BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kualitas Audit
Laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok, yaitu :
1. Manajer perusahaan yang diaudit,
2. Pemegang saham perusahaan,
3. Pihak ketiga atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan supplier.
Masing-masing kepentingan ini merupakan sumber gangguan yang akan
memberikan tekanan kepada auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin
tidak sesuai dengan standar profesi, sehingga hal ini akan mengganggu kualitas
audit.
De Angelo (1981) dalam Darwin (2012) mendefinisikan kualitas audit
sebagai “kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan
kesalahan dan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien-nya terhadap standar
atau kriteria yang berlaku”. De Angelo berpendapat bahwa “semakin bebas atau
independennya auditor, maka kemungkinannya untuk menemukan kesalahan atau
pelanggaran itu akan semakin besar”. Watts & Zimmerman (1986) dalam Darwin
(2012) berpendapat bahwa “untuk menemukan kesalahan atau pelanggaran
tersebut, ada dua hal yang berperan, yakni peluang menemukan kesalahan, dan
juga kemauan atau keinginan auditor untuk mengungkapkan kesalahan atau
Peluang untuk menemukan kesalahan tersebut harus didukung oleh
kapabilitas auditor dan keinginan auditor untuk mengungkapkan ketidakwajaran
laporan keuangan harus didukung oleh sikap independensi dari auditor. Dengan
demikian, kapabilitas dan independensi auditor merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam menilai kualitas audit.
Lee, Liu, dam Wang (1999) dalam Febrianto dan Widiastuty (2010)
mengatakan bahwa kualitas audit adalah “probabilitas bahwa auditor tidak akan
melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan
keuangan yang mengandung kekeliruan material”. Wallace (1980) dalam
Febrianto dan Widiastuty (2010) mengatakan bahwa “kualitas audit ditentukan
dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan
kemurnian (fineness)”.
Febrianto dan Widiastuty (2010) mendefinisikan audit yang berkualitas
adalah “audit yang dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dan
independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan
teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar.
Sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan
pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut.
Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran atau independensi
auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka”.
Menurut Rossieta dan Wibowo (2009), salah satu cara untuk mengukur
kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang
kerja auditor didapat melalui proses kegiatan audit. Ada dua pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan secara umum menurut Bedard
dan Michelene (1993) dalam Rossieta dan Wibowo (2009), yaitu: process
oriented dan outcome oriented.
Dalam Rossieta dan Wibowo (2009), Li Dang (2004) dan O’ Keefe et al.
(1994) berpendapat bahwa dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan
yang process oriented diukur dengan :
1. Tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing
Standards (GAAS)
2. Tingkat spesialisasi auditor dalam industri tertentu.
Kualitas audit yang outcome oriented menurut Francis (2004) dalam
Rossieta dan Wibowo (2009), diukur dengan hasil audit yang berupa laporan audit
dan laporan keuangan. Ukuran yang diobservasi dalam laporan audit ialah
kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern ketika
perusahaan bangkrut. Sedangkan ukuran yang diobservasi dalam laporan
keuangan adalah kualitas laba.
kualitas audit seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan.
Jika kualitas audit yang dihasilkan rendah, maka laba yang disajikan dalam
laporan keuangan yang diaudit akan cenderung mengandung akun-akun yang
tidak terlalu tepat menggambarkan hasil operasi serta kondisi keuangan
perusahaan (Chen et al, 2004) dalam Rossieta dan Wibowo (2009).
Penelitian ini menggunakan pendekatan outcome oriented berdasarkan
laporan keuangan. Selain itu, tingkat laba merupakan data yang relatif mudah
didapat dari laporan keuangan (Rossieta dan Wibowo, 2009). Penelitian ini
menggunakan Model Carey dan Simnett (2006) yang dimodifikasi sesuai kondisi
di Indonesia oleh Rossieta dan Wibowo (2009) melalui pendekatan earnings
surprise benchmark. Dengan pertimbangan, untuk mengevaluasi kualitas
keputusan yang berujung pada kualitas audit, laba dalam laporan keuangan dapat
digunakan sebagai ukuran yang diobservasi.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit 2.1.2.1 Ukuran KAP
Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 (Choi, 2010) dalam Sinaga (2012). KAP
Big 4 dianggap cenderung memberikan kualitas audit yang baik. Kantor akuntan
publik (KAP) di Indonesia yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah :
a. KAP Purwantono, Suherman & Surja – berafilisiasi dengan Ernst &
Young.
b. KAP Osman Bing Satrio – berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafiliasi dengan KPMG, dan
d. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan – berafiliasi dengan
PricewaterhouseCoopers (PwC).
Menurut Lee (1993) dalam Febrianto dan Widiastuty, “auditor dan klien
sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas yang besar
kliennya”. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung tidak independen terhadap
kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih
independen terhadap kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun
kecil. Dopuch dan Simunic (1980) dalam Permana (2012) menyatakan bahwa
“KAP yang lebih besar dapat memberikan kualitas yang lebih tinggi pula karena
memiliki reputasi yang tinggi”.
Namun Watkins et al. (2004) dalam Febrianto dan Widiastuty (2010) tidak
sependapat dengan hal tersebut. Kepemilikan sumber daya dianggap tidak lebih
penting daripada penggunaan sumber daya tersebut . Buktinya ada di dalam kasus
Enron, Arthur Anderson. AA adalah sebuah KAP skala internasional yang
tergabung dalam Big 5. Dengan demikian AA merupakan auditor ukuran besar
dan memiliki sumber daya yang lebih dari cukup. Adanya kasus Enron ini telah
mematahkan pendapat Lee dan Dopuch dan Simunic yang sepakat bahwa auditor
yang besar akan memberikan kualitas audit yang tinggi.
2.1.2.2Masa Perikatan Auditor-Klien (Audit Tenure)
Audit Tenure adalah masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan
Publik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan
sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Al-Thuneibat et al. (2011)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa “hubungan yang lama antara auditor
dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup
untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit”. Namun,
Jackson et al. (2008) dalam Sinaga (2012) memiliki pandangan yang berbeda dari
menyimpulkan bahwa “kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan
antara auditor dan klien”. Carey dan Simnett (2006) dalam Sinaga (2012)
berpendapat “ada dua faktor utama yang menimbulkan timbulnya hubungan yang
negatif antara hubungan auditor-klien dan kualitas audit yaitu pengikisan
independensi yang mungkin muncul seiring dengan berkembangnya hubungan
pribadi antara auditor dan klien mereka dan berkurangnya kapasitas auditor untuk
memberikan penilaian kritikal”.
Di Indonesia, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003
pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan
atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur
bahwa “pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa
Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang “pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling
lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”. Akuntan publik dan kantor
akuntan diperbolehkan menerima kembali penugasan audit umum untuk klien
setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan
Carcello dan Nagy (2004) dalam Permana (2012) juga menemukan bahwa
“kecurangan dalam laporan keuangan seringkali terjadi pada tahun-tahun awal
pelaksanaan audit”. St Pierre dan Anderson (1984) dalam Permana (2012) juga
menemukan adanya banyak kesalahan audit yang dilakukan auditor pada masa
awal perikatan audit. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Permana (2012) menyatakan
bahwa “auditor harus menyadari berbagai tekanan yang bermaksud
mempengaruhi perilakunya dan berangsur-angsur mengurangi independensinya”.
Auditor harus berhati-hati dan menjaga jarak dengan klien supaya tidak
terjadi hubungan yang terlalu akrab sehingga akan mempengaruhi independensi
dan obyektivitas auditor. Dikatakan oleh Carey dan Simnett (2006) dalam
Permana (2012) bahwa kondisi paling ekstrem adalah timbulnya familiaritas
berlebihan yang mendorong terjadinya kolusi antara auditor dengan klien. Lebih
lanjut, tingginya tingkat kepuasan, kurangnya inovasi, kurang kuatnya prosedur
audit, dan munculnya percaya diri berlebihan terhadap klien cenderung muncul
ketika auditor mempunyai hubungan yang lama dengan klien. Dengan kata lain,
semakin lama masa perikatan audit, akan semakin berkurang sikap kritis dan
independensi auditor. Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA), SA Seksi 220,
mengenai independensi, dikatakan bahwa “auditor diharuskan bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum”. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa
“untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui
terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya,
apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan”.
2.1.2.3Ukuran Perusahaan Klien
Selain ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan Klien. Ukuran perusahaan klien merupakan tolak ukur yang
menentukan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya perusahaan berbeda-beda
dalam hal mengukurnya. Ukuran tersebut bisa dilihat dari nilai pasar saham, total
penjualan, total aset.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan
KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986) dalam
Sinaga (2012). Selain itu, seiring dengan ukuran perusahaan mengalami
peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini
mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor
(Palmrose, 1984 dalam Sinaga 2012). Berdasarkan argumen tersebut, perusahaan
besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang
independen dan professional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga
timbul hubungan yang positif.
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan total aset
perusahaan pada akhir tahun. Jumlah aset lebih menunjukkan ukuran perusahaan.
Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran
perusahaan tersebut besar, begitu juga sebaliknya. Untuk mendapatkan hasil total
transformasi data mentah menjadi data yang merupakan nilai logaritma dari data
itu sendiri (Ln total aset).
2.1.2.4Ukuran leverage Perusahaan
Menurut Harahap (2013), Rasio leverage adalah ”rasio yang
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset.
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak
luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).
Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari
utang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio solvabilitas”.
Menurut Weston dan Copeland (1995) dalam Lestari (2010), menyatakan
bahwa “rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai
oleh penggunaan utang. Dengan demikian, leverage merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Permana (2012) menggunakan ukuran leverage perusahaan klien (TL/TA)
sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran leverage
perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dengan arah
negatif.
Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar utang
yang digunakan dan semakin besar resiko keuangan perusahaan. Tingginya resiko
ini mengindikasikan tingkat kualitas audit juga akan rendah. Begitu juga
sebaliknya, apabila tingkat leverage kecil menunjukkan kemampuan membayar
auditor kepada perusahaan tersebut. Penelitian ini menggunakan debt to asset
ratio dalam mengukur tingkat leverage perusahaan, dengan rumus :
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝑡𝑡𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐷𝐷𝐷𝐷𝑅𝑅𝑅𝑅𝐷𝐷𝑅𝑅𝑡𝑡=𝑇𝑇𝑡𝑡𝐷𝐷𝑅𝑅𝑇𝑇𝑈𝑈𝐷𝐷𝑅𝑅𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑇𝑇𝑡𝑡𝐷𝐷𝑅𝑅𝑇𝑇𝑅𝑅𝐴𝐴𝐷𝐷𝐷𝐷
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Judul Penelitian Variabel yang
diteliti Hasil Penelitian
Surprise Benchmark
Kualitas audit audit. Sedangkan masa penugasan audit 2. Ukuran KAP tidak mempertinggi dampak lama hubungan KAP klien terhadap kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Permana (2012), untuk menguji pengaruh
masa perikatan audit dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. Dengan
menggunakan pendekatan earnings surprise benchmark, laba perusahaan
dijadikan suatu indikator baik tidaknya kualitas audit. Pendekatan ini diadopsi
Rossieta dan Wibowo dari salah satu model analisis kualitas audit Carey dan
Simnett. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa masa
perikatan audit tidak mempengaruhi kualitas audit. Sedangkan ukuran KAP
berpengaruh signifikan dengan arah negative terhadap kualitas audit.
Sinaga (2012) menguji pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan ukuran
perusahaan klien terhadap kualitas audit dengan menggunakan analisis regresi
logistik dengan aplikasi SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Audit
tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, dan ukuran perusahaan
Rossieta dan Wibowo (2009) menguji faktor-faktor yang determinasi
kualitas audit dengan pendekatan earnings surprise benchmark. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran KAP dan regulasi audit secara
konsisten berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan masa penugasan
audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Al-Thuneibat (2011) menghitung tenure secara langsung dari tahun-tahun
perikatan audit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan lama perikatan auditor dan
klien dengan kualitas audit berpengaruh negative di Yordania, yaitu bahwa
hubungan yang lama dengan klien akan membahayakan independensi dan
obyektivitas auditor sehingga akan mempengaruhi kualitas audit secara negatif.
Penelitian penulis dengan hasil penelitian terdahulu seperti yang telah
diuraikan diatas memiliki persamaan yaitu semuanya melakukan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Perbedaannya terletak pada perusahaan
yang dianalisis, tahun penelitian yang digunakan dan juga variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan skema yang menjelaskan hubungan
antara variabel dalam penelitian tersebut. Berdasarkan perumusan masalah,
tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual di atas menggambarkan terdapat empat variabel
bebas (X) yaitu : Ukuran KAP (X1), Audit Tenure (X2), Ukuran Perusahaan Klien
(X3), dan Ukuran leverage perusahaan (X4) yang mempengaruhi Kualitas audit
sebagai variabel terikat (Y) baik secara parsial maupun simultan.
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
kalimat pertanyaan (Sugiyono,2006). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran leverage
perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ukuran KAP
Audit Tenure
Ukuran Perusahaan Klien
Ukuran leverage perusahaan
2. Ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran leverage
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit pada