat dihitung 30 – 2 = 28 dengan df= 28 dan alpha= 0,05 didapat r tabel = 0,361 dan apabila r hitung > r tabel maka instrumen dikatakan valid, apabila rhitung < r tabel maka intrumen dikatakan tidak valid.Perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows Release 16.0.
Butir pernyataan yang valid digunakan sebagai instrumen penelitian, sedangkan butir pernyataan yang tidak valid dibuang atau tidak digunakan dalam penelitian, karena setiap indikator sudah terwakili oleh butir pernyataan yang valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Ghozali (2011:47) “Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
30
waktu”.Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan One Shot atau pengukuran sekali saja, disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif Persentase
“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk atau
generalisasi” (Sugiyono, 2010:207-208). Teknik ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel agar lebih mudah memahaminya. Menurut Ali (2013:201) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase variabel tertentu n : Nilai yang diperoleh N : Skor total
Penentuan tabel kategori sebagai berikut : a. Skor tertinggi = x (skor tertinggi)
31
c. Rentangan = x (skor tertinggi) – x (skor terendah)
d. Jarak interval antara kategori mulai dari awal sangat baik (SB) sampai sangat tidak baik (STB) menggunakan rumus :
Jarak interval (i) = (x) skor tertinggi – (x) skor terendah Frekuensi kelas interval
Jarak interval (i) = Skor tertinggi – skor terendah 5
(Widoyoko, 2012:110) 3.8 Uji Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Multikolinearitas
Ghozali (2011:105) “Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen)”. Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ghozali (2011:105) menyatakan bahwa untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari “(1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Infaction Factor (VIF)”. Model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai toleransinya lebih dari 0,1.
3.8.2 Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
32 3.8.3 Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2011:139) “Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain”. Pengujian terhadap heteroskedastisitas
dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scater plot yang dihasilkan melalui SPSS. Suatu regresi memiliki gejala heteroskedastisitas apabila pola scater plot membentuk pola tertentu, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-tik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8.4 Uji Linearitas
Ghozali (2011:166) “Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak”. Pengujian terhadap
linearitas dapat dilakukan melalui nilai signifikansi linearty. 3.9 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu antara kompetensi pedagogik (X1), kompetensi profesional (X2), kompetensi sosial (X3) dan kompetensi Kepribadian (X4) terhadap kinerja guru (Y) dengan menggunakan rumus dari Sunyoto (2013:122) sebagai berikut :
Y = + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 Keterangan :
Y = Kinerja guru
33
b1, b2, b3 dan b4 = Koefisien persamaan regresi prediktor X1, X2 , X3 dan X4
X1 = Kompetensi Pedagogik
X2 = Kompetensi Profesional
X3 = Kompetensi Sosial
X4 = Kompetensi Kepribadian
3.10 Uji Hipotesis
3.10.1 Uji Simultan (Uji F)
Ghozali (2011:98) “Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat”. Kriteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis yaitu menggunakan statistik F sebagai berikut :
a. Nilai signifikansi F < 0,05 atau koefisien hitung signifikan pada taraf kurang dari 5% maka H0 ditolak, yang berarti kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian secara simultan mempengaruhi kinerja guru .
b. Nilai signifikansi F > 0,05 atau koefisien F hitung signifikan pada taraf lebih dari 5% maka H0 diterima, yang berarti kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian secara simultan tidak mempengaruhi kinerja guru.
3.10.2 Uji Parsial (Uji t)
34
menerangkan variasi variabel dependen”. Kriteria pengambilan keputusan untuk
menguji hipotesis yaitu menggunakan statistik t sebagai berikut :
a. Nilai signifikansi t < 0,05 atau koefisien t hitung signifikan pada taraf kurang dari 5% maka H0 ditolak, yang berarti kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian secara parsial mempengaruhi kinerja guru.
b. Nilai signifikansi t > 0,05 atau koefisien t hitung signifikan pada taraf lebih dari 5% maka H0 diterima, yang berarti kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian secara parsial tidak mempengaruhi kinerja guru.
3.10.3 Koefisien Determinasi Simultan (R2)
“Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen” (Ghozali, 2011:97). Perhitungan koefisien determinasi secara simultan yang dilakukan dengan SPSS for Windows release 16 dapat dilihat dari besarnya R square.
3.10.4 Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Sugiarto (1992:89) mengungkapkan bahwa “untuk mengukur besarnya
kontribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas maka perlu dicari
koefisien determinasi secara parsial”. Besarnya pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008 tentang Penilaian Kinerja Guru diterbitkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dessler, G. 1986. Manajemen Personalia: Teknik & konsep Modern. Alih Bahasa Oleh: Agus Dharma. Jakrta: Penerbit Erlangga.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gibson, J.L. Invancevich, J.M & Donnelly, Jr. J.H. 1996. Organisasi : perilaku, struktur dan Proses. (edisi kedelapan). Alih Bahasa : Nunuk Ardani,
Jakarta: Binarupa Aksara
Mahsun, Sholeh. 2006. Pencapaian Kinerja Maksimal. Yogyakarta : Gramedia
Oktarina, Nina dan Murwantiningsih. 2009. Hubungan Keterampilan Manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja guru SD Negeri di
kota Semarang ( Laporan Peneitian). Semarang: UPT Perpustakaan
Unnes
37
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slamet, Achmad. 2007. Model Uji Kompetensi Guru Produktifi SMK bidang Bisnis dan Manajemen. Dokumen Jurnal. 1: 170-173 diterbitkan oleh
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
_______________. 2007. Standar Kompetensi Guru SMK (Seminar dan Lokakarya) ; Pola Pengembangan SMK di kabupaten Jepara dalam Upaya Mendukung Perekonomian Daerah. di Jepara 6 Desember 2007 ditebitkan Universitas Negeri Semarang
Soeprihanto, J. (1998). Penilaian Kinerja dalam Pengembangan Karyawan. Yogyakarta: BPFE
Sugiarto. 1992. Analisis Regresi Tahap Awal dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
38
Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan. Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa