BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA
Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di
Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan
kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad
ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda
berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi,
pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan
menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik
di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan
lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu.
Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan
ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan
ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial
Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan
tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II
Polonia pada tahun 1991.
2.1 Sejarah Berdirinya
Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda
dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah
menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus
berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan
memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik
pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk,
tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau
keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda
mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan
bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda.13
1. Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan
kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli.
Latar belakang politik keimigrasian
Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara
ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan
membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk
menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan
antara lain:
13
2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi)
semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap
menjadi bangsa terjajah.
3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan
sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi
kepentingan modalnya.14
Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya
sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan
Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen
Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan
Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami
kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada
tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan
pengurusan penduduk bangsa asing.15 Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi
milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H.
Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru.
Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal
28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir
imigrasi.16
14
K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20.
15
Ibid., hal. 25.
16
Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara
asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan,
ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang
dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach)
yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan
pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang
tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum.
Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan
karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas
Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang
terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih
menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan
kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya
manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian.
Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah
tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di
Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah
yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi.
Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum
banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya
tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung,
Padang.17 Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah
satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat
keluar masuknya manusia.18
Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di
wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan
struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).
Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi
tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan
pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian
Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda
Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan
udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan
Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4).
2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia
19
Penggunaan resor
termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar
(Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah
Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat
peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja.20
dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952.
Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami
perubahan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis
operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif
tetap di bawah Menteri Kehakiman.
b. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi
Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara
organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet.
c. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara
operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara
diperbantukan kepada Presidium Kabinet.
d. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi
sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman.
e. Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi
Direktorat Jenderal Imigrasi.
Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi
mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman
Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden
No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah
rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.21
Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan
segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua
Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang
yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa,
sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi
bangsa dan negara.
Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama
Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum
dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen
Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang.
2.4 Lambang Dan Moto
22
21
Elfaiz Lubis, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan,” dalam Tesis Sekolah Pacasarja Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 78.
22
Lihat lampiran 5 gambar 6.
Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi