• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Iklim dan Curah Hujan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Klasifikasi Iklim dan Curah Hujan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi yang menjadi bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara astronomis, letak propinsi berada di koordinat 00 12’-80 Lintang Selatan dan antara 1160 48’-1220 36’ Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 46.717,48 km2. Salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Pangkep. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.112,29 km², tetapi setelah diadakan analisis bersama Bakosurtanal, luas wilayah tersebut direvisi menjadi 12.362,73 Km² dengan luas wilayah daratan 898,29 Km² dan wilayah laut 11.464,44 Km². Suhu udara berada pada kisaran 210C - 310C atau rata-rata 26,400C, dengan curah hujan maksimal pada tahun 2000 rata-rata mencapai 666/153 karena hujan dengan kelembaban udara yang merata, sementara keadaan angin berada pada kecepatan laut sampai sedang.

(2)

ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu hujan sedang (20-50 mm perhari), hujan lebat (50-100 mm perhari) dan hujan sangat lebat (di atas (50-100 mm perhari). Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch. terdapat beberapa cara mengukur curah hujan. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut.

Cara standar untuk mengukur curah hujan yaitu dengan menggunakan alat pengukur curah hujan. Alat pengukur curah hujan terbagi atas dua jenis yaitu non recording dan recording. Faktor yang mempengaruhi curah hujan yaitu letak daerah konservasi,letak geografis, topografi, arah lereng medan dan sebagainya. Curah hujan berhubungan erat dengan iklim, dimana dengan adanya data curah hujan dari suatu daerah maka akan diketahui tipe iklim dari daerah tersebut. Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam suatu pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.

(3)

unsur tersebut sama dengan unsur-unsur cuaca. Sama halnya dengan curah hujan, iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim. Pada umumnya dikenal 2 klasifikasi iklim yaitu menurut Schmidt Ferguson dan Oldeman.

Schmidt dan Fergusson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Perbedaan terdapat pada cara mencari bulan basah dan bulan kering. Jenis bulan berdasarkan curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson yaitu bulan basah ( curah hujan >100 ml/ bulan), bulan lembab ( curah hujan 60-100 ml/bulan) dan bulan kering (curah hujan <60 ml/bulan). Schmidt dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukan mencari harga rerata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian direrata. Hal ini mengingat, jika digunakan harga rerata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak nampak pada harga rerata bulan basah.

(4)

zone agroklimat dalam suatu table tertentu. Dalam pembagian iklim Oldeman lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Oleh karena itu, penggolongan iklimnya lebih dikenal dengan sebutan zona agroklimat.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa menghitung curah hujan serta mengetahui iklim dari suatu tempat memiliki peran penting baik dalam bidang pertanian maupun di beberapa bidang lainnya. Maka dilaksanakan praktikum yang berjudul klasifikasi iklim dan curah hujan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui lebih dalam mengenai curah hujan dan iklim yang ada di kabupaten Pangkep.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Kabupaten

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan atau biasa disingkat dengan Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi Selatan. Letak geografis dai kabupaten ini terletak di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Selatan, dengan Ibukota Pangkajene dan sebagai pusat pelayanan wilayah bagi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Berdasarkan letak astronomi, Kabupaten Pangkep berada pada 11.00’ Bujur Timur dan 040. 40’ – 080. 00’ Lintang Selatan (Kab.Pangkep, 2014).

Secara administratif luas wilayah Kabupaten Pangkep yaitu seluas 362,73 Km2 untuk wilayah laut seluas 11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 km2 dan panjang garis pantai di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang dari barat ke timur. Dimana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan, dimana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan dan 4 kecamatan terletak di wilayah kepulauan (Kab.Pangkep, 2014).

Kabupaten Pangkep merupakan kabupaten yang struktur wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini yaitu (Kab.Pangkep, 2014) :

1. Wilayah Daratan

(6)

tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen. Disamping itu potensi pariwisata Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu terdiri dari : Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan Tondong Tallasa dan Kecamatan Mandalle.

2. Wilayah Kepulauan

Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yang sangat urgen untuk dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk dikembangkan secara lebih optimal, untuk mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Keadaan hidrologi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, berdasarkan hasil observasi lapangan dibedakan antara lain permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber di bawah permukaan (air tanah). Pada kabupaten Pangkep curah hujan tinggi pada bulan desember dan februari, sehingga pada bulan itu daerah yang rawan banjir terjadi banjir (Kab.Pangkep, 2014).

Menurut (Kab.Pangkep,2014) kabupaten Pangkep mempunyai kondisi topografi yang relatif berfariasi secara garis besar dapat dibagi dalam 4 (empat) bagian yaitu :

(7)

2. Dataran Tinggi (25-100 Mpdl) terletak di sebahagian wilayah Kecamatan Balocci, Kecamatan Tondong Tallasa, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne dan Kecamatan Mandalle, terutama dibagian utara.

3. Dataran Pegunungan (500-1000 Mpdl), sebahagian besar di Kecamatan Balocci, Kecamatan Mandalle, Kecamatan Segeri dan Kecamatan Tondong Tallasa atau pada bagian timur Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

4. Daerah Pesisir terletak di bagian pantai barat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terutama pada Kecamatan Pangkajene, Labakkang, Ma’rang, Segeri dan Mandalle, serta kecamatan kepulauan Kabupaten Pangkajene dan sebagainya.

Secara garis besar kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terbagi dalam 4 (empat) kategori wilayah yaitu dimana berdasarkan data hasil penelitian Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Menurut (Kab.Pangkep, 2014) klasifikasi pengelompokan sudut lereng yang terdapat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yaitu sebagai berikut :

a. Wilayah Sudut Lereng 0-2 % b. Wilayah Sudut Lereng 2-15 % c. Wilayah Sudut Lereng 15-45 % d. Wilayah Sudut Lereng > 45 %

(8)

mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah. Suhu udara berada pada kisaran 210C - 310C atau rata-rata 26,400C, dengan curah hujan maksimal pada tahun 2000 rata-rata mencapai 666/153 karena hujan dengan kelembaban udara yang merata, sementara keadaan angin berada pada kecepatan laut sampai sedang. Temperatur udara di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berada pada kisaran 21o – 31o atau rata-rata suhu udara 26,4 oC. Keadaan angin berada pada kecepatan sedang, dimana pada daerah ketinggian kelembaban udara rendah sedangkan pada wilayah pesisir kelembaban udara tinggi (Kab.Pangkep, 2014).

2.2 Curah Hujan Kabupaten Pangkep 5 Tahun Terakhir Tabel. Curah Hujan yang Diolah 5 tahun terakhir

Tahun /Bulan 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 797 650 450 1244 795

Februari 250 415 424 433 228

Maret 185 441 438 436 225

April 313 316 134 413 190

Mei 254 131 102 77 130

Juni 68 11 71 93 53

Juli 92 0 57 153 27

Agustus 82 3 4 22 0

September 89 2 0 0 0

Oktober 115 119 34 55 0

November 297 413 92 234 70

Desember 0 654 727 650 752

(9)

2.3 Curah Hujan Spesifik

Hujan adalah suatu proses fisis yang dihasilkan dari fenomena cuaca. Pengaruh faktor fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya terhadap unsur-unsur iklim/cuaca telah menghasilkan 3 (tiga) tipe curah hujan, yakni:tipe ekuatorial, tipe monsun dan tipe lokal. Faktor fisis penting yang ikut berperan terhadap proses terjadinya hujan di wilayah Indonesia, di antaranya yaitu posisi lintang, ketinggian tempat, pola angin (angin pasat danmonsun), sebaran bentang darat dan perairan, serta pegunungan dan gunung-gunung yang tinggi. Faktor-faktor tersebut, secara bersama-sama ataugabungan antara dua faktor atau lebih akan berpengaruh terhadap variasi dan tipe curah hujan (Tukidi, 2010).

(10)

2.4 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Ferguson dan Oldeman 2.4.1 Schmidt dan Ferguson

Sistem Schmidt dan Ferguson merupakan perbaikan Sistem Mohr yang telah membuat klasifikasi iklim khususnya untuk daerah tropika. Dasar untuk membuat penggolongan iklim oleh Schmidt dan Ferguson adalah dengan cara menghitung dan menentukan quitient (Q rerata) jumlah bulan kering dan rerata bulan basah. Langkah pertama ditentukan terlebih dahulu tentang status bulan. Untuk ini mereka menggunakan kriteria yang dibuat oleh Mohr. Bulan kering adalah suatu bulan yang jumlah hujannya kurang dari 60 mm. Ini berarti curah hujan lebih kecil daripada evaporasi. Atau jika dilihat status lengas tanahnya akan mengalami pengeringan (Kusuma Dewi, 2005).

(11)

Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson , cukup luas dipergunakan khususnya untuk tanaman keras/tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan. Hal ini kiranya cukup beralasan karena dengan sistem ini orang kurang tahu yang sebenarnya kapan bulan kering atau kapan bulan basah terjadi. Apakah berturutan atau berselang seling. Sebagai contoh kalu ada suatu wilayah mempunyai dua bulan kering yang terjadi tidak berturutan. untuk tanaman keras yang berakar dalam mungkin tidak akan menimbulkan kerugian yang berarti, akan tetapi kalau hal itu untuk keperluan tanaman semusim atau yang berakar dangkal dapat sangat merugikan. Selain itu kriteria bulan basah dan bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah (Kusuma Dewi, 2005).

2.4.2 Oldeman

(12)

seperti halnya Schmidt dan Ferguson maupun Mohr juga menggunakan istilah bulan basah dan bulan kering untuk melaksanakan penggolongannya. Bulan basah adalah suatu bulan yang curah hujan rerata lebih besar dari pada 200 mm dan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya sama atau lebih kecil dari pada 100 mm . Angka 200mm dipergunakan dengan alasan kebutuhan air tanaman padi sawah termasuk perkolasinya mendekati angka 200 mm. Sedangkan angka 100 mm dipergunakan dengan alasan karena untuk tanaman palawija akan kekurangan air jika curah hujan lebih kecil dari pada 100 mm. Setelah menentukan kriteria bulan basah dan bulan kering langkah selanjutnya adalah mencari harga rerata curah hujan masing-masing bulan .Berdasarkan itu ditentukan berapa bulan basah dan berapa bulan kering yang berturutan. Dalam Oldeman, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut (Kusuma Dewi, 2005) :

a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm. b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm. c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.

(13)

2.5 Iklim Spesifik

Iklim merupakan salah satu faktor penentu tercapainya pertumbuhan/ produksi tanaman yang optimal. Oleh karena itu adanya klasifikasi iklim diharapkan dapat membantu mengoptimalisasikan. pertumbuhan /produksi tanaman, baik tanaman perkebunan, tanaman kehutanan maupun pertanian. Klasifikasi iklim dapat dibuat dengan menggunakan satu unsur iklim saja atau lebih. Klasifikasi iklim di Indonesia sangat diperlukan mengingat wilayah Indonesia cukup luas dengan variasi iklim yang cukup besar, khususnya untuk curah hujan. Seperti halnya tujuan klasifikasi iklim pada umumnya yaitu untuk menyederhanakan iklim yang jumlahnya tidak terbatas. Disamping itu klasifikasi juga sangat membantu mempermudah membuat perencanaan secara makro baik regional maupun nasional (Kusuma Dewi, 2005).

(14)

spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002). 2.6 Alasan Perhitungan Klasifikasi Iklim

Iklim adalah suatu unsur yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi, artinya dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah sekehendak manusia. Unsur-unsur iklim seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar pengaruhnya terhadap usaha pertanian misalnya dalam pemilihan kultur, produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan pertanian. Tanaman menuntut jenis iklim tertentu, tidak semua tanaman dapat ditanam disembarang tempat pada iklim yang berbagai macam. Sebaliknya, pada iklim tertentu (yang sama) tidak semua jenis tanaman dapat hidup produktif disitu. Jadi, setiap jenis dan varietas harus disesuaikan dengan iklimnya (AAK, 1983).

(15)

karena iklim merupakan salah satu faktor penentu hasil tanaman. Menurut (Saputra, 2014) alasan Perhitungan Klasifikasi Iklim yaitu :

1. manusia untuk bertempat tinggal memilih iklim yang baik, karena manusia

memelukan makanan dan udara yang nyaman. dalam hal tersebut ada di daerah iklim yang baik.

2. usaha bidang perikanan, pertanian dan perhutana banyak memerlukan pengetahuan yang berhubungan dengan unsur-unsur iklim.

3. iklim yang berbeda-beda mempengaruhi perbedaan dalam hal perumahan, pakaian, makanan, kegiatan dan peralatan hidup

4. daerah yang mempunyai iklim panas yang terik dapat melemahkan energi dan aktivitasd kerja fisik dan rohani manusia

5. di daerah iklim dingin/salju/jarang terdapat kehidupan manusia, flora dan fauna 6. pemusatan penduduk lebih banyak terdapat pada daerah iklim yang sesuai dengan kehidupan manusia. biasanya manusia senang hidup di daerah sejuk, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

7. usaha perhubungan ( udara, darat, laut ) rekreasi dan telekomunikasi banyak ditentukan serta memerlukan pengetahuan yang berhubungan dengan cuaca dan iklim 8. unsur-unsur iklim banyak mempengaruhi produksi pertanian, misalnya :

tanaman memerlukan air yang berbeda-beda sesuai jenisnya.

(16)

9. daerah beriklim panas yang musim hujannya panjang, curah hujannya banyak dengan musim kemarau pendek, cocok untuk tanaman karet, pala, cengkeh., dan kelapa sawit

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 31 Maret 2016, hari Kamis pukul 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu alat tulis menulis seperti kertas, pulpen, LCD serta laptop. Adapun bahan yang digunakan yaitu data curah hujan 10 tahun terakhir Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. 3.3 Cara Pengukuran

(17)

1. Menyiapkan data mentah 11 tahun terakhir pada Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep

2. Menentukan jumlah curah hujan dan rata-ratanya dalam waktu perhari, kemudian perbulan, lalu pertahun, baik sebelum maupun setelah dibobot.

3. Menggabungkan data dengan teman satu kelompok yang mengerjakan pada tahun yang lain (jangka 10 tahun terakhir).

3.4 Cara Menghitung

Cara menghitung data curah hujan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah bobot curah hujan dengan rumus “(r/n)xCH”, di mana r

(rata-rata hari perbulan), n (jumlah hari dalam bulan yang diamati), CH (curah hujan yang terjadi dalam bulan tersebut).

2. Menghitung dan memilah jumlah bobot curah hujan yang ada dengan ketetapan Schmidt-Ferguson dan Oldeman, yaitu :

a. Ketetapan Schmidt-Ferguson Bulan Basah (BB) > 100 mm Bulan Lembab (BL) 60-100 mm Bulan Kering (BK) < 60 mm b. Ketetapan Oldeman

(18)

3. Menghitung jumlah Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) yang terjadi dalam bobot curah hujan yang ada.

4. Menghitung nilai Q dengan rumus : Q = Banyak Bulan Kering

Banyak Bulan Basah X 100%

5. Memasukkan nilai Q yang ada ke dalam 8 pembagian tipe iklim menurut sifatnya (Schmidt-Ferguson).

6. Memasukkan ke dalam tipe utama (huruf) dan sub tipe (angka), sehingga akan diperoleh tipe iklimnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 1. Curah Hujan yang Diolah Tahun Januari 539 585 715 913 501 1208 797 650 450 1244 795 Februari 828 206 488 530 749 999 250 415 424 433 228 Maret 492 400 484 299 552 124 185 441 438 436 225 April 202 265 214 153 165 124 313 316 134 413 190

Mei 256 114 86 80 136 142 254 131 102 77 130

(19)

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016 Tabel 2. Rataan 40%, 50% dan 60%

BULAN Peluang (%)

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016 Tabel 3. Rangking februari 1227 1047 779 666 572 463 335 233 191 116 30

maret 711 654 581 475 405 346 263 237 148 81 46 april 550 413 316 313 265 214 202 190 165 153 134

mei 343 291 219 157 139 124 83 60 36 7 1

november 588 524 380 304 219 211 180 116 96 70 46 desember 1493 1043 868 763 667 555 495 401 297 225 0

(20)

Tabel 4 Tabel Klasifikasi Tipe Iklim Menurt Schmidt dan Ferguson Tahun

/Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016 5. Tipe Iklim Menurut Oldeman

Tabel 8. Tabel Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Oldeman

Tahun /Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari BB BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB

(21)

Grafik 1. Rataan 40%

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

PELUANG 40%

(22)

0 100 200 300 400 500 600 700

PELUANG 50%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

Grafik 3. Rataan 60%

0 100 200 300 400 500 600

(23)

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016 Grafik 4. Rataan 40%, 50% dan 60%

0 500 1000 1500 2000 2500

PELUANG 40%, 50%, 60%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

4.2 Pembahasan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Kab.Pangkep, 2014. Geografis, Hidrologi dan Klimatologi. http://pangkepkab.go.id/? p=310. Diakses pada tanggal 5/4/2016 pukul 12.04 WITA

Tukidi, 2010. Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurusan Geografi FIS UNNES. Volume 7 No. 2 Juli 2010

Alam, R.2011. Pengertian Hujan dan Proses Terjadinya Hujan.

id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2118324-pengertian-hujan-dan-proses-terjadinya/. Diakses pada tanggal 5/4/2016 pukul 13.00 WITA

Dewi, Nur Kusuma. 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Staf Pengajar jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. VOL.1 NO. 2, 2005 : HAL 1 – 15

AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Tabel. Curah Hujan yang Diolah 5 tahun terakhir
Tabel 1. Curah Hujan yang Diolah
Tabel 2. Rataan 40%, 50% dan 60%
Tabel 8. Tabel Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Oldeman
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik dengan menggunakan curah hujan total tahunan, bulan basah (DJF), bulan kering (JJA), dan bulan peralihan (MAM &amp; SON) menunjukkan bahwa terjadi

Curah hujan antara 248,27 mm/bulan (pada tanaman jagung) hingga 287,06 mm/bulan (pada tanaman padi) yang terjadi setelah periode kering diduga dapat meningkatkan luas serangan

bulan Desember, curah hujan maksimum rata- rata bulanan sebesar 80 mm, sedangkan pada puncak hujan kedua bulan April 60 mm. Pada saat musim kemarau curah hujan

parameter yang dianalisis, perubahan tersebut adalah : tipe iklim berdasarkan Scmidt- Ferguson mengalami perubahan dari relatif basah menjadi cenderung kering; curah hujan bulanan

• Sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman digunakan terutama pada lahan padi sawah lahan kering. • Atas dasar pertimbangan bahwa curah hujan lebih besar atau sama dengan 200 mm

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara variabel iklim curah hujan, hari hujan, bulan basah dan bulan kering dengan produktivitas Pisang Mas Kirana di tiga

 Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama.  Curah

Prediksi kejadian curah hujan ekstrim lebih dari 626 mm/bulan menggunakan regresi logistik paling tinggi terjadi pada bulan februari dengan nilai peluang 0,940.. Dalam mengatasi adanya