• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENGEMBANGAN LAHAN BUDIDAYA GAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAMPAK PENGEMBANGAN LAHAN BUDIDAYA GAMBI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAMPAK PENGEMBANGAN LAHAN BUDIDAYA GAMBIR TERHADAP DEGRADASI LAHAN DAN LINGKUNGAN

Wedy Nasrul, Yumarni, Sevindrajuta Dosen Univ. Muhammadiyah Sumatera Barat

wedy72nasrul@gmail.com

Abstrak

Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Produksi pertanian yang tinggi bermanfaat terhadap perbaikan ekonomi petani dan masyarakat di pedesaan. Untuk meningkatkan hasil pertanian petani sering melakukan berbagai usaha, salahsatunya adalah perluasan lahan. Perluasan lahan selain meningkatkan hasil pertanian juga berdampak terhadap sumberdaya lahan pertanian itu sendiri dan lingkungan sekitar jika tidak dilakukan dengan benar.. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemanfaatan lahan pertanian gambir (Uncaria Gambir Roxb) terhadap terhadap sumberdaya lahan pertanian dan lingkungan sekitar. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kapur IX merupakan wilayah sentra tanaman gambir di Propinsi Sumatera Barat.

Hasil penelitian memperlihatkan; a) Pemanfaatan dan konversi lahan pertanian gambir semakin meningkat, dan memberi dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, namun berdampak negatif terhadap sumberdaya lahan; b) Kapasitas petani yang rendah terhadap degradasi lahan, merdampak terhadap luas dan kualitas lahan kritis. Kondisi ini menjadi sumber bencana alam seperti tanah longsor dan banjir.

Keyword: Gambir, Degradasi, kebencanaan

Pendahuluan

(2)

2

diperdagangkan sejak akhir abat ke 18 (Kasim, 2011). Luas lahan dan produksi gambir Kabupaten Lima Puluh Kota 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Gambir Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011-2015

Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

2015 1.663,00 8.814,40

2014 1.532,00 8.722,16

2013 1.456,00 7.934,17

2012 1.335,00 7.833,02

2011 1.341,50 7.743,16

Sumber: BPPS Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2016

Tabel 1 di atas memperlihatkan kenaikan produksi gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota setiap tahunnya. Naiknya produksi gambir tentu memberi manfaat secara ekonomi kepada petani dan masyarakat diwilayah sentra. Tabel 1 di atas memperlihatkan naiknya produksi gambir berbarengan dengan naiknya produksi lahan petani. Pada tahun 2013-2015 mencapai 100 hektar lebih pertahunnya. Namun terdapat oknum-oknum petani gambir yang melakukan perilaku negatif dalam memperluas lahan gambir mereka diwilayah sentra. Seperti membakar lahan, menggunakan lahan-lahan kritis bahkan hutan lindung. Penelitian ini ingin melihat sejauhmana pemanfaatan dan perluasan lahan gambir diwilayah sentra terhadap degradasi lahan dan lingkungan.

Metode Penelitian

Penelitian mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan survey. Penelitian dilakukan pada Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat. Kecamatan Kapur IX merupakan sentra budidaya gambir tertinggi di Propinsi Sumatera Barat. Pada tahun Februari 2016 Kecamatan mengalami banjir terbesar dan tertinggi, ditenggarai akibat meningkatnya lahan kritis dari perluasan lahan gambir.

Hasil dan Pembahasan

a. Deskripsi wilayah penelitian

(3)

3

21,56 % dari luas Kabuputen Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2,yang terdiri dari 7 nagari dan 31 jorong (BPS 50 Kota, 2016).

Jumlah penduduk Kecamatan Kapur IX adalah 26.479 jiwa yang terdiri dari laki-laki 13.587 jiwa dan perempuan 12.892 jiwa, tingkat kepadatan penduduk 37 jiwa/Km². Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani baik sebagai petani sawah maupun sebagai petani karet dan gambir dengan persentase 87 %, pedagang 10 % dan lainnya 3 % dari jumlah penduduk yang usianya produktif (BPS 50 Kota, 2016).

Khusus pertanian gambir merupakan usaha pertanian yang dominan di Kecamatan Kecamatan Kapur IX, bahkan mencapai 70% lebih di beberapa nagari seperti Nagari Galugua, Sialang dan Lubuak Alai (Nasrul, 2015; BPS Kab.50 Kota, 2016). Produksi dan luas lahan gambir di Kecamatan Kapur IX juga yang paling tinggi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Tahun 2015 produksi gambir mencapai 3.861.50 ton dengan luas lahan 6.025 hektar (BPS 50 Kota, 2016).

b. Pemanfaatan dan konversi lahan pertanian gambir

Gambir merupakan produk getah atau ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman rambat bernama Uncaria Gambir Roxb. Getah ini merupakan ekstrak dari proses pengendapan, ditiriskan, dicetak dan dikeringkan. Proses pengekstraksian dilakukan dengan pengempaan, baik pengempaan secara tradisional maupun menggunakan alat kempa hidrolik. Di Indonesia gambir digunakan sebagai komponen untuk menyirih, dalam perkembangannya gambir telah banyak pula digunakan untuk campuran obat, seperti luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil (Kasim, 2011). Untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik tanaman gambir paling baik ditanam pada ketinggian <900 meter dari permukaan laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 4,85,5 sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman gambir (Hafsah dkk, 2012).

(4)

4

Kabupaten Lima Puluh Kota (termasuk Kecamatan Kapur IX) merupakan bukaan baru dan umumnya terletak pada lahan kritis dengan kemiringan yang cukup tinggi dan didominasi oleh semak belukar serta hutan lebat (Dhalimi, 2006).

Gambar 1. Bentuk fisik tanaman gambir dan gambir hasil olahan petani Budidaya gambir telah dilakukan lebih dari 100 tahun di Kecamatan Kapur IX. Kecamatan Kapur IX juga memiliki topografi daerah perbukitan dan kondisi tanah yang sangat cocok untuk budidaya gambir dan dilakukan secara turun temurun (Nasrul, 2016). Budidaya gambir menjadi mata pencarian pokok di beberapa nagari di Kecamatan Kapur IX. Produksi gambir mencapai 150 Kg perminggu dengan luas lahan (sabidang) sekitar 2 hektar. Satu lahan gambir biasaya dikerjakan oleh 3 orang, dengan sistim bagi 5. Tiga bagian untuk pekerja dan dua bagian untuk pemilih modal/lahan. Tingginya harga gambir tahun 2016-2017 memberi dapak positif terhadap perekonomian masyarakat di nagari sentra. Satu minggu pekerja bisa mendapat upah Rp.3.000.000,- dengan harga gambir Rp. 100.000/kg (Harga Januari-Februari 2017).

Gambar 2. Suasana transaksi gambir di kios gambir Nagari Muaro Peiti dan Nagari Lubuak Alai Kecamatan Kapur IX.

(5)

5

minat petani menanam gambir dan perluasan lahan di Kecamatan Kapur IX. Namun rendahnya pengetahuan petani tentang konservasi dan topografi wilayah yang berbukit tingkat kemiringan tinggi, sering dijadikan lahan budidaya gambir. Selain itu kawasan penanaman gambir tersebut kesuburan fisik dan kimianya sangat rendah. Solum dangkal dan rentan terhadap erosi karena memiliki erodibilitas tinggi. Budidaya penanaman gambir pada lahan yang berfotografi tidak datar atau berlereng belum mengikuti kaedah-kaedah konservasi, dimana system jarak tanam yang dipakai tidak beraturan dan tidak mengikuti baris kontur. Pola tanamnya secara monokultur. System budidaya yang semacam ini akan memberi peluang terjadinya erosi yang dapat merusakan lingkungan sekitarnya (Ridwan, 2012).

Gambar 3 dibawah memperlihatkan pembukaan lahan baru di Kecamatan Kapur IX pada lereng bukit yang berpeluang terhadap erosi (Kapurix.com, 2016a & Dokumen Pribadi).

Gambar 4. Lahan gambir baru di lereng-lereng bukit Kecamatan Kapur IX

(6)

6

kayu yang banyak. Kurangnya pengetahuan petani tentang konservasi sering menebang pohon-pohon disekitar ladang untuk bahan bakar merebus gambir. Kondisi ini semakin merusak lingkungan dan mempercepat terjadinya erosi. Beberapa pohon penyangga yang tumbuh dan atau ditanam petani seperti petai dan jengkol, juga ditebang kalau persediaan kayu telah habis.

Budidaya gambir yang masih bersifat tradisional, pembukaan lahan sering dilakukan dengan tebang bakar (Fauza, 2011). Ini dilakukan petani untuk lahan-lahan gambir baru atau lahan-lahan lama gambir yang ditinggal. Tradisi ini sering merusak lingkungan dan menyumbang degradasi lahan.

Gambar 3. Pembukaan Lahan dengan cara membakar.

Gambar 3 memperlihatkan pembukaan lahan baru oleh oknum petani gambir dengan cara membakar. Pada bulan Agustus 2017 sekitar 80 hektar kawasan hutan dan perkebunan gambir terbakar dikawasan Bukik Sanggua dan Tangai Raya (Kapurix.com, 2016a).

