• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan TEL"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

2

0

1

5

-2

0

1

9

RENC A N A

P ENGEMB A NGA N

T V & R ADIO

(2)
(3)
(4)
(5)

Edwina Triwibowo

Wawan Dhewanto

(6)

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasihat

Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah

Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf

Harry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab

Poppy Saitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK M. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media Sagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio

Tim Studi

Edwina Triwibowo Wawan Dhewanto

ISBN

978-602-72387-5-6

Tim Desain

RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Yosiinah Rachman

Penerbit

PT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

(7)

Abie Besman Agnes Widyanti Arie Ardianto (DJ Arie) Bowo Usodo

Dadang Rahmat Hidayat Danang Sanggabuwana Dini Aryanti Putri Erina HC Tobing Gantama F Gandjar Gebyar Ahadiakbar G Gita Andriani Harsya Subandrio Hasudungan Silalahi Helmy Yahya Iqbal Ramadhan Irman Meilandi Kalamullah Ramli Marcellus Ardiwinata Prasetyo Wibowo Prita Prawirohardjo Ronni Suyanto Syaharuddin heodora Rosa Woro Widyastuti Yogi Hartarto

(8)

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.

Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat dideinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentiikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

(9)

Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu

(10)

Daftar Isi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Tabel xv

Ringkasan Eksekutif xvi

BAB 1 PERKEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 1

1.1 Deinisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio 2

1.1.1 Deinisi Televisi dan Radio 2

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio 4

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio 8

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia 8

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia 14

BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 25

2.1 Ekosistem Televisi dan Radio 26

2.1.1 Deinisi Ekosistem Televisi dan Radio 26

2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 29

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 44

2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio 44

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 50

2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio 52

BAB 3 KONDISI UMUM TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA 57

3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio 58

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) 60

(11)

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 62

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 63

3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor 64

3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 66

3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio 68

3.3.1 Televisi 68

3.3.2 Radio 74

3.4 Daya Saing Televisi dan Radio 77

3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio 77

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO INDONESIA 81

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 82

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 83

4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio 84

4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio 84

4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio 85

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio 85

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 87

4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang

mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing 88

4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya

budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan 88

4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing

secara berkelanjutan 88

4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif 88

4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan

berkelanjutan 88

4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan

kompetitif 88

4.4.7 Arah Kebijakan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas

dalam pengembangan industri Televisi dan Radio Indonesia 89

(12)

4.5.1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu

komunikasi di setiap provinsi di Indonesia 89

4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang

sudah ada di Indonesia 89

4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertiikasi media yang diakui

secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia 89

4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global

dalam dunia usaha 89

4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri

televisi dan radio 90

4.5.6 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentiikasi dan mengembangkan sumber daya

budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan

radio 90

4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (isik dan nonisik) terkait penelitian dan

informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal

televisi dan radio 90

4.5.8 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang

Televisidan Radio 90

4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional

di bidang Televisidan Radio 90

4.5.10 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan

menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan

festival 90

4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di

tingkat lokal 90

4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia

yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan 91

4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar

global 91

4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara

internasional 91

4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan

(13)

4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran

dan pemrograman 91

4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan

pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran 91

4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa

mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif 91

4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif

mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing 91

4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk

berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global 92

4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan

subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan

even internasional 92

4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara

berkala 92

4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92

4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya

proses pengembangan konten acara kreatif 92

BAB 5 PENUTUP 95

5.1 Kesimpulan 96

5.2 Saran 97

(14)

Daftar Gambar

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton 7

Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radiodan Rating Penonton 7

Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia 22

Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 28

Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi 29

Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio 29

Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio 30

Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio 32

Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio 36

Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio 37

Gambar 2 - 8 Peta Pasar 38

Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio 39

Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio 41

Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio 43

Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi 45

Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio 46

Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif

(BPS, 2013) 60

Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013) 61

Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013) 62

Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013) 63

Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013) 64

Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS,

(15)

Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011) 68

Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011) 75

Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011) 76

Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio 77

(16)

Daftar Tabel

Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013 58

Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio 66

Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan 69

Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan 70

Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan 71

Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi 72

Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga 73

Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar 74

(17)

Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan deinisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi dan radio di Indonesia.

Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.

Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia.

(18)
(19)
(20)

BAB 1

(21)

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka perlu dipelajari deinisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta bagaimana perkembangan dari deinisi-deinisi tersebut untuk melihat adanya perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari deinisi televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia.

Pemahaman mengenai deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan deinisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan deinisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.

1.1.1 Definisi Televisi dan Radio

Televisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai alat penyebar informasi semata.

Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik.

Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Deinisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah.1 Hal ini juga

dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik.

Di Indonesia, deinisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat

(22)

beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di antaranya adalah kata-kata “siaran” dan “penyiaran”.

Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grais, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga dideinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:

Penyiaran radio adalah media komunikasi

massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan

informasi dalam bentuk suara secara umum

dan terbuka, berupa program yang teratur dan

berkesinambungan.

Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa

dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan

informasi dalam bentuk suara dan gambar secara

umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa

program yang teratur dan berkesinambungan.

Berdasarkan kedua deinisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu difokuskan. Oleh karena itu, deinisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

(23)

Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat dideinisikan sebagai berikut:

Kegiatan kreatif yang meliputi

proses pengemasan

gagasan dan informasi secara berkualitas

kepada

penikmatnya dalam format suara dan gambar yang

disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara

teratur dan berkesinambungan

Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

Sedangkan deinisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:

Kegiatan kreatif yang meliputi

proses pengemasan

gagasan dan informasi secara berkualitas

kepadapenikmatnya dalam format suara yang

disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual

secara teratur dan berkesinambungan.

Sumber: Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

Dalam deinisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan deinisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:

1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;

2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;

3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang sifatnya informatif;

4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio

(24)

terbagi lagi menjadi beberapa jenis subkategori sebagai berikut:

1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Current Afair, merupakan konten acara berita yang membahas persoalan kekinian yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional;

b. Magazine, merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak majalah; c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat

noniksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu subjek; d. Talkshow, meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk

membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.

2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita iksi, termasuk dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi tertentu), ilm yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi;

b. Variety Show, merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi, pertunjukan monolog, atau sulap;

c. General Entertainment dan Human Interest, merupakan program acara yang membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana.

3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Game Show, merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk bakat atau perlombaan;

b. Reality Show, merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan berprofesi di industri televisi/radio/ilm.

4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi:

a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan;

b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan klip musik;

(25)

Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi Sumber: siper.mmtc.ac.id

Fred Wibowo: Tokoh Media, Seni, dan Kebudayaan

Fred Wibowo adalah seorang praktisi media yang juga berprofesi sebagai penulis berbagai macam buku yang cukup berperan dalam dunia penyiaran, seni, dan kebudayaan. Salah satu bukunya yang paling terkenal di Indonesia adalah Teknik Produksi Program Televisi yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh PINUS Publisher. Buku ini kemudian dijadikan salah satu pedoman bagi para

produser dan program creator televisi

tentang bagaimana menciptakan program televisi yang baik, dengan seluruh latar belakang persiapannya. Fred saat ini aktif berpartisipasi dalam Rumah Produksi dan Pusat Pelatihan Audio Visual SAV Puskat di Yogyakarta. Selain itu, beliau juga sempat berperan dalam industri perilman sebagai sutradara dan produser.

Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:

1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;

2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan;

3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;

4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya konten tambahan dari penyiar.

Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasiikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:

1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun; 2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun; 3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun; 4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;

(26)

Berdasarkan kategori-kategori pengelompokan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka ruang lingkup konten televisi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-1.

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton

Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-2.

(27)

Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri kreatif di Indonesia.

1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia

Sebelum televisi dan radio ditemukan, proses pertukaran informasi dilakukan hanya sebatas dua arah melalui telegram yang ditemukan pada tahun 1837. Telegram merupakan satu-satunya bentuk komunikasi dua arah yang digunakan pada saat itu, dan cukup populer untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan baik yang bersifat kenegaraan maupun pribadi. Lama-kelamaan, berangkat dari adanya kebutuhan pemerintah untuk menyampaikan informasi secara serentak kepada publik dalam waktu yang singkat, telegram dinilai sudah tidak mampu lagi memfasilitasi hal tersebut, sehingga perlu untuk mencari solusi dari kendala yang dihadapi.

Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi, di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnof, seorang manajer di perusahaan telegram, American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram, sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat.

Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern.

Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat.

Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio.

(28)

nirkabel. Pada masa tersebut, radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita internal saat Perang Dunia I berlangsung.

Foto Stasiun Radio pada Perang Dunia I Sumber: Wikipedia

Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung, radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai, masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan status konlik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan pemerintah sebagai syarat utamanya.

Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio

swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signiikan pada kepopuleran radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah

(29)

penjualan pesawat radio yang mencapai 17 juta unit pada periode 1925 hingga 1930.Saat itu pendengar radio mayoritas merupakan ibu rumah tangga yang memanfaatkan radio sebagai media hiburan yang menyiarkan berbagai macam lagu populer ataupun berita penting. Walaupun masih memiliki keterbatasan jangkauan penyiaran, akan tetapi radio mulai dinilai sebagai pesaing utama media cetak pada saat itu.

Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Oice (GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British homson-Houston. pada saat itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3

Logo KDKA Radio www.davey.com

KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia

KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA merupakan stasiun radio tertua di Amerika dan di dunia. Banyak orang mempertanyakan apakah KDKA merupakan sebuah singkatan dan memiliki makna tertentu, tapi ternyata KDKA sendiri diambil dari sebuah daftar kode untuk kapal angkatan laut.Stasiun radio KDKA didirikan oleh seorang ahli teknik ternama, bernama Frank Conrad pada tahun 1920 di Pittsbrugh AS, yang secara tidak sengaja bereksperimen membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya.4 Pada saat itu, Conrad menyiarkan lagu-lagu, hasil pertandingan olahraga, serta menyiarkan instrumen musik yang dimainkan oleh putranya sendiri. Kalimat yang pertama kali disiarkan adalah “his is KDKA, of the Westinghouse Electric and Manufacturing Company, in East Pittsburgh, Pennsylvania. We shall now broadcast the election returns”. Kalimat pembuka yang sangat ikonik tersebut

disiarkan pertama kali oleh Leo Rosenburg pada 2 November 1920.5 Dalam waktu singkat,

pendengar stasiun radio yang dibuat oleh Conrad pun meningkat dengan pesat, seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio pada masa tersebut. Hingga saat ini KDKA masih aktif mengudara di jaringan 1020kHz dan menjadi stasiun radio pelopor yang kini dioperasikan di bawah manajemen CBS Radio.

(3) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC, diakses pada 23 Juli 2014

(4) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/], April 2009

(30)

Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth, Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu berkembang pesat di dunia media.

Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6

Industri-industri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.

Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir. Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.

Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga

di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6 News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun 1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya Perang Dunia II.

(31)

Logo Stasiun TV Jaringan Pertama di Dunia Sumber: Logopedia

Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.

Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun ailiasinya.

Logo Stasiun Televisi Terpopuler di Amerika Sumber: teamdoctorsblog.com

(32)

Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun 1980–an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui internet.Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasiikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.

Logo Web Streaming Media Sumber: www.fxsound.com

Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua

(33)

tahun kemudian, pada 1999, BBC juga ikut meluncurkan program bertema pendidikan miliknya, BBC Learning yang kemudian kini dikenal sebagai BBC Knowledge. Dengan membidik pasar usia anak-anak hingga dewasa, BBC Knowledge mencoba membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi, sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan semakin rendahnya rating yang diperoleh BBC Knowledge. Hingga pada tahun 2001, BBC mencoba meluncurkan kembali BBC Knowledge dengan pengemasan yang berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah.9 Puncaknya

pada 2002, BBC Knowledge terpaksa dihentikan.

Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat deinisi televisi dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh Netlix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy Awards ke-65.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia

Perkembangan industri televisi dan radio di Indonesia dimulai ketika Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang pada tahun 1911. Pada saat itu, fasilitas radio digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat padat pada masanya. Setelah Perang Dunia I usai, tepatnya pada tahun 1925, Batavia Radio Society atau Radio Batavia Vereniging (BRV) mulai didirikan di Jakarta. BRV merupakan sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik dari luar negeri. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satu stasiun radio milik swasta yang paling popular di Hindia Belanda adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan oleh Bumi Putera di Solo pada tahun 1933.10

Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi.

Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada 11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran

(9) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC_Knowledge, diakses pada 23 Juli 2014

(34)

radio inilah, dunia mengetahui informasi terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga dukungan dan rasa simpati pun serta merta mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah momen kemerdekaan ini diukir oleh para penyiar radio senior, Ronodipoero, beserta pemimpin redaksinya, Bachtiar Lubis, yang mengudarakan naskah proklamasi dan mempropagandakan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul 19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.

Logo Radio Republik Indonesia (RRI) Sumber: trisaktimarketingclub.com

Illustrasi

Moehamad Joesoef Ronodipoero Sumber: LP3ES, 2012

Moehamad Joesoef Ronodipoero

(35)

Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya mulai beroperasi. Siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan hari ulang tahun ke-17 proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Siaran TVRI pada saat itu hanya terkait seputar Asian Games yang dikoordinir oleh Organizing Committee Asian Games IV, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962,TVRI mengudara secara reguler setiap hari dengan variasi konten yang berbeda. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 215 Tahun 1963.

Orde Baru (1966–1998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satu-satunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konlik ketika RRI diperebutkan oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya, RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik pemerintah pusat dan daerah.

Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh

pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia.

Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia. Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah Aneka Ria Safari di tahun 1980–an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.

(36)

Disamping tren perkembangan munculnya stasiun televisi swasta, televisi berlangganan pun sudah mulai disiarkan oleh PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan mendirikan anak perusahaan Skyvision pada Agustus 1988. Akan tetapi, karena tarif berlangganan yang cukup tinggi, pelanggan Skyvision sendiri masih sangat minim, dan hanya digunakan oleh golongan menengah ke atas.12

Kemudian operator televisi berlangganan pertama kali, Indovision pun secara resmi diluncurkan oleh Skyvision di Indonesia pada tahun 1994, setelah melalui proses perijinan yang panjang. Lalu menyusul didirikannya televisi kabel yaitu Kabelvision di tahun 1994, persaingan di dunia televisi pun semakin ketat.

Foto Para Pemain Drama Seri Si Doel Anak Sekolahan Sumber: soulovart.blogspot.com

(37)

Masing-masing stasiun televisi swasta kemudian berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik dan kreatif. Akan tetapi, RCTI tetap menjadi stasiun televisi pelopor yang merajai dunia pertelevisian swasta di Indonesia dengan program-program unggulannya yang kreatif dan menarik. Seputar Indonesia, Kuis Kotak Katik, tayangan-tayangan serial drama populer mancanegara, Si Doel Anak Sekolahan, dan Keluarga Cemara, merupakan beberapa program unggulan milik RCTI. Kesuksesan RCTI ini yang kemudian dicoba diikuti jejaknya oleh stasiun televisi swasta lainnya, dengan menghadirkan konten-konten yang relatif serupa untuk menyaingi konten-konten unggulan RCTI.

Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian, ditambah lagi, pada tahun 1981, dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. Seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta di Indonesia, pada tahun 1997 DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran, pada tanggal 29 September 1997.

