• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Industri Kreatif | 1

INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF

Dr. Kuntari Eri Murti, MM Widyaiswara Madya

PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta NIP 19580109 198603 2 002

PENGANTAR

Saat ini, tantangan terbesar dunia adalah pengangguran angkatan kerja produktif. The International Labour Organization (ILO) baru-baru ini melaporkan bahwa secara global 75 juta orang berusia 15 sampai 24 adalah pengangguran, atau setara 12,7% total populasi anak muda produktif (ILO, Global Employment Trends: Recovering from a second jobs dip, 2013 in www.adaptinternational.it). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari 2013 adalah 121,19 juta, sedangkan jumlah pekerja adalah 114,02 juta. Dengan demikian ada 7,17 juta angkatan kerja yang tercatat tidak bekerja secara formal, dan data BPS tidak menyebutkan lebih detail kemungkinan mereka bekerja pada sektor informal. Pada kenyataannya, angkatan kerja produktif banyak yang bekeja secara informal di lingkungan industri kreatif, seperti periklanan, desain web, permainan elektronik (online game) dan karya kreatif cinderamata. Perkembangan teknologi, peningkatan permintaan akan produk kreatif dan peningkatan pariwisata merupakan faktor utama tumbuhnya ekonomi kreatif. Pertumbuhan ekonomi kreatif ini akan meningkatkan ekonomi rakyat secara umum, pengembangan sosial, budaya, dan pengembangan berkelanjutan (sustainable development).

INDUSTRI KREATIF

Konsep

Industri kreatif, merujuk pada seperangkat sektor industri yang saling mengunci (interlocking) dan smerupakan bagian yang sedang tumbuh di era ekonomi global. Industri kreatif sering dikaitkan dengan cultural industries, namun sebenarnya Cultural Industries adalah sektor tambahan (adjunct-sector) dari industri kreatif, termasuk di dalamnya (a) Cultural tourism & Heritage, (b) Museums & Libraries dan (c) Sports & Outdoor activities. Cultural Industries lebih mengarah pada menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya.

(2)

Artikel Industri Kreatif | 2 1. Periklanan

2. Arsitektur

3. Pasar barang seni 4. Kriya

5. Desain 6. Fesyen

7. Film, video dan fotografi 8. Permainan Interaktif 9. Musik

10. Seni Pertunjukan

11. Penerbitan dan percetakan

12. Layanan komputer dan piranti lunak 13. Radio dan televisi

14. Riset dan pengembangan

Perusahaan di subsektor industri kreatif menduduki peringkat ke enam dari sepuluh sektor lapangan usaha utama, dengan jumlah rata-rata sebesar 1,2 juta perusahaan dari total 42 juta perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah perusahaan subsektor industri kreatif tumbuh sebesar 10,52 persen per tahun, lebih besar daripada pertumbuhan jumlah perusahaan rata-rata yang hanya mencapai 7,7 persen per tahun. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 55.510.746 usaha. Dari jumlah tersebut, sektor ekonomi kreatif berada di posisi ketiga dari sepuluh sektor ekonomi dengan 5.398.162 usaha dan menyumbang 9,72 persen dari total jumlah usaha. Studi tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja rata-rata selama periode 2002 – 2006 mencapai 3,7 juta (3,97 persen dari total 93,3 juta) tenaga kerja Indonesia. Sedangkan studi tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif berada pada posisi ke empat dari sepuluh sektor ekonomi dalam kategori jumlah tenaga kerjanya.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2006 tercatat 80,9 juta pekerja di sektor usaha mikro dan kecil dan 4,5 juta di sektor usaha menengah, merupakan 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia (Ika dan Kuntari, 2007: 97). Fakta menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan UMKM pada umumnya adalah by default artinya kegiatan produksi di UMKM dilakukan secara tradisional dan turun temurun dan sangat sedikit yang mampu mengelola kegiatannya dengan manajemen yang lebih efisien dan inovatif atau by design.

(3)

Artikel Industri Kreatif | 3 Peran Kreativitas dan Desain Hijau di Lingkungan Industri Kreatif

Didalam bisnis, menggunakan kreativitas adalah cara yang paling efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. Berkompetisi hanya pada harga, bukan merupakan strategi yang berhasil, dibandingkan dengan berkompetisi dengan menciptakan produk dan jasa yang orijinal dan inventif. Di sektor industri kreatif, kreativitas dapat menjadi akar untuk menciptakan produk yang lebih inovatif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Kreativitas bukan merupakan hadiah yang datang begitu saja untuk seorang jenius atau desainer. Kreativitas adalah sesuatu yang setiap orang bisa lakukan. Kreativitas adalah tentang menghasilkan gagasan baru dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah dengan melakukan pemikiran yang berbeda. Kreativitas penting bagi desainer, apalagi setelah mereka

e e uka i for asi ya g keri g te ta g ko su e , e jadi produk da jasa ya g aktual

(terkini). Pekerjaan desainer pada umumnya akan lebih mudah dan bekerja lebih efektif ketika mereka mengandalkan orang-orang yang mengadopsi pemikiran dari oranglain secara kolaboratif, dibandingkan dengan jika memperlakukan desainer terisolasi dan bekerja sendiri.

Saat ini, kreativitas dalam desain sangat erat korelasinya dengan konsep pengembangan berkelanjutan yang menghasilkan desain hijau (green design). Desain hijau mengasumsikan bahwa dampak suatu produk terhadap lingkungan harus memperhitungkan seluruh tahap sepanjang daur hidup produk (product life cycle). Tahapan ini termasuk pengolahan bahan dasar, proses pembuatan (manufacturing), pemasaran dan distribusi, penggunaan dan pembuangan produk. Prinsip-prinsip desain hijau terdiri dari lima aspek (Schiavone et al, 2008) yaitu:

1. Solusi muncul dari masyarakat industri kreatif. Eco-design dimulai dengan pengetahuan yang sangat erat berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Memiliki karakteristik berskala kecil, langsung, responsif terhadap kondisi dan masyarakat lokal.

2. Manfaatkan alam apa adanya. Dengan membuat siklus alam dan proses pembuatan produk apa adanya, akan mengembalikan lingkungan yang di desain kembali ke alam. Desain yang efektif membantu memahamkan kita tentang lingkungan disekitar kita sesuai dengan alam sekitarnya.

3. Desainlah produk secara alamiah. Bekerja dengan proses yang alamiah, kita akan menghargai kebutuhan berbagai spesies di bumi ini, yang akan melakukan regenerasi bukan penghancuran lingkungan, maka kita akan menjadi lebih hidup.

4. Desain mempertimbangkan dampak lingkungan. Lakukan analisis dampak lingkungan dari desain yang kita buat, dan gunakan informasi ini untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan pelestarian lingkungan.

5. Setiap orang adalah desainer. Dengarkan setiap suara di dalam proses desain. Ketika orang bekerja bersama-sama untuk menyembuhkan lingkungan yang rusak, mereka juga akan menyembuhkan diri sendiri

Produk hijau ini fleksibel, handal, jangka panjang, adaptif, moduler, de-materialisasi dan dapat digunakan kembali (re-usable), karena mendasarkan penciptaan desain produk berbasis

Triple ‘ .Triple ‘ atau dala ahasa I do esia Tiga ‘ erupaka sloga ya g digu aka

(4)

Artikel Industri Kreatif | 4 yang lebih bermanfaat, dan R yang ketiga adalah RECYCLE yaitu mendaur ulang produk yang sudah tidak dipakai untuk diolah dan difungsikan sebagai produk baru. Dengan demikian Triple

‘ erkaita erat de ga pri sip desai hijau (green design) atau disebut juga dengan desain berbasis lingkungan (eco-design), bisa juga disebut dengan desain berkelanjutan (sustainability design). Desain hijau adalah filosofi yang digunakan untuk mendesain objek fisik berdasarkan prinsip sosial, ekonomi dan keberlangsungan lingkungan. Tujuan desain hijau adalah mengeliminasi dampak lingkungan secara lengkap melalui desain yang sensitif dan diolah dengan baik (McLellan, 2004)

Ko sep desai hijau Triple ‘ adalah ko sep e desai produk ya g

mempertimbangkan dampak lingkungan. Proses ini lebih cenderung disebut dengan perilaku untuk mempertimbangkan kepedulian terhadap lingkungan ketika produsen memutuskan untuk membuat suatu produk. Produsen dan pembuat produk apapun, dengan konsep desain hijau ini, harus mempertimbangkan bagaimana sistem ekologi (ecosystem) dipengaruhi dan bagaimana perubahan lingkungan bisa terjadi karena terciptanya sebuah produk.

Saat ini, di seluruh dunia sedang terjadi penghargaan terhadap produk yang dibuat dengan mempertimbangkan desain hijau yang ramah lingkungan. Di Amerika diselenggarakan penghargaan rumah ramah lingkungan, di Eropa ada penghargaan green good design yang ramah lingkungan, di Yogyakarta diproduksi kerajinan tas berbahan baku bekas kantong tempat sabun cair atau minyak goreng. Di Singapura mulai didesain rumah tinggal dan bangunan publik dengan mempertimbangkan energi nol (zero energy), artinya kegiatan di rumah dan bangunan tersebut menggunakan energi yang terbarukan. Listrik dperoleh dari turbin yang digerakkan oleh tenaga panas matahari, tenaga air (microhydro), dan tenaga angin.

Beberapa jenis lampu hemat energi dan teknologi energi matahari sudah digunakan oleh masyarakat hingga kini. Masyarakat sudah mulai menikmati produk-produk ramah lingkungan, karena dinilai lebih menguntungkan, walaupun pada awalnya harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal daripada produk konvensional. Sebagai kompensasi terhadap tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh produk hijau, maka produk hijau harus lebih handal, fleksibel, tahan lama dan adaptif terhadap lingkungan daripada produk konvensional yang tidak mempertimbangkan keramahan pada lingkungan, misalnya mengandung racun, atau material yang berbahaya.

(5)

Artikel Industri Kreatif | 5 Para desainer individual juga berlomba-lomba untuk menghasilkan suatu produk ramah lingkungan dengan menggunakan barang-barang bekas untuk dimanfaatkan menjadi produk lain yang lebih fungsional dan marketable, antara lain lampu dari bekas botol anggur (Meng, 2007). Lampu Meng (2007) menggunakan kembali beekas botol anggur (reuse) sebagai badan lampu, mendaur ulang logam bekas (recycle) untuk alas dan penyangga, serta menggunakan lampu hemat energi (reduce). Gambar 2 menunjukkan llampu daur ulang Meng (2007).

Gambar 1: Lampu dari bekas botol anggur Sumber: Meng (2007)

Jika Anda adalah desainer, Anda lebih baik mempertimbangkan konsep desain hijau, sehingga bisa mempengaruhi teman-teman dekat, saudara dan lingkungan di tempat Anda berada. Pencapaian seorang desainer adalah menciptakan suatu produk yang lebih kreatif dan lebih bermanfaat bagi sesama, memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat dan negara.

Triple ‘ digu aka se agai dasar pe iptaa produk hijau. ‘ ya g pertama berkaitan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu reduce, yang dimaknai dengan sikap mengurangi bahan, dan energi serta menggunakannya sehemat mungkin. R yang kedua adalah reuse, yaitu menggunakan kembali produk-produk yang sudah usang atau tidak terpakai dan digunakan untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat. Reducing dan reusing merupakan dua aspek yang sangat penting dan harus diberikan prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan R yang ketiga yaitu recycling (Walker, 2008)

Pemikiran tentang desain yang lebih menekankan fungsi produk dengan mengetengahkan unsur-unsur reducing, reusing dan recycling menghasilkan produk baru dengan bahan lama, dan selalu mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Produk baru yang didesain dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi yang tidak ternilai kepada pemberdayaan kearifan lokal, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan ekonomi rakyat, karena bisa diproduksi dengan skala kecil maupun besar.

(6)

Artikel Industri Kreatif | 6 melalui desain dan penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak dipakai pada level sangat lokal. Konsep penciptaan produk tersebut mengubah peran desain menjadi peran yang lebih ditujukan kepada masyarakat dan lingkungannya, namun menggunakan material dan kearifan lokal. Produk ya g di iptaka erdasarka perti a ga tiga ‘ terse ut sa gat fungsional, dengan unsur estetis yang sangat minim, tidak fashionable dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek seni yang rumit. Produk fungsional ini mencapai tujuan sebagai produk yang:

1. Diterima apa adanya, dengan bahan-bahan yang digunakan ulang (reuse) dengan segala konsekuensi terdapat bekas-bekas penggunaan di masa lampau, misalnya ada goresan pada permukaannya.

2. Menilai produk seperti apa adanya sesuai manfaat yang bisa diberikan.

3. Menghargai produk seperti apa adanya karena penghargaan ini sama dengan menghargai pemikiran desainernya, keasliannya, keunikannya dan usaha yang sudah digunakan untuk membuat desain, juga menghargai penghematan sumber daya dan energi yang telah digunakan pada proses produksinya.

4. Menghargai keberadaan barang-barang yang sudah tidak terpakai dan menggunakannya kembali (tidak membuangnya dan menggantikannya dengan produk baru).

5. Memperlambat budaya konsumerisme dan cenderung menggalakkan konsep baru dalam mengkonsumsi produk dan jasa.

Pertimbangan tersebut diatas menunjukkan bahwa desai hijau de ga pri sip tiga ‘ adalah suatu pendekatan desain produk dengan mempertimbangkan dampak yang bisa terjadi pada lingkungan dari seluruh daur hidup produk. Desain hijau cenderung diintegrasikan kedalam pengembangan produk melalui pilot project, menyeleksi produk yang sudah ada, dimulai dari proses pengembangan paling dasar hingga tahap akhir (Schiavone et al., 2008) sesuai dengan daur hidup produk (product life cycles). Daur hidup produk terdiri dari (1) cara memperoleh bahan baku, (2) pembuatan produk, (3) penggunaan produk dan (4) pembuangan produk. Seluruh proses yang terjadi pada daur hidup produk harus dipandang secara integratif dan merupakan perwujudan dari pengembangan produk, desain, produksi, pemasaran, pembelian dan paska pembelian. Orang-orang yang terlibat dalam proses daur hidup produk harus bekerjasama dan saling toleran untuk mengaplikasikan desain hijau dalam menciptakan produk yang memiliki peluang bagus di pasar dan bisa memprediksi dampak menyeluruh dari produk tersebut terhadap lingkungannya. Aspek-aspek lingkungan yang dianalisis untuk setiap tahapan di dalam proses daur hidup produk adalah sebagai berikut.

1. Konsumsi sumber daya (energi, bahan, air atau area)

2. Emisi udara, air dan tanah yang relevan untuk pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

3. Kebisingan dan getaran.

(7)

Artikel Industri Kreatif | 7 Desain hijau juga berbasis pada pelestarian sistem ekologi dan mengurangi dampak perusakan lingkungan (Eco Indicator 95, 1996). Dampak lingkungan yang bisa merusak sistem ekologi atau kesehatan manusia adalah sebagai berikut:

1. Dampak rumah kaca yaitu terjadinya peningkatan temperatur bumi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas buang yang menghalangi radiasi panas yang dikeluarkan oleh bumi.

2. Dekomposisi lapisan ozon yang disebabkan oleh adanya peningkatan radiasi ultraviolet pada permukaan bumi.

3. Acidification yaitu terjadinya degradasi hutan yang disebabkan oleh hujan asam.

4. Eutrophication yaitu hilangnya tanaman langka yang bisa tumbuh di struktur tanah yang gersang. Tanah gersang ini disebabkan oleh emisi substansi yang merupakan dampak dari pupuk dan perubahan sistem ekologi (ecosytem) air.

5. Smog terutama pada musim panas, merupakan masalah bagi penderita sesak nafas (asma). Smog disebabkan oleh tingginya konsentrasi ozon tingkat rendah atau debu dan komposit belerang.

6. Adanya zat beracun selain yang disebutkan diatas, antara lain logam berat, zat karsinogenik dan pestisida.

Untuk menjaga sistem ekologi, maka proses produksi yang berbasis desain hijau harus benar-benar mempertimbangkan lima aspek penting yaitu:

1. Bahan baku yang digunakan tidak merusak lingkungan. Apabila menggunakan kayu, haruslah kayu yang dipotong dari pohon yang berasal dari hutan produksi, bukan hutan lindung, dan di tera dengan label ekologi (ecolabeling). Ko sep tiga ‘ aka e a tu desainer mengurangi dampak perusakan lingkungan. Semakin banyak kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan maka produk akan menjadi semakin dihargai.

2. Proses pengolahan yang digunakan harus singkat sehingga efisien. Semakin singkat proses pengolahan, akan semakin efisien.

3. Proses transportasi bahan dan produk harus efisien, diukur dengan standard ton per kilometer. Semakin pendek jarak transportasi semakin efisien.

4. Energi yang digunakan untuk produksi harus seminim mungkin. Semakin sedikit energi yang digunakan untuk proses produksi, akan semakin baik.

5. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus ramah lingkungan. Semakin ramah dengan lingkungan akan semakin baik

(8)

Artikel Industri Kreatif | 8 EKONOMI KREATIF

Kontribusi Ekonomi Kreatif pada Peningkatan Perekonomian

Ekonomi kreatif diperkenalkan secara luas oleh John Howkins pada tahun 2001 dalam bukunya yang berisi tentang: bagaimana orang memperoleh uang dari ide. Selanjutnya, pada tahun 2008, Departemen Perdagangan Republik Indonesia mensosialisasikan cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Dalam makalahnya disebutkan bahwa Indonesia mencanangkan pengembangan 14 subsektor ekonomi kreatif, meliputi industri periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kriya, desain, fesyen, film, video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak dan radio dan televisi.

Ekonomi Kreatif adalah wujud dari upaya mencari pengembangan yang berkelanjutan melalui kreatifitas. Pengembangan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan (Pangestu, 2009). Ekonomi kreatif sangat penting dikembangkan di Indonesia karena (1) memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, (2) menciptakan iklim bisnis yang positif, (3) membangun citra dan identitas bangsa, (4) berbasis pada sumber daya yang terbarukan, (5) menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan (6) memberikan dampak sosial yang positif (Pangestu, 2009). Gambar 1 adalah rasional pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Riset yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan tahun 2007 menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor industri kreatif mencapai 5,4 juta pekerja dengan tingkat partsipasi 5,8 persen. Sedangkan nilai ekspor mencapai 81,4 triliun rupiah dan berkontribusi sebesar 9,13 persen terhadap total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2012,

Ekonomi Kreatif menempati posisi ke tujuh dari sepuluh sektor ekonomi nasional dengan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 6,9 persen atau senilai 573,89 Triliun Rupiah dari total kontribusi ekonomi nasional pada 2012. PDB Industri Kreatif banyak disumbangkan oleh kelompok fesyen, kerajinan, periklanan dan desain dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-2006 secara berturut-turut adalah 46 triliun rupiah (44,18 persen), 29 triliun rupiah (27,72 persen), 7 triliun rupiah (7,03 persen), dan 7 triliun rupiah (6,82 persen).

(9)

Artikel Industri Kreatif | 9

Gambar 2: Rasional Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia Sumber: Pangestu (2009)

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2007 menyerap 5,4 juta tenaga kerja atau 5,8 persen dari total tenaga kerja nasional, sedangkan di tahun 2012 melonjak mencapai 11.799.568 orang atau 10,65 persen dari total tenaga kerja nasional. Dalam waktu lima tahun, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif ini meningkat dua kali lipat. Di masa krisis ekonomi tahun 1998, hampir semua perusahaan makro yang bergerak di sektor perbankan, industri dasar dan industri berat mengalami permasalahan finansial, dan banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya. Sedangkan sektor ekonomi kreatif tidak terpengaruh krisis sama sekali, bahkan tetap melakukan kegiatan ekonomi seperti biasa. Bertahannya industri kreatif di masa krisis memberikan pelajaran yang berharga bahwa sektor industri kreatif cukup signifikan memberikan dampak positif bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan.

(10)

Artikel Industri Kreatif | 10 dikaitkan dengan cultural industries (industri budaya) namun sebenarnya industri budaya adalah sektor tambahan dari industri kreatif, termasuk di dalamnya (a) wisata budaya dan peninggalan sejarah, (b) museum dan perpustakaan dan (c) olahraga dan kegiatan outdoor. Industri budaya lebih mengarah pada menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya. Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan mengeksploitasi produk kekayaan intelektual seperti seni, film, permainan, desain fesyen, atau layanan kreatif untuk antar perusahaan misalnya iklan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kreatif sangat didukung oleh interaksi sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan perkembangan berkelanjutan.

Konsep Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep berbasis pada aspek kreatif yang memiliki potensi untuk menghasilkan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi (UNCTAD, 2010). Ekonomi kreatif (1) meningkatkan penghasilan, menciptakan pekerjaan dan meningkatkan ekspor, dengan melibatkan aspek sosial, keragaman budaya dan pengembangan sumber daya manusia, (2) menyiapkan aspek ekonomi, budaya dan sosial agar dapat berinteraksi dengan teknologi, kekayaan intelektual dan pariwisata, (3) merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis pada pengetahuan dengan dimensi pengembangan yang memiliki keterhubungan dengan ekonomi mikro dan makro, (4) merupakan pilihan untuk mengembangkan kebijakan antar kementrian yang inovatif dan multidisiplin (5) memiliki industri kreatif sebagai jantungnya. Ekonomi kreatif merujuk pada rentang kegiatan ekonomi yang menitikberatkan pada eksploatasi pengetahuan (en.wikipedia.org/wiki/Creative_economy, diunduh Mei 2013).

(11)

Artikel Industri Kreatif | 11 Pengendali Ekonomi Kreatif

Pengendali utama ekonomi kreatif adalah (1) teknologi, (2) kebutuhan akan karya kreatif dan (3) pariwisata. Didalam lingkup ekonomi kreatif, pengetahuan baru merupakan rantai perkembangan ilmu dan teknologi yang mengendalikan kreatifitas dalam menciptakan jasa dan karya kreatif.

Teknologi

Produk berteknologi dan inovasi proses dalam menciptakan karya dan jasa kreatif didalam lingkup ekonomi kreatif adalah konstan, karena penelitian karya kreatif akan diikuti dengan perkembangan teknologi dan inovasi. Demikian seterusnya, ketika diciptakan jasa dan karya kreatif yang baru, akan membutuhkan teknologi dan inovasi yang lebih unggul daripada teknologi yang digunakan sebelumnya. Semakin inovatif suatu jasa dan karya kreatif, semakin tinggi teknologi yang digunakan. Sebagai contoh, sebuah telepon seluler mengalami perkembangan teknologi yang inovatif karena didorong oleh adanya kebutuhan fitur yang lebih lengkap dan sistem operasi lebih kompatibel terhadap platform dan operator telepon seluler yang beragam. Contohnya semakin canggih seluler semakin kompatibel tehadap sistem operasi android dan windows, dan bahkan bisa menggunakan dua sistem secara bergantian.

Permintaan Karya Kreatif

Ekonomi kreatif juga didorong oleh peningkatan kebutuhan konsumen akan jasa dan karya kreatif. Semakin tinggi kebutuhan akan karya kreatif semakin tinggi peningkatan ekonomi kreatif. Beberapa faktor mendasari dorongan kebutuhan ini. Pertama peningkatan pendapatan riil di negara-negara industri, telah meningkatkan kebutuhan akan produk dan jasa yang bersifat rekreatif (income elastic products). Artinya, semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi pula kebutuhan akan jasa dan produk kreatif yang bersifat rekreatif. Sebagai ilustrasi, jika pendapatan seseorang meningkat, maka kebutuhan makan akan menjadi kebutuhan yang bersifat rekreatif, yaitu makan di rumah makan mewah, atau café ternama. Kedua, perubahan pola konsumsi produk budaya juga merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Perkembangan teknologi komunikasi mendasari transformasi ini. Saat ini, konsumen dari generasi baru dari seluruh benua menggunakan internat, telepon seluler, dan media digital. Budaya ini tidak hanya memperluas pengalaman budaya, tetapi juga mentrasformasi budaya pasif menjadi budaya aktif yaitu menciptakan isi produk budaya.

(12)

Artikel Industri Kreatif | 12 Pariwisata

Demografik merupakan elemen lain yang secara positif mempengaruhi kebutuhan akan karya kreatif. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia adalah 7.017.846.922 (internetworldstats.com, diunduh Mei 2013), dan akan tumbuh menjadi lebih dari 9 miliar pada tahun 2050 (UNCTAD, 2010). Pada saat itu, populasi penduduk pensiun juga akan mengalami peningkatan. Mereka biasanya memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan rekreatif, berwisata, dan akan lebih banyak melakukan kegiatan budaya, serta membelanjakan uangnya untuk produk dan jasa kreatif. Dengan demikian, kebutuhan akan jasa dan produk kreatif bertumbuh setiap tahun, baik untuk generasi muda maupun generasi tua.

Dimensi Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki empat dimensi utama yaitu (1) ekonomi, (2) budaya, (3) sosial dan (4) pengembangan berkelanjutan (UNCTAD, 2010). Masing-masing dimensi dijelaskan berikut ini.

Ekonomi

Ekonomi kreatif berakar dari perekonomian nasional. Tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berasal dari sektor jasa dan manufaktur menghasilkan diversifikasi ekonomi, pendapatan, perdagangan dan inovasi. Hal ini juga akan membuka dan mengembangkan area pedesaan sekaligus mempromosikan konservasi lingkungan pedesaan dan peninggalan budaya. Konribusi ekonomi kreatif pada tahun 2010 terhadap ekonomi global masih sulit di hitung secara akurat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendekatan dan klasifikasi sektor kreatif di setiap negara dan peringkat dunia. Cara yang sering digunakan untuk mengukur kontribusi ekonomi kreatif pada ekonomi nasional suatu negara adalah dengan mengukur pertambahan nilai (value added). Jumlah pertambahan nilai dari seluruh industri sama dengan produk domestik bruto (PDB) yang merupakan ukuran standard ekonomi domestik suatu negara. Belum adanya klasifikasi standard industri kreatif dan data resmi dari pemerintah mengakibatkan kesulitan dalam mengestimasikan kontribusi ekonomi kreatif terhadap perkembangan ekonomi dunia.

sosial

Dampak sosial ekonomi kreatif adalah kontribusi tenaga kerjanya. Industri kreatif membutuhkan ketrampilan spesifik dan kualifikasi tenaga kerja yang cukup tinggi, khususnya untuk pekerjaan kreatif dengan konsentrasi tinggi, antara lain produksi film dan teater. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap ketenagakerjaan sangat signifikan, yaitu sekitar dua sampai delapan persen tenaga kerja bekerja untuk sektor ekonomi kreatif. Potensi penciptaan pekerjaan di sektor ekonomi kreatif ini menjadi penting dalam arti politis, antara lain strategi untuk mengembangkan kawasan industri di beberapa negara, menetapkan industri kreatif sebagai cara efektif untuk memberdayaan tenaga kerja, karena setiap orang adalah pelaku industri kreatif.

(13)

Artikel Industri Kreatif | 13 sektor industri kreatif juga dimasukkan dalam klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, karena ada sebagian industri perorangan yang diklasifikasikan sebagai industri kreatif, antara lain fotografer, penulis, sasterawan, pemain film, pelukis dan pekerja seni lainnya. Klasifikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menyerap tenaga kerja sebanyak 17.100.896 orang tahun 2012. Dengan demikian, jika dua klasifikasi tersebut meliputi subsektor industri kreatif, maka jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif menjadi 32.468.138, atau 29,30 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atinya kontribusi ekonomi kreatif di Indonesia terhadap angkatan kerja cukup signifikan.

Budaya

Dimensi budaya merupakan dimensi penting dalam perkembangan ekonomi kreatif. Budaya diinterpretasikan sebagai berbagi nilai dan tradisi yang memberi indetitas suatu komunitas atau suatu bangsa dan merupakan kesatuan. Dalam arti fungsional, budaya berarti praktik suatu kesenian. Ekonomi kreatif merupakan dampak dari kegiatan budaya tersebut. Nilai-nilai budaya sangat penting sebagai identitas suatu bangsa, kota, pedesaan atau komunitas. Keragaman budaya dari seluruh dunia menjadi semakin jelas dan dominan. Ketika proses globalisasi budaya terus berjalan, nilai keragaman budaya menjadi lebih nyata berperan dalam industri kreatif. Keragaman budaya merupakan dimensi kunci untuk pengembangan dan perdamaian yang berkelanjutan. Keragaman budaya juga merupakan kunci untuk meguji empat aspek yang mempengaruhi evolusi keragaman budaya yaitu bahasa, pendidikan, komunikasi dan isi budaya, serta kreatifitas dan pasar karya kreatif. Keragaman budaya ini merupakan dimensi ekonomi kreatif yang akan memberikan banyak manfaat dalam pengembangan komunitas internasional. Keberlangsungan budaya berpengaruh pada proses perawatan semua aset budaya, dari bahasa dan ritual tradisi sampai ke pekerjaan seni, artefak dan lokasi serta bangunan cagar budaya. Aset budaya tersebut berpengaruh pada industri kreatif yang berkaitan dengan kebijakan budaya tentang strategi untuk menjaga investasi untuk mengembangkan dan mempromosikan industri budaya melalui cara-cara yang berkelanjutan. Industri kreatif berpartisipasi langsung dalam menjaga pengembangan berkelanjutan, dan berimplikasi pada (1) kesetaraan antar generasi, (2) kesetaraan intra generasi, (3) perlindungan keragaman budaya dan keragaman hayati, (4) peraturan keselamatan cagar budaya, dan (5) keterhubungan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.

Pengembangan Berkelanjutan

(14)

Artikel Industri Kreatif | 14

DAFTAR PUSTAKA

--- (2013) Transition Action Guide, for Post-School Planning, Department of Workforce Development, State of Wisconsin.

--- (2013) Transition to Work, Program Guidelines, NSW Department of Family and Community Services

A. Ika Rahutami dan Kuntari Erimurti (2007) Pe a pua k owledge a age e t dala e i gkatka ki erja usaha ikro, kecil da e e gah , dalam Immovation 2007, Bank Indonesia, Jakarta

Business Resource Software (2007) www.bplan.com

De Bono, Edward (1992) Sur/Petition: Going Beyond Competition, London, Harper Collins Publisher.

Design Council (2007) Lesson from Europe, Report on the Design Council/HEFCE fact-finding, Visit to Netherland, Denmark and Finland, 5-10 September.

Dyer, Jeffrey H.; Gregerse , Hal B., a d Christe se , Clayto M. 200 The i ovator s DNA,

Harvard Business Review, December 2009, pp. 1-10.

Hamidi, Daniel Yar; Wennberg, Karl and Berglund, Henrik. (2008) Creativity in entrepreneurship education, Journal of Small Business and Enterprise Development, Vol. 15 No. 2, pp. 304-320.

Hisrich, Robert D., Peters, Michael P. and Shepherd, Dean A. (2005) Entrepreneurship, 6 ed., New York: McGraw-Hill Irwin.

Kotler, Philip and Keller, Kevin, Lane (2006) Marketing Ma age e t 12th Ed., NJ, Pearson Education.

McLennan, J. F. (2004), The Philosophy of Sustainable Design,

Packham, Gary; Jones, Paul; Miller, Christopher; Pickernell, David and Thomas, Brychan. (2010) Attitudes towards entrepreneurship education: a comparative analysis, Education and Training, Vol. 52 No. 8/9, pp. 568-586.

Rasmussen, Einar A., dan Sørheim, Roger (2006) Action-based entrepreneurship education, Technovation, No. 26, pp. 185–194.

Schiavone, Francesco; Pieri i, Mar o a d E kert, Vi e t 200 “trategy-based approach to eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic /economic

o sideratio s i to produ t develop e t pro ess, International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44.

Schiavone, Francesco; Pierini, Marco and Eckert, Vincent 200 Strategy-based approach to eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic /economic considerations into product development process, International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44.

StarNewsOnline.com diakses Januari 2008.

The Eco-Indicator 95 (1996) Weighting method for environmental effects that damage ecosystem or human health on a European scale, Updated version.

Walker, Stuart 200 Extant objects: designing things as they are, International Journal of Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp: 4-12.

Gambar

Gambar 1: Lampu dari bekas botol anggur
Gambar 2: Rasional Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia Sumber: Pangestu (2009)

Referensi

Dokumen terkait

Selain pendidikan faktor penyebab kemiskinan lainnya berdasarkan hasil observasi, yaitu (1) Secara ekonomi kemiskinan yang terjadi pada pemulung miskin TPA Supit

Sedangkan pada siklus kedua pertemuan pertama aktivitas siswa sudah mulai mengalami peningkatan dengan rata-rata 91,67 dengan kategori amat baik, pada pertemuan

Didalam sebuah penataan ruangan tentu ada faktor pemicu dari sebuah kantor tersebut. Lingkungan kerja yang sehat adalah salah satu faktor yang dilihat dari sudut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak, yaitu

Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama

Per nyat aan Ruang l i ngkup di dokument asi kan unt uk menye di akan dasar pr oyek masa depan dan unt uk membuat keput us an dan mengkonfir mas i kan at au

Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Saudara, dengan cara memberi tanda checklist ( √) pada kotak yang paling sesuai

Perencanaan pajak merujuk pada proses perekayasaan transaksi dan usaha wajib pajak agar hutang pajaknya berada pada jumlah minimum yang masih dalam lingkup