(7)

7

produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan daerah lingkungan pengaruhnya (Effendi dan Sylviani, 2007).

c. Dampak pemanfaatan dan konversi lahan pertanian gambir

Pembukaan lahan baru untuk budidaya gambir memberi dampak positif terehadap perekonomian masyarakat di Kecamatan Kapur IX. Namun kurangnya pengetahuan petani tentang degradasi lahan, pembukaan lahan dengan cara membakar berpeluang terhadap erosi dan banjir. Penebangan pohon saat perebusan daun gambir dalam proses produksi, juga merusak hutan dan berpotensi terhadap terjadinya banjir. Kurangnya pengetahuan petani terhadap degradasi lahan dan budidaya gambir yang ramah lingkungan secara tidak langsung menyumbang terhadap bencana seperti lonsor dan banjir. Pada tahun 2016 dan 2017 Kecamatan Kapur mengalami banjir dahsyat yang belum pernah terjadi selama ini. Gambar 4 dibawah memperlihatkan banjir yang terjadi di Kacamatan Kapur IX tahun 2016 dan 2017. Banjir Berdampak hingga ke Kec. Pangkalan hilir Sungai Batang Kapur yang berhulu di Kec. Kapur IX (Kapur ix.com, 2016b).

(8)

8 Kesimpulan

Pemanfaatan dan konversi lahan pertanian gambir semakin meningkat akibat meningkatnya harga gambir tahun 2016-2017. Peningkatan dan pembukaan lahan gambir baru memberi dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, namun juga berdampak negatif terhadap sumberdaya lahan dan lingkungan. Kapasitas petani yang rendah terhadap degradasi lahan, dan pembukaan lahan secara tradisional (membakar) merdampak kualitas lahan kritis. Kondisi ini menjadi salah satu sumber bencana alam seperti tanah longsor dan banjir di Kecamatan Kapur IX tahun 2016-2017.

Pustaka

BPS, 2016. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka Tahun 2016. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lima Puluh Kota.

BPS, 2016. Sumatera Barat dalam Angka tahun 2016. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.

Dhalimi, 2006. “Permasalahan Gambir (Uncaria gambir R.) di Sumatera Barat dan Alternatif Pemecahannya”. Perspektif. Volume 5 Nomor 1, Juni 2006

Fauza, H. 2011. Pengembangan Usaha Perkebunan dan Industri Gambir di Sumatera Barat: Pelauang dan Tantangan. Semnas Reformasi Pertanian. Univ. Trunojoyo 2011

Kasim, A. 2011. Proses Produksi dan Industri Hilir Gambir. Andalas University Press. Kapurix.com, 2016a. Harga Gambir Melonjak Tinggi, Masyarakat Kapur IX

Lomba-lomba Membuka Lahan Baru.

Kapurix.com, 2016b. Ini Foto-foto Banjir di Kapur IX dan Pangkalan 8 Februari 2016 Nasrul, W. 2016. Tindakan Kolektif pada Pasar Gambir (Uncaria gambir Roxb) melalui Kelembagaan Lokal di Kabupaten Lima Puluh Kota. Disertasi. Pascasarjana Unand.

Gambar

Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Gambir Kabupaten Lima Puluh Kota
Gambar 1. Bentuk fisik tanaman gambir dan gambir hasil olahan petani
Gambar 3 dibawah memperlihatkan pembukaan lahan baru di Kecamatan
Gambar 3. Pembukaan Lahan dengan cara membakar.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika ternyata perolehan nilai swelling dari hasil pengolahan data agregat tempurung kelapa lebih kecil dari rata-rata nilai swelling lempung pada umumnya, maka dapat

Untuk mewujudkan cita-citanya, Penulis yang kala itu berusia sekitar 5 tahun diantar Bapaknya menuju lembaga pendidikan dan diserahkan kepada Kepala Taman

sebesar 1,089402639 dengan stress maksimum

Tugas Mini Riset adalah Tugas ini bersifat kelompok yang bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan penelitian tentang penerapan teori belajar atau masalah belajar

Untuk mengetahui Pengaruh Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Kegiatan Terhadap Realisasi Anggaran Di Kota Sungai Penuh, dengan menggunakan analisis yang sudah ditentukan

Ross et al., (2009:327) menjelaskan bahwa untuk mengetahui nilai dari sebuah obligasi pada saat titik waktu tertentu, investor perlu mengetahui jumlah periode

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja pada BPKBMD adalah bahwa organisasi ini menggunakan dana yang berasal dari pendapatan asli daerah yang terdiri dari

Penulisan ilmiah ini menggambarkan cara pembuatan Web Site Show Room Toyota dengan menggunakan PHP &amp; MySQL dan bekerja di bawah system operasi Windows 2000. Dalam mendesain Web