Ketatnya persaingan industri televisi swasta di Indonesia memicu para pelaku usaha untuk semakin kreatif menciptakan konten-konten yang menarik dan kompetitif. Pada masa inilah, penayangan hak siar konten acara luar negeri mulai gencar dilakukan dan meraih respon yang positif dari para pemirsa-nya. Saat itu, konten serial drama seperti telenovela yang dipopulerkan oleh SCTV, hingga serial drama produksi dalam negeri (sinetron) pun marak ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi pada jam tayang yang hampir bersamaan. Jenis penonton yang dibidik untuk segmen tayangan serial drama ini mayoritas adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan menghabiskan banyak waktunya di rumah. Tak heran apabila iklan-iklan yang disuguhkan di sela-sela program acara tidak luput dari produk-produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Era Reformasi. Masa reformasi yang diawali dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di tahun 1998, merupakan salah satu titik di mana media juga ikut mulai menuntut kebebasan dalam berkarya. Berkembangnya ruang gerak media penyiaran pada masa reformasi tentunya memberikan pengaruh besar kepada peningkatan jumlah pemodal yang berinvestasi di industri tersebut. Pergerakan reformasi juga memicu pergeseran kepemilikan bisnis radio dan televisi di Indonesia yang ditunjukan dengan mulai maraknya para pengusaha yang terjun ke bidang media penyiaran.

(38)

Perubahan lain yang cukup terlihat adalah dengan direvisinya UU Penyiaran yang baru, UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Namun, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signiikan terhadap industri televisi di Indonesia. Pemilik stasiun televisi swasta masih didominasi oleh segelintir elit yang memiliki pengaruh cukup tinggi di pemerintahan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan UU Penyiaran sebelumnya, revisi UU Penyiaran yang dilakukan dirasa jauh lebih demokratis. Hal ini terlihat dari diakuinya empat macam lembaga penyiaran, yaitu lembaga penyiaran publik, komunitas, swasta, dan berlangganan, serta didirikannya juga lembaga independen perwakilan publik yang bertindak sebagai regulator sistem penyiaran yang berlaku.

Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu.

Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka acara seperti ini mulai dikurangi.

Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1, yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007, Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.

(39)

Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat menjadi suatu peluang sekaligus ancaman bagi industri televisi dan radio bila tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan teknologi internet yang baik oleh industri media, maka proses penetrasi pasar media televisi dan radio untuk menembus pasar internasional pun akan menjadi lebih mudah.

Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netflix, serta webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia. Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan, NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform melalui Youtube.

Sumber: televisiguide.co.id

Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.

(40)

Kini, konten acara yang diproduksi secara amatir oleh masyarakat sendiri pun dapat langsung disiarkan secara luas kepada publik melalui internet tanpa adanya proses pendistribusian atau pengemasan konten acara yang sistematis seperti pada stasiun televisi dan radio, ataupun rumah produksi profesional. Sayangnya, tidak semua konten yang dibuat memiliki dampak positif bagi sosial. Seperti salah satunya adalah acara musik yang populer sejak pertama kali tayang 2008, Dahsyat, menimbulkan pro dan kontra terkait kontennya yang dinilai oleh sebagain orang sebagai konten yang kreatif dan menghibur, akan tetapi sebagian orang lainnya berpendapat justru tayangan tersebut merupakan bentuk kreativitas yang bersifat destruktif. Hal serupa terkait pro dan kontra juga turut dialami oleh konten-konten acara hiburan populer lainnya, seperti acara Yuk Keep Smile (YKS), Pesbukers (ANTV), Film Televisi (FTV), serta acara-acara infotainment yang semakin menjamur.

(41)

Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia

1945

RRI (Radio Republik

Indonesia) didirikan.

1962

1963

Iklan diperkenalkan di TVRI bersamaan

et TV didirika n sebagai stasiun TV yang memba a

revolusi media di era modern.

cara TV ahsyat mulai ditayangkan dan men adi salah satu acara TV terpopuler

cara ightmare Side pertama kali disiarkan di rdan

iterbitkan diba ak an oleh dua penyiar

senior, Imam arto dan imas anang mulai disiarkan di Prambors .

(42)
(43)
(44)

BAB 2

(45)

2.1 Ekosistem Televisi dan Radio

2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio

Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di negeri ini.

Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktualnya dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini sehingga dapat berkembang dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.

Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:

1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada setiap proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang terkait dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses yang terlibat dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–distribusi–komersialisasi.

Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai kreatif (Creative value chain),yaitu industri utama yang merupakan penggerak dalam subsektor televisi dan radio, serta industri pendukung (backward-forward linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung pengembangan industri kreatif utama.

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif dari konten acara yang dihasilkan, meliputipendidikan dan apresiasi.

a. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(46)

(konsumen, khalayak,dan customer) dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif,sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi.

3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang mengapresiasi karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut penjelasannya. a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari

industri subsektor televisi dan radio.

b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan radio, yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati konten acara hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati konten acara dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran yang vital dalam pengembangan industri televisi dan radio karena mereka menciptakan wacana, kritik, dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari konten acara serta meningkatkan kualitas pemahaman dari pasar terhadap kreativitas.

c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi dan radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya.

4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan dokumentasi karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi dan radio sebagai media pembelajaran dan literasi.

Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan-restorasi-

penyimpanan-preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang

perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.

(47)

28

Ekonomi Kr eatif: Renc

(48)

2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio

Peta ekosistem televisi dan radio dibentuk berdasarkan deinisi dan ruang lingkup yang telah diidentiikasi secara spesiik berdasarkan fokus kebutuhan konteks ekonomi kreatif Indonesia. Dalam hal ini, cakupan ruang lingkup dari subsektor televisi dan radio yang akan dijadikan fokus untuk kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia berbeda satu sama lain. Untuk subsektor televisi, kategori ruang lingkup yang akan dijadikan fokus pengembangan adalah kategori berita lunak, hiburan, dan permainan. Sedangkan untuk subsektor radio, ruang lingkup yang akan dijadikan fokus dalam pemetaan ekosistem adalah kategori berita, siaran lepas, dan siaran naskah.

Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi

Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio

Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre

(49)

A. Rantai Nilai Kreatif

A.1 Proses Kreasi

Proses kreasi pada subsektor televisi meliputi tahapan bagaimana proses pengemasan suatu ide konten acara yang dicetuskan agar menjadi bahan mentah atau konsep awal yang dapat diproduksi dalam pemrograman secara sistematis.

Gambar 2 - 2 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio

Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi, penentuan sasaran segmen audience, dan observasi.

1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan.

2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen

audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan

(50)

tersebut dikelompokan berdasarkan kategori rating yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

3. Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada keadaan lingkungan baik secara lokal maupun global. Keadaan lingkungan merupakan salah satu sumber inspirasi utama dari ide konten acara bagi sebagian besar content creator di berbagai stasiun televisi maupun radio. Peristiwa penting yang terjadi ataupun tren gaya hidup masyarakat saat ini bisa menjadi bahan konten acara yang akan digagas.

Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program

director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya

ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan oleh penyiar radio.

Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim

content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan

program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh

produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program

director, dan music director.

Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi.

Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi.

Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI.

Gambar

Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi
Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton
Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan strategi pengembangan ekonomi kreatif Kota Metro, maka hendaknya strategi yang perlu dilakukan adalah memfokuskan diri pada penguatan industri, peningkatan

Renstra Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memuat visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, program dan

Perkembangan tersebut semakin melebar meliputi berbagai aspek seperti kebijakan ekonomi negara, kebijakan ekonomi daerah salah satunya mendukung pengembangan ekonomi kreatif

Keragaman budaya itu sendiri sebagai modal utama dalam pengembangan industri kreatif, yakni dengan munculnya aneka ragam kerajinan dan berbagai produk lain yang telah

dan Teknologi Memfasilitasi pengembangan pusat kreatif (termasuk: sentra industri kreatif, pusat desain, dsb) Kemenko Perekonomian, Bekraf, Kemenperin, Kemendag, KemenKopUKM

(4) Pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada petunjuk teknis yang

Hubungan antara pesan dalam Program Kota Kreatif pada akun @kominfopadangpanjang dengan Sikap terhadap Pengembangan Ekonomi Kreatif Variabel Rs Derajat Keeretan thitung

PENGEMBANGAN STRATEGI EKONOMI KREATIF DI KOTA PALANGKARAYA Muhamad Yusuf Universitas Muhammadiyah Palangka Raya *Korespondensi : m.yusuf@umpr.ac.id ABSTRAK Ekonomi kreatif